Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan:

Jelaskan CAPM (Capital Asset Pricing Model), sebutkan asumsi-asumsi dalam praktek model CAPM
dan jelaskan apakah model CAPM realistis diterapkan?

Jawaban:

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah model estimasi yang dibangun atas teori portofolio
Markowitz ini pertama kali diperkenalkan oleh Jack Treynor (1961-1962), William Forsyth Sharpe
(1964), John Lintner (1965a,b) dan Jan Mossin (1966) secara terpisah. Keseimbangan pasar memiliki
peran penting dalam CAPM. Pada keadaan pasar seimbang atau ekuilibrium, tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut
(Husnan, 2005:177).

CAPM merupakan model yang banyak digunakan baik oleh akademisi maupun oleh praktisi untuk
menilai return expectation dari aset berisiko yang mereka pegang. Model ini banyak digunakan
karena model ini merupakan model yang sederhana. Beberapa asumsi diperlukan untuk
mengembangkan model ini supaya menjadi model sederhana yang tidak rumit. Asumsi-asumsi
tersebut sebagai berikut (Jones,2014).

1. Semua investor mempunyai satu pandangan periode yang sama.


2. Semua investor memiliki investasi yang homogen (homogeneous expectation) terhadap
faktor-faktor input (return expectation, variant, dan covariant) aset-aset yang digunakan
untuk keputusan portofolio. Dengan return bebas-risiko (risk-free rate), investor
menggunakan informasi ini untuk menghasilkan set efisien (efficient set) yang sama.
3. Semua investor dapat meminjamkan dan meminjam sejumlah dana dengan jumlah yang
tidak terbatas pada tingkat return bebas risiko (risk-free rate).
4. Tidak ada biaya transaksi.
5. Tidak ada inflasi.
6. Tidak terdapat pajak pendapatan pribadi, investor tidak berbeda mendapatkan capital gain
atau dividen.
7. Banyak investor dan investor-investor adalah penerima harga (price-takers). Individual
investor tidak dapat mempengaruhi harga aset.
8. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumangunsong dan Dewa, 2014 perihal Pengujian
Validitas Empiris Capital Asset Pricing Model di Pasar Modal Indonesia. Penelitian tersebut
menghasilkan informasi bahwa hipotesis dalam penelitian yang menyebutkan bahwa beta
mempengaruhi return tidak dapat diterima. Hal ini didasari oleh hasil penelitian yang berdasarkan
prediksi CAPM yang keempat, bahwa nilai signifikansi sebesar 0,745 > 0,05 menunjukkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini tidak linier.

CAPM sebenarnya memiliki konsep yang bagus. Namun, hasil penelitian yang didasari oleh prediksi
CAPM di atas menunjukkan bahwa CAPM kurang tepat digunakan sebagai model untuk memprediksi
return di tataran aplikasi. Hal ini dikarenakan oleh keadaan pasar modal Indonesia yang tidak
memenuhi seluruh asumsi dasar CAPM. Salah satu asumsi dasar CAPM adalah tidak adanya biaya
transaksi. Asumsi tersebut merupakan asumsi yang kurang realistis dan tidak diterapkan dalam
kegiatan investasi di pasar modal Indonesia. Asumsi lain yang terdapat pada asumsi dasar CAPM
adalah tidak adanya pajak pendapatan pribadi. Asumsi tersebut tidak berlaku bagi investor di
Indonesia karena di Indonesia diberlakukan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Kesimpulan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Capital Asset Pricing Model tidak valid
digunakan di pasar modal Indonesia. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fama dan French (1993 dan 1996) yang menemukan bahwa beta tidak dapat
menjelaskan perbedaan cross-sectional dalam return saham, serta hasil penelitian lainnya yang
melawan beta dan/atau CAPM oleh Grinold (1993), Davis (1994) dan He dan Ng (1994).

Jurnal penelitian saya lampirkan bersamaan dengan jawaban diskusi ini.

Referensi:

BMP Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3 Modul 7

Sumangunsong dan Dewa. 2014. Pengujian Validitas Empiris Capital Asset Pricing Model di Pasar
Modal Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Vol.9 No. 1

Anda mungkin juga menyukai