Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : JULITA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041478804

Tanggal Lahir : 12/02/1982

Kode/Nama Mata kuliah : ADPU 4218 / PSIKOLOGI SOSIAL

Kode/Nama Program Studi : 50/ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 13/ BATAM

Hari/Tanggal UASTHE : SELASA / 28/12/2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover
BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran
akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan
kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : JULITA
NIM : 041478804
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU 4218 / PSIKOLOGI SOSIAL
Fakultas : FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU
POLITIK ( FHISIP )
Program Studi : 50/ ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : 13/ BATAM

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun
dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia rnenjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas
akademik dengan tidak melakukah kecurangan, joki, menyebarluaskan soal
dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya
yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila


di kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia
bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Ranai, 28 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

JULITA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No Jawaban
1.a Psikologi Sosial berkembang sekitar permulaan abad ke 20. Sebagai disiplin
ilmu yang relatif baru, Pisikologi Sosial banyak menggunakan teori-teori yang
sudah tersedia dalam ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Antropologi dan
Sosiologi. Psikologi Sosial ialah salah satu cabang dari Psikologi yang
mempelajari perilaku manusia dalam situasi sosial. Psikologi Sosial
beranggapan bahwa perilaku manusia senantiasa dikaitkan dan saling
berhubungan dengan kehadiran orang lain, baik secara nyata maupun secara
tersirat.
Definisi anomie menurut Emil Durkheim (1897) adalah suatu situasi yang
berada tanpa adanya norma sosial dan tanpa arah sehingga dalam kehidupan
yang dijalani tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan
kenyataan sosial yang ada. Jadi, Anomi merupakan suatu perilaku sosial yang
dalam situasi tanpa dukungan kejelasan norma dan arah, adanya kesenjangan
antara kenyataan dan harapan.
Altruistik/ Altruisme merupakan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan
orang lain (Sarwono & Meinarno). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia
altruistik mengacu pada perilaku individu yang mengutamakan kepentingan
orang lain diatas kepentingan sendiri. Jadi pendekatan altruistik merupakan
tindakan untuk menolong orang lain dimana akan mengenyampingkan
kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak atau masyarakat umum
dalam situasi atau keadaan darurat.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku altruistik adalah tindakan
sukarela dan membantu orang lain tanpa pamrih, dan ingin sekadar beramal
baik yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharapkan balasan
(manfaat) apa pun untuk dirinya yang tidak mementingkan diri sendiri demi
kebaikan orang lain dengan tujuan akhir meningkatkan keselamatan orang
lain.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Dalam konteks kasus pada soal nomor 1, perilaku anomi merupakan


perlawanan publik terhadap realitas, dapat berbentuk apatisme sosial, bahkan
bisa mendorong perilaku destruktif lainnya. Albertine Minderop, seorang ahli
sastra dari Inggris, mengatakan bahwa perilaku apatis adalah sikap atau
perilaku seseorang atau kelompok yang menarik diri dan seakan-akan pasrah
pada keadaan. Konsepsi ini dapat diartikan sebagai rasa putus asa secara
kolektif. Publik menerima kenyataan, karena tidak mampu menghadapi
kenyataan yang terjadi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan berbagai kebijakan
penanganan Covid-19 dalam perspektif Psikologi Sosial, hubungan antara
teori psikologi sosial dengan perilaku anomi serta pendekatan altruistik yakni
dimana ketertarikan untuk tidak berlaku egois dalam situasi Pandemi Covid-19
juga merupakan sebagai perilaku altrulistik, dimana kita menahan diri untuk
tidak mementingkan aktifitas pribadi kita seperti tidak mudik dan aktifitas
lainnya yang banyak menyebabkan kontak dengan lingkungan sosial, maka
kita sudah mementingkan keselamatan orang-orang disekitar kita bahkan
banyak orang dalam hubungan sosial.
Dalam studi sosial, pendekatan altruistik dapat dilakukan dengan
menggunakan teori pertukaran sosial. Jadi ada kebijakan negara yang
diberikan kepada masyarakat, sebaliknya masyarakat harus
mengembalikannya dalam bentuk menjalankan kewajiban yang ditetapkan
negara. COVID-19 merupakan situasi anomali yang tidak ada dalam rekaman
pengetahuan seorang individu. Oleh sebab itu diperlukan suatu proses mental
untuk mencerna informasi baru dan nantinya akan muncul tindakan instingtif.
Semua informasi baik positif maupun negatif akan diproses atau dikelola oleh
otak sehingga menghasilkan respon kognitif berupa penilaian atas informasi
tersebut. Proses ini kemudain menghasilkan informasi yang akan digunakan
untuk memahami dunia sosial atau disebut dengan kognisi sosial. Namun jika
gagal, maka akan muncul bias dalam kognisi sosial yang memunculkan sikap
overconfident atau bias optimisme (Agung, 2020: 71).

1.b Psikologi Sosial sebagai studi ilmiah karena tujuan utama diketengahkannya
batasan Psikologi Sosial yakni untuk menunjukkan ruang lingkup Psikologi
Sosial, khususnya memilah antara perilaku individual dan perilaku sosial.
Teori-teori yang digunakan dalam Psikologi Sosial untuk menjelaskan perilaku
manusia ada beberapa macam, diantaranya: teori peran, teori pertukaran
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

sosial, teori stimulus-respons, teori pembelajaran sosial, teori atribusi, dan


teori kognitif.
Dalam hal ini, berdasarkan kasus pada soal nomor 1b, yang akan saya
uraikan adalah teori pertukaran sosial. Menurut Teori Pertukaran Sosial,
manusia akan berusaha memaksimalkan keuntungan (rewards) dari suatu
transaksi dengan biaya (costs) yang sekecil-kecilnya. Apabila salah satu pihak
yang terlibat dalam transaksi itu memperoleh hadiah sementara yang lain
menerima hukuman, maka akan timbul keadaan tidak seimbang.
Salah seorang tokoh teori pertukaran sosial, George Homans, menekankan
pada hubungan anatara dua individu dalam pertukaran sosial karena prinsip
interaksi antara dua individu dapat diaplikasikan dalam menjelaskan semua
interaksi sosial. Homans mengemukakan empat proposisi dalam interaksi
antara dua individu, yakni:
a) Individu akan mempertahankan interaksi dengan individu lain, apabila
interaksi itu mendatangkan imbalan.
b) Makin ada kesamaan antara kondisi saat ini dengan pengalaman individu
pada masa lalu, makin akan dipertahankan interaksi antara dua individu.
c) Imbalan yang bisa kita peroleh setiap saat menjadi tidak bernilai atau
kurang berharga dibandingkan dengan imbalan yang diperoleh saat kita
memerlukannya.
d) Sejauh mana suatu interaksi antara dua individu akan dipertahankan
bergantung pada sejauh mana perilaku yang kita tampilkan akan
menghasilkan imbalan.
Atas dasar empat proposisi ini, Homans beranggapan bahwa bila perilaku
individu berdampak pada perilaku individu lain maka berarti antara kedua
individu ini telah terjadi pertukaran sosial.
Oleh karenanya, bila salah satu pihak yang terlibat dalam pertukaran sosial
memperoleh imbalan, sedangkan pihak lainnya memperoleh hukuman maka
pertukaran sosial akan berakhir atau putus karena terjadi kondisi
ketidakseimbangan (imbalance).
Dalam penerapan teori pertukaran sosial dalam pelaksanaan kebijakan
penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, difungsikan adalah konsep peran
kekuasaan. Dalam kaitan ketidakseimbangan perolehan imbalan di antara dua
orang yang melakukan pertukaran sosial, Homans mengemukakan konsep
kekuasaan (power). Dimana kekuasaan diartikan sebagai kemampuan
mengendalikan imbalan atau hukuman dalam suatu pertukaran sosial.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Seorang yang memiliki kekuasaan atau penguasa berarti ia mampu membuat


pihak yang dikuasai melakukan apa pun yang dikehendakinya. Hal ini
dikarenakan pihak yang dikuasai tidak mempunyai kemampuan untuk
memberikan baik imbalan maupun hukuman kepada pihak penguasa.
Kemampuan untuk memberikan imbakan atau sanksi yang dimiliki oleh
penguasa, dampaknya sama saja bagi pihak yang dikuasai, yakni posisi yang
dikuasai bergantung pada penguasa.
Oleh karenanya, negara menerapkan sanksi dan tindakan tegas bagi
pelanggar. Saatnya negara tidak sekadar berupaya melakukan imbauan tetapi
sudah harus berupa larangan disertai tindakan dan sanksi. Sikap tegas, cepat,
dan altruistik oleh negara akan memberikan kepastian bahwa negara sedang
bekerja secara optimal. Sikap ini diharapkan memberikan harapan dan masa
depan bagi setiap warga negara untuk tetap optimis, penuh semangat,
menjaga solidaritas, serta menjauhi tindakan dan perilaku yang anomi dan
destruktif, sehingga diharapkan dapat membantu individu membangun
resiliensi diri agar dapat bertahan dalam situasi-situasi sulit COVID-19.
Berdasarkan uraian di atas, dalam situasi pandemi COVID-19 yang melahirkan
ketidakpastian, perilaku sosial individu tergantung pada proses tarik menarik
antara berbagai sumberdaya yang dimiliki secara intrapersonal dengan
berbagai dorongan dan hambatan yang diciptakan oleh lingkungan atau sistem
di luar dirinya. Namun dengan berpandangan bahwa individu adalah agen
utama yang menentukan resiliensi diri dan kelompok, maka upaya memahami
hambatan psikologis dan perbedaan lingkungan fisik, kulural dan sosial dapat
dimanfaatkan untuk menyusun upaya mitigasi melalui pendidikan lingkungan
sosial.
Adapun Contoh penerapan pada organisasi sektor publik: Berbagai insentif
diberikan negara terhadap masyarakat, misalnya bantuan bagi pekerja
informal, bagi pekerja untuk tidak mudik dengan menjamin kebutuhan
pokoknya selama wabah Covid-19, insentif dan kemudahan bagi dunia usaha
dalam bentuk penundaan kewajiban kredit, pajak dan sebagainya,
menunjukkan negara sudah menjalankan kewajibannya dalam memberikan
imbalannya atas aturan yang di buat oleh pemerintah di masa pandemi Covid-
19 tersebut. Dan dalam hal ini pemerintah sudah melakukan pendekatan
altruistik.

2.a Pengembangaan teori atribusi menurut Weiner (1979,1985,1986) secara


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

khusus mengaitkan teorinya dengan pencapaian prestasi (achievement).


Dalam hubungan ini, Weiner memersoalkan atribusi dari penyebab dan
konsekuensi keberhasilan atau kegagalan seseorang, misalnya apa penyebab
dari mahasiswa yang gagal ujian dan apa konsekuensi dari kegagalannya,
apakah ia akan berupaya memperbaiki nilai ujiannya (makin rajin belajar) atau
justru bersikap pasrah (menjadi malas belajar)?.
Dalam hal ini, menurut teori atribusi prestasi (achievement attribution theory)
dari Weiner, yang harus mempertimbangkan tiga faktor yang mempengarugi
keberhasilan atau kegagalan tugas seseorang, yakni:
1) Lokus (locus): apakah keberhasilan atau kegagalan tugas disebabkan
oleh dirinya (faktor internal) atau hal-hal lingkungan (faktor eksternal)?
2) Stabilitas (stability): apakah keberhasilan atau kegagalan tugas
disebabkan oleh faktor ineternal atau eksternal yang stabil (tatap) atau
tidak stabil (tidak tetap)?
3) Pengendalian (controllability): sejauh mana faktor penyebab keberhasilan
atau kegagalan tugas dapat dikendalikan di masa yang akan datang?
Atas dasar tiga dimensi penyebab keberhasilan atau kegagalan tugas
(internal-eksternal, stabil-tidak stabil, dan terkendali-tidak terkendali) maka
diperoleh kombinasi dari ketiga dimensi tersebut.
Dalam dinamika yang terjadi pada saat pandemi Covid-19 jika dikaitkan
dengan teori Atribusi Weiner maka yang dilakukan petugas kesehatan yang
dianggap sebagai pejuang di garis terdepan dalam menghadapi pandemi
Covid-19, maka perlu diberikan apresiasi kepada tenaga kesehatan atas
pencapaian dan pengorbanannya selama masa pandemi. Dimana sebagai
suatu prestasi di tengah krisis. Namun di balik prestasi tersebut, sebuah
kepahitan tersendiri terkadang harus diterima tenaga kesehatan, seperti
"Tragedi Sang Pahlawan Medis, Jenazahnya Ditolak Warga".
Weiner mengembangkan teori atribusi perilaku interpersonal dengan meneliti
motivasi sosial, dalam hal ini perilaku memberikan bantuan. Ada dua poin
utama, yaitu mempertimbangkan reaksi emosional pengamat/orang lain
terhadap pencapaian ataupun perjuangan seseorang serta mendefinisikan
kembali controllability yang disamakan dengan responsibility (tanggung
jawab). 
Dalam hal ini, dimana sebagai tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat,
tentunya ada kode etik tersendiri yang berusaha untuk dipatuhi serta standar
pencapaian sebagai seorang dokter ataupun perawat. Secara sederhana,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

dapat dikatakan bahwa merawat dan meringankan penyakit orang lain yang
merupakan tugas tenaga kesehatan adalah prestasi minimal yang dicapainya.
Sementara itu, merawat para penderita COVID-19 hingga sembuh di tengah
pandemi ini merupakan prestasi yang dapat dianggap luar biasa meskipun hal
itu memang merupakan tugasnya.
Tenaga kesehatan yang terlihat berprestasi di bidangnya dan rela menolong
sebagaimana bawaan profesinya mengaitkan perilakunya, dalam hal ini
upayanya sebagai tenaga kesehatan dengan faktor-faktor internal seperti
upaya yang dikerahkan dan kemampuan yang dimilikinya. Dilihat dari dimensi
lokus dan kontrolnya, keberhasilannya sebagai tenaga kesehatan dipengaruhi
oleh kemampuan yang dimilikinya, dan kepercayaan bahwa keberhasilannya
itu berada di bawah kendalinya. 
Dilihat dari dimensi stability, keberhasilannya dipengaruhi oleh usahanya yang
stabil. Mungkin saja ada kecenderungan mereka yang menunjukkan aksi
heroik dimasa pandemik ini adalah seorang dokter atau perawat yang
memang memiliki usaha yang tinggi bahkan sebelum pandemi covid-19 ini
melanda tanah air ini. Tenaga kesehatan yang cenderung memiliki lokus dan
kontrol internal akan merasa lebih bangga pada dirinya sehingga dapat
memiliki harga diri yang tinggi pula.
Hal ini kemudian mempengaruhi perilakunya dimasa yang akan datang untuk
tetap menunjukkan kontribusi maksimalnya. Ketika dia memiliki usaha yang
stabil, harapannya untuk berhasil cenderung lebih tinggi; yang juga dapat
membuatnya untuk tetap mempertahankan perilakunya merawat pasien
COVID-19. Dan ketika kemampuannya rendah namun dia memiliki usaha yang
tinggi, reward yang dirasakan ketika berhasil akan lebih besar sehingga
perilakunya dikuatkan.
Teori atribusi dinilai relevan untuk menjelaskan penelitian ini karena secara
sederhana dapat menggambarkan fakor-faktor yang mendukung keberhasilan
atau kegagalan seseorang.

2.b Teori atribusi dapat dicontohkan pada suatu organisasi publik yakni digunakan
untuk menjelaskan bagaimana aparat penyusun anggaran dalam pemerintah
daerah dalam menyusun anggaran yang mengalami perubahan akibat
pandemi Covid 19 yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan
eksternal. Ketika aparat penyusun anggaran memandang bahwa faktor-faktor
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

penentu berada dalam kendali individu (internal force), maka individu akan
cenderung bertindak untuk secara optimal memengaruhi organisasi agar dapat
mencapai target yang ditentukan sebelumnya. Namun sebaliknya, ketika
pandangannya adalah faktor pengendali tersebut berada di luar kendali
organisasi (exsternal force), maka individu akan merasa tidak cukup kuat
untuk memengaruhi orgaisasi dalam mencapai sasaran yang ingin dicapai,
dimana misalnya terdapat interpensi dari pimpinan daerah akan anggaran
yang akan disusun dan dalam penggunaannya kelak. Maka individu yang
bersangkutan akan cenderung merasa bekerja tidak maksimal, karena
dibawah pengaruh interpensi atasan. Sementara individu tersebut menyadari
yang dikerjakan tidak mencapai kebutuhan program dalam menangani atau
menghadapi masa-masa krisis akibat pandemi covid-19.
Adanya faktor internal dan eksternal tersebutlah yang merupakan penerapan
teori atribusi dalam organisasi tersebut.

3
4

Anda mungkin juga menyukai