Disusun oleh :
Khofifatul Abidah (1961201003)
Naila Nahdliyah (1961201007)
Roinul Ainiyah (1961201015)
Lutfa Febiyanti (1961201019)
Fatimatuz Zahro Ilbatul (1961201023)
M. Shodiqil Ulum (1961201030)
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
Soal Tugas Hari Kamis, 09 Desember 2021
Evaluasi strategi adalah cara bagi pelaku bisnis untuk mengevaluasi posisi
perusahaan dalam upaya mencapai tujuan strategis. Evaluasi ini memberikan
metode obyektif untuk menguji efisiensi dan efektivitas strategi bisnis, serta cara
untuk menentukan apakah strategi yang sedang dilaksanakan adalah
menggerakkan bisnis ke arah tujuan strategis yang dimaksudkan. Tak hanya itu
saja, evaluasi strategis juga dapat membantu mengidentifikasi kapan dan
tindakan korektif apa yang diperlukan untuk membawa kinerja kembali sejalan
dengan tujuan bisnis yang Anda lakukan.
Adanya perubahan kondisi dan situasi pasar serta perekonomian dimana pasar
semakin berkembang, teknologi berubah dan pesaing-pesaing baru
bermunculan.
Semakin terdesentralisirnya kekuasaan dan wewenang, para manajer
membutuhkan suatu alat untuk mengetahui aktivitas dan kinerja para
bawahannya.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila melakukan evaluasi strategi
adalah:
Dapat menentukan sejauh mana program/ proyek berada di jalur, sehingga
perusahaan dapat melakukan aksi atau koreksi yang diperlukan.
Memastikan penggunaan sumber daya yang paling efektif dan efisien.
Mengevaluasi sejauh mana program/ proyek memiliki atau memiliki dampak
yang diinginkan.
Evaluasi kinerja menjadi salah satu bagian dari aktivitas strategic management
yang esensial untuk dilakukan oleh perusahaan, sebagai tolak ukur untuk
menilai sejauh mana perusahaan telah efektif dalam mengimplementasikan
rencana strategisnya, dalam upaya untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
2. Jelaskan mengapa evaluasi strategi itu kompleks, sensitif, namun penting bagi
keberhasilanorganisasi
b. Produk dan jasa yang mampu menghasilkan value yang terbaik bagi
customer adalah tujuan dari perspektifpelanggan.
c. Proses yang produktif dari cost effective adalah tujuan dari perspektif
bisnis /intern.
d. Sumberdayamanusiayangproduktifdanberkomitmenadalahtujuandari
perspektif pembelajaran danpertumbuhan.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategi yang diabaikan oleh sistem
perencanaan strategi menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategi
yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur
sasaran– sasaran strategi yang sulit untuk diukur. Sasaran– sasaran strategi
diperspektif costumer, proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan
pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam
pendekatan Balanced Scorecard, sasaran diketiga perspektif non keuangan
tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola sehingga diwujudkan.
Dengan demikian keterukuran sasaran strategi non keuangan akan
menjanjikan perwujudan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan
berjangka panjang.
c. Kelemahan BalancedScorecard
Balanced Scorecard merupakan perkembangan baru dalam suatu
manajemen perusahaan yaitu sebagai sarana pengukuran kinerja yang telah
dicapai, dan harus kita sadari bahwa masih banyak permasalahan yang
belum dapat dipecahkan dengan Balanced Scorecard, misalnya :
1. Balanced Scorecard belum dapat menetapkan secara tepat sistem
kompensasi yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian
kinerja.
2. Bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan proses dalam
organisasi. Empat perspektif dalam Balanced Scorecard merupakan
indikator yang saling berpengaruh (hubungan sebab akibat), sehingga
diperlukan suatu wadah struktur yang dapat memberikan umpan balik
kepada semuaini.
3. Belum adanya standart ukuran yang baku terhadap hasil penilaian
kinerja perusahaan dengan metode BalancedScorecard
d. Manfaat BalancedScorecard
Kaplan dan Norton (2000:17) mengemukakan beberapa manfaat
dari konsep pengukuran kinerja Balanced Scorecard yaitu:
a. Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenaistrategi.
b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruhperusahaan.
c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan
strategiperusahaan.
d. Mengkaitkan berbagai tujuan stategis dengan sasaran jangka panjang
dan anggarantahunan.
e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatifstrategis.
f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan
sistematis.
g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan
memperbaikistretegi.
Contoh Implementasai Balanced Scorecard
DalamsalahsatuartikelyangkamidapatkandariwebsiteBankBTN
yang berjudul Dedicated to Sustainable Growth terdapat salah satu tujuan
untuk memperkuat intrapreneurship dan pengembangan organisasi dengan
cara terus memperkuat human capital dan sistem operasi untukmendukung
tujuan strategis dan menjadikan Bank BTN sebagai bank yang efektif dan
efisien. Bank BTN berencana untuk memperkuat intrapreneurship dalam
organisasi dengan mendorong karyawan untuk lebih inovatif danmandiri.
Pertama,BankBTNakanmenanamkanbudayapenjualanyangkuat
untuk semua staf frontline melalui penguatan sistem penilaian berbasis
kinerja dengan melakukan implementasi perangkat manajemen kinerja
Balanced Scorecard dan pengenalan program pelatihan yangterstruktur.
Kedua, Bank BTN berencana untuk mengoptimalkan kesempatan
belajar kepada semua pegawai dengan memperkenalkan program pelatihan
baik keterampilan teknis maupun manajemen untuk meminimalisir adanya
kesenjangan kompetensi.
Ketiga, di samping langkah-langkah tersebut di atas, Bank BTN
berencana untuk meningkatkan kualitas seluruh human capital dengan cara
meningkatkan efektivitas dari strategi rekrutmen, struktur penghargaan dan
insentif karyawan, menerapkan sistem manajemen karir dan talent, dan
mengembangkan Human Capital Information System (“ iHCIS” ), yang
akan digunakan untuk mendukung inisiatif human capital. Bank BTN
menambah jumlah pegawainya dari 4,231 karyawan pada tahun 2010
menjadi 5,135 karyawan pada tahun 2011 dan menjadi 6,048 pegawai pada
tahun 2012.
Keempat, Bank BTN akan terus meningkatkan sistem teknologi
informasi dengan berinvestasi pada sistem baru dan melakukan upgrade
data warehouse dalam rangka meningkatkan otomatisasi organisasi secara
menyeluruh indikator kinerja atau Key Performance Indicators (KPI) Bank
BTN ditunjukkan melalui 4 (empat) perspektif dengan menggunakan
metode Balanced Scorecard, yang dapat kami sampaikan, sebagai berikut:
a. Financial Perspective, yaitu: management performance, yang meliputi
pencapaian target-target keuangan korporat, seperti ROA, ROE, NIM,
Profit Margin danCER.
b. PerspektifNasabah,yangterdiridaripangsapasaruntukKPRdanKPA
serta IndeksLayanan.
c. Perspektif Proses Bisnis, yang terdiri dari Indeks GCG, implementasi
proyek perubahan, persentase implementasi Master Plan TI,
pembukaan jaringan, pertumbuhan dana pihak ketiga komersial,
pertumbuhan kredit komersial, implementasi i-Loan, pertumbuhan
dana pihak ketiga konsumen, rasio CASA, implementasi manajemen
kinerja(BSC),PersentaseNPL(Gross),profilrisiko,danimplementasi
Human CapitalSystem.
d. Perspektif Tumbuh dan Belajar, yang terdiri dari Culture Assessment
Index, implementasi struktur organisasi, dan implementasi proses
bisnis
7. Diskusikan tiga tantangan abad kedua puluh satu dalam manajememstrategis
Tantangan-Tantangan dalam Manajemen Strategis pada Abad ke-21
Tiga tantangan atau keputusan khusus yang dihadapi semua penyusun
strategi dewasa ini adalah:
1. Memutuskan apakah proses tersebut harus dianggap lebih sebagai seniatau
ilmupengetahuan.
2. Merumuskan apakah strategi perlu dibukakan bagi atau ditutup dari
pemangkukepentingan.
3. Memutuskan apakah prosesnya di dalam perusahaan harus lebih dari atas-
ke-bawah ataubawah-ke-atas.
1. Isu Seni atau IlmuPengetahuan
Buku ini konsisten dengan kebanyakan literature strategi yang
menganjurkan agar manajemen strategis dilihat lebih dari ilmu pengetahuan
daripada seni. Prespektif ini menyatakan bahwa perusahaan perlu secara
sistematis menilai lingkungan eksternal dan internal mereka, melakukan riset,
secara cermat mengevaluasi pro dan kontra dari berbagai alternatif, melakukan
analisis, dan kemudian memutuskan langkah tindakan tertentu untuk diambil.
Sebaliknya, gagasan Mitzberg tentang “membentuk” strategi mewujudkan
model artistik, yang menyiratkan bahwa pengambilan keputusan strategis harus
terutama didasarkan pada pemikiran yang menyeluruh, intuisi, kreatifitas, dan
imajinasi.Mintzbergdanparapengikutnyamenolakstrategiyangdihasilkandari
analisis objektif, dan lebih memilih imajinasi subjektif. “Ilmuan Strategi”
menolak strategi yang muncul dari emosi, firasat, kreatifitas, dan alasan politis.
Penganjur pandangan artistik sering kali menganggap latihan perencanaan
strategismerupakanpenyia-nyiaanwaktu.FilosofiMintzbergmenekankanpada
informalitas, sementara para ilmuan strategi (dan buku ini) lebih menekankan
padaformalitasMintzbergmenyebutperencanaanstrategissebagaiproses“yang
tiba tiba”, sedangkan para ilmuan strategi menggunakan istilah proses “yang
disengaja”.
Jawaban terhadap persoalan ini harus diputuskan oleh para penyusun
strategi itu sendiri dan tentunya kedua pendekatan tersebut tidak saling
“menidakkan”. Namun demikian, dalam memutuskan pendekatan mana yang
lebih efektif, pertimbangkan bahwa dunia bisnis dewasa ini telah menjadi jauh
lebih kompleks dan lebih kompetitif. Akan tetapi, gagasan tentang memutuskan
strategi bagi sebuah perusahaan tanpa riset dan analisis yang menyeluruh,
setidak-tidaknya dibenak penulis, tidaklah bijak. Tentu saja di perusahaan-
perusahaan kecil ada ruang yang lebih untuk informalitas daripada di berbagai
perusahaan besar, namun bahkan untuk perusahaan kecil sekalipun tersedia
banyak informasi kompetitif yang ada di Internet dan sumber-sumber lain dan
harus dikumpulkan, dipadukan, dan dievaluasi sebelum memutuskan langkah
yang atasnya kelangsungan hidup perusahaan bergantung.
2. Isu yang Tampak atauTersembunyi
Tentunya ada alasan untukl membuat proses strategi dan strategi itusendiri
tampak dan terbuka, alih-alih tersembunyi dan rahasia. Juga, terdapat alasan
yangbagusuntukmenyembunyikandanmerahasiakannyadarisemuakecuali
kalangan eksekutif puncak. Para penyusun strategi harus memutuskan sendiri
apa yang terbaik bagi perusahaan mereka.
Beberapa alasan untuk terbuka penuh dalam proses strategi dan keputusan
yang dihasilkannya adalah:
1. Manajer,karyawan,danpemangkukepentingan(stakeholder)yanglaindapat
memberikankontribusibagiprosestersebut.Merekaseringmemilikigagasan
yang sangat bagus. Kerahasiaan akan menyia-nyiakan gagasan-gagasan
semacamitu.
2. Investor, kreditor, dan para pemangku kepentingan lain memiliki dasar yang
lebih besar untuk mendukung sebuah perusahaan bila mereka tahu apa yang
dilakukan dan kemana perusahaanmenuju.
3. Visibilitas mendorong demokrasi, sementara kerahasiaan menghasilkan
otokrasi.Kebanyakanperusahaanlebihmemilihdemokrasidaripadaotokrasi
sebagai gayamanajemen.
4. Partisipasi dan keterbukaan mendorong kesepahaman, komitmen, dan
komunikasi di dalamperusahaan.
Alasan-alasan yang membuat beberapa perusahaan lebih memilih untuk
menjalankan perencanaan strategis secara diam-diam dan merahasiakan strategi
dari semua kecuali kalangan eksekutif puncakadalah:
1. Penyebaran strategi perusahaan secara bebas bias dengan mudah berubah
menjadiintelejensikompetitifbagiperushaaanpesaingyangkemudiandapat
mengeksploitasinya.
2. Kerahasiaanmembatasikritik,praduga,danmelihatkebelakanghal-halyang
sudah terjadi(hindsight)
3. Partisipan dalam proses strategi yang terbuka menjadi lebih menarik bagi
perusahaan pesaing yang mungkin lalu mencoba memikat dan merebut
mereka.
4. Kerahasiaan membatasi akses perusahaan pesaing untuk meniru atau
menduplikasi strategiperusahaan.
Manfaat-manfaat nyata di atas menunjukkan bahwa keseimbangan yang
baik harus diupayakan diantara kedua kontradiksi tersebut. Parnell mengatakan
idealnya semua orang-orang penting baik di dalam maupun diluar perusahaan
harus dilibatkan dalam perencanaan strategis, tetapi dalam praktiknya informasi
yang sensitif dan rahasia harus selalu dibuka hanya untuk para manajer puncak.
Keseimbangan ini sulit tetapi penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
3. Pendekatan Atas-ke-Bawah atau Bawah-ke-Atas
Para penganjur pendekatan atas-ke-bawah berpendapat bahwa eksekutif
puncak adalah satu-satunya kelompok di dalam perusahaan yang mengalami
pengalaman kolektif, kejelian, dan tanggung jawab matang untuk membuat
keputusan-keputusan strategi penting. Sebaliknya, para penganut pendekatan
bawah-ke-atas menyatakan bahwa manajer tingkat menengah dan bawah serta
karyawan yang akan menerapkan strategi perlu secara aktif dilibatkan dalam
proses perumusan strategi untuk memastikan dukungan dan komitmen mereka.
Risetstrategiterbarudanbukuinimenekankanpendekatanbawah-ke-atas,tetapi
karya sebelumnya oleh Schendel dan Hofer menekankan perlunya perusahaan
untuk mengadakan presepsi manajer puncaknya dalam perencanaan strategi.
Parapenyusunstrategiharusmengusahakankeseimbanganyangbaikdarikedua
pendekatan ini dalam cara yang dipandang terbaik bagi perusahaan di suatu
waktu tertentu, terlepas dari fakta bahwa riset terbaru mendukung pendekatan
bawah-ke-atas, paling tidak di kalangan perusahaan-perusahaan AS.
Meningkatnya tingkat pendidikan dan keberagaman angkatan kerja di semua
tingkatanadalahalasanmengapaparamanajertingkatmenengahdanbawahdan
bahkan kelompok nonmanajer perlu dilibatkan dalam proses perencanaan
strategis perusahaan, setidak-tidaknya sejauh mereka mau dan mampu
berkontribusi.