Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH SAK DAN LEMBAGA YANG MENGATUR,

FASB, FRAMEWORK, IFRS

Disusun Oleh :

1. Henny Susanti (08.0102.0068)

2. Devi Nuria Sejati (08.0102.0113)

3. Tomy Surya Baskara (08.0102.0121)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2011

A. Sejarah SAK dan Lembaga Yang Mengatur


Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting
untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan
sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi
praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan
yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan
di Indonesia.

1. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada


tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).”

2. Tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi
dengan perkembangan dunia usaha.

3. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984
dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1
Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS).

Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara


berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak
tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1
Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar
Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan
revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi.
Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya,
cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan
dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus
diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI
diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite
SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005
untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para
pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.
Due Process Prosedur penyusunan SAK

1. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut :

a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;

b. Konsultasikan issue dengan DKSAK;

c. Membentuk tim kecil dalam DSAK;


d. Melakukan riset terbatas;

e. Melakukan penulisan awal draft;

f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK;

g. Pembahasan dalam DSAK;

h. Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan


pertimbangan dampak penerapan standar;

i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;

j. Public hearing;

k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;

l. Limited hearing

m. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;

n. Pengecekan akhir;

o. Sosialisasi standar.

2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi SAK dan
Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process yang diatur dalam
ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.

3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang sudah
tidak relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang
diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k
sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas diganti menjadi: Persetujuan pencabutan
standar atau interpretasi.

B. FASB
Pengembangan standar akuntansi di amerika dapat di bagi ke dalam 3 tahap yakni
tahap awal pembentukan (1930-1936), periode setelah perang dunia (1946-1959), dan
periode modern (1959 sampai sekarang).praktek dan prosedur akuntansi yang digunakan
oleh dunia usaha umumnya dianggap rahasia. Sebagai akibatnya terjadi ketidak
seragaman dalam praktek akuntansi antar perusahaan bahkan antar perusahaan yang
sama.

Melihat realitas bahwa pelaporan keuangan yang didasarkan pada praktek akuntansi
yang tidak seragam, maka mendasarkan laporan keuangan sebagai alat penilaian
investasi dapat menyesatkan bagi investor. Masalah inilah yang perlunya pengembangan
akuntansi yang seragam.

A. Periode Pembentukan (1930-1946)

Usaha pengembangan akuntansi di mulai dengan pengembangan stsndar akuntansi


dimulai dengan adanya persetujuan antara American Institute of Certified Publik
Accountan dan New York Stock Excahange untuk mengembangkan prinsip-prinsip
akuntansiyang harus di ikuti perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange.
Pada awal AICPA berpendapat bahwa penyelesaian terbaik masalah ini adalah melalui 2
pendekatan yaitu memberikan pendidikan kepada pemakai laporan akuntansi yang
berkaitan dengan keterbatasan laporan keuangan, perbaikan laporan keuangan agar lebih
informative bagi pemakai.

B. Komite Prosedur Akuntansi 1936-1946

Pada awal CAP ingin mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang komperhensif


sebagai petujuk umum pemecahan masalah praktek kusus. Untuk menyusunnya
diperlukan waktu 5 tahun dan Stock Exchange Commision menginginkan waktu yang
lebih singkat.

Dalam menjawab ASR no 4 CAP mulai tahun 1939 menerbitkan prinsip akuntansi
yang memiliki dukungan otoritas. Selama periode dua tahun menerbitkan 12 Accounting
Research Bulletin. Namun anggota AAA lebih menyukai pendekatan deduktif dalam
dalam menentukan standar akuntansi sebagai lawan pendekatan yang dilakukan oleh
CAP yaitu pendekatan induktif. Pada tahun 1939-1946 hanya menghasilkan 2 kontribusi
pentin. Pertama, keseragaman praktek akuntansi secara signifikan telah mengalami
perbaikan. Kedua, kebijakan akuntansi yang di buwat amerika hanya untuk sector suasta.

C. Periode setelah Perang 1946-1959

Setelah perang dunia berakhir terjadi boom ekonomi di amerika. Industry


memerlukan modal yang sangat signifikan untuk expansi usaha. Yang menciptakan
banyak lapangan pekerjaan dan uang dalam perekonomian. Pada masa setelah perang
CAP cukup sibuk sehingga total ada 18 ARB yang diterbitkan dar 1946-1959. Namun,
CAP gagal menyusun rekomendasi positif yang berkaitan dengan prinsip akuntansi
secara umum. Sebagai akibatnya terjadi supply berlebihan dari standar akuntansi.
Banyak praktek akuntansi bermunculan karena tidak adanya teori akuntansi yang
dapat digunakan yang mengakibatkan knflik antara CAP dan SEC.

Konflik ini berkaitan dengn all inclusive dan current operating performance yang
akan meningkatkan daya banding earning. Sebagai konsekuensinya CAP menerbitkan
ARB 32 yang merekomendasi penggunaaan koncep current operating performance.

D. Periode Berakhirnya Committee on Accounting Procedure

Banyak orang merasa bahwa CAP bekerja bekerja terlalu lambat dan selalu menolak
isu kontrofersial. Pada tahun 1957 AAA menerbitkan stetmen yang mendasari konsep
dan devinisi standar akuntansi dengan pendekatan deduktif. Laporan ini menjadai cikal
bakal didirikannya Accounting Committee on Research Program.

E. Periode Modern 1959-sekarang

Dengan dibentuknya APBD dan Accounting Research Division pada tahun 1959,
mulailah pengembangan standar akuntansi dimulai dengan riset. Divisi riset adalah
lembaga otonom memiliki seorang direktur yang memiliki otoritas untuk
mempubikasikan hasil temuan staf riset yang berkaitan dengan pengembangan prinsip
akkuntansi. Hasil study riset tidak diterima oleh provesi kususnya kontroversi berkaitan
ddengan masalah investmen tax credit. Ada dua alternative yaitu : mengakui tax benefit
pada saat diterima, yang didesain dengan flow through metod dan mengakui tax benefit
selama umur aktiva yang disebut dengan defferen method.
Lebih jauh lagi SEC pada bulan januari 1963 menerbitkan ASR 96 yang
memperbolehkan kedua metode pengakuan investment tax credit kepada perusahaan
yang go public. Kritik lebih lanjut muncul terhadap APB dari tahun 1965-1967 berkaitan
dengan opini kontroversi APB.

Laporan Komire Wheat dan Trueblood

Oleh karena kritik terhadap APB bermunculan terus, maka dalam bulan april 1971
AICPA membentuk dua goup study yaitu “ the study group on establishment of
accounting principles” yang dipimpin oleh Francis M Wheat. Group lainnya adalah “ the
study group on the objectives of financial stetment” yang dipimpinoleh Robet M
Trueblood.

Laporan komite Wheat selesai pada bulan maret 1972 yang menghendaki adanya
perubahan signifikan pengembangan akuntansi. Rekomendasi itu antara lain:

 Pembentukan financial aaccounting financial accounting foundation.

 Pembentukan FASB

 Pembentukan financial accounting standar advisory council dengan jumlah anggota


20 orang dan berkonsultasi dengan FASB untuk menetapkan priorites dan tax force
dari reaksi terhapad usulan standar.

Mekanisme Operasional FASB

FAF terdiri dari 13 orang anggota yang merupakan wakil dari 6 sponsor tersebut
ditambah wakil dari pemerintah dengan komposisi sbb:

 Satu wakil AAA

 Empat wakil AICPA

 Satu wakil financial analysts federation

 Dua wakil financial exekutif institute


 Satu wakil national association of accountant

 Satu wakil security imdustri association

 Tiga wakil dari wakil pemerintah

Tugas FAF adalah mengangkat board of trustee dimana telah dikembangkan untuk
mengakomodasi tambahan dua anggota oranisasi besar yang tidak termasuk dalam 6
organisasi sponsoryaitu industry perbankan.

C. Framework

Conceptual Framework atau disebut dengan Kerangka Konseptual adalah sebuah


konstitusi, sistem yang koheren dari objek-objek yang saling berhubungan dan mendasar
yang menuju kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat dasar,fungsi batas dari
akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dasar-dasar ini mendasari konsep
akuntansi, konsep yang menjadi petunjuk dan prinsip bagi transaksi-transaksi akuntansi,
pengukuran transaksi-transaksi tersebut untuk sekelompok pengguna akuntansi.

1. Isi Conceptual Framework


a. Penyedia informasi objektif (SFAC 1)

1. Berguna untuk pembuatan keputusan.

Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna kepada investor dan
kreditor dan pengguna lain dalam pemutusan investasi dan kredit yang rasional dan
keputusan keuangan lainnya. Informasi harus dapat dipahami bagi para pengguna
laporan keuangan agar dapat mempelajari laporan tersebut dengan baik untuk
pembuatan keputusan kegiatan ekonomi masing-masing bagian.

2. Membantu memprediksi arus kas di masa datang.


Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna untuk membantu
para investor dan kreditor yang berpotensi untuk menaksir jumlah, waktu, dan
penerimaan kas yang tidak pasti.

3. Evaluasi sumber daya ekonomi

Laporan keuangan juga harus dapat menyediakan informasi tentang asset, hutang,
dan modal pemilik perusahaan untuk dapat membantu investor, kreditor dan pihak
lain dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan dan
likuiditas serta kemampuannya dalam membayar utang jangka panjang. Informasi
seperti ini akan membantu pemakai dalam menentukan kondisi keuangan
perusahaan, yang kemudian akan memberikan gambaran tentang prospek arus kas di
masa yang akan datang.

b. Karakteristik kualitatif :

Kualitatif Utama

1. Relevansi

 Nilai umpan balik (feedback value) adalah suatu alat bantu laporan
keuangan dari umpan balik kejadian masa lalu yang membantu dalam
mengkonfirmasi atau memperbaiki perkiraan sebelumnya.

 Nilai prediksi (predictive value) adalah nilai perkiraan dari informasi-


informasi sebelumnya untuk memberikan prediksi di masa yang akan
datang. Sebagai contoh, ketika perusahaan menyajikan laporan laba
rugi komparatif, seorang investor memiliki informasi untuk
membandingkan hasil operasi tahun lalu dengan tahun ini. Hal ini
memberikan dasar umum untuk mengevaluasi perkiraan sebelumnya
dan untuk menfestimasi hasil yang muungkin diperoleh tahun depan.

 Tepat waktu (timeliness) adalah aspek yang penting agar informasi


dapat “membuat suatu perbedaan” karena apabila informasi baru bisa
didapat setelah keputusan diambil, tidak akan banyak berguna.
Pelaporan keuangan banyak dikritik mengenai ketepatan waktunya
karena pada masa teknologi informasi seperti sekarang, pemakai
laporan keuangan semakin ingin mendapatkan jawaban dadlam waktu
singkat, bukan pada akhir suatu tahun atau suatu kuartal.

2. Keandalan

 Dapat diverifikasi (verifiability) adalah suatu elemen yang harus


dimiliki oleh akuntan untuk mencari dasar pengukuran laporan
keuangan yang dapat diverifikasi oleh akuntan laen yang terlatih
dengan menggunakan metode yang sama.

 Penyajian yang jujur (representational faithfullness) berarti bahwa ada


kesesuaian antara pengukuran dengan aktifitas ekonomi atau unsur
akuntansi yang diukur.

 Netralitas (neutrality) merupakan konsep yang serupa dengan konsep


yang berkaitan dengan “kejujuran”. Apabila laporan keuangan
bertujuan untuk memuaskan sebagian besar kelompok pemakainya,
maka informasi yang disajikan tidak boleh berpihak terhadap
kepentingan suatu kelompok dari pemakainya dan mengorbankan
kelompok lain. Netralitas juga mencerminkan bahwa pembentuk
standar akuntansi tidak boleh dipengaruhi oleh dampak potensial dari
peraturan baru terhadap perusahaan atau industri tertentu. Pada
umumnya, netralitas merupakan hal yang sangat sulit dicapai karena
perusahaan yang mungkin dirugikan oleh adanya peraturan baru akan
melakukan lobi-lobi untuk melawan standar yang diajukan.

Kualitatif Sekunder

1. Dapat dibandingkan (comparability) adalah bahwa informasi menjadi lebih


berguna ketika dapat dikaitkan dengan suatu tolak ukur atau standar.
Perbandingan dapat dilakukan dengan data dari perusahaan lain atau informasi
yang sejenis dengan perusahaan yang sama, tetapi pada periode yang berbeda.

2. Konsistensi (consistency) adalah perbandingan dalam data akuntansi untuk


perusahaan yang sama selama beberapa periode. Perbandingan membutuhkan
bahwa kejadian yang serupa dicatat dengan cara yang sama dalam laporan
keuangan dari perusahaan yang berbeda dan untuk perusahaan tertentu dalam
periode yang berbeda. Namun demikian, harus diakui bahwa keseragaman
bukan selalu menjadi jawaban dari perbandingan. Kondisi yang berbeda
mungkin akan membutuhkan perlakuan akuntansi yang berbeda.

Hambatan

1. Materialitas (materiality) adalah suatu penggunaan elemen laporan keuangan


dimana seorang akuntan harus menggunakan penilaiannya dalam menentukan
apakah suatu unsur material atau tidak.

2. Konservatisme (conservatism) adalah yang secara historis telah menjadi prinsip


petunjuk di balik banyak praktik akuntansi. Konsep konservatisme dapat
disimpulkan sebagai berikut: Apabila ragu, akui semua kerugian tetapi jangan
mengakui adanya keuntungan. Dalam merumuskan kerangka kerja konseptual,
FASB tidak memasukkan konservatisme dalam daftar karakteristik kualitatif.
Namun, konservatisme merupakan konsep yang sangat penting. Laporan
keuangan cenderung bias untuk melaporkan terlalu rendah nilai aset dan
keuntungan yang kehilangan karakteristik relevansi dan keandalan.

c. Konsep Pengakuan dan Pengukuran Laporan Keuangan

Asumsi Akuntansi Dalam Model Tradisional

 Entitas Ekonomi ( Economic Entity )

Perusahaan bisnis bisa dipandang sebagai entitas ekonomi yang terpisah dan
berbeda dari pemiliknya atau unit bisnis lainnya . Mengidentifikasi luas suatu
entitas ekonomi secara pasti merupakan hal yang sangat sulit dengan semakin
banyaknya jaringan anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan besar dan
anak dari anak perusahaan yang dengan kaitan bisnis yang kompleks antara
anggota-anggotanya . Pada sisi lain, terkadang sulit untuk memisahkan transaksi
personal yang dilakukan oleh pemilik dengan transaksi dari bisnis kecil.
 Kelangsungan Usaha ( Going Concern )

Asumsi kelangsungan usaha ini mendukung penyusunan neraca yang


melaporkan biaya yang dianggarkan untuk aktivitas di masa yang akan datang
daripada nilai pasar dari properti yang akan direalisasikan pada saat terjadi
likuidasi sukarela atau penjualan terpaksa. Asumsi yang sama juga diperlukan
dalam penyusunan laporan laba rugi, akan tetapi hanya untuk bagian
pendapatan dan biaya yang dialokasikan.

 Satuan Mata Uang Yang Stabil ( Stable Monetary Unit )

Transaksi diasumsikan dapat diukur dalam satuan mata uang yang stabil . Oleh
karena asumsi diabaikan . Bagi banyak akuntan , hal ini merupakan
keterbatasan yang serius dari model akuntansi . Pada akhir 1970-an ketika
tingkat inflasi AS mencapai dua digit, FASB mengadopsi sebuah standar
(statement no.33) yang mengharuskan pengungkapan tambahan untuk angka
yang telah disesuaikan dengan inflasi. Namun , karena laju inflasi relative
rendah selama 15 tahun terakhir , minat atas statement no.33 hilang , dan
standar tersebut dibatalkan . Tentu saja beberapa negara lain yang secara historis
memiliki nilai inflasi yang cukup tinggi secara rutin mensyaratkan laporan
keuangan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi.

 Periode Akuntansi ( Accounting Period )

Oleh karena laporan keuangan diperlukan secara tepat waktu, umur dari entitas
bisnis dibagi dalam periode akuntansi (accounting period) yang spesifik.
Biasanya , tahun merupakan periode normal untuk pelaporan , ditambah dengan
laporan keuangan sementara setiap kuartal. Banyak pemakai laporan keuangan
menginginkan laporan yang cepat dan menganggap periode kuartalan terlalu
lama. Namun di lain pihak , banyak pemimpin usaha AS terkadang menyatakan
bahwa siklus pelaporan kuartalan ini terlalu singkat dan memaksa manajer
berfokus pada keuntungan jangka pendek dibandingkan pertumbuhan jangka
penjang . Banyak negara lain seperti Inggris mensyaratkan laporan keuangan
setengah tahun.
Pengukuran

 Biaya Histori ( Historical Cost )

Merupakan harga setara kas untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan .

Contoh: untuk unsur yang diukur degan menggunakan biaya historis adalah
nama bangunan peralatan dan sebagian besar persediaan.

 Biaya Pengganti Saat Ini ( Current Replacement Cost )

Adalah harga setara kas yang bisa ditukarkan pada saat ini untuk membeli atau
menggantikan Abarang atau jasa yang sejenis.

Contoh: Beberapa persediaan yang mengalami penurunan nilai sejak diperoleh.

 Nilai Pasar Saat ini ( Current Market Value )

Harga kas yang setara dengan harga yang bisa didapatkan dengan menjual asset
dalam kondisi penjualan biasa.

Contoh : beberapa instrument keuangan

 Realisasi Bersih ( Realizable Value )

Sejumlah kas yang diharapkan akan diterima dari konfersi asset dalam aktivitas
bisnis normal. Contoh : piutang dagang

 Nilai Sekarang atau Nilai Yang Didiskontokan ( Present or Discounted Value )

Jumlah arus masuk kas bersih dimasa yang akan datang atau arus keluar yang
didiskontokan ke nilai sekarang pada tingkat bunga yang sesuai.

Contoh: piutang jangka panjang

d. Elemen-Elemen Laporan Keuangan

1. Aset ( asset )
Aset merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di mas yang akan datang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian di masa lalu.

2. Kewajiban ( liabilities )

Kewajiban merupakan kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa


yang akan datang yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk
mengalihkan aset atau menyediakan jasa kepada entitas lain pada masa yang
akan datang sebagi hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu.

3. Ekuitas (equity)

Ekuitas merupakan sisa kepemilikan atas asset dari suatu entitas setelah
dikurangi kewajiban-kewajibannya.

4. Investasi oleh Pemilik

Investasi oleh Pemilik merupakan peningkatan modal dari perusahaan bisnis


tertentu yang dihasilkan dari pengalihan dari entitas lain atau sesuatu yang
bernilai untuk mendapatkan atau meningkatan kepemilikan (modal)-nya dalam
perusahaan tersebut. Aset merupakan yang paling banyak diterima sebagai
investasi oleh pemilik,tetapi hal lain yang dapat diterima bisa berupa jasa atau
kepuasan atau konversi kewajiban perusahaan.

5. Distribusi kepada pemilik

Distribusi kepada pemilik merupakan penurunan modal dari perusahaan bisnis


tertentu yang dihasilkan dari pengalihan asset,pemberian jasa atau timbulnya
kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik ini akan
menurunkan kepemilikan (modal)-nya dalam perusahaan.

6. Laba Komprehensif

Laba Komprehensif meupakan perubahan dalam modal perusahaan bisnis


selama suatu periode dari transaksi,kejadian,dan kondisi lainnya yang berasal
dari sumber-sumber selain pemilik. Termasuk didalamnya adalah semua
perubahan dalam modal selama suatu periode kecuali yang berasal dari investasi
oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.

7. Pendapatan ( Revenue )

Adalah arus masuk atau penigkatan lain dari asset suatu entitas atau pelunasan
kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu
barang , pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau
usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

8. Beban ( Expense )

Adalah arus keluar atau penggunaan lain dari asset atau timbulnya
kewajiban(atau kombinasi keduanya)dari penyerahan atau produksi suatu
barang , pemberian jasa , atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha
terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebuat.

9. Keuntungan ( Gain )

Adalah peningkatan dalam ekuitas (asset bersih )dari transaksi sampingan atau
transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi ,
kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut , kecuali yang
berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

10. Kerugian ( Loss )

Adalah penurunan dalam modal (asset bersih) dari transaksi sampingan atau
transaksi yang terjadi sesekali yang terjadi dari suatu entitas dan dari semua
transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut,
kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

e. Bagian-bagian Laporan Keuangan

1. Neraca saldo

2. Laporan Laba / Rugi


3. Laporan arus kas

4. Laporan modal pemilik

2. Fungsi Concepetual Framework

Conceptual framework atau kerangka konseptual berguna sebagai pengatur


aturan dalam pengembangan standar-standar akuntansi dengan menyediakan sebuah
lembaga dengan landasan yang umum dan mendasar untuk mempertimbangkan
keunggulan salah satu dari beberapa pilihan.

D. IFRS

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International


Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International
Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).

Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun
standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong
penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)

Natawidnyana (2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi


bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS
diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting
Standards Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS
dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
Struktur IFRS

International Financial Reporting Standards mencakup:

 International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah


tahun 2001

 International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun


2001

 Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations


Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001

 Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) –


sebelum tahun 2001 (www.wikipedia.org)

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah
transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat
terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada
tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan
jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca,
Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan
(Chariri, 2009).

Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia


menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.
Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan
Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang
mendekati konvergensi penuh kepada IFRS.

Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program
konverjensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal.
Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan
penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini
sedang dalam proses secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB. Adapun posisi
IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009 dan
2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini.

Tabel 1:
IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember
2008
1. IAS 2 Inventories
2. IAS 10 Events after balance sheet date
3. IAS 11 Construction contracts
4. IAS 16 Property, plant and equipment
5. IAS 17 Leases
6. IAS 18 Revenues
7. IAS 19 Employee benefits
8. IAS 23 Borrowing costs
9. IAS 32 Financial instruments: presentation
10. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement
11. IAS 40 Investment propert
Tabel 2:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009
1. IFRS 2 Share-based payment
2. IFRS 4 Insurance contracts
3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued
operations
4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
6. IAS 1 Presentation of financial statements
7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
8. IAS 28 Investments in associates
9. IFRS 3 Business combination
10. IFRS 8 Segment reporting
11. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and
errors
12. IAS 12 Income taxes
13. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
14. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
15. IAS 31 Interests in joint ventures
16. IAS 36 Impairment of assets
17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
18. IAS 38 Intangible assets
Tabel 3:
IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010
1. IAS 7 Cash flow statements
2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of
government assistance
3. IAS 24 Related party disclosures
4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
5. IAS 33 Earning per share
6. IAS 34 Interim financial reporting
7. IAS 41 Agriculture

Dan untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di
Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin
berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk
akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena
transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha
umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan
dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan
konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan
dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200. (SY)

Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional (International


Accounting Standard/IAS) untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual
saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar
internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya
sosialisasi yang mahal. Membahas tentang IAS saat ini lembaga-lembaga yang aktif
dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International
Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak yang
diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan
multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO
(International Organization of Securities Commissions) Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi
antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan
dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat
dengan akuntansi internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan
transaksi ekspor atau impor. Standard akuntansi internasional (IAS) adalah standard
yang dapat digunakan perusahaan multinasional yang dapat menjembatani
perbedaan-perbedaan antar Negara, dalam perdagangan multinasional.

IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi
akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah (1)
merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan
dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta (2)
bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi
sehubungan dengan pelaporan keuangan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang
disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para
pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat
standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu
secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan
dengan peranan IASC. IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah
suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuntungan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.

Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keuntungan intern


perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Manfaat dari adanya suatu standard global:


1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara
konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal
2.Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi
4. gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan dalam
mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan
secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak
Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai
dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor
institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Usaha-usaha standard internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standard
internasional tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan ada masalah,
yang menjadi masalah, apabila standard internasional berbeda dengan standard nasional.
Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standard nasional (rujukan pertama).

Anda mungkin juga menyukai