APPENDISITS
1. Definisi
Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendiks merupakan suatu organ berbentuk
tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal.
Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah
ujung, keadaan ini menjadi sebab rendahnya kejadian apendisitis pada usia tersebut
Apendisitis merupakan peradangan yang berbahaya jika tidak ditangani segera bisa
menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins, 2011). Apendisitis adalah
suatu peradangan yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat ileosekal (Reksoprojo,
2010). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan
2010).
Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendiks merupakan suatu organ berbentuk
tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,5-1 cm dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal.
Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit ke arah
ujung, keadaan ini menjadi sebab rendahnya kejadian apendisitis pada usia tersebut
Apendiks, disebut juga apendiks vermiformis merupakan organ yang sempit dan
berbentuk tabung yang mempunyai otot serta terdapat jaringan limfoid pada dindingnya.
Letak apendiks sekitar satu inci (2,5 cm) di bawah junctura ileocaecalis dan melekat pada
permukaan posteromedial caecum. Apendiks terletak di fossa iliaca dextra, dan dalam
garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior dan umbilikus. Apendiks berisi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi yang biasa disebut apendisitis (Snell,
2014).
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut secara normal
dicurahkan ke lumen dan selanjtnya mengalir menuju sekum. Adanya hambatan pada
aliran lendir di muara apendiks dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya apendisitis.
Di sepanjang saluran cerna terdapat imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associates Lymphoid Tissue) yakni IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai
maka tidak akan mempengaruhi imun tubuh, sebab jumlah jaringan limf di area ini
sangat kecil dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan seluruh tubuh
3. Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga
terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis
umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah
fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain
dari obstruksi appendiks meliputi: hiperplasia folikel lymphoid ,carcinoid atau tumor
lainnya, benda asing (pin, biji-bijian), penyebab lain yang diduga menimbulkan
spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu : bakteri aerob
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari apendisitis dimulai dari terinflamasi dan mengalami edema sebagai
akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan disebabkan oleh fekalit (massa keras dari
feses), tumor, atau beda asing. Proses inflamasi ini menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal, sehingga menimbulkan nyeri abdomen dan menyebar secara hebat dan
progresif dalam beberapa jam terlokalisasi di kuadran kanan bawah abdomen. Hal
tersebut menyebabkan apendik yang terinflamasi tersebut berisi pus (Smeltzer & Bare,
2012).
lumen apendiks disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid
submukosa. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks mengalami penyerapan air
dan muntah.
Proses selanjutnya adalah invasi kuman Entamoeba Coli dan spesies bakteroides dari
parietalis kemudian terjadilah peritonitis lokal kanan bawah, hal ini menyebabkan suhu
tubuh mulai naik. Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah
dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan intra lumen meningkat
maka akan terjadi perforasi yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh dan menetap
tinggi. Tahapan peradangan apendisitis dimulai dari apendisitis akuta yakni sederhana
gangrenosa.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Apendisitis sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang
peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang ada muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney dan nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, dan
hilangnya nafsu makan, dan selain itu nyeri tekan lepas juga sering dijumpai pada klien
dengan apendisitis. Nyeri dapat dirasakan saat defekasi atau pun saat berkemih Nyeri
saat defekasi menunjukkan bahwa ujung apendik berada di dekat rektum, sedangkan
nyeri saat berkemih menunjukkan bahwa letak ujung apendik dekat dengan kandung
kemihh atau ureter (Smeltzer & Bare, 2012). Apendiks yang terletak di rongga pelvis,
bila meradang, dapat menimbulkan gejala dantanda rangsangan sigmoid atau rektum
sehingga peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan
2012).
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009). yaitu :
a. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus
halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5 0C tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan
pembentukan abses.
b. Peritonitis
Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi 39 0C –
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hitung sel darah putih total meningkat di atas 10.000/m 3 ada 85% pasien tiga
kanan dan infeksi saluran kencing. Adanya hematuria atau sel darah putih pada
keakurasian hingga 91%, dimana CRO merupakan salah satu komponen protein,
2) Pemeriksaan Radiologi
akut mendekati 75-90%, spesifitas antara 86-95%, dan nilai angka prediksi positif
9. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner &
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi ketat karena tanda
dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan.
ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya
keluhan.
2) Antibiotik
b. Operasi
1) Laparatomi
Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke dalam rongga perut.
Prosedur ini memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam untuk
membuat diagnosa apa yang salah. Adanya teknik diagnosa yang tidak invasif,
Operasi laparatomi dilakukan bila terjadi masalah kesehatan yang berat pada
area abdomen, misalnya trauma abdomen. Bila klien mengeluh nyeri hebat dan
penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu, tukak peptik yang berlubang,
menjadi pembedahan besar diikuti oleh transfusi darah dan perawatan intensif
2) Laparoskopi
Laparaskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh mulai dari iga
dalam pembedahan.
b) Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi pasca
posisi semi fowler. Klien dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan, selama itu klien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal. Satu
hari setelah dilakukan operasi klien dianjurkan duduk tegak di temmpat tidur
selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar. Hari
1) Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
konjungtiva anemis.
>110/70mmHg; hipertermi.
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang
perjalanan penyakit.
8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.
penyembuhan luka.
normal.
3) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih,
rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang
fungsi.
4) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu
dan tempat.
8) Pola hubungan.
spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk
2) Diagnosa Keperawatan
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua data pengkajian
diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
appendicitis).(D.0077)
(D.0077)
(D.0130)
(muntah). (D.0034)
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H.,
memperingan nyeri.
Terapeutik :
farmakologis untuk
nyeri.
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
nyeri.
meredakan nyeri
farmakologis untuk
perlu.
Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen
membaik. Edukasi :
2.5 Anjurkan
menghindari perubahan
posisi mendadak.
Kolaborasi :
cairan IV.
3. Risiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
meningkat. sistemik.
meningkat. pengunjung
lingkungan klien.
beresiko tinggi.
Edukasi :
gejala infeksi.
benar.
2.9 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
2.10 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi :
2.11 Kolaborasi
pemberian imunisasi
jika perlu.
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., & Perry,
2014).
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons klien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
keperawatan.
5) Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan tahapan
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya