Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM KERJA PEMERINTAH DALAM HAL REFORMASI

BIROKRASI

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah (Pemerintahan Daerah)
Yang diampu oleh Dosen (Helmi, S.IP.,M.IP)

Di Susun Oleh:

Ferri Rismawan
Nim : 2010104010088

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kompleksitas wilayah dan masyarakat


yang cukup signifikan terutama dari struktur budaya serta lingkungan alam sekitarnya.
Pemerintah selaku pelayan publik harus terus berintegrasi dan beradaptasi dengan
perkembangan sosial saat ini terutama dalam menghadapi era revolusi 4.0 saat ini yang
mengedepankan faktor jaringan telekomunikasi dan informasi melalui jaringan internet.

Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah


karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Di dalam pendekatan
institusional (kelembagaan), khususnya di dalam skema, tercantum 'lalu-lintas'
administrasi negara dari eksekutif 'turun' ke Kebijakan Administrasi, lalu ke Administrasi
dan yang terakhir ke pemilih. Artinya, setiap kebijakan negara yang diselenggarakan
pihak eksekutif diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi. Kita mungkin
mengenal badan-badan seperti Departemen, Kanwil, Kantor Kelurahan, Kantor Samsat, di
mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan birokrasi negara yang
mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat langsung berhubungan dengan
masyarakat.

Pelayanan publik di Indonesia belum menunjukan kinerja yang efektif sering


menjadi bahasan, baik dari segi tulisan maupun penelitian. Permasalahan pelayanan
publik yang tidak efektif ini dipicu oleh beberapa hal yang kompleks, mulai dari budaya
organisasi yang masih bersifat paternalistik, lingkungan kerja yang tidak kondusif
terhadap perubahan zaman, rendahya sistem reward dalam birokrasi Indonesia, lemahnya
mekanisme panishment, bagi aparat birokrasi, rendahnya kemampuan aparat birokrasi
untuk melakukan tindakan diskresi, serta kelangkaan komitmen pimpinan daerah untuk
menciptakan pelayanan publik yang responsif, akuntabel, dan transparan. Di masa
otonomi daerah yang memberi keleluasaan bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan
pemerintahan atas dasar kebutuhan dan kepentingan daerah sendiri ternyata juga belum
mampu mewujudkan pelayanan publik yang efektif.

Dalam pelaksanaannya masih terdapat ketidaksinergisan antara peran fungsi


birokrasi dalam pelayanan publik sehingga banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang
pelayanan publik yang diberikan pemerintah baik berupa pelayanan langsung maupun
pelayanan yang berupa kebijakan. Hal ini diduga karena berbagai faktor yang terjadi
dalam lingkup birokrasi itu sendiri, seperti :

a. Dalam pembuatan kebijakan terkadang tidak memiliki nilai yang universal tetapi
hanya untuk beberapa kelompok masyarakat bahkan pemerintah sulit menetapkan
kebijakan yang tegas sehingga terjadi konflik di msyarakat, seperti belum
maksimalnya ditetapkan kebijakan tentang angkutan online dan perdagangan on lina,
serta pelaksanaan kebijakan tentang pengaturan pasar modern dan pasar tradisional
yang dalam prakteknya masih memihak pada pelaku pasar modern sehingga pasar
tradisonal terkalahkan.

b. Terjadinya pengikisan kinerja yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat


dikarenakan para birokrat banyak yang terkontaminasi oleh kepentingan politik
lokal dan kepentingan individu atau golongan. Seperti dengan adanya Pemilihan
kepemimpinan, banyak pihak birokrasi yang dimanfaatkan untuk penguatan suara
suatu kelompok politik sehingga pelayanan kepada masyarakat terabaikan.

c. Keadaan ini menjadi masalah klasik di Indonesia dimana dampak dari keadaan ini
dapat menciptakan peluang korupsi birokrasi baik korupsi kebijakan maupun
korupsi materi di tingkat pejabat birokrasi. Citra buruk yang melekat dalam tubuh
birokrasi dikarenakan sistem ini telah dianggap sebagai “tujuan” bukan lagi sekedar
“alat” untuk mempermudah jalannya penyelenggaraan pemerintahan. Kenyataannya,
birokrasi telah lama menjadi bagian penting dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan terutama pelayanan publik. Kenyataan yang terjadi hingga detik ini,
birokrasi hanya sebagai “ perpanjangan tangan ” pemerintah untuk dilayani
masyarakat. Atau dengan birokrasi pejabat pemerintahan ingin mencari keuntungan
lewat birokrasi.

Reformasi birokrasi merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang politik,


ekonomi dan sosial yang begitu cepat. Representasi organisasi yang lamban, kaku,
berbelit-belit dan terpusat, serta rantai hirarki komando sudah menjadi ciri khas birokrasi
di Indonesia. Sehingga birokrasi menjadi bengkak, boros, dan tidak efektif. Untuk itu
diperlukan suatu kesadaran untuk memperbaiki birokrasi sebagai organisasi publik.
Reformasi merupakan perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.
Upaya reformasi birokrasi yang dilakukan berhadapan langsung dengan keterbatasan
pada sumber daya manusia, dana, sarana prasarana dan berbagai persoalan lainnya,
sehingga menghasilkan kebijakan, perilaku, program dan sesuatu yang berbeda pula.

Reformasi pelayanan publik membangun kepercayaan dari masyarakat atas


pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik seiring dengan harapan
dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.
Reformasi merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara
dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Dalam reformasi diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan
secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan
pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta untuk
memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan
wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik..

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas


materi yang terangkum dalam rumusan, mengenai pengertian dari pelayanan publik,
reformasi pelayanan publik dan kualitas pelayanan, tindakan reformasi pelayanan yang
sudah diterapkan di Indonesia, Apa saja tindakan yang perlu dilakukan dalam
mereformasi pelayanan publik.

Selain itu, penulis mencoba membuka pola fikir melalui hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menciptakan efektivitas pelayanan publik yaitu mengenai
bagaimana fungsi birokrasi dalam efektivitas pelayanan publik sehingga tercipta
pelayanan publik yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pelayanan Publik, Reformasi Pelayanan Publik dan Kualiatas


Pelayanan

Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik oleh birokrasi publik merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai
abdi negara untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara). Apalagi saat ini
masyarakat semakin sadar apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pelayanan publik menurut UU Nomor 25 tahun 2019 tentang pelayanan publik


adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.

2. Tindakan Reformasi Pelayanan Publik yang sudah dilakukan

Pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-masing instansi pemerintah dilakukan


berdasarkan kebijakan/program/kegiatan yang telah digariskan dalam Grand Design
Reformasi Birokrasi dan Road Map reformasi Birokrasi, serta berbagai pedoman
pelaksanaannya. Berikut ini beberapa tindakan yang sudah diterapkan dalam upaya
reformasi pelayanan publik di Indonesia, namun tindakan reformasi tersebut belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Diantaranya:
a. Penetapan Standar Pelayanan (SPM dan SOP)
Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik.
Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk
menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar
perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan.
Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi jenis pelayanan,
identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi
pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya
pelayanan.

b. Pelayanan Terpadu ( One Stop Service)


Pada tanggal 6 Juli 2006, Menteri Dalam Negeri, H.Moh Ma’ruf, S.E.
mengeluarkan Permendagri No.24 tahun 2006 mengenai Pedoman Penyelenggaran
Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam peraturan ini, pelayanan atas permohonan
perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas
pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di
daerah dengan sistem satu pintu. Pembinaan sistem ini dilakukan secara berjenjang dan
berkesinambungan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah sesuai dan
kewenangan masing-masing.
Program PTSP sudah dilaksanakan di beberapa kantor/dinas, seperti : Kantor
Perijinan dan Penanaman Modal (BPPT) yaitu menggabungkan pelayanan dalam bidang
perijinan dan penanaman modal dalam satu tempat. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah dan mempercepat pelayanan. Tujuan lainnya adalah menarik modal dari
para investor.

c. Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pengaduan Masyarakat


Merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upaya pihak penyelenggara
pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu didisain suatu sistem pengelolaan
pengaduan yang secara efektif dan efisien mampu mengolah berbagai pengaduan
masyarakat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kualitas pelayanan. Seperti adanya
kotak-kotak saran/pengaduan di instansi atau kantor pelayanan, pengaduan langsung
kepada komisi ataupun lembaga pengaduan seperi : KPK (lembaga pegaduan terhadap
tindakan korupsi), Ombudsman (lembaga pengaduan terhadap instansi yang
memberikan pelayanan buruk.

Pada tanggal 6 Juli 2021, Tjahjo menjelaskan salah satu kunci agar birokrasi
menjadi lebih adaptif, cepat melayani, dan cepat mengambil keputusan adalah melalui
penyederhanaan birokrasi. Dalam membangun kelembagaan yang lincah dan adaptif ini,
juga memerlukan perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur sipil negara (ASN) agar
tidak terjebak dalam lingkaran hierarki.

Kementerian PANRB telah melakukan penyusunan dan menerbitkan kebijakan


mengenai penyederhanaan birokrasi. Kebijakan yang tengah difinalisasi adalah
Rancangan Peraturan Menteri PANRB mengenai Mekanisme Kerja setelah
Penyederhanaan Struktur Organisasi. Sedangkan, kebijakan yang telah diterbitkan adalah
PermenPANRB No. 17/2021 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke dalam Jabatan
Fungsional dan PermenPANRB No. 25/2021 tentang Penyederhanaan Struktur Organisasi
pada Instansi Pemerintah untuk Penyederhanaan Birokrasi. Penyederhanaan struktur
organisasi pada pemerintah pusat telah dilakukan dengan maksimal, sedangkan pada
pemerintah daerah, Kementerian PANRB berkolaborasi dengan Kementerian Dalam
Negeri untuk penyelesaiannya.

Untuk mendukung pelaksanaan penyederhanaan dan digitalisasi birokrasi,


tentunya tidak luput dari peran ASN sebagai penggerak birokrasi. Kualitas ASN juga
harus ditingkatkan sehingga dapat secara paralel mendorong kualitas birokrasi dan dapat
bersaing di era global dan revolusi industri 4.0.

Saat ini, tengah disusun arsitektur human capital ASN yang dapat mengakselerasi
transformasi ASN dalam aspek struktural, kultural, dan digital agar dapat beradaptasi
dengan kebijakan dan kompetensi serta dapat mengadopsi sistem dan teknologi yang
akan digunakan.

Kemudian, akan dilakukan juga penguatan kolaborasi dalam pengelolaan SDM


Aparatur antara Kementerian PANRB, BKN, LAN, dan KASN. Secara
berkesinambungan juga dilakukan pengembangan jabatan fungsional dan dibarengi
dengan penyelesaian pengalihan jabatan serta kontekstualisasi rencana strategis untuk
mendorong percepatan pembangunan SDMA tahun 2022-2024.

Di tahun 2021, dilakukan seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) yang
sempat tertunda di tahun 2020 karena pandemi. Selain itu, untuk memberikan
kesejahteraan bagi PNS juga dilakukan reformasi sistem gaji, tunjangan, dan fasilitas.
Dalam mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, Kementerian PANRB
mendorong penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan
pembangunan Zona Integritas (ZI). Penerapan akuntabilitas kinerja yang konsisten di
instansi pusat dan daerah mencegah potensi pemborosan dan meningkatkan efisiensi
penggunaan anggaran.

Dalam capaian akuntabilitas kinerja berdasarkan hasil SAKIP tahun 2020 kemarin,
sebanyak 95,24 persen kementerian dan lembaga serta 97,06 persen pemerintah provinsi
mendapatkan predikat B ke atas. Kemudian diikuti dengan pemerintah kabupaten dan
kota yang mencapai 63,98 persen.

Untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi, implementasi SAKIP, dan


pembangunan unit percontohan ZI, Kementerian PANRB memiliki tiga strategi yang
dilakukan, yakni kontekstualisasi dan penyempurnaan Peta Jalan (road map) Reformasi
Birokrasi Nasional, penguatan Tim Asistensi Reformasi Birokrasi Daerah, serta
penguatan program evaluasi bersama pelaksanaan reformasi birokrasi. Kemajuan
teknologi yang begitu cepat juga menuntut birokrasi beradaptasi dengan cepat pula.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus sudah menerapkan sistem pemerintahan
berbasis elektronik (SPBE). Terutama pada masa pandemi, ASN harus tetap produktif
meski diberlakukan penyesuaian sistem kerja dengan bekerja dari rumah (work from
home) maupun di kantor (work from office).

Saat ini sedang disusun Rancangan Peraturan Presiden mengenai Arsitektur SPBE
Nasional dan Peta Rencana SPBE Nasional 2021-2025. SPBE ke depannya akan
diterapkan dalam berbagai layanan publik dan administrasi digital pemerintah yang
terintegrasi. “Ini akan mewujudkan Satu Data Indonesia (SDI) sehingga sistem
penghubung layanan pemerintah dan portal data nasional menjadi terintegrasi dan dapat
memanfaatkan kolaborasi data,” ujar Tjahjo. Ke depannya, SPBE juga akan
dimanfaatkan dalam transaksi elektronik pada setiap aspek layanan, termasuk
penggunaan big data pemerintah dan kecerdasan artifisial sebagai bagian dari
transformasi digital nasional. Nantinya, akan diwujudkan dalam Smart City pada Ibu
Kota Negara baru di tahun 2024.

Dalam meningkatkan pelayanan publik, Kementerian PANRB melakukan


integrasi pelayanan publik, transformasi pelayanan digital, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat. Dalam integrasi penyelenggaraan pelayanan publik, Kementerian PANRB
telah menginisiasi Mal Pelayanan Publik (MPP) sebagai tempat bersatunya
penyelenggaraan pelayanan publik dan administrasi yang terpadu. Pada tahun ini, hingga
Juni 2021, terdapat 10 MPP yang telah diresmikan. Sehingga total sudah terdapat 43 MPP
yang beroperasi di seluruh Indonesia. Direncanakan, sebanyak 23 MPP akan menyusul
diresmikan hingga akhir tahun.

Pengelolaan pengaduan pelayanan publik dilakukan melalui aplikasi berbagi


pakai Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional-Layanan Aspirasi dan
Pengaduan Online Rakyat (SP4N-LAPOR!). Sistem ini juga untuk mendorong partisipasi
dan keterlibatan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan publik. Di tahun ini, aplikasi
LAPOR! telah terhubung dengan 657 instansi pemerintah, dengan rincian 34 kementerian,
100 lembaga, dan 523 pemerintah daerah.
Kementerian PANRB juga melakukan pengukuran kualitas pelayanan publik
melalui Indeks IPP. Pada tahun 2020 kemarin, terdapat peningkatan IPP dengan IPP
Nasional berada di angka 3,84 dengan capaian IPP Kementerian dan Lembaga sebesar 4
dan IPP Pemerintah Daerah sebesar 3,65. Kedepannya, lokus IPP akan terus bertambah.
Pada tahun ini, UPP yang menjadi lokus evaluasi adalah Polri, Kejaksaan Negeri, Kantor
Imigrasi, Kantor Pajak Pratama, dan Kantor Pertanahan dari kementerian dan lembaga.
Untuk provinsi adalah DPMPTSP dan Samsat, sedangkan untuk kabupaten dan kota
adalah DPMPTSP dan Dukcapil sebagai lokus evaluasi.

Berbagai capaian yang telah dilakukan oleh Kementerian PANRB ini tentunya
perlu dukungan dan kolaborasi dari seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Dengan
demikian, birokrasi pemerintah dapat beradaptasi dengan penyesuaian sistem kerja yang
terhubung secara digital. Hal ini kemudian akan didukung pula dengan ASN sebagai
SDM berkualitas sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Untuk Mengubah dan memperbaiki tatanan birokrasi pelayanan yang


terkesan lamban, berbelit-belit dan diskriminatif, menuju ke arah pemerintahan yang
baik (good governance) diperlukan keseriusan dan upaya konkrit dari pemerintah
untuk melakukan reformasi dalam bidang pelayanan publik. Reformasi Pelayanan
Publik adalah perubahan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan agar
kinerja sektor publik semakin baik. Reformasi sektor publik bukan saja
mencakup unsur organisasi dan manejemen, tetapi juga sumber daya manusia.
Dalam melaksanakan reformasi pelayanan publik kendala yang sering dihadapi
adalah kurangnya SDM penyelenggara pelayanan, pemberian pelayanan masih
bersifat lama, dan mahal, pemberian pelayanan masih bersifat diskriminatif, tidak
adanya kepastian dari penyelenggara pelayanan terkait teknis pelayanan, pola pikir
para aparatur masih menginginkan dilayani bukan untuk dilayani, dan masih banyak
dijumpai tindakan/praktek KKN dalam proses penyelengaraan pelayanan publik

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan di
atas adalah:

Diharapkan pemerintah dapat memperbaiki pola penyelenggaran dapat


dilakukan dengan menetapkan standar pelayanan, membuat kontrak pelayanan yang
menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, mengembangkan survei
kepuasan pelanggan, pengelolaan sistem pengaduan masyarakat, dan penerapan E-
government dalam manajemen pelayanan yang bertujuan memudahkan proses
pelayanan, menjalin kerjasama dengan swasta dan menerapan sistem manajemen
mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizy A. Qodri. 2017. Change Management dalam Reformasi Birokrasi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Beny Iswardi. 2021. Penyederhanaan Birokrasi, Lompatan Besar Presiden Jokowi Mereformasi
Birokrasi. https://kumparan.com/ben-iswardi/penyederhanaan-birokrasi-lompatan-
besar-presiden-jokowi-mereformasi-birokrasi-1wCg3MDuu5a/full diunduh pada 13
November 2021
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarka: Gava Media
Kominfo. (2021). Inilah Capaian Reformasi Birokrasi Semester Pertama 2021.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/35496/inilah-capaian-reformasi-birokrasi-
semester-pertama-2021/0/berita diunduh pada 13 November 2021

Kompas. (2019). 4 Fakta soal Rencana Jokowi Terkait Penyederhanaan Birokrasi.


https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/29/203700365/4-fakta-soal-rencana-jokowi-
terkait-penyederhanaan-birokrasi diumduh pada 13 November 2021
Larasati, Endang. (2013). Jurnal Reformasi Pelayanan Publik (Public Service Reform) dan
Partisipasi masyarakat.
Dalamhttp://eprints.undip.ac.id/41101/1/ARTIKEL_REFORMASI_PELAYANAN_PU
BLIK__PUBLIC_SERVICES_REFORM__DAN_PARTISIPASI_PUBLIK.pdf
diunduh pada tanggal 13 November 2021
Purwanto, Erwan Agus dkk. 2015. Birokrasi Publik dalam Sistem Politik Semi Parlementer.
Yogyakarta: Gava Media
Reformasi Birokrasi. (2012) Dalam http://rushdyms.blogspot.com/2012/03/reformasi-
birokrasi.html diunduh pada 13 November 2021
Basri Seta. (2012). Pengertian Birokrasi dan Jneis-jenis Birokrasi Negara.
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/ birokrasi.html diunduh pada 27 November 2021

Anda mungkin juga menyukai