Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGAKUAN, PENGKURAN, PENYAJIAN, DAN


PENGUNGKAPAN DALAM AKUNTANSI SYARIAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pembimbing

Hartas Hasbi, SE., M. Ak.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Nurhidaya (602022019019)

Aneswati (602022019023)

Andi Musdalipa (602022019026)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas  kehadirat Allah S.W.T dengan limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Akuntansi Syariah  tentang Pengakuan, Pengkuran, Penyajian, Dan
Pengungkapan Dalam Akuntansi Syariah.

Shalawat beriring Salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.


Dan para sahabatnya beserta  keluarganya yang telah memberikan contoh teladan
melalui sunnahnya sehingga membawa kesejahteraan di muka bumi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


Dosen-dosen yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami, dan juga
kepada kawan- kawan kami yang telah memberikan motivasi serta membantu
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan dari
semua pihak yang bersifat membangun demi  perbaikan di masa yang akan ating.
Di samping itu, penulis terus berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
bagi mahasiswa Ekonomi Syariah khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semoga Allah meridhai segala usaha dan cita-cita kita. Amin.

Bone, 04 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4. Metode Penulisan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1.Definisi Akuntansi...............................................................................................
2.2.Akuntansi Dalam Pandangan Islam.....................................................................
2.3.Prinsip Akuntansi Menurut Para Ahli..................................................................
2.4.Prinsip Akuntansi Berdasarkan Surat Al-Baqaraha Ayat 282.............................
2.5.Sifat-sifat Akuntansi Syariah...............................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1.Kesimpulan.  .......................................................................................................
3.2.Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dikeluarkannya pernyataan standar akuntansi keuangan No. 59 tentang


akutansi perbankan syariah Indonesia oleh Bank Indonesia (BI) merupakan
hal yang perlu kita syukuri keberadaannya. Adanya PSAK No. 59 dan PAPSI
memiliki banyak makna. Dari sudut pandang perkembangan industri
perbankan syariah PSAK dan PAPSI dapat diharapkan sebagai instrument
yang dapat meningkatkan kepercayaan publik dalam menabung dan berbisnis
dengan bank syariah yang pada giliranya akan lebih memacu perkembangan
industri bank syariah di Indonesia. Sementara itu juga dilihat dari iklim bisnis
masyarakat Indonesia yang masih rendah tingkat integrasinya dengan nilai-
nilai islam, PSAK No. 59 dan PAPSI dapat diharapkan sebagai ujung tombak
baik dalam proses pengembangan bisnis yang islami.

Pengakuan dan pengukuran transaksi dalamakuntansi bank syariah


Dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tentang
Akuntansi perbankan Syariah oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bertujuan
untuk mengatuir perlakuan kuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank
syariah.
Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank pengkreditan
rakyat sayriah, dan kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi
di Indonesia. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini memacu
pada pernyataan standar akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.pernyataann ini bukan nerupakan
pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutorial)
pemerintah,lembaga pemerintah independent,dan bank sentral (Bank
Indonesia).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengakuan dan pengukuran transaksi dalam akuntansi bank syariah ?

2. Bagaimana penyajian dalam akuntansi bank syariah ?

3. Bagaimana bentuk laporan keuangan bank syariah ?

4. Bagaimana pengungkapan dalam akuntansi bank syariah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengakuan dan pengukuran transaksi dalam akuntansi bank syariah

2. Mengetahui penyajian dalam akuntansi bank syariah

3. Mengetahui bentuk laporan keuangan bank syariah

4. Mengetahui pengungkapan dalam akuntansi bank syariah


BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi dalam Akuntansi Bank Syariah
1. Pengakuan dan pengukuran Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi pengelola.1 Jika usaha
mengalami kerugian, makaa seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik
dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola
dan, seperti penyelewengan, kecurangan,dan penyalahgunaan dana.
Mudaharabah ada 2 jenis,yaitu ‘mudharabah mutlaqah (investasi tidak
terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).
Bank sebagai shabibul maal (pemilik dana) pengakuan dan
pengukuran pembiyaan mudharabah
Pengakuan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiyaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana; dan
b. Pembiyaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada
setiap pembayaran atau penyerahaan.
Pengukuran pembiyaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiyaan mudharabah dalabentuk kas diukur sejumlah uang yang
diberikan bank pada saat pembayaran;
b. Pembiyaan mudharabah dalam bentuk aktiva nonkas :

1) diukur sebesar nilai wajar aktiva nonkas pada saat penyerahan;dan


2) selisisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva nonkas diakui
sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan
c. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui
sebagai bagian pembayaran mudharabah kecuali telah disepakati
bersama.
Pengakuan laba atau rugi mudharabah
1
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press,2010), hlm. 243
Apabila pembiyaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:
a. Laba pembayaran mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi
hasil sesuai nasabah yang disepakati; dan
b. Rugi yang terjadi diakuidalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembayaran mudharabah
Bank sebagai mudharib (pengelola dana)

Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidakterikat pada


saat terjadinya sebesar jumlah yangditerima.pada akhirperiode akuntansi,
investasi tidak terikat diukur sebesar nila tercatat. Bagi hasil investasi tidak
terikat dialokasikan kepada bank dan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang disepakati. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi
pendapatan (revenue sharing). Kerugiankesalahanatau kelalaian bank
dibebankan kepada bank (pengelola dana).
Bank sebagai agen investasi

Apabila bank bertindak sebagai agenda lammnyalurkan dana


mudharabah muqayyadah dan bank tidak menanggung risiko (Chanelling
agent),maka pelaporannya tidak dilakukan dalam neraca tetapi dalam
laporan perubahan dana investasi terikat. Sedangkan dana yang diterima
dan belum disalurkan diakui sebagai titipan.

Apabila bank bertindak sebagai agendalammenyalurkan dana


mudharabah atauinvestasi terikat tetapi bank menanggung risiko atas
penyaluran dana tersebut (executing agent) maka pelaporanya dilakukan
dalam neraca sebesar porsi yang ditanggung oleh bank.

2. Pengakuan dan pengukuran Musyarakah


Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. 2Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama

2
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press,2010), hlm. 285
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu,baik yang
sudah berjalan maupun yang baru.selanjutnya mitra dapat mengembalikan
modal tersebut berikutbagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atas
Sekaligus kepada bank.
Bank sebagai mitra

Pengakuran dan pengukuran awal pembiayaan musyarakah

Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau


penyerahan aktiva nonkas kepada mitra musyarakah. Pengukuran
pembiayaan musyarakah dalam bentuk:

a. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk;

1) Kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan

2) Aktiva non kas dinilai sebesar nilai wajar dan nilai buku aktiva non
kas, maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau kerugian
bank pada saat penyerahan; dan
b. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah
kecuali persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Pengukuran bagi bank atas pembiayaan musyarakah setelah akad

Bagian pengukuran atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai


sebesar nilai historis(jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar aktiva non
kas pada saat penyerahan modal musyarakah) setelah dikurangi dengan
kerugian, apabila ada.

Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai sebesar


nilai historis setelah dikurangi dengan bagian pembiayaan bank yang telah
dikembalikan oleh mitra (yaitu sebesar harga jual yang wajar) dan
kerugian, apabila ada. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar bagian
pembiayaan musyarakah yang dikembalikan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian ban pada periode berjalan. Jika akad musyarakah yang
belum jatuh tempo diakhiri dengan pengembalian diakui sebagai laba atau
rugi bank pad aperiode berjalan. Pada saat akad diakhiri, pembiayaan
musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada mitra.

Pengakuan laba atau rugi musyarakah


Laba pembiayaan musyarakah diakui sebesar bagian bank sesuai
dengan nisbah yang disepakati atas hasil usaha musyaraah. Sedangkan rugi
pembiayaan musyarakah diakui secara proporsional sesuai dengan
kontibusi modal. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati
satu periode pelaporan maka:
a. Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang disepakati; dan
b. Rugi diakui dalam periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi
pembiayaan musyarakah.
Apabila pembiayaan musyarakah menurun melewati satu periode
pelaporan dan terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan,
maka:
a. laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah yang
disepakati;dan
b. rugi diakui dalam periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
c. Apabila terjadi rugi dalam musyarakah akibat kelalaian atau kesalahan
mitra pengelola usaha musyarakah, maka rugi tersebut ditanggung oleh
mitra pengelola usaha musyarakah. Rugi karena kelalaian mitra
musyarakah tersebut diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra
pengelola usaha, kecuali jika mitra mengganti kerugian dengan dana
baru.

3. Pengakuan dan pengukuran Murabahah


Murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang

dengan tambahan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli

barang.3 Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat

nasabah untuk membeli barang yang dipesannya.

Bank sebagai penjual


Pada saat perolehan, aktiva yang diproleh dengan tujuan untuk dijual

kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebagai biaya

perolehan. Pengukuran aktiva murababahah setelah perolehan adalah sebagai

berikut:
a. Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat:
1) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
2) Jika terjadi penurunan nilai akiva karena usang, rusak atau kondisi
lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aktiva;
b. Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan
tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan
transaksi, maka aktiva murabahah:
1) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah;dan
2) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka slisihnya diakui sebagai kerugian.

Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurangan biaya


perolehan aktiva murabahah. Pada saat akad, piutang murabahah diakui
sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang
disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah
dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang. Keuntungan murabahah diakui:
a. Pada periode terjadiya, apabila akad berakhir pada periode laporan
3
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press,2010), hlm. 137
keungan yang sama; atau
b. Selama periode akad secara proposional, apabila akad melampaui satu
periode laporan keuangan.

Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu


metode berikut:
a. Jika potongan pelunasan diberikan pada penyelesaian, bank mengurangi
piutang murabahah dan keuntungan murabahah;atau
b. Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih
dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian
bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah dengan
mengurangi keuntungan murabahah.
Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai
dengan akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian dana sosial.

4. Pengakuan dan pengukuran Salam dan Salam Paralel


Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan secara segera oleh
pembelian sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.
Bank sebagai pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dilihat
kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aktiva non kas. Modal
usaha salam dapat berbentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan,
sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai
wajar (nilai yang disepakati antara bank dan nasabah).
Bank sebagai penjual
Utang salam diakui pada saat bank menerima modal usaha salam yang
diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aktiva
non kas. Modal usaha salam dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar
nilai wajar.

5. Pengakuan dan pengukuran Istishna dan Istishna Paralel

Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan penjual. Berdasarkan
akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang
pesanan sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya
dengan harga yang disepakati. Spesifikasi dan barang pesanan disepakati
oleh pembeli dan penjual diawal akad. Barang pesanan harus diketahui
karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis,
kualitias dan kuantitas. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik
antara pembeli dan penjual. Jika barang pasanan yang dikirim salah satu
cacat, maka penjual bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan
kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna
maka hal ini disebut istihna parallel.
Pengakuan pendapatan dan keuntungan istishna paralel

Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad


antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin
keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dan harga pokok
istishna. Pendapatan istishna diakui dengan mengenakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad.
Bank sebagai pembeli
Bank mengakui aktiva istihna dalam menyelesaikan sejumlah termin
yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna kepada
penjual. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian
atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank, maka kerugian
itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan
penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek,
maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub
kontraktor.

6. Pengakuan dan pengukuran ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik


Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik sewa dan penyewa untuk

mendapatkan imbalan atas objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan

atas objek sewa yang disewakan.

Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik

objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang

disewakannya dengan obsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu

sesuai dengan akad sewa.


Perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan:
a. Hibah
b. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sisa cicilan sewa
c. Penjual pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang
disepakati pada awal akad
d. Penjual secara bertahap sebesar hraga tertentu yang disepakati dan
tercantum dalam akad.
Bank sebagai pemillik objek sewa

Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek
sewa dan disusutkan sesuai dengan:
a. Kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika
merupakan ijarah
b. Masa sewa jika merupakan ternsaksi ijarah muntahiyah bittamlik

Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamllik diakui selama masa


akad secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik
memulai penjualan secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode
aka menurun secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan
bagian per bagian objek sewa pada periode tersebut.

7. Pengakuan dan pengukuran Wadiah


Wadi’ah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank
bertanggung jawab atas pengembalian ttitpan. Wadi’ah terbagi atas
wadi’ah yad-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan
kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan, dan wadi’ah
yad-amanah apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan,
maka seluruhnya menjadi hak penerimaan titipan. Sedangkan dalam
prinsip wadia’ah yad-amanah, penerimaan titipan tidak boleh
memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh
penitip.

8. Pengakuan dan pengukuran Qardh


Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tgihan yang dapat disamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak

yang dipinjamkan. Bank syariah disampinkan memberikan pinjaman qard juga

dapat menyalurkan pinjaman dalam bentu qardhul hasan. Qardhul Hasan adalah

pinjaman tanpa pinjaman yang memungkinkan pinjaman untuk menggunakan

dana tersebut selam jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah

yang sama pada akhir periode yang disepakati.

Sumber dana qardhul hasan bersal dari eksternal dan internal. Sumber
dana eksternel meliputi dana qardh yang diterima bank syariah dari pihak
lain (missal dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan hasil pendapatan
nonhalal). Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qaldhul
hasan.

9. Pengakuan dan pengukuran Sharf


Sharf adalah akad jual beli suatu valuta denan valuta lainnya. Transaksi

valuta asing pada bank syariah hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai

dan dibenarkan utuk tujuan spekulatif.

Pendapatan Sharf

Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai pada

tanggal penyerahan valutaq diakui sebagai keuntungan/kerugian pada saat

penyerahan/penerimaan dana.

B. Penyajian dalam Akuntansi Bank Syariah


Penyajian laporan akuntansi bank syariah telah diatur dengan Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PABSI). Oleh karena itu laporan keuangan harus mampu
memfasilitasi semua pihak yang terikat dengan bank syariah.
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-
komponen berikut:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Perubahan Dana Infestasi Terikat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat Infaq dan Shadaqah
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan, dan
8. Catatan atas Laporan Keuangan

C. Bentuk Laporan Keuangan Bank Syariah

Berdasarkan KDDPPLK Bank Syariah dijelaskan, maka laporan


keuangan bank syariah harus disusun berdasarkan kerangka dasar
penyususunan dan penyajiannya. Sebab laporan keuangan bank syariah
tentunya memiliki perbedaan, meskipun ada beberapa aspek yang mungin
sama dengan bentuk laporan keuangan pada umumnya.
Penyusunan laporan keuangan bank syariah
Seperti halnya dengan perusahaan lainnya, bank syariah secara umum
dalam melakukan penyusunan laporan keuangan melalui beberapa tahapan
antara lain:

1. Bukti transaksi
2. Jurnal
3. Buku Besar
4. Neraca Saldo
5. Jurnal Penyesuain
6. Laporan Keuangan
D. Pengungkapan dalam Akuntansi Bank Syariah
Bank Syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:

1. Jenis aktiva produktif,sector ekonomi, dan jumlah aktiva produktif


masing- masing
2. Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
3. Kedudukan bank dalam pembiayaan bersamadan besarnya porsi yang di
biayai
4. Jumlah aktiva produktif yang telah direktrukturisasidan informasi lain
tentang aktiva produktif yang direktrukturisasi selama periode berjalan
5. Klasifikasi aktifa produktif menurut jangka waktu, kwalitas aktiva
produktif, valuta dan tingkat bagi hasilrata-rata.
6. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva produktif
yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukan saldo
awal, penyisihan selama tahun berjalan, penghapusan selamatahun
berjalan, pembayaran aktifa produktif yang telah dihapus bukukan dan
saldo penyisihan pada akhir tahun.
7. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan (penghapusan aktifa produktif
bermasalah).
8. Metode yang digunakan untuk menetukan penyisihan khusus dan umum.
9. Kebijakan, manajeman dan pelaksanaan pengendalian resiko portofolio
aktifa produktif.
10. Besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuk setiap
sektor ekonomi.
11. Saldo aktiva yang sudah diaktifkan.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dalam akuntansi


bank syariah berbeda untuk setiap transaksi yang terjadi dalam akuntansi
syariah. Adapun beberapa transaksi yang berkaitan seperti, Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, Wadiah, Ijarah, dan lain-lain.

Kemudian dalam Penyajian laporan akuntansi bank syariah telah diatur


dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PABSI). Oleh karena itu laporan
keuangan harus mampu memfasilitasi semua pihak yang terikat dengan bank
syariah.
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-
komponen berikut:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Perubahan Dana Infestasi Terikat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat Infaq dan Shadaqah
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan, dan
8. Catatan atas Laporan Keuangan

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifatmembangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, penulis
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yangtelah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampaiakhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamin
DAFTAR RUJUKAN

Muhammad, Rifqi. 2010. Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta: P3EI Press.

Rave, Rifky. 2021. “Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, Dan Pengungkapan


Dalam Akuntansi Bank Syariah” https://www.academia.edu/ 8948794/
PENGAKUAN_PENGUKURAN_PENYAJIAN_DAN_PENGUNGKAPA
N_DALAM_AKUNTANSI_BANK_SYARIAH.

Anda mungkin juga menyukai