LAPORAN TUTORIAL Skenario 1 Bms 3 (REVISI)
LAPORAN TUTORIAL Skenario 1 Bms 3 (REVISI)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan hasil laporan tutorial skenario 1 blok BMS 3 ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Dalam penyusunan laporan tutorial skenario 1 blok BMS
3 ini, kami menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan didalam
penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki, kami menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari
semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial skenario 1 blok BMS 3 ini
dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kata kunci: gatal seluruh tubuh, ruam merah, udang, faktor genetik
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, faktor, dan jenis- jenis
hipersensitivitas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mediator inflamasi pada reaksi
hipersensitivitas
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme reaksi hipersensitivitas
4. Mahasiswa mampu menjelaskan hadist atau ayat yang berkaitan
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui definisi, faktor, dan jenis- jenis hipersensitivitas
2. Mahasiswa mengetahui mediator inflamasi pada reaksi hipersensitivitas
3. Mahasiswa mengetahui mekanisme reaksi hipersensitivitas
4. Mahasiswa mengetahui hadist atau ayat yang berkaitan
MIND MAP
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi hipersensitivitas
Faktor hipersensitivitas
Jenis hipersensitivitas
2. Hipersensitivitas tipe II
Hipersensitivitas tipe kedua disebut juga reaksi hipersensitivitas sitotoksik,
yaitu kondisi saat sel tubuh normal secara keliru dimusnahkan oleh system
kekebalan tubuh sendiri. Reaksi ini melibatkan antibodi imunoglobulin G
(IgG) atau immunoglobulin M (IgM). Sel B melepaskan diri dan Dimediasi
immunoglobulin G (Ig G) dan immunoglobulin M (Ig M) terhadap self
antigen (memicu pembentukan antibodi). Antibodi selain IgE yang bekerja
langsung pada antigen sel atau jaringan dapat merusak sel atau jaringan atau
dapat mengganggu fungsinya.
IgG atau IgM berikatan dengan antigen pada permukaan sel → fagositosis sel
target atau lisis sel target oleh komplemen atau sitotosisitas yang diperantarai
oleh sel yang bergantung antibodi.
Gejala klinis yang muncul berupa eritema, nekrosis, dan edema. Contoh
reaksinya adalah SLE dan penyakit paru- paru, demam, kelelahan, berat badan
turun, urtikaria, arthralgia, proteinuria, glomerulonephritis.
4. Hipersensitivitas tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV yang diperantarai sel T. Beberapa penyakit akibat
dari reaksi limfosit T, seringkali terhadap antigen diri di jaringan. Antibodi
tidak terlibat disini. Jenis antigen yang terlibat adalah organ dan jaringan.
Gejala klinis yang muncul berupa eritema dan indurasi. Contoh reaksinya
adalah tes tuberkulin, poison ivy, dan granuloma
.
Limfosit T tersensitisasi → pelepasan sitokin dan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel
.Gambar 1. Jenis hipersensitivitas
• Histamin
Histamin banyak terdapat dalam sel gastrik, platelet, sel mast dan basofil.
Sel mast dan basofil menyimpan histamin dalam lisosom dan melepaskan melalui
eksositosis (degranulasi). Efek maksimal histamin muncul dalam 1-2 menit
dengan durasi 10 menit berupa vasokonstriksi otot polos, peningkatan
permeabilitas vaskuler dan produksi mukosa hidung, serta mengalami
peningkatan pada kondisi anafilaktik dan alergi.
• Leukotrien (LT)
Leukotrien berfungsi sebagai faktor kemotaktik. Pertama kali yang
terbentuk adalah leukotriene B4 kemudian dikonversi menjadi leukotriene C4, D4,
dan E4. Pada pasien rinitis alergi dan asma ditemukan LTC4 dan LTD4 pada
bersihan nasal dan cairan bronkus. Pada saluran pernapasan, LT meningkatkan
produksi mukus dan mengakibatkan bronkokontriksi.
• Prostaglandin D2 (PGD2)
Prostaglandin (PGD2) merupakan vasoaktif yang poten, menyebabkan
vasodilatasi ketika diinjeksikan ke kulit manusia. PGD2 juga dapat menginduksi
kontraksi otot paru dan saluran pencernaan. PGD2 dihasilkan oleh sel mast.
• Amina vasoaktif.
Bagian sel mast yang paling penting menghasilkan amina adalah histamin.
Histamin menyebabkan kontraksi otot polos yang intens, peningkatan
permeabilitas vaskular dan peningkatan sekresi mucus oleh nasal, bronkus dan
kelenjar lambung.
• Enzim-enzim.
Ini mengandung matriks butiran dan termasuk protease netral (chymase,
tryptase) dan beberapa asam hidrolase. Enzim-enzim ini menyebabkan kerusakan
jaringan dan menyebabkan adanya kinin dan aktivasi komponen-komponen dari
komplemen dengan bertindak pada protein-protein prekursor.
• Proteoglikan.
Ini termasuk heparin, dikenal sebagai antikoagulan dan kondroitin sulfat.
Proteoglikan berfungsi untuk mengemas dan menyimpan amina dalam butiran.
C. Mekanisme reaksi hipersensitivitas
Reaksi alergi tipe I memiliki 3 fase kejadian ketika alergen tersebut masuk
dalam tubuh. Fase-fase tersebut yaitu :
Fase Sensitasi. Fase sensitasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
pembentukan IgE hingga diikat oleh Fcȝ-RI pada permukaan sel mast atau
basofil.
Fase Aktifasi.Fase Aktifasi yaitu waktu yang dibutuhkan antara pajanan ulang
dengan antigen spesifik dan sel mast atau basofil yang melepas granul. 8 Hal
ini mampu menimbulkan reaksi yang terjadi akibat ikatan silang antigen serta
IgE.
Fase Efektor. Fase efektor yaitu yaitu waktu terjadinya respon kompleks
(anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas oleh sel mast atau basofil
dengan aktivitas farmakologik.
Penyakit hipersensitivitas dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme
imunologi yang memperantarai penyakit. Klasifikasi ini berguna dalam
membedakan mekanisme respon imun yang menyebabkan cedera jaringan dan
penyakit, dan manifestasi patologis dan klinis yang menyertainya.
Kesimpulan
Pada scenario diatas diketahui bahwa gatal dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor, salah satunya adalah akibat reaksi hipersensitivitas terutama tipe
cepat yang diperantarai oleh antibodi IgE. Salah satu pemicu kondisi ini adalah
mengonsumsi alergen yang mengandung antigen. Antigen ini kemudian akan
dikenali oleh IgE dan terjadilah respon imun berupa pelepasan mediator inflamasi
yang kemudian dapat menimbulkan gejala berupa ruam merah dan gatal di kulit.
Individu yang memiliki kecenderungan mengalami reaksi ini disebut atopik.
Kondisi atopik dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.
Daftar Pustaka
1. Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016, Immunologi Dasar Abbas:
Fungsi dan Kelainan Sistem Imun, Edisi Kelima, ELSEVIER
2. Sastra, I made wira., 2017, Hipersensitivitas: Proses Imun yang
Menyebabkan Cedera Jaringan, Denpasar
3. Baratawidjaja & Rengganis, 2018, Imunologi Dasar Edisi Ke-12, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Suprihati, dkk. (2016). Pengaruh Suplementasi Zink terhadap Jumlah
Eosinofil pada Jaringan Paru Penderita Alergi. Undergraduate thesis,
Diponegoro University.
5. Suardamana, Ketut.2017.Reaksi Anafilaksis. FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA