Anda di halaman 1dari 19

Laporan pendahuluan

FEBRIS

DISUSUN OLEH :

Nama : LYDIA PUTRI AYU NINGSIH


NIM : 19022

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR.
SISMADI TA 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “FEBRIS“ tepat waktu.

Laporan pendahuluan “FEBRIS“ disusun guna memenuhi tugas Ibu Yuniawati Astuti,
MKM pada mata kuliah Praktek Klinik di STIKes dr.Sismadi. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “FEBRIS “.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen


mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Lydia Putri Ayu Ningsih


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Demam
A. Pengertian
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam
adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan
(Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu meningkat pada sore
atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari, 2016).

B. ETIOLOGI
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015). Demam
terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis,
gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi
imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus
perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi
demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan
antigen VI (Lestari, 2016).

C. PATOFISIOLOGI
Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi)
akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi
indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps menyebabkan
endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter,
kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan
memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis
mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang
tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan
dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi,
endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).
Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke
dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella.
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi masuk
ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah (Lestari, 2016).
D. PATHWAY

E. KLASIFIKASI
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru
saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting
seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif,
2015)

F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :

1. Demam
2. Gangguan saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Relaps (kambuh)
G. KOMPLIKASI
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak.

Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam thypoid
yaitu :

1. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik


2. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
3. Anemia hemolitik
4. Pneumoni, empyema dan pleuritis
5. Hepatitis, koleolitis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh
salmonella typhi maka penderita membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya
demam. (Nurarif & Kusuma, 2015)

I. PENATALAKSANAAN
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
memberikan antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan
pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara
10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit
dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul
kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari
dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC,
sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk
menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn
karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki
fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol
adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu
pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut,
reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di
kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan
saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa
sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada
demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan
ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk
penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah,
nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala,
gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang
bahkan koma serta gagal ginjal.
2. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti (Nurarif, 2015):
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu


proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15
menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada
daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler
sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh KUman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) paracatamol
2. keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus
diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia dan juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuaicukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi
tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7hari

II. ASUHAN KEPERAWATAN


Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris adalah sebagai
berikut :
A. Pengkajian
1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
4. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
6. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)

B. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a. Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor, dankoma
b. Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
c. Tanda-tanda vital,normalnya:
Tekanan darah : 95 mmHg
Nadi : 60-120 x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
2. Pengkajian sistem tubuh
a. Pemeriksaan kulit dan rambut Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit
dan rambut pasien
b. Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai darikepala, mata,
hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi,
maupun gangguan pada ndera
c. Pemeriksaan dada
1) Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
Auskultasi : suara paru
2) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e. Pemeriksaan ekstremitas Kaji warna kulit, edema, kemampuan
gerakan dan adanya alat bantu
3. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi,
BB ibu tidak naik, pemantauan kehamilansecara berkala. Kehamilan
dengan resiko yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu
tumbanganak
b. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir,
partus lamadan anak yang lahirdengan bantuan alat/ forcep dapat
mengganggu tumbanganak
c. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U),
lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari
lingkar kepala,
d. Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringanotot (cubitan tebal
untuk pada lengan atas, pantat dan juga paha mengetahui lemak
subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan
subskapular), tebal/ tipis dan juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi
(14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
e. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) ,
kemampuan anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa
jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga,menendang bola dengan
seimbang, egosentris dan menggunakan kata ” Saya”, menggambar
lingkaran, mengerti dengan kata kata,bertanya, mengungkapkan
kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
C. Riwayat imunisasi
D. Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
E. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi
tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah
mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan
padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1. Memukul
2. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan
bermain alat musik.
c. Kognitif
1. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan
masalah
3. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali
sejak awal
4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan
3. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

F. DIAGNOSA
1. Hipovolemia ( D0023 )
2. Devisit nutrisi ( D0019 )
3. Hiportermia ( D0131 )
4. Termoregulasi tidak efektif ( D0149 )
5. Nyeri ( D0077 )
6. Intoleransi aktivitas ( D0056 )
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit ( D0037 )

G. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Hipovolemia Tujuan : Setelah dilakukan  Manajemen hipovolemia
pengkajian selama 1 x 24 Tindakan
jam masalah hipovolemia O :
dapat teratasi. 1. Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil : hipovolemia (mis. Frekuensi
1. Turgor kulit nadi meningkat, madi teraba
2. Output urine lemah,tekanan darah
3. Berat badan menurun, turgor kulit
4. Perasaan lemah menurun,membrane mukosa
5. Membran mukosa kering,hematokrit
6. Kadar Hb meningkat,haus,lemah)
7. Kadar Ht 2. Monitor intake dan output
8. Suhu tubuh cairan

T:
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan
3. Berikan posisi modified
Trendelenburg

E:
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

K:
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonic (mis. RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis.glukosa
2,5%, Nacl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis.albumin,
plasmaneta)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
 Pemantauan Cairan Tindakan

O:
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor berat badan
4. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
5. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
6. Monitor intake dan output
cairan
7. Monitor kadar albumin dan
protein total
T:
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
E:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
2 Defisit Nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan  Manajemen Nutrisi Tindakan :
pengkajian 1 x 24 jam O:
masalah devisit nutrisi dapat 1. Identifikasi status nutrisi
teratasi. 2. Identifikasi alergi dan
Kriteria Hasil : intoleransi makanan
1. Berat badan 3. Identifikasi makanan yang
2. Nafsu makan disukai
3. Membran mukosa 4. Identifikasi kebutuhan kalori
4. Verbalisasi keinginan dan jenis nutrient
untuk meningkatkan 5. Monitor asupan makanan
nutrisi 6. Monitor hasil pemeriksan
5. Pengetahuan tentang laboratorium
standar asupan nutrisi
yang tepat T:
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tingi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan,jika perlu

E:
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

K:
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

 Manajemen Reaksi Alergi


Tindakan
O:
1. Identifikasi dan mengelola
respon alergi
2. Monitor gejala dan tanda
reaksi alergi
3. Monitor selama 30 menit
setelah pemberian agen
farmakologis (mis.
antibiotik)

T:
1. Pasang gelang tanda alergi
pada lengan
2. Hentikan paparan alergi
3. Lakukan tes alergi

E:
1. Informasikan tentang alergi
yang dialami
2. Ajarkan cara menghindari
dan mencegah paparan
alergen dari lingkungan atau
lainnya

K:
1. Kolaborasi pemberian obat-
obat anti alergi
3 Hipotermia Tujuan : Setelah dilakukan  Manajemen Hipotermia
pengkajian 1x 24 jam Tindakan
masalah hipotermia dapat O :
teratasi 1. Monitor suhu tubuh
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi penyebab
1. Pucat hipotermia
2. Vasokonstriksi perifer 3. Monitor tanda dan gejala
3. Pengisian kapiler akibat hipotermia
4. Tekanan darah
T:
1. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis. atur suhu
ruangan)
2. Lakukan penghangatan aktif
eksternal
3. Lakukan penghangatan aktif
internal

E:
1. Anjurkan makan/minum
hangat
4 Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan
pengkajian selam 1x24 jam O :
masalah nyeri akut dapat 1. Identifikasi karakteristik
teratasi muntah ( mis. warna
Kriteria Hasil : konstitensi,adanya darah,
1. Gelisah waktu, frekuensi dan durasi)
2. Kesulitan tidur 2. Periksa volume muntah
3. Muntah 3. Identifikasi factor penyebab
4. Mual muntah
4. Monitor efek manajemen
muntah secera menyeluruh

T:
1. Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
3. Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
4. Bersihkan mulut dan hidung
5. Berikan kenyamanan selama
muntah

E:
1. Anjurkan membawah
kantong plastic untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengelolah muntah

K:
1. Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
5 Intoleransi Tujuan : Setela dilakukan  Terapi Aktivitas Tindakan :
Aktivitas pengkajian selam 1x24 jam O:
masalah intoleransi aktivitas 1. Identifikasi deficit tingkat
dapat teratasi Kriteria aktivitas
Hasil : -Perasaan lemah 2. Identifikasi kemampuan
-Kekuatan tubuh bagian atas berpartisipasi dalam aktivitas
-Kekuatan tubuh bagian tertentu
bawah -Tekanan darah 3. Identifikasi sumber daya untuk
Frekuensi napas aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas
rutin (mis. bekerja) dan waktu
luang
6. Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas

T:
1. Fasisilatsi focus pada
kemampuan , bukan deficit
yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivita
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis,
dan sosial
4. Koordinasikan pemelihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika
sesuai
7. Fasilitasi aktivitas rutin,
sesuai kebutuhan
8. Fasilitasi aktivitas pengganti
bsaat mengalami keterbatasi
waktu, energy, atau gerak
9. Fasilitasi tingkat motorik
kasar untuk pasien hiperatif
10. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
11. Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
12. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
13. Jadwalkan aktivitas dalam
rute nitas sehari-hari
14. Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas

E:
1. Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas

K:
1. Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas komonitas,
jika perlu

H. Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat
mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan
keperawtan. Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien
(Hutahaean Serri, 2010).
Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak febris adalah
mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat,
menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal,
mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan
kepada klien.

I. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasl, klien bisa keluar
dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembalike dalam
siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditujukan untuk :
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi,
2008)
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta: Ar-ruzz


Media.

Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.


http:www.depkes.go.id/Downloads/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. Tanggal 17
Desember 2018.

Dinkes Kaltim. (2015). Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2015.


http://www.depkes.go.id/Downloads/6472_Kaltim_Kota_Samarinda_2015
%20baru.pdf. Tanggal 27 November 2018.

Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai