Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA KELUARGA Tn. P DENGAN


HIPERTENSI

OLEH :
I GUSTI AYU PERMATA DIANASTITI
2114901154

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. TINJAUAN TEORI
1. LATAR BELAKANG
a. Karakteristik keluarga
Keluarga yang akan dibina merupakan keluarga dengan tipe orang tua tunggal
(single parent), dalam keluarga hanya terdapat salah satu orang tua saja. Latar
belakang budaya keluarga termasuk etnis budaya Bali yang dalam
kesehariannya menggunakan bahasa Bali dan Indonesia dalam berinteraksi
dengan anggota keluarga maupun masyarakat sekitar. Dari segi geografis,
rumah keluarga terletak di lingkungan yang ramai. Untuk menuju rumah
melewati jalan raya yang tidak begitu besar. Lingkungan rumah cukup padat
penduduk dan mayoritas penduduknya bersuku Bali. Halaman rumah keluarga
menggunakan paping. Penataan peralatan rumah tangga tertata rapi. Ventilasi
dan pencahayaan rumah baik. Apabila ada masalah didiskusikan dengan anak-
anaknya dan terkadang meminta nasehat dari sanak saudaranya. Keluarga
mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit rheumatoid arthritis,belum
bisa mematuhi makanan diet yang sesuai serta kurang mengetahui manfaat
adanya fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan sekitarnya.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Alasan mengapa keluarga kurang mengetahui tentang penyakit hipertensi,
pasien tidak perduli dengan penyakitnya karena merasa sehat serta kurangnya
pengetahuan mengenai manfaat pelayanan kesehatan di lingkungan tempat
tinggal.
c. Masalah keperawatan keluarga
Ketidakefektifan menejemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik.
2. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal
dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan
yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (Stuart,
2014). Menurut Harnilawati (2013) keluarga merupakan sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik mental,emosional dan social dari tiap
anggota keluarga.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan
yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak
dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya
karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan
berupa naluri orang tua. Dampak dari naluri ini, timbul rasa kasih sayang
para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya
merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi,
melindungi serta membimbing keturunan mereka (Jalaludin, 2010).
Mubarak, dkk (2015) menyatakan keluarga merupakan perkumpulan dua
atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan
yang lain.
b. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2013) struktur keluarga terdiri dari beberapa
bagian yaitu :
1) Dominasi struktur keluarga
Dominasi jalur hubungan darah patrilineal yaitu keluarga
yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah, suku-suku di
Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal. Setiap
anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
2) Elemen struktur keluarga
a) Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di
dalam keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan
masyarakat.
b) Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
dalam keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang
tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga atau dalam
keluarga.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan
perilaku kearah positif.
c. Tipe Keluarga
Menurut Widagdo (2016) tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
1) Tipe keluarga tradisional
a) Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang
terdiri atas suami,istri dan anak.
b) Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak.
c) Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua
dengan anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
d) Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah.
e) Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga
inti ditambah dengan anggota keluarga lainnya.
f) Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri
dirumah dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah
tangga sendiri.
g) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan
dan menggunakan pelayanan Bersama.
2) Tipe keluarga non tradisional
a) Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
b) Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
c) Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-
istri
d) Nonmarital Hetesexual Cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti
pasangan.
e) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara.
d. Peran Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2015) peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya, disamping itu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
e. Fungsi keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2015) fungsi keluarga terdiri dari beberapa
bagian yaitu:
1) Fungsi biologis
a) Meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
2) Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
3) Fungsi sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa
mendatang
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan mianat yang dimilikinya
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
f. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller
(Friedman, 2013) adalah sebagai berikut:
1) Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru )
a) Dimulai saat individu laki-laki /perempuan membentuk
kelurga l perkawinan
b) Meninggalkan keluarga mereka masing-2 baik
fisik/psikologis
Tugas Perkembangannya :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul:
a) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, Aspek luas
tentang KB, penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
b) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan dan hukum adat.
c) Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling
memahami satu sama lain.
2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia
30 bulan (2,5 tahun). Keluarga menanti kelahiran & mengasuh
anak.
Tugas perkembangan keluarga:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota kelurga, peran, interaksi
dan hubungan seksual
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Masalah kesehatan keluarga :
a) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi,
imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan
dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini.
b) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu &
anak.
3) Tahap III : Keluarga Anak Usia Prasekolah
Dimulai dg anak pertama berusia 2,5 – 5 th. Keluarga lebih
majemuk & berbeda (Suami – Ayah = Istri – Ibu = anak laki-laki -
saudara = anak perempuan – saudari).
Tugas Perkembangan Keluarga:
a) Memenuhi kebutuhan anggota kelurga seperti : tempat
tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk
sosialisasi.
b) Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak
yang lain.
c) Mempertahankan hubungan yang sehat internal/eksternal
keluarga, pembagian tanggung jawab anggota.
d) Stimulasi tumbuh kembang anak.
e) Pembagian waktu untuk indvidu, pasangan dan anak.
Masalah Kesehatan:
Masalah kesehatan fisik seperti penyakit menular, jatuh,
luka bakar, keracunan dan kecelakaan
4) Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Sekolah
a) Kelurga mencapai jumlah anggota yang maksimal, kelurga
sangat sibuk.
b) Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing.
c) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu
perkembangan anak & dirinya.
d) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergii
(dengan teman sebayanya).
e) Orang tua mulai merasakan tekanan yang besar darr
komunitas di luar rumah (sistem sekolah).
Tugas Perkembangan Keluarga:
a) Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar
anak
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat termasuk biaya kesehatan.
5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
a) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,
berlangsung 6-7 tahun.
b) Tujuan kelurga tahap ini: melonggarkan ikatan yang
memungkinkan tangung jawab dan kebebasan yang lebih
optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
c) Konflik perkembangan : menjadi tantangan perawat
d) Otonomi yang meningkat (kebebasan anak remaja)
e) Budaya anak remaja (perkembangan dengan teman sebaya)
f) Kesenjangan antar generasi (beda nilai-nilai dengan orang
tua)
Tugas Perkembangan Keluarga :
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tangungjawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Menfokuskan hubungan perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-
anak
Masalah-masalah kesehatan:
a) Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya baik, tetapi
promosi kesehatan tetap perlu diberikan.
b) Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat ; penyakit
jantung koroner pada orang tua (usia 35 tahun)
c) Pada remaja: kecelakaan, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan dan
kehamilan tidak dikehandaki.
d) Konseling dan pendidikan tentang sex education menjadi
sangat penting.
e) Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak
remaja tenting sex education –> konseling harus terpisah
antara orang tua dengan anak
f) Persepsi remaja tentang sex education : uji kehamilan, AIDS,
alat kontrasepsi dan aborsi
6) Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )
a) Dimulai anak pertama meninggalkan rumah berakhir dengan
rumah menjadi kosong.
b) Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak
(biasa berlangsung 6–7 tahun) sehingga faktor ekonomi
menjadi kendala.
Tugas Perkembangan:
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan
kembali hubungan perkawinan
c) Membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari suami
maupun istri
Masalah Kesehatan:
Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis : hipertensi,
kolesterol, obesitas, menopause, DM, dan lain-lain
7) Tahap VII : Keluarga Usia Pertengahan
a) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun
atau kematian pasangan
b) Biasanya dimulai saat orang tua 45-55 tahun dan berakhir
saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan:
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b) Memperhatikan hubungan-hubungan yang memuaskan
dan penuh arti dengan para orang tua lansia (teman sebaya)
dan anak-anak
c) Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
a) Kebutuhan Promosi Kesehatan: istirahat yang cukup, kegiatan
waktu luang dan tidur, nutrisi, olahraga teratur, berat badan
harus ideal, tidak merokok dan pemeriksaan berkala.
b) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-
anak dan teman sebaya dan masalah ketergantungan
perawatan diri.
8) Tahap VIII : Keluarga Usia Lanjut
a) Dimulai salah satu/keduanya pension sampai salah
satu/keduanya meninggal
b) Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi & pekerjaan
(pensiun), perumahan (pindah ikut anak/panti), sosial
(kematian pasangan & teman-temannya), kesehatan
(penurunan kemampuan fisik )
Tugas Perkembangan :
a) Memperhatikan pengaturan hidup yang memuaskan
b) Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
c) Memperhatikan hubungan perkawinan
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e) Memperhatikan ikatan keluarga antar generasi

g. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Menurut Mubarak, dkk (2015) keluarga dapat melaksanakan
perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota
keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga
atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga
perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan
seberapa besar perubahanya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan
yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang
lain di lingkungan tempat tinggalnya.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi
jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan
bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga
akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus
dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan
dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga
dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan
untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya,
sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
2. Konsep Dasar Hipertensi
a. Pengertian hipertensi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
ini terjadi bila arteriol– arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
Anatomi Dan Fisiologi
b. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem
kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh
tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru
untuk dioksigenasi.
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua
paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah
disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada
ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea
medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak
kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran
jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya
sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen dikelilinggi oleh
dinding yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung
dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi
berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan
berbagai serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat.
Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh
darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :
3) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.
a) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabangcabang
terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.
b) Arteri muskular bercabang dari arteri elastic dan
mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh.
c) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar
arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah otot
polos yang memadai pada tunika medika.
d) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai dinding
sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding ini.
Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan endotelium.
4) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
a) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi
mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media.
b) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding venula
yang lebih besar berlapis tiga.
c) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan
tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran serupa.
c. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon
seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan
suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada keadaan tertentu
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak
untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi
pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat
badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan
plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai
dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu
dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan
curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate)
dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa
adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi
karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini
dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan
system purkinje. Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung
dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf
otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom
dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika
darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat
sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun
bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula.
Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat besar dan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi
dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam
mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang disebabkan oleh
stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan meningkatkan
tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung.
d. Ruang jantung
1) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi
sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paruparu . darah yang
berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena
cava superior, inferior dan sinus koronarius.
2) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna
untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk
mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar
merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang
jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan.
Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari
pada ventrikel kiri.
3) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paruparu
melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali
ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri
(retrograde).
4) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke
jaringan-jaringan perifer.
e. Katup jantung
1) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel, mempunyai
tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup
yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup yang disebut katup mitral.
2) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan
katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri
pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup
semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
f. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik

Kategori TD Sistolik TD diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzer, et al, 2012
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut
Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa.

Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg)


( mmHg )
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber : Triyanto, 2014
g. Etiologi
1) Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap
“ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat,
perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi
pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial
adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi,
obat-obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi
primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan
seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015) . Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan
seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.
h. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
1) Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.
c) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
d) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
i. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi
obesitas dengan faktorfaktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta
obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.
j. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai – tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila
jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah
akibat
peningkatan tekana intracranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5) Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
k. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin ( meningkatkan
hipertensi).
4) Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
( efek kardiofaskuler )
7) Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
( penyebab ).
9) Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
13) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15) CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16) EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.( Anonim, 2013)
l. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
1) Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
2) Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3) Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
m. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
B. TINJAUAN ASKEP
a. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2014), mengemukakan bahwa pengkajian keluarga pasien
hipertensi yaitu meliputi:
1) Data Umum :
Nama KK, Umur, Agama, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan
2) Data Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub. pendidikan pekerjaan imunisasi Kondisi Ket.
(th) Dengan
KK

3) Genogram
4) Tipe Keluarga
5) Latar Belakang Budaya (Etnis)
6) Agama
7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
9) Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
10) Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
b) Denah Rumah
c) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas
d) Mobilitas Geografis Keluarga
e) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
f) Sistem Pendukung Keluarga
11) Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
b) Struktur Kekuatan Keluarga
c) Struktur Peran
d) Nilai dan Norma Keluarga
12) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
b) Fungsi Sosialisasi
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
13) Pemeriksaan Fisik
14) Stress dan Koping Keluarga
a) Stress Jangka Pendek dan Jangka
b) Kemampuan Keluarga Keluarga Berespon Terhadap Stressor
c) Strategi Koping Yang Digunakan
d) Strategi Adaptasi Disfungsional
b. Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang
diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan
pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan
dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah
keperawatan keluarga (Setiadi, 2008).
c. Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
1) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan potensial
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan kebersihan
untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan
intervensi keperawatan dan kesehatan.
3) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan atau kesehatan.
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun skala
prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :
Tabel 3 : Skoring Masalah Keperawatan
No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah


Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah

Skala :
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Masalah yang tidak perlu segera 1 1
Ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 5

(Suprajitno, 2004)

Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah.


Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu. Kemudian
dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk
mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :
Skor
x bobot
Nilai Tertinggi

d. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat muncul pada keluarga
dengan hipertensi yaitu :
1) Penurunan koping keluarga
2) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
3) Ketidakefektifan manajemen kesehatan
4) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
e. Rencana Keperawatan

Evaluasi
No Dx Tujuan Intervensi
Kriteria Standar
1 Ketidakefektifan Tupan : Respon Hipertensi adalah - Diskusikan
pemeliharaan suatu penyakit
Setelah diberikan asuhan Verbal bersama keluarga
kesehatan dimana tekanan pengertian Hipertensi
keperawatan keluarga
berhubungan darah lebih tinggi Tanyakan
selama 3 x interaksi -
dengan dari 140/90 mmHg kembali pada keluarga
diharapkan pemeliharaan
ketidakmampuan kesehatan pada keluarga tentang Hipertensi
keluarga dalam efektif - Berikan pujian
memanfaatkan atas jawaban yang tepat
fasilitas atau Tupen :
sumber daya yang 1. Setelah satu kali
ada di masyarakat interaksi selama 30
untuk menit keluarga mampu
mendapatkan mengenal masalah
informasi hipertensi dengan
mengenai cara :
penyakit - Menyebutkan
hipertensi pengertian hipertensi
-
- Menyebutkan Respon Menyebutkan - Diskusikan dengan keluarga
penyebab hipertensi Verbal penyebab tentang penyebab
Hipertensi: Hipertensi
- usia - Motivasi keluarga untuk
- genetic menyebutkan kembali
- obesitas penyebab Hipertensi
- gaya hidup - Beri inforcement positif
atas usaha yang dilakukan
keluarga
- Menyebutkan tanda Respon Menyebutkan 4 - Diskusikan dengan keluarga
dan gejala hipertensi Verbal dari 9 tanda dan tanda dan gejala hipertensi
gejala hipertensi : - Motivasi keluarga untuk
- jantung menyebutkan kembali tanda
berdebar dan gejala hipertensi
- sakit kepala - Beri inforcement positif
- cepat lelah atas usaha yang dilakukan
- tekanan darah keluarga
lebih dari
140/90 mmHg
- lemas
- aritmia
- Menyebutkan cara Respon Menyebutkan cara - Dorong keluarga untuk
mengendalikan Verbal mengendalikan menyebutkan cara
hipertensi hipertensi : mengendalikan hipertensi
- diet - Beri inforcement positif
- olah raga dan atas kemampuan keluarga
aktivitas fisik dalam cara mengendalikan
- obat hipertensi hipertensi
- istirahat yang
cukup
- konsumsi
makanan
rendah garam
- Menyebutkan cara Respon Menyebutkan cara - Dorong keluarga untuk
mencegah komplikasi mencegah menyebutkan cara
hipertensi Verbal komplikasi mencegah komplikasi
hipertensi : hipertensi
- stop merokok - Beri inforcement positif
- berolahraga atas kemampuan
secara teratur keluarga dalam cara
- menjaga berat mencegah komplikasi
badan tetap hipertensi
ideal
- konsumsi
makanan yang
rendah lemak
- kurangi
mengkonsumsi
minuman yang
mengandung
kafein
- Mengidentifikasi Respon Kondisi klien - Bantu keluarga
masalah hipertensi Verbal menderita membandingkan apa yang
yang terjadi pada hipertensi telah dijelaskan dengan
anggota keluarga kondisi klien
- Motivasi keluarga untuk
mengidentifikasi masalah
yang timbul pada anggota
keluarga
- Bersama keluarga
menyimpulkan masalah
yang dihadapi oleh
anggota keluarga
- Beri reinforment positif
atas usaha yang dilakukan
keluarga
2. Selama 1 x 30 menit Respon Menyebutkan 1 - Jelaskan kepada keluarga
interaksi, keluarga Verbal dari dari 6 akibat akibat lanjut bila
mampu mengambil lanjut dari hipertensi tidak diobati
keputusan untuk hipertensi yang - Motivasi keluarga untuk
merawat anggota tidak diobati : menyebutkan kembali
keluarga yang - gangguan akibat lanjut dari
menderita hipertensi, jantung hipertensi jika tidak
dengan cara : - gangguan diobati
- Menyebutkan akibat ginjal - Berikan inforcement
lanjut hipertensi tidak - gangguan positif atas jawaban
diobati pembuluh keluarga yang tepat
darah
- stroke
- komplikasi
hipertensi
pada mata
- kesulitan
mengingat
dan focus
- Memutuskan untuk Respon Keluarga - Diskusikan kembali
merawat Tn. S dengan Verbal memutuskan untuk dengan keluarga
masalah hipertensi merawat anggota keinginan untuk merawat
dengan hipertensi anggota keluarga dengan
hipertensi
- Beri inforcement positif
atas keputusan keluarga
merawat anggota keluarga
dengan hipertensi
1. Setelah 1 x 30 menit Respon Menyebutkan cara - Diskusikan dengan
interaksi keluarga Verbal mengendalikan keluarga tentang cara
mampu merawat hipertensi : mengendalikan hipertensi
anggota keluarga - diet - Motivasi keluarga utuk
dengan hipertensi - olah raga dan menyebutkan cara
dengan cara : aktivitas fisik mengendalikan hipertensi
- Menyebutkan cara - obat hipertensi
perawatan hipertensi di - istirahat yang
rumah cukup
- konsumsi
makanan
rendah garam
- Membuat obat Psikomotor Keluarga dapat - Mendemonstrasikan pada
tradisional (terapi non mendemonstrasikan keluarga cara membuat
farmakologi) untuk cara membuat obat obat tradisional (terapi
menurunkan tekanan tradisional non farmakologi)
darah - Berikan kesempatan pada
keluarga untuk membuat
obat tradisional (terapi
non farmakologi)
- Pastikan keluarga akan
melakukan tindakan
tersebut secara rutin
4. Setelah 1 x 30 menit Psikomotor Keluarga mampu - Gali tingkat pengetahuan
interaksi, keluarga mendukung keluarga tentang penataan
mampu memodifikasi kesehatan lingkungan yang sehat
lingkungan yang lingkungan - Diskusikan tentang
mendukung kesehatan terutama bagi memodifikasi lingkungan
anggota keluarga yang anggota keluarga yang mendukung
sakit hipertensi yang sakit kesehatan anggota
keluarga yang menderita
hipertensi
- Jelaskan kepada keluarga
tentang pentingnya
lingkungan yang sehat
- Motivasi keluarga agar
dapat mempertahankan
lingkungan yang sehat
5. Setelah 1 x 30 menit Respon Manfaat kunjungan - Informasikan mengenai
interaksi keluarga Verbal fasilitas kesehatan : pengobatan dan
mampu - mendapatkan pendidikan kesehatan
memanfaatkan pelayanan yang dapat diperoleh
fasilitas kesehatan , kesehatan keluarga di
dengan cara : pengobatan klinik/puskesmas
hipertensi - Motivasi keluarga untuk
- Menyebutkan
- mendapatkan menyebutkan kembali
kembali manfaat
pendidikan hasil diskusi
kunjungan ke fasilitas
kesehatan - Beri reinforcement positif
kesehatan
tentang hasil yang dicapainya
hipertensi
- Memanfaatkan Respon - Keluarga - Memotivasi keluarga
pelayanan kesehatan Afektif dan membawa untuk memanfaatkan
dalam merawat Psikomotor anggota fasilitas kesehatan untuk
anggota keluarga yang keluarga yang control secara rutin
menderita hipertensi menderita
hipertensi ke - Berikan pujian atas hasil
pelayanan yang dicapai
kesehatan
secara rutin
setiap bulan
- Adanya kertu
berobat
2 Ketidakefektifan Tupan : Respon - Keluarga - Jelaskan secara detail
manajemen mampu
Setelah diberikan asuhan Verbal dengan menggunakan
kesehatan memahami bahasa yang mudah untuk
keperawatan keluarga
keluarga hipertensi, dipahami mengenai
selama 3 x interaksi
berhubungan penyebab, tanda hipertensi dan cara
diharapkan manajemen
dengan gejala, makanan merawat anggota keluarga
kesehatan keluarga efektif
ketidakmampuan yang boleh dan dengan hipertensi
keluarga dalam tidak boleh
mengenal masalah Tupen : dimakan serta
mengenai 1. Setelah 1 x 30 menit pencegahannya
hipertensi interaksi diharapkan
keluarga memahami
hipertensi dan cara
merawat klien dengan
hipertensi dengan
cara :
- Menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebab, tanda gejala,
makanan yang boleh
dan tidak boleh
dimakan serta
pencegahannya
Psikomotor - Diskusikan masalah-
2. Setelah 1 x 30 menit - Keluarga masalah atau hambatan
interaksi diharapkan mampu dalam pengobatan klien
keluarga mampu mengatasi kemudian berikan beberapa
merawat anggota masalah pilihan sebagai solusi dalam
keluarga yang masalah mangatasi masalah tersebut
hipertensi kesehatan - Jelaskan komplikasi yang
sesuai dengan dapat terjadi dalam jangka
anjuran waktu panjang
perawat
f. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan yang di implementasikan yaitu tindakan
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Friedman, 2010).
g. Evaluasi
1) Koping keluarga meningkat
2) Manajemen kesehatan keluarga efektif
3) Manajemen kesehatan efektif
4) Pemeliharaan kesehatan efektif
PATWAY HIPERTENSI

Penyumbatan struktur Faktor yang Faktor yang dapat dikontrol


tidak dapat di
ubah
Penyumbatan pembuluh Alkohol Gaya hidup psikologis
darah Rokok
Umur (>50 th) dan Vasokontriksi
Vasokontriksi
genetik
Kekakuan Konsumsi
Vasokontriksi pembuluh Komponen Setres/emosi
Daya regang pembuluh toksin dalam lemak berlebih Vasokontriksi
darah
darah naik rokok

Gangguan sirkulasi Merangsang


Gangguan Hiperlipidia saraf simpatis
aliran darah Masuk ke
pemb. untuk
Resistensi pem. ke jantung
Kerusakan vaskuler darah melepas
Darah otak naik Penumpukan hormone
pemb.darah
lipid pada adrenalin
Penumpukan pemb. darah
Nyeri Kepala Penekanan flek pada
tekanan perifier pemb.darah

MK : Nyeri Akut Penyempitan


pada pemb.
darah

Vasokontrisi
HIPERTENSI
pemb. darah
TD meningkat >130/80 mmHg, sakit kepala,
pusing, rasa berat ditengkuk, lemah & lelah
CVP meningkat
Cenderung keluarga
yang mengaruh ke Kurangnya informasi (PMO)
perilaku yang buruk
Nadi perifer
terabalemah
Tidak memahami CRT > 3 deti
Pola perilaku kurang masalah yang diderita
mencari pantuan oleh anggota keluarga
kesehatan
MK : Penurunan
Curah Jantung
Aktivitas keluarga
Ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah tidak tepat
bertanggung jawab
untuk memenuhi Mengabaikan hub.dg
praktik kesehatan anggota keluarga
(mentaati diet, tidak MK : Ketidakefektifan
merokok, makanan mamajemen kesehatan
berlemak) keluarga Gangguan individualisme

MK :
ketidakefektifan Melakukan rutinitas tanpa
Pemeliharaan memperdulikan kebutuhan klien
kesehatan ( interaksi/sosialisasi )

Hubungan keluarga
terganggu
Kesulitan dg program pengobatan
Yang sudah dijawalkan
Aktivitas sehari-hari Mengabaikan
dapat terganggu program pengobatan

Interaksi berkurang
MK : Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
MK : Penurunan
koping keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Black & Hawk. (2014). Medikal Surgical Nursing Clinical Management


for Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier
Saunders.

Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
ECG.

Dion,Y & Betan,Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan


Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Friedman, Marilyn M dkk. (2010). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset,


Teori &Praktik. Jakarta : EGC

Gayton, AC, Hall JE. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hamid. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi. Konawe

Koes Irianto. (2014). Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak


Menular Panduan Klinis. Bandung: IKAPI

Kowalak, Wels, Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Masriadi . (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM

Mubarrak, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. (2013). KMB 2 :Keperawatan


Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep).
Yogyakarta : Nuha Medika.

Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta: EGC

Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transtruktual. Jakarta : EGC
Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal.


Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita


Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai