Anda di halaman 1dari 4

Artikel

Kelompok 15:
Aqil Rahmad Shaleh & Abdullah Faqih

Pendidikan Inklusi Dalam Al-qur’an

Pendidikan inklusi merupakan pendidikan memberikan kesempatan yang adil


kepada anak untuk bisa mengikuti pendidikan tanpa perbedaan gender, etnik, status
sosial-ekonomi dan kemampuan. Salamanca Statement menyebutkan bahwa pendidikan
inklusi berarti sekolah mencakup semua kondisi anak baik itu fisik, intelektual, sosial
ekonomi, linguistik, dari penyandang cacat maupun anak berbakat, anak jalanan dan
pekerja, anak dari populasi terpencil, etnis minoritas atau anak yang berasal dari daerah
kurang beruntung. Pendidikan inklusi menyediakan program pendidikan yang layak,
menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan individu siswa, agar
kebutuhan individu anak terpenuhi.

Dalam Islam, pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) menjadi
salah satu perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Allah SWT berfirman dalam
Surat ‘Abasa ayat 1-4

ِّ ُ‫) أَ ْو يَ َّذ َّك ُر فَتَ ْنفَ َعه‬3( ‫) َو َما يُ ْد ِريكَ لَ َعلَّهُ يَ َّز َّكى‬2( ‫) أَنْ َجا َءهُ اأْل َ ْع َمى‬1( ‫س َوتَ َولَّى‬
( ‫الذ ْك َرى‬ َ َ‫َعب‬
)4

Artinya : Dia bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang tuna
netra kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
Atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya? (Q.S. ‘Abasa 80: 1-4)

Surat tersebut dikisahkan dalam Al Qur’an ketika Rasulullah  shallallahu ‘alaihi


wa sallam  menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang beliau
harapkan agar mereka masuk Islam. Kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum
(Abdullah bin Ummi Maktum), seorang sahabat yang buta dan berharap agar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  membacakan kepadanya ayat-ayat Al Qur’an
yang telah diturunkan. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bermuka masam
dan memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum. Kemudian Allah menurunkan Surat
‘Abasa sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap Abdullah bin Ummi Maktum.

Berdasarkan ayat tersebut, pendidikan sudah seharusnya dilaksanakan, tak


terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Islam telah memperhatikan
pendidikan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang islami tanpa
membedakan keterbatasan yang ia miliki. Semua itu diberikan agar seorang anak
berkebutuhan khusus dapat mengetahui batasan dan petunjuk yang dapat mengantarkan
dirinya kepada kehidupan yang lebih berkualitas. Dalam menjalankan misi
pendidikannya, Islam terlebih dahulu mempersiapkan dan memfokuskan pada individu
secara personal yang dimulai dari pembentukan akhlak mulia. Menurut Asy-Syaikh
Fuhaim Musthafa, hal ini dikarenakan Islam menilai bahwa individu harus dapat
merajut hubungan kekeluargaan dalam masyarakat yang dibentuk secara fitrah, nilai-
nilai, dan pemahaman kemanusiaan.

Di ayat lain juga, Allah SWT telah berikrar memuliakan seluruh umat manusia
tanpa terkecuali (Q.S. al-Isra’17: 70)

ِ ‫ا‬Eَ‫ا ُه ْم ِمنَ الطَّيِّب‬Eَ‫ ِر َو َرزَ ْقن‬E‫ ِّر َوا ْلبَ ْح‬Eَ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آَ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ا ْلب‬
َّ َ‫ت َوف‬
ْ‫ي ٍر ِم َّمن‬Eِ‫ ْلنَا ُه ْم َعلَى َكث‬E‫ض‬
ِ ‫َخلَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ضياًل‬

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan (Q.S. al-Isra’ 17: 70).

Kemudian terakhir, dalam konsep pendidikan inklusi yang bersifat lebih global lagi,
Allah berfirman dalam surah Al-hujurat ayat 10-13, Dimana dalam surah tersebut
memaparkan tentang etika atau akhlak dalam berhubungan antar sesama manusia.

َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون‬E۟ ُ‫وا بَيْنَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬ ۟ ‫صلِ ُح‬ ْ َ ‫إِنَّ َما ٱ ْل ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأ‬
‫س ٰ ٓى‬
َ ‫سٓا ٍء َع‬ َ ِّ‫سٓا ٌء ِّمن ن‬ َ ِ‫وا َخ ْي ًرا ِّم ْن ُه ْم َواَل ن‬۟ ُ‫س ٰ ٓى أَن يَ ُكون‬ َ ‫س َخ ْر قَ ْو ٌم ِّمن َق ْو ٍم َع‬ ْ َ‫وا اَل ي‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ۚ ‫ق بَ ْع َد ٱإْل ِ ي ٰ َم ِن‬ ُ ُ‫س ُم ٱ ْلف‬
ُ ‫سو‬ ْ ‫ْس ٱٱِل‬ َ ‫ب ۖ بِئ‬ ِ َ‫وا بِٱأْل َ ْل ٰق‬
۟ ‫م َواَل تَنَابَ ُز‬Eْ ‫س ُك‬ َ ُ‫أَن يَ ُكنَّ َخ ْي ًرا ِّم ْن ُهنَّ ۖ َواَل تَ ْل ِم ُز ٓو ۟ا أَنف‬
ٰ ٓ
َ‫َو َمن لَّ ْم يَت ُْب فَأ ُ ۟و ٰلَئِكَ ُه ُم ٱلظَّلِ ُمون‬
‫ضا‬ً ‫ض ُكم بَ ْع‬ ُ ‫وا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ E۟ ‫س‬ُ ‫س‬ َّ ‫ض ٱلظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل ت ََج‬ َ ‫وا َكثِي ًرا ِّمنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَ ْع‬ ۟ ُ‫ٱجتَنِب‬
ْ ‫وا‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
‫اب َّر ِحي ٌم‬ E۟ ُ‫ۚ أَيُ ِح ُّب أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَ ْح َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّق‬
ٌ ‫وا ٱهَّلل َ ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ تَ َّو‬
ۚ ‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم‬
َ ‫ش ُعوبًا َوقَبَٓائِ َل لِتَ َع‬ ُ ‫م‬Eْ ‫ ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك‬E‫اس إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم‬
ُ َّ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلن‬
‫إِنَّ ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, alasannya itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah
biar kau mendapat rahmat.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kau saling mencela satu sama lain
dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan yaitu (panggilan) yang jelek (fasik) sehabis beriman. Dan barang siapa tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sebetulnya
sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kau mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kau yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di
antara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kau
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sebetulnya Allah Maha Penerima tobat,
Maha Penyayang.
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah membuat kau dari seorang pria dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
biar kau saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kau di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin


itu bersaudara yaitu bersaudara dalam agama. Menurut Quraish Syihab dalam kitabnya
Tafsir al-Misbah kata Ikhwah adalah bentuk jamak dari kata akh, yang dalam kamus
bahasa sering kali diterjemahkan saudara atau sahabat kata ini pada mulanya berarti
yang sama. Persamaan dalam garis keturunan mengakibatkan persaudaraan, demikian
persamaan dalam sifat atau bentuk apa pun. Demikian ditambahkan sesungguhnya
orang-orang mukmin yang mantap imannya serta dihimpun oleh keimanan,
kendati tidak seketurunan, adalah bagaikan saudara seketurunan, dengan demikian
mereka memiliki keterkaitan bersama dalam iman dan juga keterkaitan bagaikan
saudara.
setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk melakukan islah akibat pertikaian yang
muncul, ayat di atas memberi petunjuk tentang beberapa hal yang harus dihindari untuk
mencegah timbulnya pertikaian. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang
kita mengejek dan menghina orang lain, karena boleh jadi orang yang dihina itu
kedudukannya lebih mulia disisi Allah.
Selanjutnya ayat ketiga jelas larangan bagi orang-orang beriman dalam
berprasangka buruk dan banyak dugaan terhadap orang lain yang tidak memiliki
indikator yang mendasar. Begitu juga prasangka atau dugaan terhadap seseorang yang
mungkin terlihat berkebutuhan khusus, lantas itu menjadikan anggapan bahwa mereka
tidak mampu. Ini merupakan kesalahan yang sering kali terjadi menganggap orang lain
rendah dan hina tanpa melihat lebih jauh tentang potensi yang mereka miliki.
Dan ayat yang terakhir memaparkan bahwa al-qura’an sangat menghormati prinsip-
prinsip kemajemukan yang merupakan realitas yang dikehendaki oleh Allah swt.
Perbedaan tersebut tidak harus dipertentangkan sehingga harus ditakuti, melainkan
harus menjadi titik tolak untuk berkompetisi dalam kebaikan. Allah Swt
menciptakan manusia secara plural, berbangsa dan bersuku yang bermacam-macam
dengan keragaman dan kemajemukan manusia bukan untuk berpecah belah atau saling
merasa benar, melainkan untuk saling mengenal, bersilaturahim, berkomunikasi, serta
saling memberi dan menerima.

Terimakasih

Sumber:
https://paksobat.blogspot.com/2012/06/pendidikan-inklusi-dalam-alquran.html
https://www.dialogilmu.com/2018/02/pendidikan-inklusi-tafsir-tarbawi-surat-abasa.html
http://conference.uin-suka.ac.id/index.php/icodie/article/view/17/15

Anda mungkin juga menyukai