Tugas Proposal Tpta
Tugas Proposal Tpta
OLEH:
NIM. 18133026
FAKULTAS EKONOMI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber kekayaan Negara, pemerintah
2017:2).Dengan adanya pajak maka pemerintah bisa menjadikan Negara ini menjadi Negara
maju, Negara yang bisa terbebas dari utang, dan Negara yang memiliki tingkat perekonomian
yang tinggi.Pajak juga memiliki peran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau
penerimaan wajib pajak) pajak telah di buat oleh pemerintah untuk mencapai penerimaan
pajak.Tentunya kebijakan ini membawa pengaruh terhadap masyarakat, dunia usaha dan
Negara dalam APBN dan APBD setiap tahunnya. Pada tahun 2019 penerimaan pajak dalam
APBN mencapai 72,02% dari target Rp. 1.577,56 triliun (Kementrian Keuangan RI,
layak di bangun adalah perolehan dari sector pajak sebagai pos penerimaan terbesar bagi
Negara.
Pajak selalu menjadi pemasukan yang signifikan bagi Negara yang perlu terus
perpajakan juga harus ditingkatkan, karena pada kenyataannya masih banyak Wajib Pajak
(WP) yang belum mengetahui akan hak dan kewajibanya dalam membayar pajak, salah satu
cara untuk menyadarkan wajib pajak akan kewajiban membayar pajaknya dengan pertisipasi
seluruh masyarakat serta para penyelenggara pemerintah sebagai abdi bangsa sangat perlu
Salah satu bentuk wujud pelaksanaan perpajakan di Indonesia berupa pemotongan atau
pemungutan pajak atas penghasilan. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak penghasilan yang diterima dan diperoleh dalam satu tahun pajak.
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang merupakan
Undanng ini dikatakan bahwasanya yang menjadi objek pajak penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak (WP), bagi
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak (WP) yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dimana termasuk penggantian atau imbalan berkenaan dengan perkerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorium, tunjangan, komisi, bonus, uang
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat menjadi acuan yang benar bagi perusahaan
dalam menetukan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang. Perusahaan bertanggung jawab
sebagai pemotong pajak yang baik dan benar bagi karyawannya karena pada umumnya Wajib
Pajak (WP) sering melakukan kesalahan dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) yang
dapat menyebabkan terjadinya pajak yang disetor tidak sesuai dengan seharusnya. Sehingga
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP)
orang pribadi dilakukan oleh pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, badan yang
membayar uang pensiun, honorium dan penyelenggara kegiatan, Subjek dari Pajak
Penghasilan ini telah diatur berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU Nomor 36 Tahun 2008
diantaranya orang pribadi sebagai subjek pajak bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun diluar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.Badan atau badan
usaha yang merupakan sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dilakukan dalam tahun berjalan melalui
penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pihak pemberi kerja,
Pemerintah telah membuat sistem dan kebijakan untuk mencapai target penerimaan
pajak yang tercantum dalam Pasal 21 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari kewajiban dan peran serta Wajib
Pajak (WP) untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
yang diperlukan untuk membiayai pembangunan Negara dan pembangunan nasional. Sistem
yang telah dibuat oleh pemerintah untuk mencapai target penerimaan yaitu : Official
Assement System yang mana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk menghitung,
membayar serta melaporkan sendiri pajak terutangnya, Self Assement System yang mana
pemungutan pajak oleh aparatur perpajakan, dan With Holding TaxSystem yang mana
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sumatera Barat adalah Dinas yang
bergerak di bidang Masyarakat dan Desa yang berkerja berdasarkan Peraturan-Peraturan yang
berlaku dan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.Untuk turut
Provinsi Sumatera Barat memiliki kewajiban dalam pemenuhan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 dengan with holding tax system dan telah menetapkan semua karyawannya sebagai
wajib pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh
masing-masing keryawan.
Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis mempunyai
ketertarikan untuk membahas masalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dalam tugas akhir
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah yang
Sumatera Barat ?
2. Apakah penerapan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap pada Dinas
Pemberdayaan Masyakat dan Desa Provinsi Sumatera Barat sudah sesuai dengan
Provinsi Sumatera Barat penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 telah sesuai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Universitas
c. Bagi Perusahaan
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pajak
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat (1) : Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
rakyat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2018:1) Pajak adalah iuran
dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontrapretasi) yang lansung dapat ditunjuk
Menurut Siti Sri Rahayu dalam Perpajakan (2017:31), ada 4 fungsi pajak, yaitu :
pengeluaran-pengeluarannya.
menurunkan pajak. Selain itu, dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang
1. Menurut Golongan.
a. Pajak Lansung
Pajak yang harus dipikul oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan
orang lain.
2. Menurut Sifatnya.
a. Pajak Subjektif
b. Pajak Objektif
Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
b. Pajak Daerah
menjadikan asas pemungutan pajak menjadi landasan utama dalam pemungutan pajak
1. Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
maupun luar negeri.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
3. Asas Kebangsaan
Pajak (WP).
fiskus.
tiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ke tiga,
1. Tarif Proposional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah pajak yang
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
3. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
2.2 Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan (PPh) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterimaatau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik
yang berasal dari dalam negri maupun luar negri yang dapat dipakai untuk konsumsi
a. Orang Pribadi.
c. Badan.
Suatu sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
Negara atau Daerah dengan naman dan bentuk apapun, firma, kongsi,
bentuknya.
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, badan yang tidak didirikan dan tidak
tetap ini mempunyai eksitensi sendiri dan tidak termasuk dalam pengetian
badan.
Konsultan.
c. Organisasi-organisasi Internasional.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan (PPh) disebutkan bahwa yang
bonus, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainya kecuali ditentukan
3. Laba usaha.
pengembalian uang.
8. Royalti.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggota yang terdiri
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak
(WP) dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
Pelaporan pajak yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun sekali
(tahunan).
Sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak (WP) untuk melaporkan kegiatan
Dalam pelaporan SPT, terdapat sanksi apabila tidak atau terlambat melaporkan
SPT. Jika SPT tidak dilaporkan tepat pada waktunya, maka akan dikenakan sanksi
sebesar :
honorium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam negeri. Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak tertentu.
badan perusahaan, dan penyelenggaraan kegiatan. Jumlah pajak yang telah dipotong
dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotongan lainya dapat
digunakan oleh Wajib Pajak (WP) untuk dijadikan kredit pajak atas Pajak Penghasilan
2008 untuk memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sehubungan dengan Wajib
1. Pemberi kerja atas pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dan bukan
pegawai.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain.
pelaksanaan kegiatan.
organisasi Internasional.
Wajib Pajak (WP) yang dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah orang
1. Pegawai.
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak (WP) orang pribadi yaitu
wajib pajak dalam negri selain pengangguran berupa PTKP, juga diberikan
pensiun. Selain itu, tarif yang diterapkan dalam peraturan pemerintah atau aturan
pelaksanaan lainya.
Aturan dan cara perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Pegawai Tetap
Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
keuangan.
c. Pengurangan biaya jabatan dan iuran diatas juga tidak berlaku terhadap
penghasilan Wajib Pajak (WP) luar negri yang terhutang PPh Pasal 26.
a. Pegawai dengan penghasilan yang kurang daro Rp. 450.000,00 per hari
b. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku dalam hal :
4.500.000,00 sebulan
3. Penerima pensiun
berikut :
d. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung
dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 adalah huruf c PPh Pasal 21 yang
pensiun.
e. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21
4. Pegawai yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
a. Menentukan jumlah upah harian atau rata-rata upah yang diterima dalam
sehari.
Untuk upah mingguan, dibagi dengan jumlah hari bekerja dalam
seminggu.
b. Tidak ada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dipotong, jika upah
harian atau rata-rata upah harian kurang dari Rp. 450.000,00 dan jumlah
jika upah harian rata-rata upah harian sudah lebih dari Rp. 450.000,00
tetapi jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender belum melebihi Rp.
4.500.000,00.
atau rata-rata upah dikurangi PTKP sehari lalu dikalikan 5%, jika jumlah
kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp. 4.500.000,00
e. Berlaku tarif pada UU Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf (a), jika
jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp.
10.200.000,00.
5. Uang Lembur
6. Jasa Produksi, tentiem, gratifikasi, tunjangan hari raya atau tahun baru, bonus,
premi, dan penghasilan sejenis lainya yang sifatnya tidak tetap dan pada
b. Terlebih dahulu dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur yang
d. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut perhitungan butir 2 dan 3 adalah PPh
Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tentiem, jasa produksi dan
sebagainya.
e. Dalam hal pegawai tetap yang berkewajiban pajak subjektif sudah ada
sejak awal tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka
gratifikasi, tunjangan hari raya atau tahun baru, bonus dan premi tersebut
diberikan. Seperti pemain musik, pelawak, bintang iklan, sutradara film, agen
Dilakukan dengan cara mengalikan tarif yang bersumber dari Pasal 17 dengan
penghasilan bruto.
(PPh) yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak yaitu penghasilan bruto
9. Perhitungan PPh Pasal 21 atas honorium yang diterima atau diperoleh anggota
pegawai tetap pada perusahaan yang sama, dihitung dengan cara mengalikan
tarif Pasal 17 dengan kumulatif penghasilan bruto yang diterima selama satu
tahun kalender.
10. Atas jasa produksi, tantiem, gratifikasi, dan bonus yang diterima atau
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Sumatera Barat yang bertempat di Jl. Pramuka Raya NO. 13, Lolong Belanti, Kec. Padang
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dengan
observasi dan melakukan wawancara langsung dengan pegawai yang bersangkutan dengan
penelitan tugas akhir proposal ini di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Sumatera Barat.
a. Data Kuantitatif
tugas akhir ini berupa bukti foto Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
b. Data Kualitatif
gambar. Data kualitatif yang diperoleh untuk tugas akhir ini berupa
a. Data Primer
narasumber. Data primer yang didapat untuk tugas akhir ini berupa informasi
b. Data Sekunder
dari pihak ketiga. Data sekunder yang di dapat oleh penulis untuk membuat
tugas akhir ini berupa foto Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2016:147), analisis deskiptif adalah menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tenpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
Siti Kurnia Rahayu. 2017. “Perpajakan : Konsep dan Aspek Formal” Rekayasa Sains :
Bandung.
Siti Resmi. 2017. “Perpajakan Teori dan Kasus” Salemba Empat : Jakarta Selatan.