Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu: Ns. Margiyati., M. Kep

Disusun Oleh :

MAHENDRA PIPIT PUSPITASARI

20101440119065

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2021
2.1 Konsep Gangguan Sistem
A. Pengertian Sistem Endokrin
System endokrin adalah system control kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormone yang tersirkulasi ditubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan
dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. System endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seeperti kelenjar ludah. Kelenjar keringat, dan kelenjar-
kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

B. Anatomi Sistem Endokrin


1. Kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen hormon-hormon
tertentu yang bertindak sebagai pengedali berbagai aspek tubuh manusia. Hormon
yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah,
produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya. Kelenjar
ini sering dijuluki “kelenjar master” karena hormon yang disekresi olehnya mengatur
fungsi kelenjar lain juga. Hormon-hormon ini dapat diproduksi baik dari depan
(anterior) atau bagian belakang (posterior) dari kelenjar tersebut.
- Hormon adrenokortikotropik (ACTH): Hormon ini merangsang produksi hormon
adrenal.
- Hormon perangsang folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH):
Hormonhormon ini mengatur produksi estrogen dan progesteron pada tubuh
wanita dan produksi testosteron pada tubuh pria. Letaknya di ovarium dan testis.
- Hormon pertumbuhan (GH): Hormon ini sangat penting dalam pertumbuhan
tubuh manusia, terutama di tahun-tahun awal. Untuk anak-anak, hormon ini
membantu menjaga komposisi tubuh yang sehat. Untuk orang dewasa, GH
bertindak sebagai penyeimbang distribusi lemak serta menjaga kesehatan tulang
dan otot.

2
- Prolaktin: Fungsi utama hormon ini adalah menstimulasi produksi ASI pada
wanita. Hormon ini juga memiliki efek pada aktivitasseksual yang berbeda pada
pria dan wanita.
- Hormon perangsang tiroid (TSH): Hormon ini merangsang kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormonnya sendiri, yang bertugas mendorong metabolisme pada
hampir seluruh jaringan tubuh.
2. Kelenjar tyroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring.
Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat
protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid
dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Tiroid mengeluarkan
dua hormon penting, yaitu:
1) Triiodotironin (T3)
2) Tiroksin (T4)

Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir


bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa. Jika Tiroid
mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin (Hipotiridisme), maka tubuh
akan merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah.
Sebaliknya jika terlalu banyak (Hipertiroidisme), tubuh akan berkeringat, merasa
gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan berkurang.

3. Kelenjar parathyroid
Kelenjar parathyroid adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang memproduksi
hormon paratiroid. Manusia biasanya mempunyai empat kelenjar paratiroid, yang
biasanya terdapat di bagian belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat
dengan kelenjar tiroid sehingga disebebut dengan "paratiroid", atau, di kasus yang
langka, di dalam kelenjar tiroid itu sendiri atau di dada. Hormon paratiroid
mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Hormon Paratiroid bisa
menurun sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid karena
ikut terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan kadar kalsium

3
dalam darah hipokalsemia. Hormon Paratiroid mengakibatkan : peningkatan resorpsi
kalsium daritulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi
kalsium di Saluran cerna oleh Vitamin D. Namun, Peningkatan kadar hormon
paratiroid juga mengakibatkan penurunan kadar fosfat dalam darah, karena hormon
ini meningkatkan sekresi fosfat dalam darah.
4. Kelenjaar adrenal
Kelenjar adrenal adalah dua kelenjar kecil yang menjadi bagian dari sistem
endokrin atau sistem hormon. Sebagai bagian dari sistem hormon, kelenjar adrenal
memang bertugas dalam menghasilkan hormon-hormon yang berperan penting untuk
tubuh. Kelenjar adrenal terletak di bagian atas masing-masing ginjal. Kelenjar-
kelenjar ini dikendalikan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis yang terletak di
bagian bawah otak. Kelenjar pituitari memerintahkan kelenjar adrenal terkait jumlah
hormon yang perlu dilepaskan. Apabila penyampaian sinyal terkait jumlah hormon
terganggu, maka bisa memicu ketidakseimbangan hormonal di tubuh. Apabila
kadarnya tak seimbang, berbagai gejala dan gangguan medis pun dapat terjadi.
Hormon adrenalin merupakan salah satu hormon yang dihasilkan kelenjar ini.
Kelenjar adrenal juga menghasilkan hormon kortisol, noradrenalin, dan aldosteron.
Berikut pembahasannya:
a. Hormon kortisol
Hormon kortisol atau hormon stres dihasilkan di lapisan adrenal luar (korteks).
Kortisol berperan dalam mengendalikan reaksi kita terhadap stres. Kortisol juga
berperan dalam kontrol metabolisme, gula darah, dan tekanan darah.
b. Hormon aldosteron
Hormon aldosteron juga dihasilkan di lapisan adrenal luar. Hormon ini
memainkan peran dalam pengendalian tekanan darah dengan memelihara
keseimbangan kalium dan natrium dalam tubuh.
c. Hormon adrenalin
Disebut juga hormon epinefrin, hormon adrenalin dihasilkan di lapisan adrenal
dalam atau medula. Hormon adrenalin bekerja sama dengan hormon kortisol dan
noradrenalin dalam mengatur reaksi tubuh terhadap stres. Hormon ini membuat

4
detak jantung kita lebih cepat, aliran darah menjadi meningkat, dan merangsang
tubuh untuk melepaskan gula menjadi energi.
d. Hormon noradrenalin
Hormon noradrenalin disebut juga dengan hormon norepinefrin. Hormon ini
bekerja sama dengan hormon kortisol dan adrenal dalam mengatur reaksi tubuh
terhadap kondisi stres. Hormon ini juga memengaruhi cara otak memperhatikan
dan merespons berbagai peristiwa, seperti peningkatan detak jantung, memicu
pelepasan glukosa ke dalam darah, dan meningkatkan aliran darah ke otot.
5. Kelenjar pankreas
Kelenjar pankreas itu sendiri merupakan salah satu organ yang terdapat pada
sistem pencernaan pada manusia. Karena begitu besarnya manfaat kelenjar pankreas
sangat mempengaruhi kinerja sistem organ di dalam tubuh kita. Jadi, apabila kelenjar
pankreas ini mengalami gangguan maka sudah pasti berbagai macam proses kimiawi
yang terjadi di dalam tubuh kita juga tentunya akan mengalami gangguan seperti
halnya metabolisme protein atau pun metabolisme lemak yang tidak bisa bekerja
maksimal. Pada sadarnya komponen – komponen di dalam tubuh bekerja sama antara
satu dengan yang lainnya. Adapun kelenjar pankreas ini terdapat dalam pulau – pulau
hangerlandas. Kelenjar ini terdiri atas dua tipe, yaitu alpa dan juga beta. Adapun
fungsi dari kelenjar jenis ini adalah untuk menghasilkan atau memproduksi hormon
glucagon dan juga hormon insulin. Tanpa adanya insulin, keseimbangan metabolisme
menjadi terganggu.
6. Kelenjar gonad
adalah kelenjar endokrin yang menghasilkan gamet (sel germinal) dari suatu
organisme. Dalam betina dari spesies sel-sel reproduksi adalah sel telur, dan pada
jantan sel-sel reproduksi adalah sperma. [2] Gonad laki-laki, testis, menghasilkan
sperma dalam bentuk spermatozoa. Gonad wanita, indung telur, menghasilkan sel
telur. Kedua gamet ini, adalah sel-sel germinal haploid.
7. Kelenjar pineal
Kelenjar pineal terletak pada tengah – tengah otak dan menghasilkan hormon
timosin yang berfungsi untuk mengatur ritme biologis, misalnya saja pada saat tidur.
Pada saat malam hari, konsentrasi melantonin akan tinggi sehingga membuat

5
seseorang akan mengantuk sehingga tidur. Sedangkan pada siang hari, konsentrasi
melantonin ini akan rendah sehingga membuat seseorang menjadi terjaga. Oleh
karena itulah fungsi hormon ini sangatlah berperan penting bagi aktivitas manusia
sehari – hari.
8. Kelenjar Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang terletak di bagian atas rongga dada.
Kelenjar ini mempunyai fungsi untuk menghasilkan hormone timosi yangberfungsi
untuk pematangan limfosit T. Adapun limfosit T ini merupakan sejenis sel darah
putih yang berperan dalam membantu menjaga sistem kekebalan tubuh (imunitas)

2.2 Konsep Penyakit


A. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang di temukan
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada penderita penyakit
diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner and Bruckel,
2014).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar
gula darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi
karena peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan sekresi
insulin sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014).

B. Etiologi Diabetes Melitus


Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Riyadi, 2011). Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan
etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel Bmelepas insulin.

6
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang
diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat
C. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a. Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini
penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
b. Gejala lain yang muncul
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi
imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan
kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.

7
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak
sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar
utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk
penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun
karena kerusakan hormon testosteron.
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia

D. Pathofisologis Diabetes Melitus dan Pathway Diabetes Melitus


Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin

8
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam
basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe
II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering

9
terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

PATHWAY

10
E. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori
mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
1. Komplikasi Metabolik Akut
a. Hyperglikemia

11
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. Hiperglikemia
mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti
jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah
yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat
mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan
mengakibatkan penderita DM mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit insulin tergambar pada
perubahan metabolik sebagai berikut:
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
2) Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap
terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen
berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat meningkat dan
lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan
asam amino dan lemak.

Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia, yaitu :

1) Ketoasidosis Diabetik (DKA)


Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi
dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton.
Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan
produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis
osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Pasien dapat
menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak,
pasien akan mengalami koma dan kematian.

12
2) Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi
insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis.
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia
menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
3) Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat
menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadinya
hipoglikemia. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah turun
dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Tingkatan hypoglikemia
adalah sebagai berikut:
a. Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai
tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
c. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi
yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaran.

13
Penanganan harus segera diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral
misalnya 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah
atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau madu. Bagi pasien yang tidak
sadar, tidak mampu menelan atau menolak terapi, preparat glukagon 1 mg
dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon yang
diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan
glukosa

2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang


a. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan
saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).
b. Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.
Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan
darah

F. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus


Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah

No Pemeriksaan Normal
1 Glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl
2 Glukosa darah puasa > 140 mg/dl
3 Glukosa darah 2 jam setelah makan > 200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)


2. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine

14
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.

G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu :
a. Diet
Syarat diet :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM yaitu :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan/tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaknya mengikuti
pedoman 3 J yaitu :
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau
ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi


penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of
relative body weight ( BPR = berat badan normal) dengan rumus:

BPR = BB(kg) X 100%

15
TB(cm) -100

Keterangan :

1) Kurus (underweight) : BPR110%


2) Normal (ideal) : BPR 90%-110%
3) Gemuk (overweight) : BPR > 110%
4) Obesitas apabila : BPR> 120%
a) Obesitas ringan : BPR 120% -130%
b) Obesitas sedang : BPR 130% - 140%
c) Obesitas berat : BPR 140 – 200%
d) Morbid : BPR > 200%
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik

c. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.
Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes

16
d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan
e. Pementauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f. Melakukan perawatan luka
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila
terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien
lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari
faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan
dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed
atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin.
b. Obat antidiabetic oral
1) Sulfonylurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non
ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang
demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia 40 lebih rendah. Dosis
dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya

17
tidak aktif sedangkan metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid
memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif
yang lebih sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru
sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari fungsi sel beta
pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
2) Golongan Biguanid Metformi
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia
karena dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut
usia harus memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang
rendah disebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua
3) Penghambat alfa glukosiade/acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan
penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif
dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan
pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes ringan. Efek samping
gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka
yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi
hal tersebut tidak menjadi masalah klinis.
4) Thiazolidinediones
memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek
insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah
terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan
hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung.
Thiazolidinediones adalah obat yang relative

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

18
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
pasien,umur, keluhan utama
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan
nyeri, kesemutan pada esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala,
menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang
menderita DM
2) Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki
diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan
kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya
resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra
Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi

19
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya
perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko
lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi

20
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
3) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa
tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan
mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya
tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP
(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan kesadaran
acidosis metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya
kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas,
sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa
terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis
Cooperative(CMC)

21
2. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah
(D.0027)
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan b.d pencegahan diabetes melitus
(D.0112)

3. Intervensi

No. Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx
1. Ketidakstabila Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
n kadar keperawatan selama 3x24 jam (I.03115)
glukosa darah diharapkan Kestabilan Kadar
Observasi
b.d gangguan Glukosa Darah (L.03022)
toleransi meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan

glukosa darah penyebab hiperglikemia


1. Pusing dari skala 1
(D.0027) - Monitor kadar glukosa darah
meningkat ke skala 5
- Monitor tanda dan gejala
menurun
hiperglikemia
2. Lelah/lesu dari skala 1
meningkat ke skala 5 Terapeutik
menurun - Berikan asupan cairan oral
3. Mulut kering dari skala 1
Edukasi
meningkat ke skala 5
menurun - Ajarkan pengelolaan diabetes
4. Rasa haus dari skala 1
meningkat ke skala 5
menurun
5. Kadar glukosa dalam darah
dari skala 1 memburuk ke
skala 5 membaik

22
2. Kesiapan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Prosedur Tindakan
peningkatan keperawatan selama 3x24 jam (I.12442)
manajemen diharapkan Manajemen
Observasi
kesehatan b.d Kesehatan (L.12104) meningkat
pencegahan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan

diabetes kemampuan menerima informasi


1. Melakukan tindakan untuk
melitus
mengurangi faktor resiko Terapeutik
(D.0112)
dari skala 1 menurun ke - Sediakan materi dan media
skala 5 meningkat pendidikan kesehatan
2. Menerapkan program - Jadwalkan pendidikan kesehatan
perawatan dari skala 1 sesuai kesepakatan
menurun ke skala 5
Edukasi
meningkat
3. Aktivitas hidup sehari-hari - Jelaskan tujuan dan manfaat
efektif memenuhi tujuan tindakan yang akan dilakukan
kesehatan dari skala 1 - Jelaskan perlunya tindakan
menurun ke skala 5 dilakukan
meningkat - Jelaskan keuntungan dan
kerugian jika tindakan dilakukan
- Jelaskan langkah-langkah
tindakan yang akan dilakukan
- Jelaskan persiapan pasien
sebelum tindakan dilakukan
anjurkan kooperatif saat tindakan
dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

23
Avigusta Pramuditya, R. O. N. A. N. D. (2020). Studi Literatur Asuhan Keperawatan Pada
Dewasa Penderita Dm Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan Defisien Pengetahuan Tentang
Penyakit Diabetes (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny. N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Kirana


Rumah Sakit Tk. Iii Dr. Soetarto Yogyakarta (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).

Manurung, N. (2017). Sistem Endokrin. Deepublish.

Mertajaya, I., Leniwita, H., & Ronny, R. (2019). Modul Praktikum Laboratorium Ilmu Biomedik
Dasar.

Utomo, D. W., & Suprapto, N. H. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Pada
Sistem Endokrin Manusia Dengan Metode Dempster-Shafer. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi Dan Ilmu Komputer E-Issn, 2548, 964x.

Muthia Varena, M. V. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny Z Dengan Diabetes Melitus Di


Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rsam Bukittinggi Tahun 2019 (Doctoral Dissertation,
Stikes Perintis Padang).

24

Anda mungkin juga menyukai