Anda di halaman 1dari 5

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2002, VOLUME 2, NOMOR 2, (60-64)

Pengaruh Suplementasi Kobalt and Vitamin B12


Terhadap Pertambahan Bobot Bad an, Konsumsi
Bahan Kering dan Efisiensi Penggunaan Pakan
Domba Priangan

Diding Latifudin, Atun Budiman, Denny Rusmana


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Vitamin B12 dan Kobalt
terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan
domba priangan. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan rancangan acak lengkap,
terhadap empat perlakuan dengan 5 kali ulangan. Perlakuan pertama (R-l) yang diberikan
adalah pemberian Co-sulfat sebanyak 0,5 ppm, perlakuan kedua (R-2) adalah pemberian
preparat Vitamin B12 sebanyak 0,5 ug/kg bobot hidup, perlakuan ketiga (R-3) adalah
merupakan kombinasi dari R-l dan R-2 yaitu pemberian Co-carbonat sebanyak 0,25 ppm
pemberian preparat Vitamin B12 sebanyak 0,25 fig/kg bobot hidup, sedangkan perlakuan ke
empat (R-4) merupakan kontrol yaitu hanya diberi ransum basal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering
dengan nilai R-4, R-3, R-2, dan R-l berturut-turut adalah 858,32; 927,30; 930,04; dan 932,30
g/ekor/hari, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan (PBB) dan efisiensi
penggunaan pakan (EPP). Nilai rataan untuk PBB berturut-turut dari mulai R-4, R-l, R-3, dan
R-2 adalah 3.620, 3.940, 5.100 dan 5.200 g selama penelitian (delapan minggu). Nilai rataan
EPP berturut-turut dari R-4, R-l, R-3, dan R-2 adalah 7,41; 7,45; 9,77; dan 9,83 persen.
Kata kunci : kobalt, Vitamin B12, konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan,
efisiensi protein, domba

Abstract
The objectives of this research was to study the effects of suplements Vitamin B12 and
Cobalt on average daily again, dry matter intake, and feed efficiency of Priangan sheep. The
experimental method arranged in completely randomized design with four kind of treatments
was replicated five times. The first treatment (R-l) was suplement of 0,5 ppm Cobalt-sulfat,
the second treatment(R-2) was suplement of 0,5 ug / kg body weight Vitamin BI, the
threeth treatment was suplement of 0,25 ppm Cobalt-sulfat and 2,5 ug Vitamin B12, and
fourth treatment was control (R-4). The result of the research indicated that treatment had not
significant (P>0,05) on dry matter intake with values for R-4, R-3, R-2, and R-l were
858.32; 927.30; 930.04; and 932.30 g/h/d respectively but significancy (P<0,05) on average
daily again and feed eficiency. The values of average daily again for R-4, R-l, R-3, and R-2
were 3,620; 3,940; 5,100 and 5,200 g respectively during research (8 weeks). The values of
feed eficiency for R-4, R-l, R-3, and R-3 were 7.41; 7.45; 9.77; and 9.83 persent
respectively.
Key words : cobalt, vitamin B12, dry matter intake, average daily again, feed efisiensi,
sheep.

Pendahuluan norma gizi untuk protein hewani yakni 4,5 g


Keberhasilan pembangunan nasional ternyata /kapita/hari.
telah mampu meningkatkan daya beli masyarakat Sehubungan dengan hal tersebut, ternak
sehingga permintaan terhadap protein hewani domba merupakan salah satu harapan sebagai
meningkat pula, namun terbukti bahwa permintaan pemasok sumber protein hewani. Ternak domba
akan protein hewani itu belum mampu terpenuhi. yang merupakan ternak ruminansia kecil ini
Hal ini tampak dari belum tercukupinya target mempunyai kelebihan dari ternak lain yaitu
pemeliharaannya yang relatif mudah, dagingnya terikat kuat sebagai gugus prostetiknya. Vitamin
disukai masyarakat, petani kecilpun mampu B12 bersifat unik diantara semua vitamin lainnya,
memiiikinya dan bahkan petani buruh yang tidak yaitu molekul ini tidak hanya mengandung suatu
punya lahan sama sekali. Namun yang menjadi molekuk organik yang kompleks, tetapi juga unsur
kendala adalah rendahnya pertumbuhan kelumit esensial yaitu kobalt. Vitamin B I 2 yang
dibandingkan dengan kondisi peternakan yang biasanya diisolasi disebut sianokobalamin sebab
komersial apalagi kalau dibandingkan dengan molekul ini mengandung gugus siano yang
kondisi di negara maju terutama bila menghadapi berikatan dengan kobalt (Lehninger, 1995).
kekurangan hijauan. Vitamin B12 mendapat perhatian khusus
Berbeda dengan ternak non-ruminansia, ternak untuk ruminansia dewasa, karena Vitamin B12
ruminansia seperti halnya domba, rumennya berperan dalam metabolisme propionat, dan karena
memiliki kapasitas tinggi, sampai 20 liter bahkan kejadian defisiensi Vitamin B 1 2 merupakan
lebih. Rumen ini menyusun suatu ruangan dampak dari defisiensi kobalt. Lahan yang
fermentasi yang besar, tempat berbagai spesies defisiensi kobalt akan kurang menyediakan kobalt
bakteri bekerja sama untuk memecahkan dala m tana ma n, sehingga kurang cukup
komponen makanan utama, terutama selulosa, mendukung sintesis Vitamin B I 2 dalam di dalam
yang tidak terhidrolisis oleh enzim pencernaan rumen. Sianokobalamin berkontribusi 10-20
normal manapun, yang disekresi oleh hewan. persen dari total aktivitas Vitamin B12 disintesis
Bakteri rumen menghidrolisis selulosa dengan oleh mikroba dalam rumen. Walaupun belum
ikatan B (1,4) di antara residu glukonya untuk tercatat secara otentik, banyak pihak yang
menghasilkan D-glukosa bebas. menduga sebagian besar kawasan di Indonesia
Tetapi bakteri tidak berhenti sampai di sini. rendah ketersediaan mineral kobaltnya terutama di
Bakteri ini melakukan fermentasi hampir semua daerah yang lebih tinggi di permukaan laut, dengan
glukosa untuk membentuk laktat dan produk lain curah hujan yang tinggi.
terutama asetat, propionat dan butirat. Pada domba Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong
hanya beberapa gram glukosa yang tidak untuk inencoba melakukan penelitian mengenai
difermentasi, yang mengalir dari saluran usus halus pengaruh pemberian kobalt dan vitamin B I 2
ke dalam aliran darah dalam waktu 24 jam. Terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi
Domba seperti halnya hewan non-ruminansia, bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan
domba memerlukan juga glukosa darah untuk Domba Priangan.
memberikan bahan bakar jaringan otak dan
jaringan lain yang diperlukan untuk hidup pokok, Metode
pertumbuhan, produksi dan repro duksi. Penelitian ini dilakukan pada 20 ekor domba
Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan domba betina priangan dengan umur kira-kira 1 tahun
akan glukosa terus menerus bergantung pada dengan bobot badan yang berkisar antara 19,1 -
glukoneogenesis yang berlangsung pada kecepatan 22,2 kg dengan koefisien variasi 4,54% seluruhnya
yang amat tinggi di dalam hati domba. berasal dari domba yang dipelihara di Stasiun
Laktat yang dibentuk dalam rumen melalui Pengembangan Ternak Domba (SPTD). Sebelum
fermentasi bakteri diabsorpsi ke dalam darah dan percobaan domba-domba diberi phenotiazine
diubah menjadi glukosa dalam hati. Produk utama sebanyak 10 g tiap ekor dan kandang didesinfektan
fermentasi glukosa lainnya di dalam rumen, dengan kreolin dan detergent, kemudian ternak
propionat berkarbon tiga, diubah menjadi glukosa domba diletakkan secara acak dimasukkan ke
oleh suatu lintas yang terjadi baik pada hewan dalam kandang individual berukuran 1 m x 0,40 m
ruminansia maupun non-ruminansia, tetapi secara yang dilengkapi dengan tempat makanan.
kuantitatif lebih penting pada hewan ruminansia. Rancangan percobaan yang dipakai adalah
Lintas ini amat menonjol karena dua alasan khusus Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan
(1) lintas ini mencakup tahap penggunaan karbon dan 5 kali ulangan. Perlakuan pertama ( R - l )
dioksidasi ke dalam bentuk organik pada reaksi pemberian ransum basal yang disuplementasi Co-
karboksilasi propional Ko-A: (2) lintas sulfat sebanyak 0,5 ppm berdasarkan kebutuhan
glukoneogenik dari propionat menjadi glukosa adalah 0,10 ppm dan toleransi kelebihan 10 ppm
mencakup tahap yang digiatkan oleh enzim yang (NRC, 1988), perlakuan kedua (R-2) pemberian
mengandung bentuk koenzim vitamin B12 yang ransum basal yang disuplementasi preparat
Vitamin B12 sebanyak 0,5 |u.g/kg bobot hidup, Hasil dan Pembahasan
perlakuan ketiga (R-3) pemberian ransum basal Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan
yang disuplementasi Co-sulfat sebanyak 0,25 ppm Kering
pemberian preparat Vitamin B12 sebanyak 0,25 Konsumsi bahan kering dalam penelitian ini
|j.g/kg bobot hidup, sedangkan perlakuan ke empat adalah konsumsi yang dicatat tiap hari dan
(R-4) merupakan kontrol yaitu hanya diberi ransum diakumulasikan selama delapan minggu penelitian.
basal yaitu Rumput Bede dan konsentrat. Rataan konsumsi pakan selama penelitian dapat
Komposisi zat makanan penyusun ransum basal dilihat pada Tabel 3, untuk bahan perbandingan
dapat dilihat pada Tabel 1. tabel ini dilengkapi juga dengan rata-rata
konsumsi/ hari /ekor.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Rumput Bede dan
Konsentrat Penelitian (%)
Tabel 3. Rataan Konsumsi Pakan Selama Penelitian (g)
Zat Gizi Rumput Bede Konsentrat
Ulangan Perlakuan
Air 79 11,2
R-1 R-2 R-3 R-4
Abu 7,6 2
(g)
Protein Kasar 4,7 6,55
1 48.420 57.100 57.600 48.180
Lemak Kasar 1,9 16.98
7,47 2 48.400 51.660 48.820 49.880
Serat Kasar 37,9 3 54.240 49.480 57.860 49.600
Bahan Ekstrak Tiada N 47,9 9,24
59,76 4 57.360 56.760 49.200 48.080
5 56.640 50.880 50.800 48.880
Rumput Bede diberikan adlibitum dua kali pada Rataan 53.012 53.178 52.856 48.924
pukul 9.00 dan 14.00, sedangkan konsentrat Rataan Harian 930.040 932,950 927.300 858.320
diberikan terbatas sebanyak 300 gram pada pukul Keterangan
7.00, susunan ransum konsentrat penelitian R-1 = Ransum basal + Cobalt sulfat 0.5 ppm dari
bahan kering (BK)
disajikan pada Tabel 2. Suplementasi preparat Co-
R-2= Ransum basal + Vitamin Bl2 0,5u g/kg bobot badan
sulfat dan Vitamin B12 dilarutkan dalam air R-3 = Ransum basal + Cobalt sulfat 0.25 ppm dari
sebanyak 5 ml dan diberikan sec ara oral BK + Vitamin B12 0.25)i g/kg bobot badan
menggunakan spuit sebelum pemberian konsentrat. R-4 = Ransum basal
Penelitian ini dilakukan selama 10 minggu yang Tabel 3. menunjukkan bahwa rataan konsumsi
terdiri dari masa adaptasi selama dua minggu, dan bahan kering yang paling tinggi dicapai oleh R-2
delapan minggu berikutnya adala h masa diikuti oleh R-1, R-3, dan R-4. Untuk mengetahui
pengumpulan data. sampai seberapa jauh perlakuan berpengaruh
terhadap konsumsi bahan kering, dilakukan sidik
Tabel 2. Susunan Ransum Konsentrat Penelitian ragam. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
Bahan pakan Komposisi (%) perlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang
Jagung 43 nyata terhadap konsumsi bahan kering. Hal ini
Dedak Halus 28 disebabkan oleh respon yang sangat bervariasi dari
Bungkil Kelapa 15 ketiga perlakuan R-1, R-2, dan R3 yang berkisar
Bungkil Kedele 14 antara 48.400 sampai 57.600 g, walaupun kontrol
(R-4) cukup konsisten.
Peubah yang diukur dalam penelitian ini Hasil perhitungan dalam rataan per hari
adalah pertambahan bobot badan dan jumlah konsumsi bahan kering berkisar antara 858,32
ransum yang dikonsumsi selama penelitian, sampai 932,95 g, dan nilai ini relatif lebih tinggi
sedangkan effisiensi makanan diperhitungkan dibandingkan dengan kebutuhan bahan kering
berdasarkan petunjuk Tillman (1975) yaitu untuk domba yang memiliki bobot badan 15-30 kg
besarnya pertambahan bobot badan dibandingkan adalah 450-830 g/ekor/hari (Kearl, 1982). Angka
dengan jumlah bahan kering yang dikunsumsi dalam penelitian juga masih lebih tinggi b i la
dikalikan 100 %. Perbedaan diantara perlakuan dibandingkan dengan penelitian Tarmidi (1999),
diuji statistik dengan sidik ragam, sedangkan yang berkisar antara 677,60 -718,68 g/ekor/hari
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang melakukan penelitian pada ternak Domba
dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Priangan Jantan dengan rata-rata berat badan
(Steel and Torrie, 1981). 18,99 kg-
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertamhahan secara proporsional termasuk kobaltnya sendiri,
Bobot Badan tetapi hal ini bisa tidak efektif bila keadaan
Pertambahan bobot badan (PBB) pada domba mikroba di dalam saluran pencernaan dalam
penelitian adalah selisih bobot badan awal keadaan merana. Kobalt termasuk mineral esensial
penelitia n dan a khir penelit ian. Rataan dalam ransum karena diperlukan untuk sintesis
pertambahan bobot badan domba disajikan pada Vitamin B12 oleh mikroba rumen yang berguna
Tabel 4 sebagai bahan perbandingan tabel ini baik dalam jaringan tubuh hewan maupun
dilengkapi juga dengan rata-rata PBB/ekor/hari. mikrobanya
Tabel 4. menunjukkan bahwa rata an Menurut Piliang dan Djojosoebagio. (1992)
pertambahan bobot badan domba selama penelitian Vitamin B12 mempunyai peranan fisiologis yang
yang paling tinggi adalah R-2, diikuti oleh R-3, bermacam-macam. Dalam keadaan normal
kemudian R-1 dan R-4. Untuk mengetahui cobalamin diperlukan untuk metabolisme sel
pengaruh perlakuan terhadap PBB dilakukan uji terutama sel-sel dalam saluran pencernaan, dalam
statistik. sum-sum tulang, dalam jaringan saraf serta
diperlukan untuk sel-sel pertumbuhan.
Tabel 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Hal di atas mengandung pengertian baliwa
Selama Penelitian (gram) sebelum terjadi sintesis Vitamin B12 hams ada
Ulangan Perlakuan modal awal bagi aktivitas mikrobanya, dengan
R-1 R-2 R-3 R-4 demikian maka logis bila pengaruh yang dihasilkan
(g) dari suplemen Vitamin B12 nampak lebih efektif
1 3900 5100 4800 4200
2 3800 5500 5400 4000 dibandingkan dengan suplemen kobalnya sendiri.
3 3200 5000 4100 2800 T et a pi pr os es nya b isa b er b eda b i l a
4 5000 4700 4800 4000 suplementasinya dalam kurun waktu yang lebih
5 3800 5700 6400 3100 panjang dengan dukungan zat makanan pokok
Rataan 3940 5200 5100 3620 yang stabil.
Rataan Harian 70,36 92,86 91,07 64,64

Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Penggunaan Pakan
perlakuan yaitu pemberian suplemen Vitamin B12 Efisiensi Penggunaan Pakan (EPP) dalam
dan Kobalt sulfat berpengaruh terhadap PBB penelitian ini adalah pertambahan bobot badan
(P<0,05). Uji lanjut Duncan sebagai mana dapat selama penelitian dibagi dengan banyaknya bahan
dilihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa antara R- kering yang dikonsumsi. Rataan EPP dalam
2 dan R-3 tidak memperlihatkan perbedaan yang satuan % dapat dilihat pada Tabel 6.
nyata, tetapi berbeda nyata bila dibandingkan
dengan R-1 dan R-4, sedangkan antara R-1 dan R- Tabel 6. Rataan Efisiensi Penggunaan Pakan Selama
4 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Penelitian (%)
Ulangan Perlakuan
Tabel 5. Uji Wilayah Berganda Duncan Pengaruh R-1 R-2 R-3 R-4
Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan (%)
Perlakuan Rataan PBB (g) Signifikansi (0,05) 1 8,06 8,93 8,33 8,72
R-4 3.620 a 2 7,85 10,65 11,06 8,02
R-1 3.940 a 3 5,90 10,11 7,09 5,65
R-3 5.100 b 4 8,72 8,28 9,76 8,32
R-2 5.200 b 5 6,71 11,20 12,60 6,34
Rataan 7,45 9,83 9,77 7,41
Keterangan : Huruf yang sama dalam satu kolom
menunjukkan tidak berbeda nyata
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai EPP
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa berkisarantara 7,41 sampai 9,83%. EPP yang
mikroorganisme dalam saluran pencernaan mampu paling tinggi dicapai pada perlakuan R2 diikuti
mensint esis Vit a min B12 dar i de nga n oleh R-, R-1 dan R-4. Untuk mengetahui seberapa
memanfaatkan unsur kobalt, hal ini logis bila
suasana di dalam alat pencernaan tersebut kondusif
dilihat dari berbagai aspek ketersediaan makanan
jauh perlakuan berpengaruh terhadap penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan
EPP, dilakukan uji statistik. suplementasi kobalt sulfat, dimana nilai PBB
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dan EPP paling tinggi untuk R-2 (suplemen
perlakuan berpengaruh pada Eflsiensi Penggunaan Vitamin B12).
Pakan (P<0,05). Uji lanjut Duncan sebagaimana
terlihat pada Tabel 7 menunjukkan bahwa R-2 Saran
tidak berbeda nyata dengan R-3, tetapi berbeda
nyata dengan R-l dan R-4, dan tidak a da Diperlukan penelitian lanjut dengan menggunakan
perbedaan yang nyata antara R-3, R-l, dan R-4. suplementasi yang dibedakan dalam beberapa dosis
graduasi, dan dalam jangka waktu lebih lama
Tabel 7. Uji Wilayah B erganda Duncan Pengaruh untuk melihat efektivitas suplementasi kobalt.
Perlakuan terhadap Efisiensi P enggunaan Pakan
Perlakuan Rataan EPP (%) Signifikansi (0,05)
(R-4) 7,41 a
Daftar Pustaka
(R-1) 7,45 a Isroli. 2000. Respons Domba Priangan Jantan terhadap
(R-3) 9,77 ab Pemberian Testosteron dan Ransum yang Berbeda.
(R-2) 9,83 b Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas
Keterangan: Huruf yang sama dalam satu Padjadjaran. Bandung.
kolom menunjukkan tidak berbedanyata Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requerement of Ruminants
in Developing Countries. International Feedstuff
Institute. Utah State University. Utah. USA.
Tabel 7. menunjukkan bahwa pemberian Lehninger, A. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Alih Bahasa
Vitamin B12 satu dosis (R-2) nyata memperbaiki Meggy Thenawijaya.Erlangga. Jakarta.
PBB dan rataannya lebih tinggi dibandingkan Mardjiwo. 2002. Pengaruh Tipe Kelahiran dan Jenis
dengan pemberian 0,5 dosis Vitamin B12 dan 0,5 Kelamin terhadap Pertambahan Bobot Badan dan
dosis Cobal sulfat. Hal ini diduga bahwa Vitamin Efisiensi pada Pemeliharaan Anak Domba Lepas
B12 sebagai sebagai gugus prostetik enzim yang Sapi Selama Tiga Bulan. Bionatura. Lembaga
sangat penting dalam proses glukoneogenesis lebih Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung. Vol
efektif dan siap pakai dibandingkan dengan 4, no.l:Hal. 29-39.
National Research Council, 1975. Nutrient Requirement
memberikan Cobalt sulfat sebagai unsur kelumit of Sheep. Fiveth Revised Edition. National
pemebntuk Vitamin B12. Academi Press, Washington.
Dari Tabel 7 nampak bahwa nilai EPP Piliang, W.G. dan Djososoebagio S. 1992. Fisiologi
berkisar antara 7,41 dan 9,83 %, hasil ini kecil, Nutrisi. Vol II. IPB Press. Bogor.
karena domba penelitian sudah berumur sekitar Steel, R.G. and J.H. Torrie. 1981. Principles and
setahun sehingga kurva pertumbuhannya sudah Procedure of Statistics. 2 nd ed. McGraw-Hill.
melandai. Bisa dibandingkan dengan penelitian International Book Co., Singapore
yang dilakukan oleh Isroli (2000), yang meneliti Tarmidi, A.R. 1999. Pemanfaatan Ampas Tebu Olahan
perbedaan protein ransum 12 dan 15% pada dengan Proses Biokonversi Jamur Tiram Putih
domba umur 14 minggu dengan kisaran bobot 9,63 dalam Campuran Ransum dan Pengaruhnya
terhadap Penampilan Ternak Domba Priangan.
- 12,60 kg menghasilkan EPP antara 13,12-16,90 Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S.
%, sedangkan penelitian Mardjiwo (2002) terhadap Prawirobisono, dan Lebdosobodjo. 1991. Ilmu
anak domba dengan bobot antara 6,80-8,50 kg, Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
menghasilkan rata-rata EPP antara 17,08-17,50 Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
persen.

Kesimpula n da n Saran
Kesimpiilan
1. Perlakuan Suplementasi Kobalt dan Vitamin
B 1 2 me mb er i ka n ef e k ya n g n ya t a
meningkatkan pertambahan bobot badan, dan
efisiensi penggunaan pakan tetapi tidak nyata
terhada konsumsi bahan kering.
2. Efektivitas suplemen Vitamin B12 dalam

Anda mungkin juga menyukai