Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGEMBANGAN METODELOGI PEMBELAJARAN PAI DI


ERA REVOLUSI DIGITAL

Oleh:

Jumahaddin Harahap

22190113097

PAI 1 E

Dosen Pengampu : Dr. Tohirin, M. Pd

Program Pasca Sarjana

Study Pendidikan Agama Islam

Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga saya selaku penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah pengembangan metodelogi pembelajaran pai
di era revolusi digital

Saya mengulas beberapa hal dalam makalah ini yaitu tentang pengertian,
isu-isu, peluang dan juga tantangan pengembangan metodologi pembelajaran PAI
di era revolusi digital. saya selaku penulis menyadari bahwa masih perlu adanya
penyempurnaan dalam makalah ini,untuk itu saya mengharapkan saran, kritik, dan
masukan yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah pengembangan metodelogi pembelajaran pai di era


revolusi digital ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta khususnya bagi
penulis sebagai penambah wawasan dan pengetahuan.

Pekanbaru, 13 Desember 2021

Penyusun

Jumahaddin Harahap

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………..…………………………………ii

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

BABII PEMBAHASAN

A. Pengertian …………………………………………..…………..…………….3

B. Era Revolusi Digital..........................................................................................6

C. Isu-Isu Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI Era digital.….………9

D. Peluang Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI Era digital ……..….11

E. Tantangan Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI Era digital……....14

BABIII PENUTUP

A. Kesimpulan………………………..……….…………….......……...............17

B. Saran…………………………………..…………….................…...............17

DAFTARPUSTAKA………………………………………………………….....18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal terpenting bagi kehidupan kita, dan sebagai
orang Islam mempunyai pendidikan husus yaitu Pendidikan Agama Islam
(PAI). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang ada
di semua jenjang pendidikan. Hal ini karena tujuan pendidikan nasional
adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian, PAI memiliki peran strategis untuk menciptakan
peserta didik yang kuat spiritual dan memiliki akhlak mulia. Oleh karena itu,
PAI diselenggarakan pada semua tingkat sekolah, baik TK, SD, SLTP,
SLTA, maupun Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan PAI sebagaimana
tersebut di atas, sangat ditentukan oleh kerja sama antara guru dan peserta
didik.
Guru mempunyai peranan yang cukup penting dalam poses
pembelajaran PAI, terutama metode mengajarnya harus tepat sasaran
sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh peserta didiknya. Dalam hal ini
guru memiliki peran yang sangat besar dalam pembelajaran, di antaranya
adalah sebagai pendidik, pengajar, penasihat, teladan, motivator, pembangkit
kreativitas siswa, dan peran-peran penting lainnya. Sebagai pendidik, guru
harus mampu mentransfer nilai yang positif sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Guru harus mampu membentuk pribadi siswa dengan kepribadian
yang islami. Sebagai pengajar, guru harus mampu mentransfer pengetahuan
keagamaan dan keterampilan melakukan rukun Islam yang menjadi materi
pokok PAI. Sebagai penasihat, guru harus bias selalu mengawasi perilaku
murid-muridnya dan membimbing mereka agar menuruti nasihatnya. Sebagai

1
teladan, guru mesti mampu memberi contoh kepada murid-muridnya
bagaimana seharusnya menjadi manusia yang benar dan baik sesuai ajaran
agama Islam, manusia yang ber-akhlakul karimah, yang penuh kasih sayang,
dan sebagainya. Sebagai motivator, guru harus mampu menjaga semangat
siswa untuk selalu aktif mengikuti pembelajaran. Sebagai pembangkit
kreativitas murid-muridnya, guru harus mampu mengembangkan pemikiran
murid-muridnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Metodologi
Kata “Metodologi” berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti
cara, dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian Metodologi dapat
diartikan ; Suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan metode, peraturan,
atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan.
Metodik (Methodentic) sama artinya dengan metodologi
(Methodology), yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi
metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2002 : 741), berarti “ ilmu tetang metode, uraian tentang metode”.Dan dalam
bahasa Arab disebut minhaj, wasilah, kaipiyah, dan thoriqoh, semuanya
adalah sinonim, namun yang paling populer digunakan dalam dunia
pendidikan Islam adalah thoriqoh, bentuk jama’ dari thuruq yang berarti jalan
atau cara yang harus ditempuh.
2. Pembelajaran

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”.


Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata,
1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan
belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar
adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah
kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang
dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang

3
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu


proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal.
Pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses
mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar biasa belajar sehingga
tercapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan
pendidik kepada peserta didik untuk memunculkan keinginan belajar dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media, lingkungan, dan
lainnya. Pembelajaran menurut para ahli :

1. Menurut Knowles, pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta


didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
2. Menurut Crow & Crow, Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat,
pengetahuan dan sikap.
3. Menurut Munif Chatib, Pembelajaran adalah suatu proses transfer ilmu
dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
penerima informasi.
4. Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan belajar.

3. Metodologi Pembelajaran

Metodologi dapat diartikan ; Suatu disiplin ilmu yang berhubungan


dengan metode, peraturan, atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan.

4
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Jadi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa metodologi pembelajaran adalah :

a. Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara


yang digunakan untuk melaksanakan suatu proses interaksi antara
pebelajar dan pebelajar agar tujuan yang telah ditentukan dalam
pendidikan dapat tercapai.
b. Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana cara-cara seorang guru dalam membimbing, melatih, memberi
contoh, dan mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta
didik agar biasa belajar sehingga pengajaran tersebut sesuai dengan daya
serap peserta didik
c. Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas tentang segala
usaha seorang guru yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan
pendidikan melalui proses pembelajaran dengan berbagai aktivitas baik
itu di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

Dalam bahasa Inggris, metode di sebut method dan way, keduanya


diartikan cara. Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata
way itu, bukan kata method. Karena metode istilah yang digunakan untuk
mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat (efektif) dan cepat
(efisien)” dalam melakukan sesuatu.

Maka metodologi dalam pengertian ini adalah ilmu tetang metode


yaitu ilmu yang mempelajari cara yang paling tepat (efektif) dan cepat
(efisien) untuk mencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan pengertian di tersebut, maka dijumpai dalam buku metodologi
pengajaran lebih banyak membahas bermacam-macam metode, seperti
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi dan lain-lain. Pendapat di

5
atas diperkuat dengan fiman Allah dalam surah An-Nahl : 125, yang artinya
sebagai berikut :

Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang
baik, serta berbantahlah mereka dengan cara yang baik (QS.An-Nahl : 125).
Dengan demikian, metodologi pembelajaran tidak hanya membahas
metode semata, tapi kajiannya lebih luas yaitu mengaitkan cara mengunakan
metode dengan bahan yang diajarkan, peserta didik dan guru bahkan
lingkungan. Adapun pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli, sebagai
berikut :

1. Pendapat Gagne, bahwa pembelajaran diartikan seperangkat acara pristiwa


eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang
bersifat internal.

2. J. Drost (1999), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang


dilakukan untuk menjadikan orang lain belajar.

3. Mulkan (1993), memahami pembelajarann sebagai suatu aktifitas guna


menciptakan kreativitas siswa.

B. Era Digital

Seiring dengan perkembangan zaman, dampak dari globalisasi pun


merambat dalam berbagai kehidupan manusia sampai kepada hal-hal yang
kecil sekali pun. Salah satu dampak munculnya globalisasi ini ialah
berdampak pada bidang pendidikan. Sebagaimana yang kita ketahui saat
ini dari kalangan anak-anak hingga orang tua, tidak terlepas dengan yang
namanya media elektronik, yakni telepon selular juga smartphone yang
berfungsi sebagai media penyebar informasi.
Terlihat dari pengguna aktif smartphone di Indonesia saja,
diperkirakan lebih dari 100 juta orang di tahun 2018, sebagaimana yang
disampaikan oleh lembaga riset digital marketing. Internet merupakan
perkembangan dari media elektronik. Perkembangan teknologi digital
terus berlangsung dengan cepat sehingga terlahirlah era digital yang telah
menggantikan era konvensional.

6
Tak dapat dipungkiri lagi kemunculan era digital ini dalam seluruh
ranah kehidupan, termasuk juga pada metode pendidikan Islam sendiri.
Bagaikan dua sisi mata pisau yang satu tajam dan satu tumpul. Jikalau
kita mampu bijak dalam menggunakan teknologi yang ada pada era digital
ini, secara otomatis akan membantu kita dalam mempermudah kerja atau
aksi dalam melakukan sesuatu khususnya menerapkan metode pendidikan
Islami di era digital ini.
Seperti yang kita ketahui Rasulullah saw dan para sahabat dalam
mengajarkan ilmu agama dan menyiarkannya jikalau kita rangkum
memiliki cara-cara tertentu. Diantaranya adalah dengan mendirikan
masjid, majlis-majlis, serta madrasah pengajaran al-Qur’an dan
mengajarkan hukum-hukum dalam Islam. Pada masa kejayaan Islam
yakni pada masa Daulah Abbasyiah didirikan pusat penerjemah,  Bayt al-
Hikmah  oleh pemerintahan Harun Al-Rasyid.
Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa atau khalifah di
muka bumi, seperti mana firmannya dalam al- Qur’an surah al An`am
ayat 165 “Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai penguasa di bumi
dan Dia mengankat derajat kamu di atas yang lain”. Agar mampu
menjadi hamba Allah yang sebenarnya, yang mampu untuk mengemban
amanah yakni mengajak kepada kebenaran yaitu sesuai tuntunan al-
Qur’an dan al-Sunah.
Antara pendidikan Islam dan perkembangan era digital haruslah
seimbang, dalam artian pendidikan Islam harus mampu mengikuti arus
kemajuan teknologi agar tidak tertinggal jauh dengan pendidikan yang
lainnya. Pendidikan Islam diharapkan dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ini agar menjadi unggul dalam bidang keilmuan dari ilmu-
ilmu lain. Hal ini berguna untuk menghasilkan para penuntut ilmu agama
yang berkompeten dan berkualitas.
Dengan makin maraknya penggunaan teknologi pada era digital ini,
tak membuat pendidikan Islam menutup mata dari hal tersebut. Justru
harus dapat menggunakan teknologi atau kemudahan yang ada dalam
memperoleh dan membagikan ilmu-ilmu agama ini sehingga metode
pendidikan Islam ikut berkembang sejalan dengan kemajuan era digital
dan penggunaan media-media elektronik yang merajalela di belahan bumi
mana pun.
Dengan adanya peluang ini kita sebagai seorang muslim, penerus
dakwah dari Nabi Muhammad dan para sahabatnya harus mampu
memasuki jalur yang ada guna mempermudah dalam penyaluran
informasi-informasi terkait pendidikan agama Islam. Permasalahan yang
perlu kita catat adalah apakah kita mampu mengikuti dan menggunakan

7
segala kemudahan dari adanya elektronik ini sebagai media dalam
berdakwah?
Tentunya diperlukan sosok atau figur yang mampu menguasai
teknologi yang berkembang saat ini disamping menguasai ilmu-ilmu
agama. Agar terjadi sinkronisasi antara keduanya antara IPTEK dan Ilmu
Pengetahuan Agama.
Selama ini yang kita rasakan saat mempelajari pendidikan Islam
baik dari tingkat dasar, menengah bahkan bisa terjadi pula di perguruan
tinggi, umumnya hanya dominan menggunakan metode yang monoton
saja, yakni metode satu arah saja atau yang lebih kita kenal dengan
ceramah. Dengan metode ini perlu adanya pembaharuan dan pencampuran
dengan metode-metode yang lainnya agar para penuntut ilmu tidak merasa
seperti terbatas dalam berkembang. Selain itu, lemahnya kualitas SDM
juga menjadi permasalahan dalam hal ini. Karena kurangnya
penngetahuan akan teknologi informasi dan komunikasi kita menjadi
terbatas untuk mengakses berbagai informasi,
Oleh karena itu diperlukan langkah atau strategi untuk mengatasi
beberapa permasalahan yang menyangkut hal tadi, agar terciptanya
peningkatan pendidikan Islam di era modern ini, dengan tujuan mampu
memecahkan problem umat. Disini saya akan memaparkan beberapa
pembenahan metode pendidikan yang dapat diterapkan pada era digital
ini, yaitu:
1. Penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi
media online dapat menjadi solusi bagi para guru untuk memberi
aroma-aroma dalam melakukan pembelajaran. Baik dengan cara
membagikan materi pembelajarannya, atau pun ketika memberikan
ujian atau tes-tes tertentu yang dilakukan secara online untuk
mewarnai proses pembelajaran di kelas yang biasanya terkesan
monoton.
2. Penggunaan perpustakaan digital
teks al-Qur’an dan berbagai macam tafsirnya pun dapat kita temui
secara digital. Dan kebanyakan dapat kita pasang secara gratis baik di
smartphone atau pun PC. Tidak hanya itu, bahkan kitab-kitab hadis
dari berbagai imam juga dapat kita temukan dengan mudahnya. Selain
itu juga kitab-kitab keagamaan yang berbau klasik sampai yang
kontemporer sebenarnya dapat dengan mudah kita temukan di dunia
maya, ataupun dalam bentuk aplikasi digital. Berbicara aplikasi digital,
berbagai macam aplikasi yang dapat mempermudah kita dalam mencari
bahan referensi, dengan cara yang bisa dibilang sederhana, yakni hanya
dengan memasukan kata kunci tertentu untuk informasi yang kita cari

8
maka akan dengan mudah aplikasi tersebut menemukan informasi-
informasi dari berbagai referensi kitab. Tentu saja hal ini diperlukan
adanya upaya dari kita para pengguna untuk mempelajari, menguasai
dan menjalankan aplikasi yang terkait. Beberapa aplikasi yang seperti
ini ada yang berbayar dan ada pula yang secara gratis diberikan oleh
pembuatnya. Berbagai keuntungan dari adanya perpustakaan digital
diantaranya hemat ruang, waktu dan akses yang cepat serta hemat
biaya. Dengan adanya perpustakaan digital ini juga tidak untuk
menutup peran perpustakaan riil. Diharapkan dengan penggunaan
perpustakaan digital akan lebih mudah bagi para penuntut ilmu agama
untuk mengakses berbagai referensi dengan cepat dan mudah.
3. Penggunaan internet dalam mencari dan menyebarkan informasi
berhubungan dengan Islam
kita dapat dengan mudahnya menggunakan jaringan internet untuk
mencari situs-situs yang berbau keagamaan. Masyarakat saat ini dapat
melakukan diskusi keagamaan melalui berbagai jaringan sosial. Tentu
saja, diskusi yang dilakukan dengan cara-cara yang baik pula. Bahkan
untuk ustadz/ustadzah atau guru-guru ada yang memiliki situs-situs
sendiri atau pun akaun sendiri sehingga kita dapat dengan mudahnya
membaca, mendengarkan atau pun menonton ceramah-ceramah yang
disampaikan beliau. Adapun upaya yang dapat kita lakukan dalam hal
ini yakni mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu agama agar dapat kita
bagikan dan bisa menjadi sumber yang terpercaya dalam menyiarkan
agama ini.
Diharapkan era digital ini dapat menciptakan generasi handal dalam
pendidikan Islam juga di berbagai bidang lainnya. Sehingga pendidikan
Islam dapat hadir di tengah-tengah peradaban dan menjadi solusi bagi
berbagai macam permasalahan. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya
manusia yang mampu menguasai yang berjalan beriringan antara ilmu
agama dan pengetahuan mengenai perkembangan teknologi. Dengan
demikian, metode pendidikan Islam di era digital sekarang ini harus
mampu kita terapkan agar ilmu agama tidak tertinggal dengan ilmu-ilmu
lainnya.

C. Isu-Isu Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI Di Era Digital


Meskipun pendidikan agama Islam dipandang begitu ideal dengan
landasan dari alQuran dan hadis serta pemikiran-pemikiran inspirasional para
filosof, intelektual dan mujtahid, namun dalam realitasnya, masih terdapat
berbagai problem yang melingkupinya. Hal tersebut secara jelas berdampak
secara langsung pada rendahnya kualitas umat Islam yang dilahirkan dari

9
rahim lembaga-lembaga pendidikan agama Islam. Yang pada saat yang sama
juga memicu terpinggirkannya umat Islam dalam percaturan dan peta
kontestasi global.
Problematika yang dihadapi oleh pendidikan agama Islam tidak
tunggal dan parsial. Ada sejumlah problem atau masalah yang masih
membelit yang saling terkait satu sama lain. Menurut Achmadi problem
utama pendidikan nasional, termasuk pendidikan agama Islam, adalah
kualitas pendidikan yang rendah yang memicu rendahnya kualitas SDM.
Rendahnya kualitas SDM berimbas pada rendahnya karakter bangsa. Problem
lain yang dihadapi oleh pendidikan agama Islam seperti problem ideologis,
dualisme sistem pendidikan Islam, bahasa, dan problem metode
pembelajaran.
Problem ideologis menyangkut lemahnya inisiatif dan komitmen
sebagian umat Islam dalam menghubungkan penguasaan ilmu pengetahuan
dengan kemajuan-kemajuan. Akibatnya semangat dalam menuntut ilmu,
utamanya ilmu pengetahuan sains, belum menjadi kultur di kalangan
mayoritas umat Islam. Pemahaman Islam yang reduktif dan parsial menjadi
pemicu mengapa penguasaan ilmu pengetahuan tidak mendapat tempat yang
utama. Problem ideologis ini begitu akut yang berdampak pada rendah serta
tidak meratanya kualitas generasi kaum muslim.
Problem dualisme sistem pendidikan Islam bersangkutpaut dengan
kebijakan. Kebijakan mengenai pendidikan (Islam) diatur dan dikelola oleh
instansi terkait serta instansi di bawahnya. Di tanah air, pendidikan Islam
bernaung di bawah wewenang dan otoritas Kementrian Agama (Kemenag)
sementara pendidikan umum bernaung di bawah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud). Ada pula Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang menaungi lembaga pendidikan
tinggi/perguruan tinggi umum maupun agama. Instansi-instansi di atas
mempunyai wewenang mengelola lembaga pendidikannya masing-masing.
Dualisme pengelolaan pendidikan Islam oleh Kemenag dan Kemdikbud
masih mewarnai perjalanan pendidikan Islam, meskipun saat ini terdapat
upaya untuk menjembatani problem tersebut.
Permasalahan bahasa juga mendera sebagian lembaga pendidikan
Islam di tanah air, terutama penguasaan bahasa asing, baik bahasa Arab,
bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Kemampuan SDM (pendidik
dan tenaga kependidikan) dalam menguasai bahasa asing masih rendah serta
belum merata. Padahal penguasaan bahasa asing sangat penting dalam
mengakses berbagai informasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang. Problem kebahasaan ini mesti dituntaskan agar akses dan
kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan semakin terbuka

10
bagi pengembangan dan peningkatan kualitas SDM maupun lembaga
pendidikan Islam.
Aspek pembelajaran dalam pendidikan Islam juga mengalami masalah
terutama dari sisi metode yang digunakan. Selama ini pendidikan agama
Islam mulai tingkat dasar hingga menengah, tidak menutup kemungkinan
pada tingkat pendidikan tinggi juga dijumpai dominan atau menonjolnya
metode satu arah yang cenderung monoton. Pendidik (guru atau dosen)
dianggap mempunyai peran dominan dalam proses pembelajaran di kelas, dan
kurang memberikan ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk
berkembang karena penggunaan metode pembelajaran yang satu arah tadi.
Misalnya penggunaan metode ceramah yang mengambil porsi banyak
dibandingkan metode lain yang bersifat interaktif, dialogis, dinamis dan
kritis, yang harusnya membuat peserta didik active learning.
Problem lain yang juga mengemuka pada masyarakat modern adalah
munculnya praktek-prakter pereduksian fungsi pendidikan. Pendidikan hanya
distandarkan pada upaya-upaya penyiapan tenaga kerja (praktisi) yang
berorientasi materialistik, dengan dalih untuk mendukung industrialisasi
modern dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kuantitas besar produk-produk
teknologi.18 Kondisi ini ditambah dengan kurang atau tidak relevannya
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Problem relevansi semakin
membuat pendidikan Islam nampak dilematis.
Penguasaan atau kurang melek terhadap perangkat teknologi
informasi dan komunikas juga menjadi problem yang mencuat dalam
pendidikan Islam. Lemahnya aspek ini berpengaruh pada kemampuan dalam
mengakses berbagai informasi dan kemajuan penting dalam dunia pendidikan
secara khusus dan kemajuan dunia secara umum. Hal tersebut jelas akan
mengakibatkan lemahnya kualitas SDM, seperti halnya saat ini yang terjadi
viral di media sosial kasus guru ditantang murid, ini menandakan akhlak
sangat penting dalam mengembangkan SDM.

D. Peluang Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI Di Era Digital


Disamping lahirnya tantangan-tantangan sebagai konsekuensi dari era
globalisasi tersebut, juga membuka peluang-peluang yang perlu dimanfaatkan
guna memberi kesejahteraan bagi umat manusia. Peluang-peluang tersebut
antara lain:
1. Tersedianya informasi
Dengan tersedianya informasi, berita dari luar negeri yang terdiri dari
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), informasi iman dan takwa
(imtak) dan informasi yang merupakan indikator-indikator ekonomi akan
mempercepat peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman

11
dan takwa serta antisipasi yang cepat serta tepat dalam kegiatan-kegiatan
ekonomi.
Globalisasi menyentu berbagai bidang kehidupan manusia, seperti
kegiatan ekonomi, perdagangan dan kebudayaan yang akan melahirkan
karakter peradaban dunia yang berbeda dari peradaban dunia sebelum era
globalisasi.
Informasi yang berkembang dengan pesatnya merupakan pemicu
terhadap percepatan era globalisasi ini sehingga akan semakin penting fungsi
dan peranannya. Ramalan tentang era informasi sebagai bagian dari era
globalisasi yang sedang berlangsung, menurut Djalaluddin Rakhmat
sebagaimana di kutip oleh Chotibul Umam memiliki karakteristik umum,
yakni:
a. Berbeda dengan masyarakat agrikultural yang mengukur kekayaan
dengan pemilikan sumber daya alam, dan berbeda dengan masyarakat
industrial yang meletakkan kekayaan pada pemilikan alat produksi,
masyarakat informasi menjadikan informasi sebagai kekayaan utama.
Yang paling penting dalam menetukan dalam masyarakat adalah orang-
orang yang paling banyak memiliki informasi.
b. Bila masyarakat agrikultural bertumpu pada teknologi kecil, dan
masyarakat industrial menggunakan teknologi besar, masyarakat
informasi menggunakan teknologi elektronika
c. Penggunaan teknologi elektronik telah mengubah lingkungan informasi
dari lingkungan lokal (zaman agrikultural) dan nasional (industrial) ke
lingkungan global
d. Peranan media elektronik yang demikian besar akan menggeser agen-
agen sosial tradisional; orang tua, guru, pendeta, pemerintah dan
sebagainya.
e. e. Pada era informasi, yang sanggup survive hanyalah mereka yang
berorientasi ke depan, yang bijak (yang mampu mengubah pengetahuan
menjadi kebijaksanaan.
Dampak kemajuan teknologi informasi itu ada yang positif dan
menguntungkan, dan ada yang merugikan. Di antara dampak positif dan
merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan adalah adanya kesempatan
untuk mengakses lewat permukaan bumi dalam waktu beberapa detik saja,
baik dalam bentuk gambar, suara ataupun suara bergambar, sehingga berbagai
penemuan yang dihasilkan oleh para ahli atau pakar yang terbaik dapat
dihimpun dan disebarkan kepada siapa saja dan dimanapun serta kapan saja.

2. Tersedianya atau masuknya modal

12
Besarnya jumlah modal yang tersedia diluar negeri yang siap
memasuki negara yang lebih menarik untuk melakukan investasi. Hal ini akan
menjadi peluang yang positif bagi dunia ekonomi khususnya, dan dunia usaha
pada umumnya. Karena dengan terjadinya investasi besar-besaran di berbagai
sektor usaha akan mendorong pembukaan lapangan kerja dalam jumlah yang
besar dan mendorong pula kesempatan kerja, sehingga memberikan
kesempatan bagi masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka.

3. Adanya kebijakan pendidikan dan semakin tingginya tingkat pendapatan


Kebijakan dalam bidang pendidikan yang membuka peluang bagi
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berpijak pada konsep
“link and match” atau terkaitan dan kesepadanan, yakni adanya keterkaitan
antara kebutuhan sumber daya manusia dan lapangan kerja, sehingga
mendorong dan melaksanakan konsep pendidikan untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas, di perkirakan pada tahun 2020, dengan negara yang sedang
berkembang dalam wilayah asia pasifik memasuki globalisasi ekonomi. Ini
berarti batas negara dalam perdagangan investasi menjadi kabur, oleh karena
rintangan-rintangan arus barang, jasa dan modal antara negara yang menjadi
anggota APEC menjadi menipis atau hilang sama sekali. Kegiatan perdangan
berkaitan dengan proses industrialisasi yang membawa perubahan struktur
ekonomi dan kesempatan kerja. Struktur tenaga kerja pun terdeferensiasi,baik
secara horizontal maupun maupun vertikal.
Proses industrialisasi dan perdagangan menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi, oleh karena proses ini menciptakan nilai tamab, mengolah bahan
menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi.42 Berbagai kebijakan dalam
bidang pendidikan yang di tempuholeh pemerintahan orde baru seperti
melalui SKB 3 Mentri tahun 1976, pengangkatan guru melaui program UGK
(ujian guru agama), serta undang- undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional ternyata masih menggambarkan sikap yang setengah hati
dan belum sungguh- sungguh untuk memberdayakan rakyat indonesia melalui
dunia pendidikan. Hasil komisi penelitian tim Reformasi pendidikan yang di
ketuai Prof. Dr. Soeyanto dari universitas negeri yogyakarta misalnya
menyebutkan bahwa pendidikan yang di laksanakan pada zaman orde baru
belum mampu menghasilkan pendidikan yang unggul dan memberdayakan
peserta didik.
Pemerintah orde baru juga belum dapat memeberikan pendidikan yang
lapangan kerja, sehingga mendorong dan melaksanakan konsep pendidikan
untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, baik

13
dari segi kuantitas maupun kualitas, di perkirakan pada tahun 2020, dengan
negara yang sedang berkembang dalam wilayah asia pasifik memasuki
globalisasi ekonomi. Ini berarti batas negara dalam perdagangan investasi
menjadi kabur, oleh karena rintangan-rintangan arus barang, jasa dan modal
antara negara yang menjadi anggota APEC menjadi menipis atau hilang sama
sekali. Kegiatan perdangan berkaitan dengan proses industrialisasi yang
membawa perubahan struktur ekonomi dan kesempatan kerja. Struktur tenaga
kerja pun terdeferensiasi,baik secara horizontal maupun maupun vertikal.
Proses industrialisasi dan perdagangan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi,
oleh karena proses ini menciptakan nilai tamab, mengolah bahan menjadi
bahan setengah jadi dan barang jadi.
Berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan yang di tempuholeh
pemerintahan orde baru seperti melalui SKB 3 Mentri tahun 1976,
pengangkatan guru melaui program UGK (ujian guru agama), serta undang-
undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional ternyata
masih menggambarkan sikap yang setengah hati dan belum sungguh-
sungguh untuk memberdayakan rakyat indonesia melalui dunia pendidikan.
Hasil komisi penelitian tim Reformasi pendidikan yang di ketuai Prof. Dr.
Soeyanto dari universitas negeri yogyakarta misalnya menyebutkan bahwa
pendidikan yang di laksanakan pada zaman orde baru belum mampu
menghasilkan pendidikan yang unggul dan memberdayakan peserta didik.
Pemerintah orde baru juga belum dapat memeberikan pendidikan yang

E. Tantangan Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI di Era Digital


Globalisasi merupakan kecenderungan terbukanya sekat-sekat
pembatasan dari berbagai faktor kehidupan seperti; batas wilayah, sosial,
geografis, budaya, ekonomi dan aspek-aspek lainnya yang dipicu dan dipacu
oleh kemajuan media komunikasi. Hal ini sejalan dengan pandangan yang
dikemukakan oleh Abduddin Nata menyatakan bahwa abad ke 21 yang
selanjutnya disebut era globalisasi adalah merupakan suatu keadaan dimana
antara manusia dengan manusia lainnya yang berlatar belakang geografis,
budaya, agama, nilai-nilai, bahasa lainnya akan dapat disatukan melalui
teknologi komunikasi seperti radio, televisi, telepon, faksimili, dan lain
sebagainya. Melalui peralatan tersebut, maka manusia akan mengetahui
berbagai keadaan yang terjadi dibelahan dunia lain dalam waktu yang
bersamaan.
Sedangkan dalam makalah yang diterbitkan badan pembinaan
pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila
memberikan definisi era globalisasi dengan menyatakan bahwa globalisasi
secara praktis dapat di nyatakan sebagai suatu kondisi global dimana batas-

14
batas negara akan semakin lemah efektifitasnya dalam menghambat berbagai
macam arus dari luar dalam suatu negara, dan dalam mendorong berbagai
macam arus dari dalam keluar suatu negara.
Berdasarkan kedua pengertian globalisasi atau era globalisasi tersebut,
memberikan pemahaman bahwa globalisasi memiliki inti pengertian
terbukanya atau menyatunya bagian-bagian aspek kehidupan manusia yang
mencakup seluruh sektor kehidupan yang di dorong oleh kemajuan teknologi
informasi, dengan berbagai bentuk media penyampaiannya.
Senada dengan hal tersebut, A.M. Saefuddin dalam sebuah tuisannya
mengatakan bahwa perubahan-perubahan global yang sedang dan akan terjadi
dalam masa depan yang dekat yakni sebagai berikut:
1. globalisasi informasi dan komunikasi, sebagai akibat dari kemajuan
teknoloogi dan pembangunan sarana/prasarana informasi dan komunikasi
dengan jangkauan yang makin global.
2. globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas, globalisasi keuangan dan
pemilikan kapital, globalisasi pasar dan perusahaan tradisional
“corporation”
3. globalisasi gaya hidup dan pola komsumsi, globalisasi budaya, globalisasi
persepsi dan kesadaran.
4. globalisasi media massa cetak dan elektronik.
5. globalisasi politik dan wawasan.
Dengan era globalisasi kecepatan dan percepatan makin tinggi,
kapasitas atau kemampuan lebih besar untuk menyebarkan informasi yang
makin banyak ragamnya. Demikian pula dengan pembangunan berbagai
jaringan informasi seperti jaringan internet memiliki jangkauan global yang
lebih penuh dan merata, sangat beragam dan Heterogen.
Dampak lain dari globalisasi adalah lahirnya gaya hidup dan pola
komsumtif. Hal ini terjadi melalui proses pengalihan dan penyerapan gaya
hidup baru yang dominan. Sebagaimana di gambarkan oleh Yusuf Amier
Feisal yang menyatakan bahwa globalisasi berbagai bidang kehidupan, seperti
ekonomi dan perdagangan, kebudayaan, informasi melalui media elektronika
memunculkan gaya hidup dan gaya yang bersifat global pula. Diberbagai kota
besar di Indonesia, kita dapat menyaksikan gaya hidup lapisan masyarakat
yang mencerminkan gaya masyarakat negara maju (barat). Gaya hidup yang
berakar pada budaya asing tersebut tentu tidak selamanya sesuai dengan
sendi-sendi budaya nasional. Keterbukaan kita terhadap arus informasi global
melalui media elektrinik seperti TV, berbagai program komputer, dan
sebaginya selain menunjukan sisi positif yang memperkaya budaya kita juga
tidak jarang berdampak negatif.

15
Dengan menyimak pandangan yang dikemukakan di atas, dapat
dipahami bahwa era globalisasi sebagai suatu era yang di tandai dengan
berbagai tantangan di mana tantangan-tantangan tersebut dapat bermanfaat
dan membina keberuntungan jika dipahami karakteristiknya. Namundapat
pula menjadi suatu ancaman yang membahayakan jika keliru meresponnya.
Dalam sebuah tulisannya dengan judul Paradigma Kesamaan Ilmu
Pengetahuan dan Agama Menurut Al-Qur’anul Karim, Ikha Rochdjatun
Sastra Hidayat mengajukan dua masalah yang akan timbul dalam era
globalisasi sebagai tantangan yang akan dihadapi manusia, yakni:
a. Eksploitasi perekonomian dunia terdahulu besar oleh negara donor
terhadap bangsa-bangsa penerima bantuan. Dalam kondisi ini terlihat
bahwa bantuan moneter dari negara donor jelas tidak meningkatkan
potensi ekonomi dari negara penerima bantuan.
b. Masuknya teknologi dan juga tingkat sistem produksi terhadap konsumsi
negara. Masuknya teknologi elektronik dalam bentuk TV, video, film,
radio dan lain-lain telah terbukti bahwa paling baik adalah memasuki
budaya dimana teknologi itu dihasilkan.

Konsekuensi- konsekuensi dari era globalisasi sebagaimana


dipaparkan diatas, juga tidak terlepas dari rapuhnya budaya dan nilai-nilai
agama yang ada pada masyarakat sehingga semakin mempercepat
berkembangnya pola-pola gaya hidup yang cenderung mengarah kepada
disintegrasi dan destruktif. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi dunnia
pendidikan dewasa ini dan dimasa-masa yang akan datang dimana guru
memegang fungsi dan peranan yang urgen.

Tantangan-tantangan yang akan muncul di era globalisasi yang


kecenderungannya mulai dirasakan saat ini digambarkan pula oleh Fuad
Amsyari yang menyatakan bahwa:....., kesenjangan antara negara maju dan
negara yang sedang berkembang dalam status ekonomi semakin melebar
tidak mendekat. Persaingan ekonomi biasanya dimenangkan oleh yang kuat,
yaitu negara maju. Sumber daya alam dinegara yang sedang berkembang
semakin tipis karena di eksploitasi oleh yang kuat. Globalisasi menjadi suatu
tema untuk mengkondisikan dunia untuk menyediakan sumber daya alam
untuk semakin dieksploitasi lebih luas lagi oleh manusia atas nama
pembangunan ekonomi.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metodologi pembelajaran PAI adalah ilmu yang mempelajari cara
yang paling tepat (efektif) dan cepat (efisien) untuk mencapaian tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Metodologi pembalajaran PAI harus
dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang
menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi
antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya
menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap
dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan kata lain meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian, GPAI harus cerdas dalam memilih metode
pembelajaran, dan GPAI dituntut untuk selalu megembangkan dan
memperbaharui (berinovasi) dalam menggunakan metode pembelajaran,
hingga dapat merubah kebiasaan yang lama yaitu merasa cukup dengan
metode konvensional yang sudah ada.

B. Saran
Penulis mengaharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini
karena penulis menyadari makalah masih ada kekurangan, untuk
memperbaikinya kedepan.

17
DAFTAR FUSTAKA

Ahmadi, Abu et all., Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) Ahmad,

Muhammad, Tanggung Jawab Pendidikan Agama Islam (Diktat Ilmu Pendidikan


Islam), Ujung Pandang: IAIN Alauddin,1991)

Ali, M.Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendiidik,(Jakarta: Mutiara,1997)

Amsyari,Fuad Pentingnya Lingkungan Hidup Dalam Kehidupan Manusia Sebagai


Ayat-ayat Ilmiah Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: GIP 1996)

Daradjat, Zakiyah et.all., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1992

Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan


Penyelenggara Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, 1991)

Dewantara,Ki Hajar, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majlis Luhur


Persatuan Taman Siswa, 1962), Ditbimpaisum, Pedoman Pembinaan Guru
Agama Islam Pada Sekolah Umum, Jakarta: Dirjen Binbaga Islam
Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam, 1990/1991

Fadjar A. Malik. Reorientasi pendidikan Islam, (Jakarta Fajar Dunia),1999),

Feisal, Jusuf Amier, Reorientasi Pendidikan Islam, Cet I, ( Jakarta: Gema Insani
Press, 1996)

Hidayat, Ika Rochjatun Sastra, Paradikma Kesamaan Ilmu Pengetahuan dan


Agama Menurut Al-Qur’an al-Kariem, Cet I,(Jakarta: Gema Insani Press,
1996)

Hidayat, Komaruddin, Memetakan Kembali Struktur Keilmuan Islam Kata


Pengantar dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri, Dinamika Pemikiran
Islam di Perguruan Tinggi: Wacana tentang Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Logos 2002)

18

Anda mungkin juga menyukai