Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV/AIDS
Tugas STASE KMB Terstruktur
Profesi Ners

DI SUSUN OLEH

SUANDI
NIM : 891211013

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
HALAMAN PENGESYAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
HIV/AIDS

OLEH

SUANDI
NIM : 891211013

Pontianak, 8 NOVEMBER 2021


Menyetujui
Dosen Pembimbing Lapangan

Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep

2
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
A. Pengertian
1. HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus
ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetic, mereka dari RNA ke
DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang
merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari RNA & DNA dan transflasi dari
RNA ke protein pada umumnya (Murma, et.al,1999).
2. HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang berbahaya di dunia
(Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013).
3. AIDS adalah Suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV ( Virginia Macedolan, 2008 )
4. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit (https://www.halodoc.com/)

B. Penyebab dan faktor predisposisi


Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV).
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flulikes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur,
termasuk bayi, pria maupun wanita.

3
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
C. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun
akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi,
virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi
genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus
yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya. Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T
penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada
sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh
dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV
akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun.
Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak
partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus,
tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar
partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis.
Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

4
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan.
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita,
tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik
pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali
organisme dan sasaran baru yang harus diserang. Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh
dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini
disebut ―periode jendela‖ (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru
timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala).
Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012.)

5
D. Pathway keperawatan (jalan munculnya semua masalah keperawatan sesuai teori)

6
E. Manifestasi klinik (tanda & gejala)
Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV
berdasarkan WHO. (Nursalam & Kurniawati, 2009)
1. Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan (kronis/berulang),
demam, dan tuberkulosis.
2. Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.
Kriteria klinis mencakup suatu diagnosa infeksi HIV yangt didasarkan pada daftar kriteria
laboratorium yabg tercatat dalam rekam medis oleh dokter atau penyakit-panyekit yang
memenuhi kriteria tercakup dalam definisi untuk AIDS.
Kriteria untuk kasus AIDS adalah:
1. Semua pasien yang terinfeksi oleh HIV dengan :
a. Hitungan sel T CD4 +>200/μl atau
b. Hitungan sel T CD4 + < 14% sel total, tanpa memandang kategori klinis, simtomatik
atau asimptomatik
2. Adanya infeksi-infeksi oportunistik terkait HIV, seperti:
a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru
b. Kandidiasis esofagus
c. Kanker serviks, infasif
d. Diseminata atau ekstraparu
e. Kriptosporidiosis, usus kronik (lama sakit lebih dari satu bulan)
f. Kriptokokus, esktraparu
g. Penyakit sitomegalovirus (selain ahti, limpa, atau kelenjar getah bening)
h. Retnitis sitomegali virus (disertai hiloangnya penglihatan)
i. Ensalopati, terkait HIV
j. Herpes simpleks; ulkus-ulkus kronik lebih dari 1 bulan ; atau bronkitis, pneumonitis,
esofagitis
k. Histoplamosis, diseminata atau esktraparu
l. Isospariasis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan)
m. Sarkoma sarposi (SK)
n. Limfoma, burkit (atau ekivalen)
o. Limfoma, imunoblastik ( atau yang ekivalen)
p. Microbakterium avium compleks atau Microbakterium kansasi
q. Microbakterium tuberkolosis, semua tempat, paru-paru, ekstra paru
r. Microbakterium, spesiesb lain yang teridentifikasi
s. Pneumonia Pneumesistis carinii (PPC)
t. Pneumonbia rekuren
u. Leukoensefalopati multifokus progresif

7
v. Septikemia salmonela, rekuren
w. Toksoplamosis otak
x. Sindrome pengurusan yang disebabkan oleh HIV
F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
2) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
3) Sel T limfosit
Penurunan jumlah total Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>
T8 ( sel supresor sitopatik )
4) Rasio terbalik ( 2 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
5) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) Peningkatan
nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi Kadar Ig Meningkat,
terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal Reaksi rantai
polimerase
6) Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
7) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
b. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
2) Tes Fungsi Pulmonal

8
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
4) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-
paru
2. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV. Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan
persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita
mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh
bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka.
Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan. Dengan
demikian, darah dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk pengobatan
dan penelitian medis, harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya. Tes HIV umum,
termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi
antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun
demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat
dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa
dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes.
Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan
HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun
perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut
tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara
rutin di negara-negara maju.
3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan

9
f.Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari
lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan social meliputi 3 hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam
mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan
perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling
penting.
House (2006) membedakan empat jenis dimensi dukungan social :
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien dengan HIV
AIDS yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif
orang itu dengan orang lain
c. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada penderita
HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya
d.Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
Penatalaksaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien

10
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
- Didanosin
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
1. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh
aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
- Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
- Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
- Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
- Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada:
pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan
indra pengecap dan kesulitan menelan.
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
- Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai
dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
- Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres,
aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13%
untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.

11
- Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan
ginjal dan hati.
- Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,
digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama
minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
- Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang
di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium,
Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan
tubuh.
- Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
- Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan
fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap
dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental
(thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
- Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti
(natrium, kalium dan klorida).
- Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya
dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan
toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka
dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan
utama atau makanan selingan.
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
- Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik,
maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1) Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada
pasien dengan: Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan
menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
3) Infeksi HIV dengan gangguan saraf
4) Infeksi HIV dengan TBC.
5) Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.

12
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi
secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1. Diet AIDS
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau
segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3
jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat
sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi.
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
2. Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah
nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya,
diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
3. Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien
dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam
porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila
kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan,
maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan
utama.
Pasien Hiv tidak boleh memakan makanan seperti :
a. Makanan yang dipanggang
b. Makanan yang mentah
c. Sayur – sayuran mentah
d. Kacang – kacangan

13
H. Pengkajian focus (pengkajian riwayat kesehatan, perubahan pola fungsi, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang terfokus pada kasus)
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung
jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
b. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar
saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit
kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas,
batuk produkti / non.
c.Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare,demam
berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang hilang
timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody),
riwayat kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang
sudah lama tidak sembuh.
- Riwayat Keluarga
Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan seksual
dengan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah penderita melalui
ASI.
Pemeriksaan Fisik
- Aktifitas Istirahat
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan / malaise,
perubahan pola tidur.
- Gejala subyektif
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah,
lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
- Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup, ungkapkan perasaan
takut, cemas, meringis.
- Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilanginterest pada
lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan
konsentrasi, halusinasi dan delusi.

14
- Neurologis
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku kuduk, kejang,
paraf legia.
- Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL Kardiovaskuler Takikardi,
sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
- Pernafasan
Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk produktif/non produktif,
bendungan atau sesak pada dada.
- Integument
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan
3. Nyeri b.d agen injuri fisik
4. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan
5. Risiko infeksi b/d faktor :penurunan respon imun , kerusakan kulit.
6. Pola nafas tidak efektif

15
J. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil dan rencana tindakan disertai rasional sesuai teori)
NO DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan Setelah di lakukan 1. kaji ulang fungsi 1. mengetahui keadaan umum
nafas tidak efektif tindakan keperawatan pernapasan,irama, dan mengetahui adanya
2x24 jam di harapkan kecepatan, bunyi napas. abnormal pada
bersihan jalan napsa 2. catat kemampuan pernapasan
sebagian teratasi dengan mengeluarkan secret dan 2. mengoptimalkan
kriteria hasil : batuk efektif. keseimbangan cairan
-klien mengatakan sudah 3. beri posisi semi fowler untuk membantu
sudah dapat 4. lakukan teraphi dada mengencerkan dahak.
mengeluarkan dahak. 5. ajarkan batuk efektif 3. fisiteraphi dada dapat
-klien mengatakan batuk 6. berikan obat pengencer memaksimalkan
berkurang dahak menjatuhkan secret yang ada
-batuk efektif dan di jalan napas.
mengeluarkan secret
-TTV :
TD :120/80-140/100
NADI :60-100x/mnt
SUHU : 36,5-37,5
RR : 18-22 x/mnt
2 Ketidakefektifan Tujuan: Setelah dilakukan asuhan 1. monitor kedalaman pernafasan, 1. mengetahui frekuensi,
pola nafas keperawatan selama 1 x 60 menit frekuensi dan ekspansi dada, kedalaman, irama pernafasan
berhubungan diharapkan pola nafas kembali efektif. 2. catat upaya pernafasan dan 2. mengetahui kondisi pasien
dengan Kriteria hasil: RR 16-24 x/menit, irama penggunaan otot bantu nafas, dan keefektifan intervensi
hiperventilasi, teratur, tidak menggunakan otot bantu 3. auskultasi bunyi nafas, 3. Mengetahu bunyi nafas
pernafasan, tidak ada bunyi nafas tambahan. 4. tinggikan kepala dan bantu untuk tambahan
mencapai posisi yang senyaman 4. untuk membantu dalam
mungkin, ekspansi paru
5. kolaborasi pemberian oksigen 5. membantu memenuhi

16
sesuai dengan kebutuhan kebutuhan oksigen dan
meringankan sesak nafas
3 Nyeri b.d agen Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri secara Menurut Lawrence (2002),
injuri fisik 1. Pain Level, komprehensif termasuk lokasi, karena suplai oksigen
2. Pain control karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang sehingga jaringan
3. Comfort leve kualitas dan faktor presipitasi. melakukan metabolisme
Kriteria hasil: 2. control lingkungan yang dapat secara anaerob yang
1. pasien dapat mengontrol mempengaruhi nyeri, seperti suhu menghasilkan asam laktat.
nyerinya ruangan, pencahayaan dan
2. skala nyeri berkurang dari kebisingan.
skala 6 menjadi skala 3 3. ajarkan tentang tehnik
3. Klien mengatakan nyeri nonfarmakologi.
sudah berkurang 4. berikan analgetik untuk
4. Dapat mengenali faktor mengurangi nyeri.
penyebab nyeri 5. ajarkan teknik relaksasi
4 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Kaji faktor yang menyebabkan 1. Menyediakan informasi
b.d penurunan 1. Joint Movement : Active keletihan : tentang indikasi tingkat
kekuatan otot 2. Mobility level a. Anemia keletihan Meningkatkan
3. Self care : ADLs b. Ketidakseimbangan cairan aktivitas ringan/sedang dan
4. Transfer performance dan elektrolit memperbaiki harga diri.
Kriteria hasil: c. Retensi produk sampah 2. Mendorong latitan dan
1. Klien meningkat dalam d. Depresi aktivitas dalam batas-batas
aktivitas fisik 2. Tingkatkan kemandirian dalam yang dapat ditoleransi dan
2. Mengerti tujuan dan aktivitas perawatan diri yang dapat istirahat yang adekuat.
peningkatan mobilitas ditoleransi, bantu jika keletihan
3. Memverbalisasikan terjadi.Anjurkan aktivitas alternatif
perasaan dalam sambil istirahat.
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan
alat Bantu untuk mobilisasi

17
5 Nutrisi kurang dari Tujuan: 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Menyediakan data dasar
Kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status : food and 2. Monitor adanya penurunan berat untuk memantau perubahan
B.d penurunan Fluid Intake badan dan mengevaluasi intervensi.
Nafsu makan 2. Nutritional Status: nutrient Intake 3. Monitor adanya mual, muntah dan 2. Menyediakan informasi
3. Weight control diare mengenai faktor lain yang
Kriteria hasil: 4. kolaborasi dengan dokter dapat diubah atau dihilangkan
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai untuk pemasangan NGT, Monitor untuk meningkatkan masukan
dengan tujuan jumlah nutrisi dan kandungan diet.
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi kalori 3. Untuk memantau status
badan 5. Monitor kadar albumin, Hb dan Ht cairan dan nutrisi.
3. Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 4. Mendorong peningkatan
4. Menunjukan peningkatan fungsi menentukan jumlah kalori dan masukan diet.
menelan nutrisi 5. Kecukupan Nutrisi yang
5. Mampu mengidentifikasi yang dibutuhkan pasien diperlukan untuk
kebutuhan nutrisi 7. Berikan substansi gula pertumbuhan dan
8. Berikan makanan yang sudah penyembuhan.
dikonsultasikan dengan ahli gizi. 6. Pola diet sekarang dan
dahulu dapat dipertimbangkan
dalam menyusun menu.
7. Untuk menambah
masukan energi
8. Masukan Nutrisi yang
tidak adekuat dapat
menyebabkan penurunan
status gizi

18
DAFTAR PUSTAKA

1. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta
2. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta
3. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia , Jakarta
4. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC
5. Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner & Suddarth Jilid II Edisi 8. Jakarta : EGC

19
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : SUANDI


NIM : 891211013
Tempat Praktik : Daring Stase KMB
Tanggal : 8 November 2021

I. Pengkajian
I. Pengumpulan dan pengelompokan data-sesuai format

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Tn W
Tempat/tgl lahir : Sajad, 21-6-1982
Golongan darah : A
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : MELAYU
Status perkawinan : kawin
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tengguli , kec. Sajad
Diagnosa medik : HIV/AIDS
Tanggal : 8 November 2021

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. y
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : ISLAM
Suku : MELAYU
Hubungan dgn pasien : Istri
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tengguli , Kec. Sajad

20
B. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Pasien masuk RSUD dengan keluhan demam tinggi terus menerus
sejak 1 minggu yang lalu, diare, badan terasa lemah dan letih, nafsu
makan menurun, sariawan, bibir kering dan pecah-pecah serta
kehilangan berat badan yang signifikan.
Pada saat pengkajian tanggal 8 November 2021 jam 10.00 WIB
didapatkan pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum
klien tampak lemah dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada
lagi, pasien mengatakan masih diare, BAB cair dengan frekuensi 2
kali sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan
nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan,
nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri
berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien
juga mengatakan nafsu makan menurun, Sariawan di mulut, bibir
kering dan pecah pecah. Pasien mengatakan batuk2 berdahak
b. Faktor pencetus :
Klien mengatakan makin hari kesehatannya semakin menurun
c. Lamanya keluhan : 1 bulan
d. Timbulnya keluhan: (V ) bertahap ( ) MENDADAK
e. Factor yang memperberat : bertambah berat setiap hari

2. Status kesehatan masa lalu


a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang) :
Penyakit dengan gejala yang sama
Kecelakaan : TIDAK ADA

3. Pernah dirawat
1) Penyakit : PERNAH
2) Waktu : 6 bulan yang lalu
3) Riwayat operasi : TIDAK ADA

C. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi tentang kesehatan diri
MERASA GELISAH DENGAN PENYAKITNYA

b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya


Pasien mengetahui tentang penyakitnya dan merasa kwatir dengan
penyakitnya

21
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat ?
Tinggi kalori tinggi protein

2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,


imunisasi
KLIEN MENGATAKAN SELALU KONTROL
KESEHATAN KARENA MERASA SAKIT SEMAKIN
BERAT

3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan


a) Yang dilakukan bila sakit
MINUM OBAT YANG ADA DI RUMAH YANG DI BELI
DI APOTIK

b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit ?


KE PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT

c) Kebiasaan hidup (konsumsi


jamu/22ocus22s/rokok/kopi/kebiasaan olahraga)
Merokok : AD A lama : SE J AK RE M AJ A
Alkohol : TIDAK ADA, lama : TIDAK ADA
Kebiasaan olahraga, jenis : frekwensi : MENGANGGAP
PEKERJAAN SEBAGAI PETANI SEBAGAI AKTIFITAS
FISIK

No Obat/jamu yang biasa dikonsumsi Dosis Keterangan


1

d. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan


Ekonomi pasien masuk golongan menengah ke bawah
2. Penghasilan :
a. Asuransi/jaminan kesehatan ADA BPJS
b. Keadaan lingkungan tempat tinggal : DAERAH PADAT
PENDUDUK DAN DEKAT DENGAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI

22
3. Nutrisi, cairan & metabolic
a. Gejala (subyektif)
1) Diit biasa (tipe) : Menu sehari2, jumlah makan per hari : 3X
SEHARI
2) Pola diit : Biasa , makan terakhir : NASI LENGKAP
3) Nafsu/selera makan : kurang : ( ) tidak ada
( v ) ADA,
4) Muntah : ( ) TIDAK ADA ( ) Ada, jumlah tidak terukur
Karakteristik
5) Nyeri ulu hati : ( ) TIDAK ADA (V ) ada,
Karakter/penyebab : sakit maag
6) Alergi makanan : (v ) tidak ada ( ) ada …
7) Masalah mengunyak/menelan : (V ) TIDAK ADA
( ) ada, jelaskan
8) Keluhan demam : ( ) TIDAK ADA ( V ) ada,

9) Pola minum/cairan : jumlah minum kira2 8 gelas sehari


10) Penurunan bb dalam 6 bulan terakhir : ( ) TIDAK ADA
(V ) ada, jelaskan SEMAKIN HARI SEMAKIN KURUS

b. Tanda (obyektif)
1) Suhu tubuh : 38.5 0 C Diaphoresis : ( ) TIDAK ADA ( V ) ada,
jelaskan KERINGAT MALAM
2) Berat badan : 40 kg, tinggi badan : 160 Cm Turgor kulit :
KURANG ELASTIS tonus otot : KURANG BAIK
3) Edema : ( V ) TIDAK ADA( ) ada, lokasi dan karakteristik

4) Ascites : ( V) TIDAK ADA ( ) ada,


jelaskan TIDAK ADA
5) Integritas kulit perut kembung Lingkar abdomen :
60 cm . Integritas kulit ELASTIS
6) Distensi vena jugularis : (V ) TIDAK ADA ( ) ada,
jelaskan TIDAK ADA
7) Hernia/masa : (v ) TIDAK ADA ( ) ada, lokasi dan
karakteristik
TIDAK ADA
8) Bau mulut/halitosis : ( ) TIDAK ADA ( V ) ada
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah :
GIGI ADA YANG HILANG/ DI CABUT

23
4. Pernafasan, aktivitas dan latihan pernapasan
a. Gejala (subyektif)
1) Dispnea : ( V ) tidak ada ( ) ADA, jelaskan
2) Yang meningkatkan/mengurangi sesak
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya TIDAK ADA
4) Penggunaan alat bantu : ( V) TIDAK ADA ( ) ada …

b. Tanda (obyektif)
1) Pernapasan : frekwensi 16 X/MENIT kedalaman NORMAL
Simetris
2) Penggunaan alat bantu nafas : TIDAK ADA nafas cuping hidung
TIDAK ADA
3) Batuk : ADA sputum (karakteristik sputum) WARNA KUNING
4) Fremitus :
5) bunyi nafas : STRIDOR
6) Egofoni SUARA TERDENGAR JELAS : TIDAK ADA

5. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan


a. Gejala (subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan TIDAK ADA SEJAK SAKIT
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas ADA SEJAK SAKIT
6. Pergerakan tubuh …
a. Kemampuan merubah posisi ( V) MANDIRI ( ) perlu bantuan,
jelaskan
b. Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan,
dll) ( V) MANDIRI ( ) perlu bantuan, jelaskan
1) Toileting (BAB/BAK) : ( V ) MANDIRI, ( ) perlu bantuan,
Jelaskan
2) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas : ( ) TIDAK ADA (V )
ada, jelaskan
3) Mudah merasa kelelahan : ( ) TIDAK ADA ( V ) ada, jelaskan
DEMAM DAN MUDAH LELAH
4) Toleransi terhadap aktivitas : ( ) BAIK (V ) kurang, jelaskan :
MUDAH LELAH
b. Tanda (obyektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati : KURANG BAIK
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) : MENARIK DIRI,

24
LETARGI
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah : ( ) TIDAK ( V) ya, jelaskan Ditolong oleh
keluarga yg mendampingi
b) Kerapian berpakaian KURANG RAPI
4) Pengkajian neuromuskuler
MaSsa/tonus : TIDAK TERKAJI Kekuatan otot : 4
Rentang gerak : AKTIF (BEBAS)
5) Bau badan ADA bau mulut ADA Kondisi kulit kepala kurang
baik Kebersihan kuku KURANG BERSIH

7. Istirahat
a. Gejala (subyektif) KURANG, SERING TERBANGUN
KARENA MERASA LELAH
8. Kebiasaan tidur KURANG Lama tidur merasa kurang, SERING
TERBANGUN
a. Masalah berhubungan dengan tidur
1) Insomnia : ( V ) TIDAK ADA ( ) ada
2) Kurang puas/segar setelah bangun tidur : (
) tidak ada (v ) ADA, Jelaskan M U D A H
TERBANGUN JIKA TIDU R
KARENA KELELAHAN
9. Lain-lain, sebutkan
a. Tanda (obyektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu : ( ) tidak ada (V ) ADA,
jelaskan karena sering terbangun ketika tidur oleh penyakit yg
di derita
2) Mata merah : ( ) TIDAK ADA ( V ) ada
3) Sering menguap : ( ) tidak ada (V ) ADA
4) Kurang konsentrasi : ( ) TIDAK ADA (V ) adA Sirkulasi kurang
baik

b. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung’
a) Riwayat edema kaki : ( V ) TIDAK ADA ( ) ada,
Jelaskan..
2) Flebitis ADA ( )
3) Rasa kesemutan ADA
4) Palpitasi ADA
c. Tanda (obyektif)

25
1) Tekanan darah : 120/60 MMHG
2) Mean Arteri Pressure/ tekanan nadi TIDAK TERKAJI
3) Nadi/pulsasi :
a) Karotis : TERABA 82 X/MENIT
b) Femoralis : TERABA 82 X/MENIT
c) Popliteal : TERABA 82 X/MENIT
d) Jugularis : TERABA 82 X/MENIT
e) Radialis : TERABA 82 X/MENIT
f) Dorsal pedis : TERABA 82 X/MENIT
g) Bunyi jantung : frekuensi : 8 2
Irama : REGULER kualitas : KURANG KUAT
4) Friksi gesek : tidak ada murmur : tidak ada
5) Ekstremitas, suhu :38.50 C warna : Kulit berwarna PUCAT
6) Tanda Focus : TIDAK TERKAJI
7) Pengisian kapiler : KURANGBAIK
Varises : TIDAK ADA phlebitis : TIDAK ADA
8) Warna : mukosa : MERAH bibir : PUCAT
Konjungtiva : PUCAT sklera : TAMPAK PUTIH
punggung kuku : PUCAT

10. Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : frekuensi : 2 kali/hari konsistensi : ENCER
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal :
terpasang kolostomi/ileostomy) : T I D A K A D A
3) Kesulitasn BAB konstipasi : TIDAK ADA Diare : -
4) Penggunaan laksatif : ( V) TIDAK ADA ( ) ada, jelaskan
5) Waktu BAB terakhir : PAGI hari yg lalu..
6) Riwayat perdarahan : T I D A K ADA
Hemoroid : TIDAK ADA
11. Riwayat inkontinensia alvi : TIDAK ADA
a. Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : TIDAK
ADA
b. Riwayat penggunaan diuretik : TIDAK ADA
c. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : TIDAK ADA
d. Kesulitan BAK : TIDAK ADA

a. Tanda (obyektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi : abdomen normal , jelaskan :
b) Auskultasi : bising usus : 12 X/MENIT bunyi abnormal

26
( V) TIDAK ADA ( ) ada, jelaskan
c) Perkusi
(1) Bunyi tympani ( V) ADA
(2) Bunyi abnormal ( V ) TIDAK ADA ( ) ada
Jelaskan
2) Palpasi :
12. Nyeri tekan : ADA
Nyeri lepas : ADA
13. Konsistensi : lunak/keras : …
Massa : ( ) TIDAK ADA ()
Jelaskan …
14. Pola BAB : konsistensi NORMAL
Warna : NORMAL
Abnormal : ( ) TIDAK ADA ( ) ada
Jelaskan …
15. Pola BAK : dorongan : KUAT
Frekuensi : NORMAL ... retensi : TIDAK ADA
b) Distensi kandung kemih : (V ) TIDAK ADA ( ) ada
Jelaskan TIDAK ADA
16. Karakteristik urin : KEKUNINGAN
Jumlah : LEBIH DARI 500 ML bau : KHAS
17. Bila terpasang colostomy atau ileustomy : keadaan …TIDAK ADA
18. Neurosensori dan kognitif
a. Gejala (subyektif)

1) Adanya nyeri
f. P = paliatif/provokatif (yang mengurangi/meningkatkan nyeri) :
AKTIFITAS
Q = qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan
serta deskripsi sifat nyeri yang dirasakan : Sedang
R = region/tempat (lokasi sumber & penyebarannya) :
SELURUH TUBUH
S = severity/tingkat berat nyeri (skala nyeri 1-10) : SEVERE
T = time (kapan keluhan dirasakan dan lamanya) : KADANG2
2) Rasa ingin pingsan/pusing ( ) TIDAK ADA ( V) ada

27
Jelaskan …
19. Sakit kepala : lokasi nyeri ADA
1) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) ADA
2) Kejang ( V) TIDAK ADA ( ) ada
Jelaskan …TIDAK ADA
Cara mengatasi …TIDAK ADA
3) Mata : penurunan penglihatan ( V ) TIDAK ADA
( ) ada, jelaskan
4) Pendengaran : ( ) TIDAK ADA ( ) ada
Jelaskan …TIDAK ADA
5) Epistaksis : ( ) TIDAK ADA ( V) ada
Jelaskan …...KADANG-KADANG

a. Tanda (obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : ( V ) COMPOSMENTIS, ( ) apatis. ( )somnolen, ( )
spoor, ( ) koma
2) Skala koma glasgow (gcs) : respon membuka MATA (E) 4 Respon
MOTORIK (M) 5 respon VERBAL 6
3) Terorientasi/disorientasi : waktu tidak ADA tempat TIDAK ADA
Orang TIDAK ADA
4) Persepsi sensori : ilusi TIDAK ADA halusinasi .TIDAK ADA
Delusi TIDAK ADA ADA afek MENYERINGAI jelaskan
MENAHAN KESAKITAN
5) Memori : saat ini
TIDAK ADA
6) Alat bantu penglihatan/pendengaran (V ) TIDAK ADA ( ) ada,
sebutkan
7) Reaksi pupil terhadap cahaya : ka/ki KIRI KURANG PEKA
Ukuran pupil NORMAL
20. Fascial drop TIDAK ADA postur TIDAK ADA
Reflek KURANG BAIK
21. Penampilan umum tampak kesakitan : ( ) tidak ada ( V) ADA,
menjaga area sakit Respon emosional ADA
penyempitan fokus ADA

22. Keamanan
a. Gejala (subyektif)
1) Alergi : tidak ada
2) Obat-obatan : TIDAK ADA
3) Makanan : tidak ada

28
4) Faktor lingkungan : TIDAK ADA
a) Riwayat penyakit hubungan seksual : ( V) tidak ada ()
ada, jelaskan
b) Riwayat transfusi darah TIDAK PERNAH riwayat adanya
reaksi -
5) Kerusakan penglihatan, pendengaran : ( v ) tidak ada ( ) ada,
sebutkan
6) Riwayat cidera ( ) tidak ada ( v) ada, sebutkan jatuh
7) Riwayat kejang ( V) tidak ada ( ) ada, sebutkan
TIDAK ADA

b. Tanda (objektif)
1) Suhu tubuh 38.50C diaphoresis ADA
2) Integritas jaringan KURANG ELASTIS DAN ADA BEKAS
LUKA
3) Jaringan parut ( ) TIDAK ADA (V ) ada, jelaskan BEKAS
LUKA

4) Kemerahan pucat ( ) TIDAK ADA ( V) ada, jelaskan

5) Adanya luka : luas TIDAK ADA kedalaman TIDAK


ADA
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain TIDAK ADA
7) Faktor resiko : terpasang alat invasive (V ) TIDAK ADA ( ) ada,
jelaskan
8) Gangguan keseimbangan ( ) TIDAK ADA (V) ada, jelaskan
TUBUH TIDAK SEIMBANG
9) Kekuatan umum TAMPAK LEMAH tonus otot
KEKUATAN OTOT 4,
Parese atau paralisa T I D A K A D A

23. Seksual dan reproduksi


a. Gejala (subyektif)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual FAHAM
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi ( fertilitas,
libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi
atau kondisi sakit) ADA GANGGUAN
3) Permasalahan selama aktivitas seksual ( ) TIDAK ADA ( V)
ada, jelaskan SEJAK SAKIT
4) Pengkajian pada laki-laki : raba pada penis TIDAK TERKAJI

29
24. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping
a. Gejala (subyektif)
1) Faktor stress
KHAWATIR TERHADAP KONDISI DIRI SENDIRI
2) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau
dibantu) MERASA BINGUNG
3) Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah (misalnya
memecahkan masalah, mencari pertolongan/berbicara dengan
orang lain, makan, tidur, minum obat- obatan, marah, diam, dll)
MEMILIH UNTUK TIDAK DIAM
4) Upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang.
5) Perasaan cemas/takut : ( ) tidak ada ( V) ADA, jelaskan
PENYAKITNYA SEMAKIN PARAH
6) Perasaan ketidakberdayaan ( ) TIDAK ADA ( v) ada,
7) Perasaan keputusasaan ( ) TIDAK ADA ( v) ada, PENYAKIT
MAKIN BERAT
25. Konsep diri
1) Citra diri : ADA
2) Ideal diri : ADA
3) Harga diri : ADA
4) Ada/tidak perasaan akan perubahan identitas :ADA
5) Konflik dalam peran : ADA
b. Tanda (obyektif)
1) Status emosional : ( ) tenang, (V ) GELISAH, ( ) marah, ( )
takut, ( ) mudah tersinggung
2) Respon fisiologi yang terobservasi : ADA
3) perubahan tanda vital : ADA
26. Interaksi sosial
a) Gejala (subyektif)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh
ISTRI
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah
ISTRI
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua,
saudara, pasangan,
( V ) TIDAK ADA ( ) ada, sebutkan TIDAK ADA
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehata, klien lain
: ( V) TIDAK ADA ( ) ada Sebutkan TIDAK ADA
b) Tanda (obyektif)
1) Kemampuan berbicara : ( ) JELAS, (V ) tidak jelas

30
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan
ADA
3) Penggunaan alat bantu bicara TIDAK ADA
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi TIDAK ADA
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain ADA
6) Perilaku menarik diri : ( ) TIDAK ADA (V ) ada
Sebutkan ADA minder

27. Pola nilai kepercayaan dan spiritual


a) Gejala (subyektif)
1) Sumber kekuatan bagi pasien : DOA
2) Perasaan menyalahkan tuhan : ( V ) TIDAK ADA ( ) ada
jelaskan …
3) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan,
macam : ADA Frekuensi : ADA
4) Masalah berkaitan dengan aktifitasnya tsb selama dirawat TIDAK
ADA
5) Pemecahan oleh pasien ADA .
6) Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan ( V ) TIDAK ADA ( ) ada ,
jelaskan
7) Pertengtangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani :
( V) TIDAK ADA ( ) ada , jelaskan
b) Tanda (obyektif)
1) Perubahan perilaku TIDAK ADA
2) Menolak pengobatan ( v) TIDAK ADA ( ) ada , jelaskan
3) Berhenti menjalankan aktivitas agama : ( ) tidak ada (V ) ADA
, jelaskan susah keluar rumah
4) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan
(v) TIDAK ADA ( ) ada, jelaskan…

Data penunjang
Tulis tanggal pemeriksaan:
1. Laboratorium....darah lengkap
2. Radiologi : RO Thorax dan Abdomen
3. EKG : 12 lead
4. USG
5. CT Scan
6. Pemeriksaan lain

31
7. Obat-obatan
ARV
ANtibiotik
Vitamin dan Mineral
8. Diit
Tinggi Kalori Tinggi protein.

32
II. Analis data
Data Focus Subyektif (S) & Masalah (P) Etiologi (E)
Obyektif (O)
DS Produksi sputum Bersihan jalan
Tn T mengeluh batuk dahak yang produktif napas tidak efektif
susah
keluar,sesak napas.
DO
-TD : 130/100
-SUHU ; 36
-NADI : 88X/MNT
-RR : 25X/MNT
-Terpasang infus asering 12 Tpm
DS: nutrisi kurang dari Gangguan
-Klien mengatakan badan terasa kebutuhan tubuh menelan
letih dan
lemas
-Klien mengatakan tidak ada
nafsu
makan sejak 2 bln yang lalu
-Klien mengatakan sakit
tenggorokan
nyeri menelan
-Klien mengatakan nyeri tekan
pada perut
DO:
-Klien tampak lemah dan letih
-Berat badan klien turun 8 kg ,
saat
sehat 51 kg ,saat sakit 42 kg
-Klien tampak kurus
-Klien tampak makan hanya 2
sendok
saja
-Mulut klien tampak sariawan
- HB tanggal 9 juni 2018 : 8,2
- HB tanggal 10 juni 2018 : 9,4
- HB tanggal 11 juni 2018 :10,3
- TB : 160 cm

33
DS: Nyeri akut Agen injuri
-Klien mengatakan nyeri tekan fisik
pada perut
-Klien mengatakan nyeri pada
persendian, saat beraktivitas dan
istirahat
-Klien mengatakan dada sakit
jika batuk
P :Klien mengatakan nyeri di
persendian,
Q :Klien mengatakan nyeri saat
beraktivitas, nyeri juga datang
tiba
tiba
R : Klien mengatakan nyeri di
persendian
S : Klien meringis, skala nyeri
5-6, klien
mengatakan tidak nyaman saat
nyeri
datang
T : Klien mengatakan nyeri
hilang
timbul,
DO:
-Klien tampak meringis
menahan sakit
-Skala nyeri 5 -6
-Nyeri tekan pada perut
DS: Intoleransi aktifitas Penurunan
-Klien mengatakan sulit untuk kekuatan otot
beraktifitas sendiri
-Klien mengatakan badan terasa
letih dan
lemas jika beraktifitas
DO:
-Klien tampak susah
beraktivitas
-Klien tampak tidak
bersemangat
-Klien tampak terbaring
-Klien tampak tidak mampu
untuk
beraktifitas secara mandiri

34
II. Pathway Keperawatan berdasarkan Masalah Keperawatan yang
Muncul pada Pasien

35
III. Diagnosa keperawatan-tulis sesuai prioritas

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan
3. Nyeri b.d agen injuri fisik
4. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan
5. Risiko infeksi b/d faktor :penurunan respon imun , kerusakan kulit.

36
IV. Perencanaan
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO DX INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan 1. kaji ulang fungsi 1. mengetahui keadaan umum dan
tidak efektif tindakan keperawatan pernapasan,irama, mengetahui adanya abnormal pada
2x24 jam di harapkan kecepatan, bunyi napas. pernapasan
bersihan jalan napsa 2. catat kemampuan 2. mengoptimalkan keseimbangan
sebagian teratasi mengeluarkan secret dan cairan
dengan batuk efektif. untuk membantu mengencerkan
kriteria hasil : 3. beri posisi semi fowler dahak.
-klien mengatakan 4. lakukan teraphi dada 3. fisiteraphi dada dapat
sudah 5. ajarkan batuk efektif memaksimalkan
sudah dapat 6. berikan obat pengencer menjatuhkan secret yang ada di
mengeluarkan dahak. dahak jalan napas.
-klien mengatakan
batuk
berkurang
-batuk efektif dan
mengeluarkan secret
-TTV :
TD :120/80-140/100
NADI :60-100x/mnt
SUHU : 36,5-37,5
RR : 18-22 x/mnt

37
2 Nyeri b.d agen Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri secara Menurut Lawrence (2002), karena
injuri fisik 1. Pain Level, komprehensif termasuk lokasi, suplai oksigen berkurang sehingga
2. Pain control karakteristik, durasi, frekuensi, jaringan melakukan metabolisme
3. Comfort leve kualitas dan faktor presipitasi. secara anaerob yang menghasilkan
Kriteria hasil: 2. control lingkungan yang dapat asam laktat.
5. pasien dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu
mengontrol ruangan, pencahayaan dan
nyerinya kebisingan.
6. skala nyeri 3. ajarkan tentang tehnik
berkurang dari nonfarmakologi.
skala 6 menjadi 4. berikan analgetik untuk
skala 3 mengurangi nyeri.
7. Klien mengatakan 5. ajarkan teknik relaksasi
nyeri
sudah berkurang
8. Dapat mengenali
faktor
penyebab nyeri
3 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Kaji faktor yang menyebabkan 1. Menyediakan informasi tentang
b.d penurunan 1. Joint Movement : keletihan : indikasi tingkat keletihan
kekuatan otot Active a. Anemia Meningkatkan aktivitas
2. Mobility level b. Ketidakseimbangan cairan ringan/sedang dan memperbaiki
3. Self care : ADLs dan elektrolit harga diri.
4. Transfer c. Retensi produk sampah 2. Mendorong latitan dan aktivitas
performance d. Depresi dalam batas-batas yang dapat
Kriteria hasil: 2. Tingkatkan kemandirian dalam ditoleransi dan istirahat yang
5. Klien meningkat aktivitas perawatan diri yang dapat adekuat.
dalam ditoleransi, bantu jika keletihan

38
aktivitas fisik terjadi.Anjurkan aktivitas alternatif
6. Mengerti tujuan sambil istirahat.
dan
peningkatan
mobilitas
7. Memverbalisasika
n
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
8. Memperagakan
penggunaan
alat Bantu untuk
mobilisasi

4 Nutrisi kurang dari Tujuan: 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Menyediakan data dasar untuk
Kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status 2. Monitor adanya penurunan berat memantau perubahan dan
B.d penurunan : food and badan mengevaluasi intervensi.
Nafsu makan Fluid Intake 3. Monitor adanya mual, muntah dan 2. Menyediakan informasi
2. Nutritional diare mengenai faktor lain yang dapat
Status: nutrient 4. kolaborasi dengan dokter diubah atau dihilangkan untuk
Intake untuk pemasangan NGT, Monitor meningkatkan masukan diet.
3. Weight control jumlah nutrisi dan kandungan 3. Untuk memantau status cairan
Kriteria hasil: kalori dan nutrisi.
6. Adanya 5. Monitor kadar albumin, Hb dan Ht 4. Mendorong peningkatan
peningkatan berat 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk masukan diet.

39
badan sesuai menentukan jumlah kalori dan 5. Kecukupan Nutrisi yang
dengan tujuan nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan dan
7. Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien penyembuhan.
sesuai dengan 7. Berikan substansi gula 6. Pola diet sekarang dan dahulu
tinggi badan 8. Berikan makanan yang sudah dapat dipertimbangkan dalam
8. Tidak adanya dikonsultasikan dengan ahli gizi. menyusun menu.
tanda-tanda 7. Untuk menambah masukan
malnutrisi energi
9. Menunjukan 8. Masukan Nutrisi yang tidak
peningkatan adekuat dapat menyebabkan
fungsi menelan penurunan status gizi
10. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

40
V. Catatan keperawatan (implementasi)
No Waktu Tindakan Respon pasien/hasil Tanda
(tgl/jam) keperawatan (S,O) tangan

1 8/11/2021 1. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama, kecepatan, S : menjawab salam, aktif Suandi
bunyi napas. dan mengikuti arahan
2. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan batuk perawat.
efektif.
3. Memberi posisi semi fowler O : tampak berusaha
4. melakukan teraphi dada mengikuti arahan yang
5. Mengajarkan batuk efektif disampaikan,
6. Memberikan obat pengencer Dahak
7. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
8. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri,
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
9. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
10. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
11. Mengajarkan teknik relaksasi
12. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, Retensi
produk sampah, Depresi
13. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi
14. Mengkaji adanya alergi makanan
15. Memonitor adanya penurunan berat badan
16. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
17. Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemasangan NGT, Monitor jumlah nutrisi dan

41
kandungan kalori
18. Memonitor kadar albumin, Hb dan Ht
19. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
20. Memberikan substansi gula
21. Memberikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi

2 9/11/2021 1. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama, kecepatan, S : menjawab salam, aktif suandi
bunyi napas. dan mengikuti arahan
2. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan batuk perawat.
efektif.
3. Memberi posisi semi fowler O : tampak berusaha
4. melakukan teraphi dada mengikuti arahan yang
5. Mengajarkan batuk efektif disampaikan,
6. Memberikan obat pengencer Dahak
7. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
8. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri,
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
9. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
10. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
11. Mengajarkan teknik relaksasi
12. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, Retensi
produk sampah, Depresi
13. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi
14. Memonitor adanya penurunan berat badan

42
15. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
16. Memberikan substansi gula
17. Memberikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi

3 10/11/2021 1. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama, kecepatan, S : menjawab salam, aktif suandi
bunyi napas. dan mengikuti arahan
2. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan batuk perawat.
efektif.
3. Memberi posisi semi fowler O : tampak berusaha
4. melakukan teraphi dada mengikuti arahan yang
5. Mengajarkan batuk efektif disampaikan,
6. Memberikan obat pengencer Dahak
7. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
8. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri,
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
9. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
10. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
11. Mengajarkan teknik relaksasi
12. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, Retensi
produk sampah, Depresi
13. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi
14. Memonitor adanya penurunan berat badan
15. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
16. Memberikan substansi gula
17. Memberikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi

43
4 11/11/2021 1. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama, kecepatan, S : menjawab salam, aktif suandi
bunyi napas. dan mengikuti arahan
2. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan batuk perawat.
efektif.
3. Memberi posisi semi fowler O : tampak berusaha
4. melakukan teraphi dada mengikuti arahan yang
5. Mengajarkan batuk efektif disampaikan,
6. Memberikan obat pengencer Dahak
7. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
8. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri,
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
9. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
10. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
11. Mengajarkan teknik relaksasi
12. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
13. Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, Retensi
produk sampah, Depresi
14. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi
15. Memonitor adanya penurunan berat badan
16. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
17. Memberikan substansi gula
18. Memberikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi

44
VI. Hasil Analisis Jurnal

1. Pertama
The latest recommendations for HIV therapeutic management emphasize the
importance of regular physical activity (PA). This cross-sectional study
assessed the self-reported level of PA, amount of leisure time PA (LTPA),
and the predictors of PA practiced in 257 people living with HIV (PLWH)
in Burundi. The World Health Organization recommends 150 min of PA per
week. In our study, 80.2% of the participants met this recommendation.
Participants were more engaged in PA at work (436.8 ± 682.1 min/week)
compared with leisure time (231.7 ± 383.8 min/week) and transportation
(235.9 ± 496.5 min/week). Multivariate analysis revealed that men (β =
−101.65; p = .01) who were white-collar workers (β = 67.21; p < .03) with
higher education level (β = 274.21; p < .001) reported higher levels of
LTPA than other groups. Integrating PA counseling into the routine care and
implementing community-based exercise programs could enhance
participation in PA in PLWH.

Copyright © 2021 Association of Nurses in AIDS Care

https://journals.lww.com/janac/Abstract/2021/12000/Global_and_Leisure_Time
_Physical_Activity_Levels.6.aspx

2. Kedua
Racism, Discrimination, and Health Inequities associated with HIV and
Sexual and Gender Diversity

Guest Editors: Drs. Crystal Chapman Lambert, Orlando Harris, Sara


Legrand, and Mitchell Wharton, with direction from Associate Editor, Dr.
Allison Webel

In their editorial, they write, ―To achieve an AIDS-free society (Bradley et


al., 2019), we must first confront the negative legacy of racism, bias, and
discrimination that continues to permeate our medical and public health
institutions.‖
https://journals.lww.com/janac/pages/default.aspx

3. Ketiga

Obstetric Nurses’ Attitudes and Nursing Care Intentions Regarding Care of


HIV‐Positive Pregnant Women
Objective
To define attitudes toward pregnant women with HIV and how these
attitudes correlate with and affect prejudice and nursing care intentions.

Design
Cross‐sectional descriptive correlational study of obstetric nurses.

Setting
Eight hundred (800) mailed surveys in the United States (N = 350).

Participants
A random sample of nurses certified in inpatient obstetrics.

45
Main Outcome Measures
Background information tool, the Pregnant Women with HIV Attitude
Scale, the Prejudice Interaction Scale in response to four vignettes, and the
Marlowe‐Crowne Social Desirability Scale—Form C.

Results
Obstetric nurses had more positive Mothering‐Choice attitudes than
Sympathy‐Rights attitudes (p= .000). Nurses who knew more than four
people affected by HIV/AIDS had more positive attitudes (p≤ .05). Nurses
with more positive attitudes were less prejudiced and more willing to care
for pregnant women with HIV (p= .05). Nurses were significantly more
prejudiced and less willing to care for women with than without HIV (p≤
.0001).

Conclusions
Nurses’ clinical care may be influenced by their attitudes and prejudice
toward pregnant women with HIV. Nursing education should include how
prejudice can affect our clinical decision making and behaviors. Research is
needed to explicate the effects on patient outcomes.

A. VIDEO SOP

https://www.youtube.com/watch?v=-IDEA2djs1E
HIV AIDS (Stadium Klinis, Alur Diagnosis Depkes, Terapi ARV Depkes &
WHO, Terapi Profilaksis) UKMPPD

https://www.youtube.com/watch?v=DCo0agEFklo
HIV and AIDS - Medical-Surgical (2020 Update) - Immune System

https://www.youtube.com/watch?v=ZFw5e5rLP1c
Acquired Immunity: Humoral and Cellular Immunity - Med-Surg (2020 Edition)
– Immune
https://www.youtube.com/watch?v=5g1ijpBI6Dk
HIV & AIDS - signs, symptoms, transmission, causes & pathology

https://www.youtube.com/watch?v=EjhjtZpFRxQ
HIV & AIDS Nursing care & plans NCLEX Review HIV and AIDS - Medical-
Surgical - Immune

46
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN

Nama : SUANDI
NIM : 891211013
Ruangan : PENYAKIT DALAM

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf


1 Senin 07.00 1. Datang ke rumah sakit suandi
8 November 07.05 2. Melakukan pre conference
2021 07.10 3. Menyiapkan diri bertemu pasien
07.15 4. Menyapa klien
07.18 5. Melakukan pendekatan terapeutik terapeutik
07.20 6. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama,
kecepatan, bunyi napas.
08.00 7. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan
batuk efektif.
08.02 8. Memberi posisi semi fowler
08.03 9. melakukan teraphi dada
08.05 10. Mengajarkan batuk efektif
08.08 11. Memberikan obat pengencer Dahak
08.12 12. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
08.13 13. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
08.14 14. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
08.30 15. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
09.00 16. Mengajarkan teknik relaksasi
09.05 17. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, Retensi produk sampah, Depresi
09.06 18. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi
09.08 19. Mengkaji adanya alergi makanan
09.15 20. Memonitor adanya penurunan berat badan
09.55 21. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
10.00 22. Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemasangan NGT, Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10.30 23. Memonitor kadar albumin, Hb dan Ht
11.30 24. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
11.35 25. Memberikan substansi gula
11.40 26. Memberikan makanan yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
11.50 27. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien
13.00 28. Mengajarkan teknik relaksasi sebelum
tidur
13.30 29. Melakukan evaluasi kondisi klien
14.30 30. Melakukan post conference
14.40 31. Pulang

2 Selasa 07.00 1. Datang ke rumah sakit Suandi


09 November 07.05 2. Melakukan pre conference
2021 07.10 3. Menyiapkan diri bertemu pasien
07.15 4. Menyapa klien
07.18 5. Melakukan pendekatan terapeutik terapeutik

47
07.20 6. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama,
kecepatan, bunyi napas.
08.00 7. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan
batuk efektif.
08.02 8. Memberi posisi semi fowler
08.03 9. melakukan teraphi dada
08.05 10. Mengajarkan batuk efektif
08.08 11. Memberikan obat pengencer Dahak
08.12 12. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
08.13 13. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
08.14 14. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
08.30 15. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
09.00 16. Mengajarkan teknik relaksasi
09.05 17. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
09.06 18. Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, Retensi produk sampah, Depresi
09.08 19. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi
09.15 20. Memonitor adanya penurunan berat badan
09.55 21. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
10.00 22. Memberikan substansi gula
10.30 23. Memberikan makanan yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
11.30 24. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien
13.00 25. Mengajarkan teknik relaksasi sebelum
tidur
13.30 26. Melakukan evaluasi kondisi klien
14.30 27. Melakukan post conference
14.40 28. Pulang

3 Rabu 07.00 1. Datang ke rumah sakit Suandi


10 November 07.05 2. Melakukan pre conference
2021 07.10 3. Menyiapkan diri bertemu pasien
07.15 4. Menyapa klien
07.18 5. Melakukan pendekatan terapeutik terapeutik
07.20 6. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama,
kecepatan, bunyi napas.
08.00 7. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan
batuk efektif.
08.02 8. Memberi posisi semi fowler
08.03 9. melakukan teraphi dada
08.05 10. Mengajarkan batuk efektif
08.08 11. Memberikan obat pengencer Dahak
08.12 12. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
08.13 13. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
08.14 14. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
08.30 15. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.

48
09.00 16. Mengajarkan teknik relaksasi
09.05 17. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
09.06 18. Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, Retensi produk sampah, Depresi
09.08 19. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi
09.15 20. Memonitor adanya penurunan berat badan
09.55 21. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
10.00 22. Memberikan substansi gula
10.30 23. Memberikan makanan yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
11.30 24. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien
13.00 25. Mengajarkan teknik relaksasi sebelum
tidur
13.30 26. Melakukan evaluasi kondisi klien
14.30 27. Melakukan post conference
14.40 Pulang

4 Kamis 07.00 1. Datang ke rumah sakit Suandi


11 November 07.05 2. Melakukan pre conference
2021 07.10 3. Menyiapkan diri bertemu pasien
07.15 4. Menyapa klien
07.18 5. Melakukan pendekatan terapeutik terapeutik
07.20 6. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama,
kecepatan, bunyi napas.
08.00 7. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan
batuk efektif.
08.02 8. Memberi posisi semi fowler
08.03 9. melakukan teraphi dada
08.05 10. Mengajarkan batuk efektif
08.08 11. Memberikan obat pengencer Dahak
08.12 12. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
08.13 13. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
08.14 14. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
08.30 15. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
09.00 16. Mengajarkan teknik relaksasi
09.05 17. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
09.06 18. Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, Retensi produk sampah, Depresi
09.08 19. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi
09.15 20. Memonitor adanya penurunan berat badan
09.55 21. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
10.00 22. Memberikan substansi gula
10.30 23. Memberikan makanan yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
11.30 24. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien
13.00 25. Mengajarkan teknik relaksasi sebelum
tidur
13.30 26. Melakukan evaluasi kondisi klien
14.30 27. Melakukan post conference
14.40 28. Pulang

49
5 Jumat 07.00 1. Datang ke rumah sakit Suandi
12 November 07.05 2. Melakukan pre conference
2021 07.10 3. Menyiapkan diri bertemu pasien
07.15 4. Menyapa klien
07.18 5. Melakukan pendekatan terapeutik terapeutik
07.20 6. Mengkaji ulang fungsi pernapasan, irama,
kecepatan, bunyi napas.
08.00 7. mencatat kemampuan mengeluarkan secret dan
batuk efektif.
08.02 8. Memberi posisi semi fowler
08.03 9. melakukan teraphi dada
08.05 10. Mengajarkan batuk efektif
08.08 11. Memberikan obat pengencer Dahak
08.12 12. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
08.13 13. Mengkontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
08.14 14. Mengajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.
08.30 15. Memberikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
09.00 16. Mengajarkan teknik relaksasi
09.05 17. Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan :
09.06 18. Anemia, Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, Retensi produk sampah, Depresi
09.08 19. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi
09.15 20. Memonitor adanya penurunan berat badan
09.55 21. Memonitor adanya mual, muntah dan diare
10.00 22. Memberikan substansi gula
10.30 23. Memberikan makanan yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
11.30 24. Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang teknik tidur pasien
13.00 25. Mengajarkan teknik relaksasi sebelum
tidur
13.30 26. Melakukan evaluasi kondisi klien
14.30 27. Melakukan post conference
14.40 28. Pulang

50

Anda mungkin juga menyukai