Anda di halaman 1dari 3

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit
mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini bervariasi
mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak
sekret purulen kental.
Epidemiologi
Konjungtivitis dapat terjadi pada berbagai usia, tapi cenderung paling sering pada
umur 1 – 25 tahun. Anak-anak prasekolah dan anak usia sekolah paling sering karena
kurangnya higiene. Usia 5 – 25 tahun lebih sering pada konjungtivitis vernal (alergi).
Konjungtivitis alergi terjadi sangat sering. Kasusnya bisa lebih dari 2.000.000 per tahun di
Indonesia. Konjungtivitis bakterial biasa terjadi di semua wilayah di Amerika Serikat.
Berbagai studi menunjukkan bahwa konjungtivitis bakteri merupakan 25 – 50% dari semua
penyebab konjungtivitis. Konjungtivitis adenoviral ditemukan 20 – 91% dari konjungtivitis di
seluruh dunia.
Etiologi
Etiologi konjungtivitis dapat disebabkan infeksi oleh virus, bakteri atau clamidia;
reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang; iritasi oleh angin, debu, asap, dan
polusi udara, lainnya sinar ultravioletl; serta pemakaian lensa kontak dalam jangka panjang.
Patofisiologi
Mikroorganisme, bahan alergi, dan iritasi akan menyebabkan kelopak mata terinfeksi
sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna dan mata menjadi
kering mengakibatkan iritasi dan berakhir dengan terjadinya konjungtivitis. Pelebaran
pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan yang ditandai dengan konjungtiva dan
sklera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya sekret mukopurulen. Mekanisme
melindungi permukaan mata dari substansi luar, yaitu air mata. Unsur berair pada air mata
mengencerkan infeksi bakteri, mucus menangkap debris, dan mekanisme memompa dari
palpebra secara tetap  mengalirkan air mata ke ductus air mata. Air mata mengandung
substansi anti mikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak akan menyebabkan cedera
epitel konjungtiva yang diikuti dengan edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau granuloma, mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertofi lapis limfoid stroma atau pembentukan folikel.
Sel-sel radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan, kemudian sel-sel tersebut
bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet dan membentuk eksudat konjungtiva
sehingga akan menyebabkan perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur. Adanya
peradangan pada kongjungtiva akan menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah mata
konjungtiva posterior mengakibatkan hiperemi yang tampak paling nyata pada formiks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemi konjungtiva biasanya didapatkan pembengkakan
dengan hipertofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas
atau gatal dan akan merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari
pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air mata.
Klasifikasi
1. Konjungtivitis bakteri: inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri seperti
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Gejala klinisnya
yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-kadang disertai
keratitis dan blefaritis, reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah
kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
Konjungtivitis bakteri mudah menular dari satu mata ke mata sebelahnya dan dengan
mudah menular ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman. Terapi
dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis
purulen yanng dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera
dimulai terapi topikal dan sistemik. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivitis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan
sekretnya.
2. Konjungtivitis virus: merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat hingga infeksi ringan dan dapat
berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri. Biasanya disebabkan oleh
Adenovirus tipe 3, 4, dan 7 dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan
Pikornavirus, namun sangat jarang. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
kontak dengan penderita dan dapat menular melalui droplet pernafasan, kontak
dengan benda-benda menyebarkan virus dan berada di kolam renang yang
terkontaminasi. Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiloginya. Pada penatalaksanaannya yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun
antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea.
3. Konjungtivitis alergi: merupakan bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem
imun. Gejala klinisnya berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada
konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah gatal,
kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat.
Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal
dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tambah putih susu dan banyak papila
halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensai terbakar, pengeluaran sekret mukoid,
merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis
atopik. Ditemukan juga tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak
putih susu. Pada kasus yang berat, ketajaman penglihatan menurun. Pengobatan
konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan
memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah, kemudian
ditambahkan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat
dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
4. Konjungtivitis jamur: paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun
yang terganggu.
5. Konjungtivitis parasit: dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa
loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia
solium, dan Pthirus pubis walaupun jarang.
6. Konjungtivitis kimia atau iritatif: yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang
masuk ke sakus konjungtiva seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan
gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluhan darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Juga dapat disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang
seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang
toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian
substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.
7. Konjungtivitis lain

Anda mungkin juga menyukai