Anda di halaman 1dari 2

HALFA NURKAMILAH (181011202489)

R-462

“Kantor akuntan public yang dibekukan izinnya”

Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) ternama di Tanah Air, tahun
ini bisa dibilang merupakan tahun yang cukup suram. Pasalnya, sudah ada beberapa temuan
kasus tak terpuji yang dilakukan oleh KAP.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, ada tiga KAP ternama yang terkena kasus terkait laporan
keuangan. Dua diantaranya bahkan terbukti melanggar ketentuan yang berlaku.

Kedua KAP yang dimaksud yakni KAP Purwanto, Sungkoro, dan Surja (Member dari Ernst and
Young Global Limited/EY) yang terbukti melanggar Undang-Undang Pasar Modal dan kode etik
profesi akuntan publik dalam kasus penggelembungan pendapatan laoran keuangan PT Hanson
International Tbk periode 2016.

Sanksi diberikan kepada Sherly Jakom dari KAP Purwanto, Sungkoro, dan Surja di mana Surat
Tanda Terdaftar (STTD) yang bersangkutan dibekukan selama 1 tahun penuh.

Tak hanya KAP Purwanto, Sungkoro, dan Surja, Kementerian Keuangan melalui Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) juga mengenakan sanksi berupa pembekuan izin selama 12
bulan kepada Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumpea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan.

Mereka merupakan penanggung jawab atas laporan keuangan tahunan 2018 dari PT Garuda
Indonesia Tbk. Sanksi diberikan karena kesalahan laporan keuangan tahunan terkait dengan
perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dengan PT Mahata Aero Teknologi.

Adapun satu kasus lainnya yang belum ada kejelasan yakni kasus over statement laporan
keuangan tahunan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang diaudit oleh KAP Amir Abadi
Jusuf, Aryanto, Mawar, dan Rekan (Afiliasi dari RSM International).

Berdasarkan laporan periodik P2PK Kementerian Keuangan pada kuartal II-2019 ternyata masih
banyak KAP 'nakal' yang telah ditindak. Sejak awal tahun hingga Juni 2019 ini saja, ada 5 KAP
yang dibekukan izinnya.
Selain itu, 3 KAP diberikan rekomendasi, 8 KAP dibeirikan peringatan, 2 KAP dilakukan
pembatasan entitas, dan 2 KAP lainnya dilakukan pembatasan jasa. Namun, harus diakui bahwa
jumlah ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tak hanya KAP, AP pun mendapatkan ganjaran setimpal atas perbuatannya. Hingga Juni 2019,
10 AP tercatat telah diberikan peringatan, 1 AP dilakukan pembatasa pemberian jasa tertentu,
dan 1 AP lainnya dibekukan izinnya.

Beberapa waktu lalu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala PPPK Adi Budiarso tak memungkiri, belum
munculnya payung hukum pelaporan keuangan menjadi alasan masih maraknya terjadi kasus-
kasus seperti ini.

"Kita sudah mulai adposi kode etik internasional mulai tahun ini. Dan konvergensi standard
akuntansi auditing sedang kita upayakan percepatannya," jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai