Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2011
2. Tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi
dengan perkembangan dunia usaha.
3. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984
dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1
Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS).
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya,
cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan
dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus
diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI
diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite
SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005
untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para
pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.
Due Process Prosedur penyusunan SAK
j. Public hearing;
l. Limited hearing
n. Pengecekan akhir;
o. Sosialisasi standar.
2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi SAK dan
Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process yang diatur dalam
ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.
3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang sudah
tidak relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang
diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k
sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas diganti menjadi: Persetujuan pencabutan
standar atau interpretasi.
B. FASB
Pengembangan standar akuntansi di amerika dapat di bagi ke dalam 3 tahap yakni
tahap awal pembentukan (1930-1936), periode setelah perang dunia (1946-1959), dan
periode modern (1959 sampai sekarang).praktek dan prosedur akuntansi yang digunakan
oleh dunia usaha umumnya dianggap rahasia. Sebagai akibatnya terjadi ketidak
seragaman dalam praktek akuntansi antar perusahaan bahkan antar perusahaan yang
sama.
Melihat realitas bahwa pelaporan keuangan yang didasarkan pada praktek akuntansi
yang tidak seragam, maka mendasarkan laporan keuangan sebagai alat penilaian
investasi dapat menyesatkan bagi investor. Masalah inilah yang perlunya pengembangan
akuntansi yang seragam.
Dalam menjawab ASR no 4 CAP mulai tahun 1939 menerbitkan prinsip akuntansi
yang memiliki dukungan otoritas. Selama periode dua tahun menerbitkan 12 Accounting
Research Bulletin. Namun anggota AAA lebih menyukai pendekatan deduktif dalam
dalam menentukan standar akuntansi sebagai lawan pendekatan yang dilakukan oleh
CAP yaitu pendekatan induktif. Pada tahun 1939-1946 hanya menghasilkan 2 kontribusi
pentin. Pertama, keseragaman praktek akuntansi secara signifikan telah mengalami
perbaikan. Kedua, kebijakan akuntansi yang di buwat amerika hanya untuk sector suasta.
Konflik ini berkaitan dengn all inclusive dan current operating performance yang
akan meningkatkan daya banding earning. Sebagai konsekuensinya CAP menerbitkan
ARB 32 yang merekomendasi penggunaaan koncep current operating performance.
Banyak orang merasa bahwa CAP bekerja bekerja terlalu lambat dan selalu menolak
isu kontrofersial. Pada tahun 1957 AAA menerbitkan stetmen yang mendasari konsep
dan devinisi standar akuntansi dengan pendekatan deduktif. Laporan ini menjadai cikal
bakal didirikannya Accounting Committee on Research Program.
Dengan dibentuknya APBD dan Accounting Research Division pada tahun 1959,
mulailah pengembangan standar akuntansi dimulai dengan riset. Divisi riset adalah
lembaga otonom memiliki seorang direktur yang memiliki otoritas untuk
mempubikasikan hasil temuan staf riset yang berkaitan dengan pengembangan prinsip
akkuntansi. Hasil study riset tidak diterima oleh provesi kususnya kontroversi berkaitan
ddengan masalah investmen tax credit. Ada dua alternative yaitu : mengakui tax benefit
pada saat diterima, yang didesain dengan flow through metod dan mengakui tax benefit
selama umur aktiva yang disebut dengan defferen method.
Lebih jauh lagi SEC pada bulan januari 1963 menerbitkan ASR 96 yang
memperbolehkan kedua metode pengakuan investment tax credit kepada perusahaan
yang go public. Kritik lebih lanjut muncul terhadap APB dari tahun 1965-1967 berkaitan
dengan opini kontroversi APB.
Oleh karena kritik terhadap APB bermunculan terus, maka dalam bulan april 1971
AICPA membentuk dua goup study yaitu “ the study group on establishment of
accounting principles” yang dipimpin oleh Francis M Wheat. Group lainnya adalah “ the
study group on the objectives of financial stetment” yang dipimpinoleh Robet M
Trueblood.
Laporan komite Wheat selesai pada bulan maret 1972 yang menghendaki adanya
perubahan signifikan pengembangan akuntansi. Rekomendasi itu antara lain:
Pembentukan FASB
FAF terdiri dari 13 orang anggota yang merupakan wakil dari 6 sponsor tersebut
ditambah wakil dari pemerintah dengan komposisi sbb:
Tugas FAF adalah mengangkat board of trustee dimana telah dikembangkan untuk
mengakomodasi tambahan dua anggota oranisasi besar yang tidak termasuk dalam 6
organisasi sponsoryaitu industry perbankan.
C. Framework
Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna kepada investor dan
kreditor dan pengguna lain dalam pemutusan investasi dan kredit yang rasional dan
keputusan keuangan lainnya. Informasi harus dapat dipahami bagi para pengguna
laporan keuangan agar dapat mempelajari laporan tersebut dengan baik untuk
pembuatan keputusan kegiatan ekonomi masing-masing bagian.
Laporan keuangan juga harus dapat menyediakan informasi tentang asset, hutang,
dan modal pemilik perusahaan untuk dapat membantu investor, kreditor dan pihak
lain dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan dan
likuiditas serta kemampuannya dalam membayar utang jangka panjang. Informasi
seperti ini akan membantu pemakai dalam menentukan kondisi keuangan
perusahaan, yang kemudian akan memberikan gambaran tentang prospek arus kas di
masa yang akan datang.
b. Karakteristik kualitatif :
Kualitatif Utama
1. Relevansi
Nilai umpan balik (feedback value) adalah suatu alat bantu laporan
keuangan dari umpan balik kejadian masa lalu yang membantu dalam
mengkonfirmasi atau memperbaiki perkiraan sebelumnya.
2. Keandalan
Kualitatif Sekunder
Hambatan
Perusahaan bisnis bisa dipandang sebagai entitas ekonomi yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya atau unit bisnis lainnya . Mengidentifikasi luas suatu
entitas ekonomi secara pasti merupakan hal yang sangat sulit dengan semakin
banyaknya jaringan anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan besar dan
anak dari anak perusahaan yang dengan kaitan bisnis yang kompleks antara
anggota-anggotanya . Pada sisi lain, terkadang sulit untuk memisahkan transaksi
personal yang dilakukan oleh pemilik dengan transaksi dari bisnis kecil.
Kelangsungan Usaha ( Going Concern )
Transaksi diasumsikan dapat diukur dalam satuan mata uang yang stabil . Oleh
karena asumsi diabaikan . Bagi banyak akuntan , hal ini merupakan
keterbatasan yang serius dari model akuntansi . Pada akhir 1970-an ketika
tingkat inflasi AS mencapai dua digit, FASB mengadopsi sebuah standar
(statement no.33) yang mengharuskan pengungkapan tambahan untuk angka
yang telah disesuaikan dengan inflasi. Namun , karena laju inflasi relative
rendah selama 15 tahun terakhir , minat atas statement no.33 hilang , dan
standar tersebut dibatalkan . Tentu saja beberapa negara lain yang secara historis
memiliki nilai inflasi yang cukup tinggi secara rutin mensyaratkan laporan
keuangan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi.
Oleh karena laporan keuangan diperlukan secara tepat waktu, umur dari entitas
bisnis dibagi dalam periode akuntansi (accounting period) yang spesifik.
Biasanya , tahun merupakan periode normal untuk pelaporan , ditambah dengan
laporan keuangan sementara setiap kuartal. Banyak pemakai laporan keuangan
menginginkan laporan yang cepat dan menganggap periode kuartalan terlalu
lama. Namun di lain pihak , banyak pemimpin usaha AS terkadang menyatakan
bahwa siklus pelaporan kuartalan ini terlalu singkat dan memaksa manajer
berfokus pada keuntungan jangka pendek dibandingkan pertumbuhan jangka
penjang . Banyak negara lain seperti Inggris mensyaratkan laporan keuangan
setengah tahun.
Pengukuran
Merupakan harga setara kas untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan .
Contoh: untuk unsur yang diukur degan menggunakan biaya historis adalah
nama bangunan peralatan dan sebagian besar persediaan.
Adalah harga setara kas yang bisa ditukarkan pada saat ini untuk membeli atau
menggantikan Abarang atau jasa yang sejenis.
Harga kas yang setara dengan harga yang bisa didapatkan dengan menjual asset
dalam kondisi penjualan biasa.
Sejumlah kas yang diharapkan akan diterima dari konfersi asset dalam aktivitas
bisnis normal. Contoh : piutang dagang
Jumlah arus masuk kas bersih dimasa yang akan datang atau arus keluar yang
didiskontokan ke nilai sekarang pada tingkat bunga yang sesuai.
1. Aset ( asset )
Aset merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di mas yang akan datang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian di masa lalu.
2. Kewajiban ( liabilities )
3. Ekuitas (equity)
Ekuitas merupakan sisa kepemilikan atas asset dari suatu entitas setelah
dikurangi kewajiban-kewajibannya.
6. Laba Komprehensif
7. Pendapatan ( Revenue )
Adalah arus masuk atau penigkatan lain dari asset suatu entitas atau pelunasan
kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu
barang , pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau
usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
8. Beban ( Expense )
Adalah arus keluar atau penggunaan lain dari asset atau timbulnya
kewajiban(atau kombinasi keduanya)dari penyerahan atau produksi suatu
barang , pemberian jasa , atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha
terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebuat.
9. Keuntungan ( Gain )
Adalah peningkatan dalam ekuitas (asset bersih )dari transaksi sampingan atau
transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi ,
kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut , kecuali yang
berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
Adalah penurunan dalam modal (asset bersih) dari transaksi sampingan atau
transaksi yang terjadi sesekali yang terjadi dari suatu entitas dan dari semua
transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut,
kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
1. Neraca saldo
D. IFRS
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun
standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong
penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah
transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat
terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada
tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan
jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca,
Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan
(Chariri, 2009).
Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program
konverjensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal.
Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan
penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini
sedang dalam proses secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB. Adapun posisi
IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009 dan
2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini.
Tabel 1:
IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember
2008
1. IAS 2 Inventories
2. IAS 10 Events after balance sheet date
3. IAS 11 Construction contracts
4. IAS 16 Property, plant and equipment
5. IAS 17 Leases
6. IAS 18 Revenues
7. IAS 19 Employee benefits
8. IAS 23 Borrowing costs
9. IAS 32 Financial instruments: presentation
10. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement
11. IAS 40 Investment propert
Tabel 2:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 4 Insurance contracts
3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued
operations
4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
6. IAS 1 Presentation of financial statements
7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
8. IAS 28 Investments in associates
9. IFRS 3 Business combination
10. IFRS 8 Segment reporting
11. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and
errors
12. IAS 12 Income taxes
13. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
14. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
15. IAS 31 Interests in joint ventures
16. IAS 36 Impairment of assets
17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
18. IAS 38 Intangible assets
Tabel 3:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of
government assistance
3. IAS 24 Related party disclosures
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 33 Earning per share
6. IAS 34 Interim financial reporting
7. IAS 41 Agriculture
Dan untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di
Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin
berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk
akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena
transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha
umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan
dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan
konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan
dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200. (SY)
IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi
akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah (1)
merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan
dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta (2)
bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi
sehubungan dengan pelaporan keuangan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang
disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para
pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat
standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu
secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan
dengan peranan IASC. IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah
suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuntungan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.