Passage Planning-Dikompresi
Passage Planning-Dikompresi
Passage Planning-Dikompresi
PLANNING
Dipakai dalam lingkungan
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar
Mustamin Latief S.
Diterbitkan oleh
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar
2019
PASSAGE PLANNING
Mustamin Latief S.
Copyright @2019
Diterbitkan oleh :
E-mail : pipmks@pipmakasar.ac.id
ISBN:
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dengan bentuk dan cara apapun
tanpa seizin tertulis dari penulis dan penerbit.
Kata Pengantar
Buku bahan ajar Passage Planning telah selesai dengan tujuan pembuatan
buku ajar ini untuk memberikan acuan belajar bagi Taruna di Politeknik Ilmu
Pelayaran Makassar.
Buku ini dirangkum dari beberapa buku tentang perencanaan pelayaran yang
Dengan berbesar hati kami ucapkan terima kasih yang telah membrikan
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, kami
Penyusun
Mustamin Latief S.
ii
DAFTAR ISI
iii
PENDAHULUAN
A. ORGANISASI
Organisasi anjungan (bridge organisation) yang efesien seperti berikut:
1. Menghilangkan resiko bahwa suatu kesalahan pada seseorang dapat mengakibatkan
situasi bahaya.
2. Menekankan pentingnya memelihara pengamatan yang baik dan memperhatikan
rutinitas dalam menghindari terjadinya tubrukan.
3. Menganjurkan menggunakan semua fasilitas yang tersedia guna menentukan posisi
kapal sehingga bila dalam situasi yang darurat, dapat dengan segera bertindak.
4. Menggunakan rancangan pelayaran dan sistem navigasi dengan tetap memonitor dan
mendeteksi deviasi dari jalur ketika berada di perairan pantai.
5. Menjamin bahwa kesalahan yang terjadi pada peralatan dapat diketahui dan
dikoreksi.
6. Pandu merupakan tambahan yang berarti dalam tim anjungan
ATURAN PERORANGAN
Suatu prosedur hanya dapat diterima oleh setiap anggota tim anjungan dengan baik bilamana
dia telah merasakan bahwa dia adalah bagian yang berarti pada suatu pelayaran aman dari
kapal dan bahwa keselamatan tergantung dari semua orang yang terlibat pada masing-masing
bagian sesuai keahliannya
Setiap anggota tim perlu mengerti bahwa keselamatan kapal tidak pernah tergantung pada
keputusan seseorang. Semua keputusan dan perintah harus betul-betul dicermati dan diawasi
pelaksanaannya. Anggota tim yang baru jangan pernah merasa ragu-ragu untuk bertanya
keputusan bila mereka menganggap bahwa keputusan tidak bagus terhadap kapal.
RENCANA
Pelayaran yang bagaimanapun lamanya, dapat rusak dalam dua tahap :
1. PERSIAPAN
2. PELAKSANAAN
yang termasuk dalam PERSIAPAN :
1. PENILAIAN
2. PERENCANAAN
PELAKSANAAN pada pelayaran termasuk :
1. ORGANISASI
2. MONITORING
Merencanakan suatu pelayaran dari pelabuhan ke pelabuhan bukan hanya tugas seorang
Nakhoda namun suatu tim yang solid dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing
berdasarkan aturan yang berlaku baik secara nasional maupun internasional.
Rencana pelayaran dimaksudkan untuk memberikan dukungan kepada tim dalam
mempersiapkan suatu pelayaran yang aman, sukses dan selamat tiba di tempat tujuan.
Rencana pelayaran tersebut dapat saja berubah sewaktu dalam pelayaran, disebabkan karena :
- Pelabuhan tujuan belum diketahui
- Pelabuhan tujuan berubah.
- Diadakan perubahan sebagai hasil konsultasi dengan pandu.
Bila rencana pelayaran mengalami perubahan maka tim harus diberitahu supaya tetap
terkontrol dan dapat diantisipasi akan hal-hal yang patut dilaksanakan sehingga rencana
pelayaran berjalan sebagaimana rencana.
1. Traffic Lane adalah suatu perairan yang mana menggambarkan batasan dalam satu
jalur traffic yang terbentuk oleh bahaya alami mencakup daerah
pemisah, atau mungkin membentuk batasan.
2. Precautionary Area adalah suatu route yang terdiri dari area dalam mana batasan
dimana kapal-kapal harus berlayar dengan memperhatikan daerah
berbahaya dan jalur yang diijinkan untuk dilayari.
3. Inshore traffic zone adalah Suatu raoute atau daerah dimana kapal-kapal yang
melalui daerah / zona tersebut dikatakan berlayar dalam pelayaran
dekat dalam daerah pantai sehingga harus berlayar dengan
kecepatan aman.
4. Area to avoided adalah suatu daerah yang ditentukan untuk dihindari oleh kapal-
kapal tertentu karena daerahnya tidak cukup disurvey atau
dibutuhkan pengetahuan setempat untuk berlayar di daerah tersebut.
5. Transit Line adalah sebuah garis di peta dimana seorang pengamat dapat melihat
dua objek yang berbeda dalam suatu garis lurus yang secara cepat
sehingga dapat memberikan posisi kapal.
6. Distance Of Danger adalah jarak minimum yang ditentukan sebelum membuat garis
haluan dimana jarak diperhitungkan dengan memperhatikan
keadaan cuaca, angin yang bertujuan sebagai pedoman di dalam
melaksanakan pelayaran terutama pada saat akan memasuki selat,
dimana harus ditentukan jarak aman terhadap pulau atau benda-
benda darat, dalam hal ini dikombinasikan dengan penggunaan
paralel index.
7. Tidal Stream adalah pergerakan air yang berubah-rubah secara horisontal yang
berhubungan dengan kenaikan dan penurunan daripada pasang.
8. High water (HW) adalah suatu keadaan air dimana air sedang naik sampai
beberapa saat sesudah air pasang.
9. Height of the tide adalah Jarak vertikal secara tiba-tiba antara permukaan laut dan
kedalaman peta.
10. Slack water adalah suatu keadaan dimana gerakan air seakan-akan berhenti.
Gambar. Peta kadar garam (salinity) permukaan air laut pada bulan Januari – Maret
NO GO AREAS :
Peta-peta pantai dan muara khususnya peta yang berskala besar harus diperiksa batas-batas
perairan yang tidak boleh dilewati oleh kapal-kapal sehubungan dengan bahaya-bahaya
navigasi seperti daerah-daerah dangkal, merkah-merkah navigasi dan objek menonjol
lainnya, harus ditandai dengan garis-garis arsiran atau cross hatcing namun harus
diperhatikan supaya jangan sampai informasi penting ikut tertutup atau terarsir, misalnya;
merkah-merkah navigasi atau objek yang menonjol serta perairan pasang surut dimana tidal
range mungkin tidak cukup besar, no-go areas ”daerah terlarang” tersebut termasuk semua
daerah dengan kedalaman air yang lebih kecil daripada sarat kapal.
MARGINs of SAFETY :
Sebelum garis haluan dibuat di peta, jarak bebas dari daerah terlarang “no-go areas” perlu
diperhatikan. Apabila posisi kapal sudah diplot maka hal itu berarti bahwa bagian-bagian
tertentu dari bagian-bagian kapal telah terwakili pada saat penentuan posisi tersebut. Bagi
kapal-kapal besar, meskipun posisi yang diplot pada saat tertentu kapal berada diluar no-go
areas. Mungkin saja bahwa bagian dari kapal sudah berada didalam no-go areas dengan
segala dampaknya.
Pada daerah aman “margins of safety” dibatasi oleh daerah terlarang “no-go areas” maka
dalam situasi paling burukpun tidak akan ada bagian-bagian kapal yang masuk kedalam no-
go areas.
Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
besarnya sebuah daerah aman adalah:
1. Ukuran kapal
2. Ketepatan dari sistem-sistem navigasi yang akan digunakan
3. Arus pasang surut
4. Karekteristik-karekteristik olah gerak kapal
Daerah aman ”margins of safety” harus dipilih agar mudah dipantau berkaitan dengan
sistem-sistem navigasi yang digunakan, misalnya baringan-baringan bebas dari sebuah
merkah di haluan atau dengan menggunakan parallel index.
Daerah aman ”margin of safety” harus memperlihatkan seberapa jauh kapal boleh
menyimpang dari haluan, namun masih tetap berada pada perairan aman.
Sebagai ketentuan umum sebuah margin of safety yaitu bahwa kapal tetap berada di perairan
aman apabila kedalaman air adalah 20 % lebih besar daripada sarat kapal
contoh :
Sarat kapal 5 meter
Kedalaman air (perairan) adalah
20 % x 5 + 5 m = 6 m
SAFE WATER :
Daerah-daerah dimana kapal dapat menyimpang dengan aman dan daerah-daerah tersebut
dibatasi dengan margins of safety.
CHART CHANGE :
Suatu titik yang diperlihatkan pada peta mengenai posisi yang harus dipindahkan pada peta
berikutnya dengan membubuhi nomor peta berikut.
Misalnya : - See Next Chart No. ……..
- Joining With Chart No. …..
TRACK CONSIDERATIONS :
Secara umumnya tidak ada suatu keharusan bilamana mendekati suatu bahaya selain dari
mengurangi jarak pelayaran dan sebagai konsekuensinya, waktu. Meskipun demikian, apabila
tetap mendekati bahaya maka ada beberapa yang patut diikuti seperti berikut; Kapal tetap
memperhatikan kedalaman air dan memperhatikan jarak bahaya untuk meminimise
kemungkinan kandas yang dapat menyebabkan gangguan pada mesin atau kesalahan
navigasi.
DISTANCE OFF :
Tidaklah mungkin melanggar suatu keputusan yang tidak dapat diubah menyangkut tentang
jarak bahaya dimana kapal dituntut untuk tetap menjaganya; hal ini akan tergantung pada :
1. Draft kapal sehubungan dengan kedalaman air
2. Kondisi cuaca sekarang; angin kencang, kemungkinan kabut, hujan yang
menghendaki penambahan dalam jarak.
3. Arah dan kekuatan arus pasang surut
4. Kepadatan lalu lintas
REGULATIONs :
Peraturan-peraturan nasional dan perusahaan tentang jarak bebas juga harus dipatuhi.
TIDAL WINDOW :
Pada daerah pasang surut, UKC hanya cukup dicapai pada saat pasang telah mencapai
ketinggian tertentu. Diluar waktu pasang-pasang tersebut maka sudah dianggap sebagai
daerah daerah terlarang ”no-go areas”. Periode-periode aman yang dikenal sebagai tidal
window yang harus diperlihatkan dengan jelas supaya mualim jaga tidak terganggu atau ragu-
ragu dalam mempersiapkan kapal memasuki daerah tersebut atau tidak .
ARPA MAPPING :
Banyak ARPA yang sudah menggunakan teknologi canggih, memiliki fasilitas yang
menghasilkan peta yang dapat disimpan kembali. Peta seperti itu memungkinkan melalui
sistem navigasi elektronik tapi fasilitas seperti itu dapat digunakan sebagai tambahan ke dan
tidak pengeluaran dari sistem lain.
PARALLEL INDEXING :
Paralel indeks (PI) merupakan suatu cara untuk memonitor haluan kapal pada setiap jarak
pandang buruk dan baik . Suatu paktek yang baik untuk merencanakan PI pada peta seperti
pada teknik radar sebelum mengandalkan sepenuhnya pada PI jarak pandang baik sehingga
cara bernavigasi visual mustahil.
Suatu cara sederhana dan efektif yang dapat memonitor terus-menerus kegiatan-kegiatan
kapal. dengan mengamati pergerakan dari pantulan radar pada benda – benda navigasi yang
menarik perhatian ditandai dengan jalur-jalur yang sebelumnya telah disiapkan pada pantulan
ploting dengan menggunakan garis indeks pada ”Automated Radar Ploting Aids” (ARPA).
Hal ini lebih efektif bilamana haluan kapal pada Radar diletakkan pada posisi Utara-didepan
(North-up), pada cara pergerakan relatif ”relative motion mode”
Sebuah target tetap pada Radar seperti suar atau Tanjung, akan seolah-olah haluan kapal kita
yang dilukiskan pada pusat tabir radar. Sebagai suatu garis sejajar dan berlawanan dengan
haluan dasar kapal. Haluan kapal cenderung bergeser disebabkan oleh arus pasang, akan
kelihatan pergerakan kapal dengan menjauh dari garis sejajar itu.
Paralel indeks dapat juga digunakan untuk memantau kejadian-kejadian seperti ; Wheel over
point. Dalam hal ini jarak baringan target pada WOP ditandai pada PI.
ABORTS :
Sewaktu berlayar di perairan terbatas kapal berada dalam suatu kondisi dimana tidak ada
pilihan lain kecuali untuk tetap mempertahankan pelayaran yang disebut ”the point of no
return”, dalam hal kapal memasuki alur sempit dimana tidak ada jalan untuk kembali
melewati jalur yang sama karena air surut dan UKC tidak memungkinkan.
Apapun alasannya rencana tetap memperhitungkan ”the point of no return” dan kenyataan
bahwa bagaimanapun kapal tidak dapat kembali. Posisi harus diplot pada peta yang
menunjukkan titik akhir dimana kapal dibatalkan dan tidak dapat dilaksanakan. Posisi saat
pembatalan bermacam-macam tergantung situasi dan kondisi seperti; kedalaman yang cukup,
kecepatan, lingkaran putar, namun itu perlu terlihat dengan jelas, pada rencana jalur
selanjutnya untuk daerah aman.
CONTINGENCIES :
Setelah melewati posisi pembatalan dan titik dilarang kembali, tim anjungan masih
dibutuhkan supaya memperhatikan bahwa kemungkinan pelaksanaannya tidak sesuai dengan
apa yang direncanakan dan kapal harus melakukan tindakan darurat. Contingency plan harus
direncanakan dengan baik dan bertahap serta ditunjukan dengan jelas pada peta, sehingga
Perwira Jaga / Officer of the Watch (OOW) tidak harus membuang waktu banyak untuk
mencari dan merencanakan tindakan-tindakan yang aman pada jam jaganya.
Contingency planning mencakup :
1. Route alternatif
2. Daerah yang aman untuk berlabuh jangkar
3. Daerah menunggu
4. Dermaga darurat
Kemungkinan bahwa tindakan darurat dapat dilakukan kapal saat memasuki daerah dimana
terkungkung oleh saratnya maka hal ini kecepatan kapal harus dikurangi disebabkan karena
pasang surut, dimana kapal memungkinkan memasuki daerah tersebut pada saat pasang. Hal
demikian harus jelas ditunjukkan dalam rencana pelayaran.
Setelah digambarkan area yang tidak boleh dimasuki ”no-go areas”, daerah yang aman
”margins of safety”, dan jalur yang diijinkan “track to be followed. Rencana harus dipastikan
bahwa kapal mengikuti jalur yang direncanakan dan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak
diharapkan atau yang tidak dapat dikoreksi akan terjadi.
LANDFALL LIGHTS :
Ketika membuat suatu benda navigasi di darat ”landfall”, tidak perlu seorang mualim jaga
atau perwira navigasi terlalu teliti mencari lampu-lampu mana yang tampak pertama. Hal itu
RADAR TARGET :
Mengenal lebih dekat dengan target-target radar, cukup meluangkan sedikit waktu pada saat
merencanakan langkah yang akan segera ditentukan target-target yang mana kelihatan dan
digunakan; salah satu langkahnya yakni pulau yang sangat kecil akan lebih dipercaya
dibanding suatu batu karang.
Cahaya terang pada peta racon dan objek radar yang akan digunakan untuk posisi fix. Sesuai
visual dan alat bantu navigasi perbedaan antara yang terapung dan yang tetap dan kekuatan
lemah dan kuat pada lampu merah.
Pada tahap perencanaan pun kita harus menentukan sasaran-sasaran radar yang diperlukan
untuk menentukan posisi kapal misalnya sebuah pulau kecil yang terjal akan lebih bisa
diandalkan daripada sebuah karang yang nongol di atas permukaan air
FIX FREQUENCY :
Tidak terlepas dari metode penentuan posisi yang digunakan, penting untuk menetapkan
posisi dengan frekuensi yang jelas yang tentunya akan tergantung pada situasi dimana kapal
berada, misalnya sebuah kapal di dekat bahaya sangat perlu menggunakan frekuensi yang
lebih sering daripada sebuah kapal berada di tengah laut.
Sebagai patokan, dianjurkan agar penentuan posisi seharusnya pada dalam waktu sehingga
tidak mungkin membahayakan sebuah kapal diantara saat-saat penentuan posisi tersebut.
Apabila tidak mungkin untuk menentukan posisi-posisi di peta pada frequensi tersebut
(Fixes pada Interval kurang dari 3 menit sangat melelahkan) maka metoda Navigasi Primer
Alternatif harus dipertimbangkan misalnya Parallel Indexing.
FIX REGULATORY :
Setelah frequensi penentuan posisi telah ditetapkan maka perwira harus konsisten dalam
pelaksanaanya dan tidak sekehendak si Perwira jaga. Satu-satunya pengecualian adalah
apabila Perwira jaganya mempunyai prioritas-prioritas lain yang harus ia perhatikan,
misalnya perubahan haluan atau menyimpang pada waktu mendekati WOP Kritis. Dalam hal
demikian penentuan posisi harus dilakukan segera sebelum WOP dan segera sesudahnya.
ADDITIONAL INFORMATION :
Walaupun tidak secara langsung berhubungan dengan keselamatan pelayaran, banyak
tambahan informasi dapat diperlihatkan pada rancangan ini oleh para mualim jaga tentang
kewajibannya untuk melakukan beberapa persiapan tertentu yang dapat mempermudah
pelaksanaan pelayaran.
Informasi tersebut mencakup:
ANCHOR CLEARANCE :
Posisi-posisi dimana tempat berlabuh jangkar yang harus dilaporkan dan jangkar bebas harus
ditunjukan dengan sesuai aturan
TUG ENGAGEMENT :
Peringatan untuk Perwira jaga agar menyiapkan awak kapal yang diperlukan untuk
mempersiapkan tali tunda dan lain-lain (Pilot Correction = Informasi untuk pandu tentang
sifat kapal kita sendiri termasuk draft kapal dan lain-lain).
TRAFFIC AREAS :
Daerah-daerah yang lalu lintas kapalnya padat atau daerah dimana akan bertemu dengan
daerah kepadatan tersebut misalnya lalu lintas kapal-kapal ferry atau gugusan kapal ikan.
TRANSIT (Ranges) :
Transit/garis penuntun yang di Amerika Serikat dikenal sebagai Ranges adalah sebuah garis
di peta dimana seorang pengamat dapat melihat 2 (dua) objek berbeda dalam satu garis yang
secara cepat dapat memberikan tuntunan kepada Perwira jaga tentang posisi kapalnya.
Meskipun hanya berupa satu garis tunggal namun keuntungannya bahwa tidak diperlukan
alat lain dan hanya dengan mata/visual.
Untuk lebih tepatnya jarak antara pengamat dan objek terdekat harusnya tidak boleh lebih
dari 3 (tiga) kali jarak antara objek yang diamati langsung daripada jarak ini yang dapat
digunakan ke depan
Transit ada kalanya dicetak di peta perairan pedalaman tapi transit dari ciri-ciri alami
misalnya dua bukit yang dapat ditemukan di peta pada tahap perencanaan.
COMPASS ERROR :
Transit dapat digunakan untuk menentukan kesalahan pedoman dengan membandingkan arah
di peta dengan hasil pengamatan
LEADING LINES :
Garis-garis penuntun sering terdapat di peta. Dalam hal ini transit yang dicetak di peta
merupakan garis haluan yang harus diikuti untuk menjamin kapal akan bebas dari bahaya.
Dengan mengamati bahwa objek-objek berada pada satu garis maka seorang Navigator
dijamin bahwa kapalnya berada di haluan yang direncanakan.
CLEARING MARKS :
Merkah bebas/aman dapat digunakan untuk menjamin bahwa kapal berada pada daerah yang
aman atau tidak mendekati bahaya. Biasanya merkah aman ini ditunjukkan dengan merkah
garis putus-putus yang panjang kemudian kapal dibuat aman mendekati dengan patokan ke
satu sisi dari jalur.
Leading light
RANGE OF LIGHTS :
Jarak maksimun dimana sebuah lampu dapat dilihat tergantung dari 3 (tiga) faktor yang
berbeda-beda:
1. Gabungan tinggi mata dan tinggi lampu
2. Intensitas dari lampu
3. Cerahnya atmosfir
GEOGRAPHICAL RANGE :
Makin tinggi elevasi lampu makin jauh jarak penglihatannya demikianpun makin tinggi,
tinggi mata, makin jauh jarak penglihatannya. Kombinasi dari kedua faktor tsb memberikan
jarak penglihatan lampu maksimal yang disebut Geographical Range yang diperoleh dari
tabel-tabel dalam list of lights. Dalam praktek jarak tsb akan sangat berkurang apabila lampu
yang yang sedang diamati bertenaga rendah sehingga tidak mampu untuk dilihat pada
geographical rangenya.
LUMINOUS RANGE :
Ini adalah jarak kelihatan maksimun dari sebuah lampu berdasarkan intensitas lampunya dan
jarak kelihatan atmosfir yang berlaku. Range ini tidak memperhatikan tinggi mata dan elevasi
dari lampu.
NOMINAL RANGE :
Jarak yang terdapat di peta di samping tanda bintangnya, biasanya adalah nominal range
lampunya ialah apabila jarak penglihatan meteorologis adalah 10 mil.
EXTREME RANGE :
Mendekati daratan lampu-lampu akan mulai kelihatan dalam urutan elevasinya, intensitasnya.
Kadang-kadang tanda-tanda pertama kapalnya telah mendekati daratan adalah nampaknya
lampu-lampu bertenaga besar, sebelum radarnya mendeteksinya sebagai sasaran-sasaran.
Meskipun tanda-tanda tsb tidak dapat dianggap sebagai sebuah fix yang akurat, namun suatu
pengamatan dari baringan kompas pada saat kelihatan dan memplot extreme range dari
lampunya pada saat tsb dapat menyadarkan perwira jaganya tentang adanya bahaya-bahaya
yang mendekati.
Dalam hal sebuah lampu tidak tampak pada waktunya, perwira jaganya akan sadar bahwa
kapalnya tidak berada sesuai dengan antisipasinya atau bahwa lampunya mungkin mati atau
tersembunyi dibalik awan atau terdapat jarak tampak buruk antara kapalnya dengan lampu.
Alasan sebenarnya harus ditentukan berdasarkan penilaiannya sendiri.
Kesimpulannya bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
ECHO SOUNDER :
Ada berapa kapal yag biarkan echo sounder mereka tetap berjalan. Di kapal-kapal yang tidak
demikian, adalah kebiasaan yang baik untuk menjalankan echo soundernya sebelum
mendekati daratan. Seperti memplot lampu saat mendekati daratan walaupun tidak
memperoleh fix, namun menurunnya pemeruman dapat menyadarkan perwira jaga bahwa
kapalnya sedang mendekati bahaya.
CHART OVERCROWDING :
Informasi yang diperlukan untuk memantau pelayaran. Kebanyakan terdapat di peta-peta
kerja. Dalam beberapa situasi hal tersebut mungkin tidak praktis karena mungkin terlalu
banyak informasi yang perlu diperagakan, sehingga terjadi ”overcrowding” di daerah kerja
bahkan menghapus detail-detail tertentu pada peta. Dalam beberapa hal kondisi overcrwoding
PLANNING BOOK :
Dalam hal apapun informasi tertentu lebih baik ditulis di dalam planning book, misalnya
waktu-waktu air pasang-surut waktu matahari terbit-terbenam, frequensi-frequensi kerja
VHF. Bagi kapal yang menyinggahi pelabuhan secara teratur, seorang navigator memilih
memasukkan seluruh informasinya ke dalam sebuah palnning book disamping peta.
MASTER’S APPROPAL :
Setelah selesai rancangannya harus diserahkan kepada nakhoda untuk diseujui.
PLAN CHANGES :
Semua anggota dari tim anjungan akan sadar bahwa bahkan rancangan yang terbaikpun ada
kalanya harus dirobah dalam pelayaran. Adalah tanggung jawab dari yang menghendaki
perubahan untuk menjamin bahwa perubahan-perubahan dilakukan dengan persetujuan
nakhoda dan semua anggota lain dari tim diberitahukan tentang perubahan-perubahan
tersebut.
Unsur-unsur lain :
1. Memperhitungkan kemungkinan kapal akan hanyut oleh arus, adanya hujan, kabut
dan lain-lain yang bisa menutup bahaya navigasi.
2. Memperhitungkan arus pasng surut untuk daerah-daerah tertentu.
3. Memperhitungkan kemungkinan adanya kapal-kapal lainnya ditempat yang sama di
daerah perairan yang ramai atau sempit
4. Dengan ETA memperhiyungkan kapal-kapal akan sampai atau melalui tempat-
tempat seperti yang dicantumkan, dan dapat memperhitungkan pula sedapat mungkin
melewati perairan sulit pada siang hari atau cuaca terang.
Sebagai Patokan:
1. Kapal-kapal yang mempunyai sarat antara 3 – 6 meter melewati di luar dari garis
pengaman (Safety Contour) 10 m.
2. Kapal-kapal yang mempunyai sarat antara 6 – 10 meter melewati di luar dari garis
pengaman (Safety Contour) 20 m.
3. Kapal-kapal mempunyai sarat lebih dari 10 meter harus menjamin tersedianya UKC
yang cukup dan berlayar dengan hati-hati.
4. Disamping UKC yang aman, sebuah kapal dalam situasi dimana bahaya Navigasi
terdekat terdapat di sebelah kanan, harus tersedia ruang olah gerak untuk merubah
haluan ke kanan untuk menghindari lalu lintas dari depan (berhubungan dengan aturan
15 = situasi bersilangan)
Catatan tambahan :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan voyage planning abstrak adalah :
a. Nomor pelayaran
b. Pelabuhan berangkat
c. Pelabuhan tiba (tujuan)
d. Kecepatan rata-rata
e. Jarak tempuh
f. Total waktu
g. Perkiraan waktu berangkat
h. Perkiraan waktu tiba pada pelabuhan tujuan
i. Peta-peta publikasi yang digunakan yang telah dikoreksi sesuai dengan NTM
j. Informasi-Informasi pelabuhan tiba dan pelabuhan berangkat
k. Tidal information
l. Perkiraan draft berangkat
m. Referensi yang digunakan selama pelayaran
n. Informasi masalah navigasi
o. Informasi paralel indeks
p. Arus dan cuaca
Yang harus dilakukan oleh mualim jaga setelah nakhoda mengambil alih komando pada saat
berlayar dalam kabut adalah
1. Tetap membantu nakhoda dianjungan dalam melakukan look out atau pengamatan
baik audio maupun visual serta tetap mengawasi pergerakan kapal-kapal maupun
target-target yang terdeteksi oleh radar.
2. Membantu melakukan komunikasi dengan kapal lain jika diperlukan.
3. Menyalakan lampu-lampu navigasi.Serta beralih ke kemudi tangan atau manual
segera.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah diketahui, bahwa air laut yang selalu bergerak secara
teratur yang erat hubunganya dengan:
1. Saat perembangan bulan (gejala harian)
2. Phase-phase bulan (gejala bulanan)
1. Gejala harian
Pasang (Flood) = Gerakan naik dari air laut.
Surut (Ebb) = Gerakan turun dari air laut.
Air pasang (High Water) = Kedudukan air pada waktu gerakan naik telah
berhenti dan gerakan turun belum di mulai.
Air surut (Low Water) = Kedudukan air pada waktu gerakan turun telah
berakhir dan gerakan naik belum di mulai
Air tenang (Slack Water) = Pergantian dari gerakan naik, gerakan turun atau
sebaliknya.
Disamping gerakan air vertikal ini, pada umumnya timbul pula suatu gerakan horizontal.
Gerakan air horizontal, sebagai akibat dari pasang disebut Arus Pasang (Tidal Stream)
Arus air pasang (Flood Stream) = Arus yang di mulai mengalir pada waktu pasang,
dan terus mengalir sampai saat setelah HW.
Arus surut (Ebb Stream) = Arus yang mulai mengalir pada waktu surut dan
terus mengalir sampai saat LW.
Pancaroba (Slack Water) = Pergantian dari arus pasang ke arus surut atau
sebaliknya.
Lata (range) = Selisih dalam kedudukan air antara saat HW, dan
saat LW yang berikutnya.
2. Gejala bulanan
Pada waktu bulan purnama dan bulan baru kita dapati kedudukan-kedudukan air yang tinggi
dan terendah, jadi lata yang terbesar. Ini disebut Pasang Purnama (Spring Tide).
Air pasang purnama ( HW Spring) = Air pasang yang tertinggi.
Air surut purnama (LW Spring) = Air surut yang terendah.
Untuk selanjutnya, pengertian gaya pasang adalah komponen horizontal dari gaya pasang.
Tentang bekerjanya Gaya Pasang dijelaskan oleh Teori Setimbang.
Teori setimbang menganggap bahwa bagian-bagian zat cair dipermukaan bumi, pada tiap saat
berada dalam keadaan seimbang, dibawah pengaruh gaya-gaya yang bekerja terhadapnya.
Keadaan seimbang tersebut dapat kita gambarkan dengan anggapan-anggapan sebagai berikut
1. Sebagai benda angkasa pembangkit pasang hanyalah dipakai bulan.
2. Bulan ditempatkan pada bidang katulistiwa.
3. Jarak bumi-bulan adalah tetap.
4. Bulatan bumi diliputi oleh lapisan air yang sama tebalnya (dalamnya air ± 3.500m).
5. Rotasi bumi tidak diperhitungkan, demikian pula gerakan bulan itu sendiri.
Marilah sekarang kita tinjau, apakah yang akan terjadi bagi akibat dari rotasi bumi serta
gerakan bulan, dikatulistiwa angkasa.
Menurut anggapan ini, seolah-olah pasang tersebut disebabkan oleh suatu benda angkasa
jajar yang dapat kita sebut bulan menegah.
Pasang bulan menegah harian ganda mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Suatu kedudukan maksimum selalu dicapai pada saat bulan menegah berada di
perembangan bawah (HW1).
2. Kedudukan terendah berikutnya terjadi apabila bulan menegah timbul di cakrawala
(LW1).
3. Kedudukan tertinggi di capai lagi, apabila bulan menegah berada di perembangan atas
(HW2).
4. Kedudukan terendah dicapai lagi apabila bulan menegah terbenam dibawah cakrawala
(LW2).
5. Akhirnya pada perembangan bawah yang berikut,dicapai lagi kedudukan yang tertinggi.
PHASE PHASE
M2 S2 K1 O1
Angle 017 345 044 320
g 134 202 272 239
Sum 151 547 316 559 > 360 maka dikurang
or - 187 - 199
Time of HW 5 hr 6 hr 21 hr 14,5 hr Dft 25 berdasarkan nilai 187
H/cm 59 59 13 13 liha ke kiri berapa HW
Factor 1,22 1,20 0,99 1,30
New H/cm 72 71 13 17
W tolok M2 S2 K1 O1 ∆ thdp ML
03 38 0 0 -16 22
04 63 35 -4 -14 80 Dft 26 pada jam 21 WT(03) =
Sesudah HW05 72 61 -7 -12 114 18. pada new H antara 12 &
1 jam 06 63 71 -9 -9 116 14 (hal 8) dari jam 18.00
2 jam 07 38 61 -11 -5 83 dihitung keatas
3 jam 08 4 35 -13 0 26 Jam 18 – 1 = 17.00
4 jam 09 -31 0 -13 4 - Jam 17 – 1 = 16.00
5 jam 10 -59 -36 -13 7 - Kalau berimpit (60-61)
6 jam 11 -72 -62 -11 11 - Jika + ambil nilai <
7 jam 12 -66 -71 -9 14 - Jika – ambil nilai >
Diagram a)
03.00 w. tolak
∆ = 22
ML
ML = 140
682
CD
= ……..?
Diagram b)
520 cm
SB
722 520
50 + 140 +
772 660
660 _
112
Kapal dapat masuk sebelum tengah hari dg Σ min 112
No. 12
∆ = …?
ML
Zo
draft
CD
CD
SB
ML = 0,70
Sea Ch = (+) 0,20 m .
ML baru = (0,70 + 0,20) m
= 0,90 m = 90 cm
09.0
0 ∆ = … ? 31
ML
421
gosong b) = …..? 30 cm = 3
CD
b) = ….? 300 cm
SB
Skema III
w. tolok M2 S2 K1 O1 ∆
Daftar 26
04 11 -13 7 1 6
05 26 -5 5 3 29
06 35 5 2 6 48
07 35 13 -2 7 52
6,5
08 26 17 -5 9 47
09 11 17 -7 10 31
10 -7 13 -10 10 6
½ waktu tolok
11 -23 5 -11 10 -
12 -34 -5 -12 1 -
Wk tolok = 04.00
Time of HW = 6,5 hr
Jadi pd dft 26 lihat pada nilai HW (36) kemudian geser tekanan pada (2,5) itulah nilainya
pada waktu tolok
AA = 421 – (90+31) = 421 – 121 = 300 cm = 3 m
BB = (90 + 31) – 91 = 121 – 91 = 30 cm = 3 dm
Diminta kedudukan air di pelabuhan AA pada tanggal 4 mei 90 untuk tiap jamnya dari pukul
08.00 – 16.00 waktu tolak setempat kedalaman peta di perairan tsb adalah 5,6 m
Hitunglah :
- Saat air tinnggi (HW) pada hari itu
- Sarat kapal untuk dapat melewati perairan dengan air 0,5 m dibawah lunas (UKC)
pada saat tersebut di atas ML = 25 m, dikapal; tersedia dft (Ilmu Pel. Baru 1976)
Σ Σ
? 2,5 2,5 ?
5,6 5,6
0,5
Tanggal 10 juni 1990 pada waktu tengah hari (12.00) kapal hendak melintas dibawah
jembatan yang terbentang di atas selat laut XX
- Sarat kapal = 5.51
- Kedalaman peta dibawah jembatan = 6.0 m
- Jarak tegak bagian bawah jembatan sampai compass deck = 38,51 m
- Tinggi tiang kapal diatas permukaan air laut = 33,0 m
Hitung :
- Jarak tegak diantara ujung tiang dan jembatan pada saat kapal melintas.
- Tinggi air di bawah lunas (UKC) pada saat tersebut
Tentukan gerakan air dari pukul 07.00 s/d 15.00
(penjelasan dengan lukisan / diagram)
Data pasang surut metode ATT (dft I pel. 1976)
M2 S2 K1 O1
g 181 227 309 270
H/M 0,66 0,34 0,56 0,34
Angle 120 011 195 284
Factor 1,01 1,00 0,95 0,95
M2 S2 K1 O1
Angle 120 011 195 284
g 181 227 309 194 +
Sum 301 238 504 554
Or 201 238 144 194
Time of HW 10,5 hr 8 hr 9,5 hr 14 hr
Factor 6,6 34 56 34
H/M 1,01 1,00 0,95 0,95
New H/cm 67 34 53 32
ML baru = 2,5 m
a. ∆ = 1,01 (waktu tolok jam 12.00)
ML = Zo = 2,5 (ML + seas channel)
Z tiang = 33 +
Σ = 36,51
Jarak jemb = 38,51
Kebebasan = 2,00
b. ∆ = 1,01
ML = Zo = 2,5
CD = 6 +
Σ = 9,51
Sarat = 5,51 -
UKC = 4,00 m
12.00
Σ = ∆ = 10,1
ML
5,5 2,5
1
CD
=….? 6
Pada tanggal 31 agustus 1993, pada waktu jaga malam hari waktu dikapal menunjuk 11.30
menurut pengamatan posisi kapal terletak pada jarak ± 120 mil dari gosong AA didekat
tempat tujuan. Laju kapal ketika itu ± 15 knot.
Sarat kapal 8,5 m, kedalam dipeta 3,0 m
Hitunglah
Dengan laju berapakah kapal harus berlayar terus agar dapat langsung tepat melewati gosong
tersebut antara matahari terbit (± 07.00) hingga tengah hari (12.00 w tolok) UKC = 0,5 meter.
Tentukan gerakan pasang untuk tiap setengah jam
M2 S2 K1 O1
g 015 238 031 023
H/M 2,3 1,6 1,1 0,6
Angle 287 360 1,3 171
Factor 0,97 1,00 1,10 1,17
ML = 1,30 m
Seas Ch = (+) 0,20 m = 1,5
Skema
∆= ? 8,5 m
ML
1,5
CD
3m
Ukc = 0,5m
ML = 1,50
Kedalaman yang memungkinkan :
= draft + ukc
= 8,5 + 0,5
= 9m
Σ = 9m
ML = Zo = 1,5 m
CD = 3,00 -
∆ = 4,5 m ∆ pada pukul 09.30
. 10 .
11.30 120 mil 9.30
V = S = 120 = 12 knot
T 10
ML = 3 meter
Seas Ch = 0,1 meter Zo = ml + seas = 3 + 0,1 = 3,1 m = 310 cm
HW pk = ….?
∆= ? 119 cm
ML
Draft Zo = 310 cm
7,49 mtr CD
(max)
CD
Jawaban :
- sampai batas sarat = (CD – UKC) + 20 + A
= (370-50)+310+119
= 7,49 m
- selambatnya harus tolak jam = 12.00 – 05.00 = 07.00
Tanggal 10 oktober 19xx pukul 10.00 (w. tolok) kpl duduk kandas di atas gosong AA.
Menurut resuman yang segera dilakukan terdapat air di bagian terdangkal = 488 cm
Hitunglah kedalaman peta dilokasi tersebut dan pukul berapakah kapal dapat terlepas pada
hari itu (sebelum 24.00)
M2 S2 K1 O1
A/cm 18 16 43 25
g 038 004 174 103
(360-Vo).1/1 19xx 158 000 349 169
Factor (19xx) 1.04 1.00 0.88 0.81
CD
? = 300 cm
188cm
Kedalam peta
Diperum
SB
Perhitungan
HW = jam
19.00
19.00
∆ = 45
ML
173
CD
518
draft 300
SB
Contoh :
TIME Ht. m.
16
02.07 1.5
08.08 0.5
14.14 1.6
TH 23.58 0.3
TIME HEIGHT
HW LW HW LW RANGE
Standart Port 02.07 08.08 1.5 0.5
_
14.14 20.29 1.6 0.3
Seasonal Change STANDART PORT 0 0 Negligible
+ 00.01 + 00.01 0.0 0.0
Differences
0.0 0.0
Seasonal Change SECONDARY PORT 0 0 Negligible
02.08 08.09 1.5 0.5
Secondary Port
14.15 20.30 1.6 0.3
Duration _
Catatan :
Contoh 2
Berapakah tinggi air pada jam 12.00 tanggal 8 November di standart port.
TIME Ht. m.
8 14.15
11.41
18.58
1.5
3.2
1.4
TH 23.58 3.0
TIME HEIGHT
HW LW HW LW RANGE
Standart Port 11.41 18.58 3.2 1.4 1.8
STANDART PORT
_ _ _ _
Differences
Duration 07.17
duration
TIME Ht. m.
20 06.42
11.41
18.58
1.2
6.3
1.1
TH 23.58 6.5
TIME HEIGHT
HW LW HW LW RANGE
Standart Port 11.41 18.58 6.3 1.1 5.2
STANDART PORT
_ _ _ _
Differences
Duration - 07.17
JAWAB :
Draft kapal : 8.0 m , UKC 1.0 m maka kapal membutuhkan kedalaman air (DW).
DW : Draft + UKC, jadi Tinggi air yang dikehendaki = 8.0 + 1.0 berarti 9.0 m
Bila kedalaman dipeta (CD) : 5.0 m. tinggi air HT.m = DW – CD ; 9.0 – 5.0 = 4 m
Coba ;
- Pada LW = CD + HT.m ; LW = 5.0 m + 1.2 m jadi 6.2 m belum memungkinkan
- Pada HW = CD + HT.m ; HW = 5.0 m + 6.3 m jadi 11.3 memungkinkan
Practical
Sea
level
HT D
Chart
datum
DW U
DC K
C
bottom
B. PERKEMBANGAN
Pada awalnya sistem penyeragaman pelampungan dimulai pada tahun 1889, ketika itu
beberapa negara menyetujui tanda tertentu yakni pada sisi sebelah kiri dari alur dengan
pelampung selinder hitam dan sisi sebelah kanan dengan pelampung berbentuk kerucut
merah.
Sesuatu yang tidak diharapkan ketika suar mulai diperkenalkan, beberapa negara-
negara di Eropa menempatkan suar merah pada sisi sebelah kiri demikian pula bila
memasuki pelabuhan, sedangkan di sepanjang Amerika Utara suar merah ditempatkan
pada sisi sebelah kanan
Berbagai konferensi dilaksanakan untuk menyatukan sistem pelampung namun tidak
berhasil hingga tahun 1936 yang diprakarsai oleh PBB di Jenewa. Konferensi
menetapkan sistem kardinal dan sistem lateral yang pada prinsipnya bahwa pelampung
merah digunakan pada sisi sebelah kiri dan pelampung hitam pada sisi sebelah kanan.
Namun beberapa negara tidak menandatangani konvensi ini dan dilanjutkan ke
perkembangan awal, dan kembali pada sistem lama.
Setelah perang dunia ke – II (1939-1945) sistem pelampung dibangun kembali di
Eropa Barat-Utara yang didasarkan pada sistem yang telah ditetapkan pada konvensi
Jenewa tahun 1939 namun perbedaan besar dalam penafsiran menyangkut pada sistem
itu yang mengakibatkan 9 (sembilan) perbedaan yang digunakan pada perairan.
C. PENERAPAN
Konferensi tahun 1980, bersidang dengan bantuan IMO dan IHO, otoritas mercu suar
dari 50 negara-negara dan perwakilan dari 9 organisasi internasional bersidang dengan
alat bantu navigasi, menyetujui untuk mengadopsi ketentuan-ketentuan baru dan
keputusan dicapai pada wilayah perambuan.
Sekarang ini sistem IALA telah diterapkan di sebagian besar dunia. Di beberapa
bagian, bagaimanapun perubahan-perubahan sistem baru masih belum sempurna.
Pada wilayah-wilayah tertentu, seperti Amerika Utara dan perairan pedalaman di Eropa
Barat, sistem IALA diterapkan denganmodifikasi-modifikasi yang yang tercantum
dalam Admiralty Sailing Directions.
D. CAKUPAN
Sistim ini berlaku bagi semua tanda-tanda tetap dan terapung, selain mercu suar, tanda
suar sektor, suar penuntun dan tanda-tanda kapal suar, dan pelampung-pelampung
navigasi besar. untuk menunjukkan:
1. Sisi-sisi dan garis tengah alur pelayaran
2. Alur pelayaran dibawah jembatan tetap
E. TANDA - TANDA
Terdapat 5 (lima) tanda yang diterapkan oleh sistem ini:
1. Lateral (tanda lateral)
2. Cardinal (tanda kardinal)
3. Isolated (tanda bahaya terpencil)
4. Safe Water (tanda perairan aman)
5. Special Mark (tanda khusus)
Terkadang penggunaannya dikombinasikan. Cara yang dipakai tanda lateral dan tanda
kardinal di kombinasikan seperti pada gambar region A dan region B.
Beberapa beacon dilengkapi dengan lampu dan ada juga yang tidak , selain dari tanda-
tanda yang telah dikenal, dimasukkan dalam sistem ini. Secara umum beacon topmarks
mempunyai yang sama pada bentuk dan warna seperti yang digunakan pada bouy-
bouy. (sebab bervariasi dari struktur beacon, sebagian besar menunjukkan bentuk
bouy).
Wreck diberi tanda sama dengan tanda-tanda berbahaya lainnya; tidak unik jenis tanda
yang diterapkan pada sistem IALA.
F. WARNA
Warna merah dan hijau yang diterapkan pada tanda lateral, dan warna kuning untuk
tanda khusus. Warna hitam dan kuning atau hitam dan kelompok merah, atau belang-
belang merah dan putih, telah digunakan pada tanda jenis lain seperti dijelaskan
terdahulu.
Pada peta admiralty, bayangan pada simbol bouy yang telah digunakan menunjukkan
warna bouy dihilangkan. Simbol warna hitam yang digunakan pada sebagain besar
tanda hijau dan pada semua tiang bouy dan beacon; dan simbol terbuka digunakan
pada semua bouy dan menara-menara beacon yang lain warna, namun garis tegak
menunjukkan belang safe water bouy.
H. TANDA LATERAL
Tanda lateral pada umumnya baik digunakan pada alur sebagai penghubung dengan
pelampung konvensional.Semuanya menunjukkan sisi sebelah kiri dan kanan dari
route yang dilayari. Untuk lebih jelasnya maka sistem lateral digunakan:
1. Tepi pantai dan alur pelayaran sempit.
2. Diperairan pedalaman
I. TANDA KARDINAL
Tanda kardinal pada umumnya baik digunakan pada :
1. Laut bebas
2. Tanda sektor aman
3. Tanda sektor Utara, Selatan, Timur dan Barat
Sebenarnya tanda lateral dan kardinal maksud dan tujuannya hampir sama, yang
membedakan hanya pada tempat, bentuk dan warna.
PELAMPUNG ARAH
Pelampung konvensional arah terdiri dalam satu dari dua jalur:
Pelampung arah setempat (lokal).Arah yang diambil oleh navigator bila mendekati
suatu pelabuhan, sungai, muara atau terusan dari sisi laut;
Pelampung arah umum. Arah diputuskan oleh autoritas pelampung,didasari
dimanapun memungkinkan pada prinsipnya diikuti searah jarum jam. Biasanya
diberikan di Admiralty Sailing Direction dan jika perlu ditunjukkan pada peta-peta
dengan simbol yang tepat.