DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ILYAS
MANAJEMEN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MULIA
SAMARINDA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas segala rahmatNya
sehingga kami dapat mengerjakan makalah yang berjudul “Etika politik
berdasarkan pancasila”.
ii
Daftar Isi
Cover ....................................... i
BAB I PPENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan
undang dan aturan-aturan pemerintah lainnya, yang di dalamnya terdapatisi yang harus
dipatuhi oleh seluruh kalangan, baik si pembuat maupun masyarakat, namun dalam
masyarakat, sedangkan para pegawai pemerintahan cenderung acuh atau bahkan tak mau
baru-baru ini, salah satunya adalah korupsi yang seakan menjadi rahasia umum, dan
bagaimana pemerintah dan aparat hokum dalam menyikapinya? Sudah sesuai kah antara
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas
sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi norma moral dan
norma hukum. Dalam norma inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum di negara Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hokum
1
nilai-nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur
negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari
bangsa Indonesia sendiri atau dengan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal-mula
yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-
nilai etika yang merupakan sumber norma baik meliputi norma moral maupun norma
hukum, yang pada giliran nya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika,
1.3 Tujuan
sebagai berikut:
2
3. Mengetahui pengertian dari etika
1. Bagi penulis
kehidupan sehari-hari
2. Bagi pembaca
Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi literatur dan kepustakaan digital,
yaitu penulis mengkaji dan menyusun materi dari buku-buku dan internet berupa literatur-
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Nilai
Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut “value” termasuk dalam bidang kajian
bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Sesuatu yang memiliki nilai artinya ada sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek. Misalnya, bunga itu indah. Indah adalah
sifat atau kualitas yang melekat pada bunga. Dengan demikian maka nilai itu
sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.
Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau
tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah.
Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai untuk berhubungan dengan
unsur yang ada pada manusia sebagai subjek penilai yaitu unsur jasmani, akal,
rasa, karsa, dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu
berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya (Kaelan, 2014).
Di dalam tatanan kehidupan bernegara, nilai terdiri atas nilai dasar, nilai
4
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih
mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai kultural atau budaya yang berasal dari
bangsa indonesia itu sendiri yaitu yang berakar dari kebudayaan sesuai dengan
wujud norma sosial atau norma hukum yang selanjutkan akan terkristalisasi
Nilai instrumental merupakan tafsir positif terhadap nilai dasar yang umum.
atau tidak.
yaitu sila-sila dalam Pancasila khususnya sila ketuhanan yang maha esa. Sila ini
individu dan anggota kelompok dan sesamanya, Negara, pemerintah serta bangsa
1. Nilai ideal;
2. Nilai material;
3. Nilai spiritual;
4. Nilai pragmatis;
5. Nilai positif.
6. Nilai logis;
7. Nilai etis;
8. Nilai estetis;
5
9. Nilai sosial;
Nilai lain yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945 adalah nilai
3. Persatuan Indonesia:
atau golongan.
permusyawaratan/perwakilan:
6
a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang
sama.
itikad baik.
keadilan.
a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
2.1.2 Norma
Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku
sebagai perwujudan dari nilai. Nilai yang abstrak dan normatif diwujudkan dalam
bentuk norma. Sebuah nilai mustahil menjadi acuan berperilaku kalau tidak
diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan demikian, pada dasarnya norma adalah
perwujudan nilai. Tanpa adanya norma, nilai tidak dapat praktis artinya tidak
Setiap norma pasti mengandung nilai. Nilai sekaligus menjadi sumber bagi
norma. Tidak ada nilai maka tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya, tanpa
dibuatnya norma, maka mustahil nilai itu dapat berfungsi atau terwujud. Sebagai
contoh ada norma yang berbunyi “dilarang membuang sampah sembarangan” atau
kebersihan.
7
Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada empat yaitu :
1. Norma agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau norma kepercayaan.
untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa.sumber norma ini
melanggar perintah yang ada pada norma ini yaitu berupa dosa.
2. Norma moral
Norma moral ini disebut juga norma etik atau norma kesusilaan atau
budi pekerti.norma ini merupakan nilai yang paling mendasar karena norma
kehidupan pribadi bagaimana kita menilai seseorang. Asal dari norma ini
adalah manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap
lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Sanksi atau pelanggaran
3. Norma kesopanan
sempit, local atau bersifat pribadi. Sopan santun disuatu daerah berbeda
8
dengan didaerah lain. Sanksi atas pelanggaran norma kesopanan berasal dari
masyarakat.
4. Norma hukum
Norma ini berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari
resmi diberi kuasa untuk member sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam
hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk
menjatuhkan hukuman.
2.1.3 Moral
Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan atau kelakuan (akhlak).
Jadi, moral adalah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar dipandang
dari sudut baik dan buruknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Moral dihubungkan dengan etika dan etiket yang membicarakan tata
Moral meliputi hidup manusia itu sendiri sebagai makhluk individu (diri
sendiri) dan sebagai makhluk sosial (dalam kehidupan bersama dalam keluarga,
mempunyai pengertian:
1. Dasar negara Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber
9
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan serta memberi
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia karena Pancasila merupakan ciri khas
bangsa Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa nilai adalah kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan
manusianilai dijadikan dasar, landasan atau motivasi yang dalam bersikap atau bertingkah
Nilai bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan, dihayayati dan
konkret yaitu tidak dapat ditangkap denganindra manusia dan nilai dapat bersifat subjektif
maupun objektif.
Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka perlu lebih dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif
kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma. Terdapat berbagai macam norma, dan dari berbagai norma tersebut norma
hukumlah yang paling kuat keberlakuannya, karena dapat dipaksakan oleh suatu
Selanjutnya nilai dan norma berkaitan dengan moral. Istilah moral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat keperibadian seseorang ditentukan oleh
10
moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
itu tercermin dari sikap dan prilakunya. Dalam pengertian inilah maka kita memasuki
Hubungan antara moral dengan etika memang sangat erat sekali dan kadang kali
kedua hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki
patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Adapun dipihak lain etika adalah
suatu cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
juga sebagaimana dikemukakan oleh De Vos tahun 1987, bahwa etika dapat diartikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan. Adapun yang dimaksud dengan kesusilaan
adalah identik dengan pengertian moral, sehingga etika pada hakikatnya adalah sebagai
dengan etika. Tidak semua orang perlu melakukan pemikiran yang kritis terhadap etika.
Terdapat suatu kemungkinan bahwa seseorang mengikuti begitu saja pola-pola moralitas
yang ada dalam suatu masyarakat tanpa perlu mereflesikannya secara kritis.
Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
memberikan ajaran moral. Hal inilah yang menjadi kekurangan dari etika jika
dibandingkan dengan ajaran moral. Sekalipun demikian, dalam etika seseorang dapat
mengerti mengapa, dan atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma
tertentu. Hal yang tartil inilah yang merupakan kelebihan etika jikalau dibandingkan
dengan moral.
11
Hal ini dapat dianalogikan bahwa ajaran moral sebagai buku petunjuk tentang
bagaimana kita memperlakukan sebuah mobil dengan baik, sedangkan etika memberikan
pengertian pada kita tentang strukturdan teknologi mobil itu sendiri. Demikianlah
hubungan yang sistematis antara nilai, norma dan moral yang pada gilirannya ketiga
aspek tersebut terwujud dalam suatu tingkah laku praktis dalam kehidupan manusia
(Kaelan, 2014).
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral
(Suseno, 1987).
Di era sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika dalam kehidupan masih
perlu bahkan amat penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dari keluarnya ketetapan
sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan cerminan
untuk:
1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
12
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan
kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling
mencintai dan tolong menolong diantara sesama manusia dan anak bangsa. Selain itu
juga menghidupkan kembali budaya malu yakni malu berbuat kesalahan dan semua
yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu
juga perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus dimulai dari dan
diperhatikan contohnya oleh para pemimpin pada setiap tingkat dan lapisan
masyarakat.
tuntutan globalisasi. Untuk itu dibutuhka ketahanan budaya, kemampuan adaptasi dan
sebagai satu kesatuan yang utuh, harmonis, damai, sejahtera dan maju.
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan
perbadaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih
benar serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan mengamanatkan
13
pejabat memiliki rasa kepedulian yang tinggidalam memberikan pelayanan kepada
public, siap mundur apabila dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun
Etika ini dimaksudkan agar prinsip dan pilaku ekonomi, baik oleh pribadi,
melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan: persaingan yang jujur,
berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan
KKN maupun rasial yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat dan
keuntungan.
ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang
menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan dan menuju pada pemenuhan
Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan
14
Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi akar mampu berfikir rasional, kritis, logis dan objektif.
Etika ini ditampiulkan secara pribadi maupun kolektif dalam prilaku gemar membaca,
budaya kerja keras dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam
berfikir dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri untuk menapai hasil yang
Pengertian “Politik” berasal dari kata “Politics”, yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau “negara”, yang menyangkut proses
penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
“Pengambilan keputusan” atau “decision making” mengenai apakah yang menjadi tujuan
dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu (Kaelan, 2014).
umum, yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang ada.
kewenangan yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk
menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai
dapat bersifat persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan. Tanpa adanya suatu
15
pemaksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan belakayang tidak
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat, dan bukan tujuan
pribadi seseorang. Selain itu politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok pengasuh
bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara (stale),
diatas, maka seolah-olah bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana
pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, kalangan aktifis politik serta para
pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Bila mana lingkup
pengertian politik dipahami seperti itu maka terdapat suatu kemungkinan akan terjadi
ketimpangan dalam aktualisasi berpolitik, karena tidak melibatkan aspek rakyat baik
sebagai individu maupun sebagai suatu lembaga yang terdapat dalam masyarakat. Oleh
karena itu, dalam hubungan dengan etika politik, pengertian politik tersebut harus
dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara (Kaelan, 2014).
memandan manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Segala hak dan
16
Kalangan kolektivisme merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme
pandang sebagai sekedar sarana bagi masyarakat. Segala hak dan kewajiban baik
moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa
segala aktivitas dan kreativitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada orang
lain, hal ini di karenakan manusia sebagai warga masyrakat atau sebagai makhluk
sosial. Manusia di dalam hidupnya mampu bereksistensi karena orang lain dan ia
hanya dapat hidup dan berkembang karena dalam hubungannya dengan orang
masyarakat.
manusia adalah bersifat ‘monodualis’. Maka sifat serta ciri khas kebangsaan dan
melainkan monodualistis.
hubungan dengan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial,
dimensi politis manusia senntiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum,
17
Sebuah keputusan bersifat politis manakala diambil dengan memperhatikan
politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya
Dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental, yaitu pengertian
dan kehendak untuk bertindak. Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan
Sebagai dasar filsafah Negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penelenggaraan Negara. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” serta
sila ke dua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
Negara, Etika Politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam
18
2.7 Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila
Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunyai lima prinsip
berikut ini yang disusun menurut pengelompokan Pancasila, bukan sekedar sebuah
internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum ada
1. Pluralisme
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan beradab.
dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai
dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik
19
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di
ambang modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan
Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakandalam
minoritas etnik).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam
kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh
korupsi.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah
orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka
20
yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka
mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi
Demokrasi hanya dapat berjalan baik karena didasari oleh dua dasar berikut.
5. Keadilan Sosial
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian
sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam
21
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Indonesiasekarang adalah:
dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga
3. Korupsi
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika politik merupakan filsafat teoritis yang membahas tentang makna hakiki
segala sesuatu antara lain: manusia, alam, benda fisik, pengetahuan bahkan tentang
bangsa Indonesia yang mengatur bagaimana harus bersikap dan bertindak antar satu
dengan lain yang disertai hak dan kewajibannya. Dengan kata lain Pancasila adalah
moral identitas bangsa, baik sebagai warga dunia, sebagai warga negara, maupun
dasar atau ideologi negara dan kemudian menjadi “way of live ” masyarakat
Indonesia, sedang etika politik adalah tata tertib, aturan, “sopan santun” politik.
Dengan demikian agar etika politik dapat diterima oleh masyarakat Indonesia
haruslah sesuai dengan sila- sila yang tercantum pada Pancasila atau sesuai dengan
harus bersikap adil, jujur, dan menjunjung tinggi hukum. Karena itu dalam etika
bagaimana cara menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi di negeri ini, bukan malah
23
melindungi dan saling tutup menutupi, hingga membuat mereka (pelaku kejahatan)
tak jera sedikitpun jika mengulang bahkan mewarisi tindakan perusak moral dan etika
bangsa.
3.2 Saran
ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah
yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari
http://juniarwibisana.blogspot.co.id/2015/05/contoh-makalah-etika-politik_22.html
https://suparman11.wordpress.com/2014/11/12/pengertian-etika-politik-dan-penerapan-
etika-politik-di-indonesia-serta-analisis-kontra-terhadap-kenaikan-bbm-di-indonesia/
http://indonesiaberani.blogspot.co.id/2011/10/dimensi-etika-politik-manusia.html
24