Anda di halaman 1dari 69

BUKU SKILLAB

SISTEM KARDIOVASKULAR
CARDIOVASCULAR SYSTEM

ISBN no.
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM KARDIOVASKULAR
CARDIOVASCULAR SYSTEM

Tim Penyusun :
Selvia Anggraeni, dr., M. Kes
Zulfian, dr., Sp.PK
Resti Arania, dr., Sp.PA
Prambudi, dr., Sp.A
Astri Pinilih, Sp. A
Haryadi, dr., Sp.Rad
Toni Prasetia, dr., Sp.PD, FINASIM
Sri Maria Puji Lestari, dr., M.Pd.Ked
Hetti Rusmini., dr., M. Biomed
Yesi Nurmalasari, dr., M.Kes
Elitha M Utari, dr., MARS
Deviani Utami, dr., M. Kes
Tessa Sjahriani, dr., M.Kes
Garizki A Gewang, dr., M.H. Kes
Ratna P, dr., M.Kes
Sandhy A pratama, dr., M.H. Kes

MEDICAL EDUCATON UNIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan
buku rancangan pengajaran modul Sistem Kardiovaskular (Cardiovascular System)
dapat terlaksana. Modul ini merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran
Klinis yang terdapat dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas
kedokteran Universitas Malahayati (FK UNIMAL).
Modul Sistem Kardiovaskular (Cardiovascular System) diajarkan pada
semester 5 selama 8 minggu. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran
khususnya di bidang sistem Kardiovaskular (Cardiovascular System), yaitu
Anatomi, Histologi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Farmakologi, Parasitologi,
Mikrobiologi, Radiologi, Gizi, dan sistem organ terkait.
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu
kedokteran klinis sehingga mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran dan menjadi dokter yang berkompeten sesuai standar kompetensi
dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan
perbaikan, karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan modul ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical
Education Unit (MEU), rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung.

Bandar Lampung, 2021


Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
TATA TERTIB .............................................................................................. 4
SANKSI .............................................................................................. 5
DAFTAR SKILL LAB
SKILLS LAB 1 .............................................................................................. 6
SKILLS LAB 2 ............................................................................................ 28
SKILLS LAB 3 ............................................................................................ 33
SKILLS LAB 4 ............................................................................................ 36
SKILLS LAB 5 ............................................................................................ 36
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 37

3
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB

Sebelum kegiatan

Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang


bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat kegiatan


1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan
Skill Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator
blok dengan melampirkan materi yang akan dan surat keterangan
dari fasilitator.

4
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SKILLS LAB

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi
tertentu karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebuttidak
diperkenankan mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk
materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan
jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Labnya < 75 % dari
seluruh jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus
blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi
karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Labakan mendapatkan
sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

DAFTAR SKILL LAB

No Skills Lab
1. Anamnesis dan penulisan resep
2. Pemeriksaan fisik cardiovascular: Mengukur tekanan darah;
Mengukur JVP; pemeriksaan thorax (depan dan belakang)
3. Cara pemasangan dan pembacaan EKG+interpretasi pemeriksaan
radiologi jantung
4. Penyuluhan: Hipertensi, IMA, Angina
5. Ujian SL 1
6. Ujian SL 2

5
Skill Lab 1
HISTORY TAKING

Sasaran pembelajaran utama:


- Mahasiswa mampu membuat anamnesa dari keluhan pasien
Sasaran pembelajaran tambahan:
Setelah mengikuti skill lab history taking, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif
dengan pasien
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menunjukkan sikap empati kepada pasien

Anamnesa merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan klinis


untuk menentukan diagnosa. Cara melakukan anamnesa pada masing
– masing pasien dapat berbeda, demikian pula untuk masing – masing
kasus yang dihadapi. Meskipun demikian, pada umumnya cara
penyusunannya selalu sama. Menyusun anamnesa yang lengkap dan
relevan memerlukan lebih banyak ketrampilan dan pengalaman
dibanding pemeriksaan fisik diagnostik.

Anamnesa dilakukan secara auto maupun alloanamnesa. Jika


penderita sadar dan kooperatif anamnesa dilakukan langsung pada
penderita, walaupun informasi dari pihak lain seringkali juga berguna
untuk kelengkapan data. Pada kasus dimana penderita tidak
kooperatif, misalnya sedang merasakan nyeri atau sakit yang hebat,
gelisah, mual muntah yang sering, alloanamnesa lebih membantu
dokter dalam melakukan anamnesa. Demikian pula pada penderita
yang mengalami penurunan kesadaran sampai koma.

6
Menerapkan tehnik komunikasi yang tepat dalam penegakan diagnosa
dan menjelaskan tentang penyakit saraf kepada penderita dan atau
keluarganya sangat menentukan keberhasilan suatu anamnesa.

Hal itu sangat bergunan baik bagi dokter yang merawat maupun
penderita dan atau keluarganya. Secara garis besar anamnesa yang
dilakukan meliputi data tentang :
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi termasuk faktor predisposisi atau faktor risiko
6. Riwayat keluarga dang lingkungan
7. Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan
kemungkinan diagnosa

 Kasus:
Seorang pria, 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri mendadak 5 menit yang lalu.Lakukanlah anamnesa pada
pasien tersebut !
 Kasus:
Seorang laki-laki, 60 tahun datang ke tempat praktek anda dengan
keluhan bengkak di kedua sisi kaki. Lakukanlah anamnesa pada
pasien tersebut !
 Kasus:
Tn. Ponirin 55 tahun datang ke Puskesmas ulak-alik dengan keluhan
dada berdebar. Lakukanlah anamnesa pada pasien tersebut!

7
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri kepada
pasien
2 Tangani kegawat daruratan (beri
oksigen)
3 Menanyakan identitas pasien
(nama, umur, alamat, pekerjaan,
pendidikan, agama dll)
4 Menanyakan keluhan utama yang
dialami pasien
5 Menanyakan keluhan tambahan
6 Menanyakan riwayat penyakit
terdahulu
7 Menanyakan riwayat pengobatan
8 Menanyakan riwayat penyakit
dalam keluarga
9 Menanyakan riwayat medis
sebelumnya
10 Merangkum dan menilai hasil
komunikasi serta memberikan
kemungkinan diagnosa dan masuk
ke pemeriksaan fisik
TOTAL 40
Catatan:
Fasilitator diharapkan menilai anamnesis mahasiswa secara lengkap.
Contoh untuk keluhan utama mahasiswa harus menanyakan onset,
faktor yang memperberat dll.
Umpan Balik Fasilitator:
8

Paraf Dosen Fasilitator


 TEORI PENDAHULUAN

Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis,
prognosis serta terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik,
profilaktik diwujudkan dalam bentuk resep.

Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-
12 cm dan panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan
PerMenKes no. 26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No.
28/MenKes/SK/U/98 Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan
obatnya di apotik.

Dalam resep yang lengkap harus tertulis :


1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat praktek/
alamat rumah dan nomor telpon dokter
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep

Farmakoterapi (terapi dengan obat) mempunyai motto :


1. 5 tepat :
a) Berikan OBAT yang tepat
b) Dengan DOSIS yang tepat
c) Dalam BSO yang tepat
d) Pada WAKTU yang tepat
e) Kepada PENDERITA yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan.

2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping

Kaidah-Kaidah Penulisan Resep

Setelah menetapkan diagnosis kerja, maka dokter akan menentukan terapi salah
satunya terapi dengan obat. Untuk menuliskan suatu resep banyak hal yang meminta
perhatian dokter :
1. Satuan berat untuk obat 1 gram (1 g) tidak ditulis 1 gr, (gr = grain = 65 mg)
9
2. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan desimal
3. Jumlah obat yang diterima pasien ditulis dengan angka romawi
4. Nama obat ditulis dengan jelas
5. Dokter telah punya pengalaman dengan obat yang ditulis dalam resep
6. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan
bioavailabilitasnya beda.
7. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan,
pastikan tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan
8. Dosis diperhitungkan dengan tepat
9. Dosis disesuaikan dengan kondisi organ
10. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas
11. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas
12. Hindari pemberian obat terlalu banyak
13. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
14. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam
kertas yang terpisah dengan resep obat.
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang
lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.

Langkah-langkah Menulis Resep

Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
1. Tulis huruf R/ (resipe)
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
3. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
4. Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da)
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat
6. Diakhiri dengan titik
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)

Penulisan resep obat jadi :

1. Tulis huruf R/
10
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi.
3. Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat, bioavailabilitas, kondisi
penyakit pasien.
4. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat.
6. Diakhiri dengan titik.
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa).
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat.
9. Beri garis penutup dan paraf.
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak).

Contoh resep SISTEM KARDIOVASKULAR :

Resep obat jadi dengan nama generic

R/ Sulfas ferrous 300mg tab No. X


S 1 dd 1 tab
----------------------------- z
Pro : Ny. S (45 th)

 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa diharapkan mampu menulis resep yang rasional, tepat, dan dapat
dibaca.

 TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk
ramuan maupun yang paten).
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.

11
 MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
 Kertas Resep (standar OSCE)
 Pulpen
 Buku DOEN dan FORNAS

 METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi
 Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

12
SKENARIO LATIHAN

Pasien laki-laki umur 12 tahun dibawa ibunya ketempat praktek dengan keluhan
batuk. Batuk sudah dialami selama 3 hari, disertai dengan panas tinggi dan nyeri
menelan. Pemeriksaan tanda vital : suhu 39 derajad Cesius, tekanan darah dan nadi
dalam batas normal. Pemeriksaan fisik tht tampak pembesaran tonsil T3/T2,
berwarna kemerahan. Pada pemeriksaan thorax tidak tampak retraksi sela iga, tidak
terdengar ronchi kasar dilapangan paru, tidak terdengar wheezing. Tuliskan resep
yang rasional untuk pasien tersebut!

Nama: Dokter: .........................


NPM: SIP:..............................

Diagnosis utama:

Diagnosis Banding:
1.
2.
3.

Pro: Abak X
Usia :12 tahun
13
DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PENULISAN RESEP

No Aspek Keterampilan yang Dinilai Skor


0 1 2
Menulis resep yang benar :
1 Superscriptio
2 Inscriptio
3 Subscriptio
4 Signatura
5 Pertanggungjawaban pemilihan obat
6 Resep untuk siapa
Memilih obat yang tepat sesuai diagnosis
7 Memilih obat sesuai patoifisiologi
8 Memilh obat sesuai indikasi
9 Memilih bentuk sediaan sesuai kondisi pasien
Menenetukan dosis obat yang tepat :
10 Dosis sesuai dengan kondisi penyakit
11 Dosis sesuai dengan usia atau berat badan
Menentukan cara pemberian obat yang tepat :
12 Menentukan cara/route pemberian dengan tepat
13 Menentukan frekuensi pemberian obat dengan tepat
14 Menentukan waktu pemberian obat dengan tepat
15 Polifarmasi dalam resep
JUMLAH TOTAL SKOR

Penjelasan :
0 = Tidak dilakukan mahasiswa, atau dilakukan tetapi salah
1 = Dilakukan, tapi belum sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Untuk Poin penilaian polifarmasi dalam resep


0 = Melakukan polifarmasi dalam resep
2 = Tidak melakukan polifarmasi dalam resep

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


14
Skill Lab 2
Mengukur Tekanan Darah

Alat pengukur tekanan darah atau sfigmomanometer ada 3 jenis :


 Jenis air raksa,
 Jenis aneroid
 Jenis digital.

Pengukur yang paling ideal adalah yang menggunakan air raksa,


namun penggunaannya harus benar.
Sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih kosong dan
hindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut
akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya.

Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum


pemeriksaan dan pasien disarankan tidak berbicara saat pemeriksaan.
Tenangkan pikiran pasien karena pikiran yang tegang dan stress akan
meningkatkan tekanan darah.

Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk


dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi
jantung . (lihat gambar)

15
16
CHECK LIST
JAWABAN
No Kriteria
0 1 2 3
1. Mempersiapkan alat: sfigmomanometer
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Mahasiswa meminta izin untuk melakukan tindakan
pengukuran tekanan darah.
4 Pasien diistirahatkan 5-10 menit
5 Pasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah
manset 2 - 3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa
manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri
di lipat siku (arteri brakialis)
6 Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
7 Raba pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri
radialis)-(lihat gambar)

8 Pompa manset hingga tekanan manset mencapai 30


mmHg setelah pulsasi arteri radialis menghilang.
9 Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan
menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik
17
10 Bila bunyi pertama terdengar, ingatlah dan catatlah
sebagai tekanan sistolik
11 Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai
tekanan diastolik
12 Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian
lepaskan manset
13 Sebutkan hasil pemeriksaan anda
Total 39
Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator

18
Mengukur JVP

Sasaran pembelajaran Utama:


- Mahasiswa mampu mengukur JVP (Jugularis venous preesure)

Sasaran pembelajaran tambahan


Setelah mengikuti skill lab, diharapkan mahasiswa:
- Dapat menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
- Dapat menunjukkan sikap empati kepada pasien

19
Catatan:
Hasil normal 5+0 cm H2O sd % +2 cm H2O
Peningkatan Jugularis Venous Pressure (JVP) terdapat pada:
- Dekompensatio cordis
- Perikarditis dengan tamponade jantung
- Perikarditis kontriktiva
- Tension pneumotorak
Nilai:
0 Bila tidak dilakukan
1 Bila dilakukan tapi tidak sempurna
2 Dilakukan sempurna

20
No Kegiatan Nilai

21
0 1 2 3 4
1 Mempersilahkan pasien untuk
berbaring
2 Menerangkan tujuan pemeriksaan
3 Menanyakan kesediaan pasien untuk
dilakukan pengukuran JVP
4 Mengatur posisi pasien agar posisi
pasien dengan bidang datar 45o
5 Minta pasien untuk bernapas dengan
rileks, dan memalingkan kepala ke
arah kiri
6 Lihat pada daerah leher , cari pulsasi
vena jugularis, bila tidak terlihat, minta
pasien bernapas dalam
7 Cari tempat dimana vena jugularis
menghilang di bawah otot leher, bila
tidak terlihat, tekan vena jugularis
eksterna kanan bagian bawah dengan 1
jari pada bagian atas klavikula
8 Dengan jari yang lain menekan vena
jugularis eksterna di dekat angulus
mandibula, kemudain jari pada bagian
awah dekat clavicula dilepaskan
9 Vena akan terisi pada saat inspirasi
biasa, kemudian tinggi vena diukur
dengan mistar pertama di angulus
ludofici sejajar bidang datar kemudian
ukur dengan mistar ke dua tingginya
vena jugularis. Ditambahkan nilai 5

22
TOTAL 36

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator

23
Pemeriksaan Thoraks (depan dan belakang)

1. Pemeriksaan thorak depan


Sasaran pembelajaran Utama:
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pada thoraks
- Mampu memperkirakan ukuran dan fungsi dari thoraks dan
organ dalam thoraks dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab, diharapkan mahasiswa:
- Dapat menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
- Dapat menunjukkan sikap empati kepada pasien

Objectives: memperkirakan ukuran dan fungsi dari thoraks serta organ


di dalam thoraks melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
- Minta pasien untuk membuka kemeja/kaus
- Posisi pasien bisa duduk, berdiri, berbaring
tergantung pemeriksaan yang dibutuhkan
- Berikan penjelasan tentnag apa yang akan anda
lakukan
- Jelaskan bahwa pemeiksaan akan dilakukan dari
sisi depan, samping dan belakang.
- Pemeriksaan meliputi:
a. Chest wall
b. Paru dan pernapasan
c. Jantung

24
1. Inspeksi
 Amati bentuk thoraks (iga, sternum, dan columna
vertebralis)
 Lihat apakah ada deviasi atau tidak
 Amati adakah pelebaran intercosta, atau retraksi pada saat
inspirasi
 Lihat pulsasi (ictus cordis) Pada orang normal, tidak
terlihat, kecuali orang kurus. Bila ictus kordis terlihat
berarti ada kelainan jantung seperti Decompensatio cordis.
Dari sebelah depan (gambar 1 dan 2)
- Amati clavicula
- Amati fosa supra dan infraclavicular
- Lihat letak iga ke dua pada masing-masing sisi
- Catat kelainan pada jumlah dan ukuran iga.
- Perhatikan bentuk rongga dada apakah tong (barrel chest), dan
cerobong (funnel chest)
Dari sisi belakang (gambar 3 dan 4)
- Amati os vertebra cervicalis
- Bagian ujung bawah scapula terletak di VT 8
- Amati lokasi dan bentuk dari scapula
- Amati lekuk dan bentuk dari columna vertebralis (apakah ada
kifosis, skoliosis dan lordosis)

25
26
2. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui:
- Raba sela iga dan tanyakan pada pasein apakah
terasa nyeri atau tidak
- Cek vokal fremitus, apakah ada gangguan pada
proses respirasi di dalam rongga thorak (sudah
dipelajari di blok respirasi), dengan menempelkan
tangan pada dada dan meminta penderita
menyebutkan angka tujuh puluh tujuh.
Pemeriksaan jantung
- Tentukan punctum maksimum, pulsasi kuat
angkat, luas dan frekwensi (Pulsasi iktus cordis:
sela iga V medial midklavikula kiri)
- Bila terdapat thrill/vibrasi disamping pulsasi oleh
karena kelainan katup sehingga terjadi turbulensi
di jantung/pembuluh darah. Bila terdapat thrill,
maka tentukan lokasi, kapan terjadinya
(sistolik/diastolik)

27
-
-
-
-

3. Perkusi
Obje
ktif:
- U
nt
uk
m
emperoleh informasi dari batas, ukuran, posisi dan kualitas
28
jaringan/organ (paru, jantung) yang berlokasi di dalam
rongga thoraks
- Dengan perkusi kita dapat menilai apakah organ yang kita
periksa diliputi cairan, udara, atau massa.
- Perkusi hanya dapat penetrasi sampai kedalaman 5-7 sm,
sehingga tidak dapat mendiagnosa lesi yang letaknya dalam.
Teknik dari perkusi dapat dilatihkan pada berbagai permukaan.
Prinsipnya, hiperekstensikan jari tengah, ketok interphalangeal
joints yang diletakkan di permukaan organ yang akan
diperiksa. Hindari kontak dengan bagian lain dari tangan
karena hal ini dapat mengaburkan produksi suara. Kerjakan
dengan kuat, jelas dengan pergerakan pergelangan tangan yang
tidak kaku, ketok jari tangan kiri dengan ujung jari tangan
kanan.Pada saat itu, getaran akan mengalir dari ujung jari ke
tangan yang diketok. Sesudah mengetok, pindahkan ujung jari
tangan kanan anda sehingga tidangmengganggu getaran yang
anda buat.
Bagian depan paru
Pasien berbaring
- Bandingkan sisi kanan dan kiri
- Perkusi secara sistematik dari atas ke bawah seperti
gambar di samping mulai dari supraclavicula
- Perhatikan posisi jantung, bandingkan perkusi kanan kdan
kiri
- Minta pasien menggeser tangan dan perkusi dekat lipatan
ketiak
- Tentukan batas dari hepar

Menetukan batas paru dan hepar

29
- Pasien tetap berbaring
- Perkusi dari atas ke bawah di linia mid clavicula dektra
perkusi dari apek paru dari sonor sampai redup di ics 5-6
(batas paru hepar relatif) pasien disuruh tarik napas dalam,
diperkusi (suara berubah jadi sonor) kemudian teruskan ke
bawah sampai redup kembali di ics 7-8 (batas paru hepar
absolut).
- Beri tanda
Belakang paru
Pasien duduk atau berdiri
- Minta pasien untuk duduk
- Mulai perkusi dari atas ke bawah secara sistematik(liat
gambar).
- Bandingkan bagian kanan dan kiri
- Perkusi di paru kanan lebih nyaring
- Perubahan suara merupakan batas dengan hepar

Gerakan respirasi dan ekstensi paru


Objektif: Mendapat gambaran batas paru dan elastisitas paru
dan pleura
Pergerakan paru paling baik diperiksa dari bagian punggung
- Perkusi dari atas ke bawah
- Perkusi sampai suara sonor hilang
- Letakkan jari tengah di area tersebut
- Minta penderita menarik napas dalam dan menahannya
- Teruskan perkusi sampai bawah
- Pada orang yang sehat, batas ini akan bergerak lebih ke
bawah

30
- Perbedaan area dari aura sonor ini menunjukkan
ekstensiparu
Perkusi batas jantung
- Jantung kanan: Batas paru hati (midclavikula), 2 jari di
atasnya, perkusi ke arah sternum terjadi perubahan suara
dari sonor ke redup (midsternum/sternum). Bila kanan
dari sternum, indikasi bahwa atrium/ventrikel kanan
membesar.
- Jantung kiri: batas paru lambung (aksilaris anterior), 2 jari
di atasnya, perkusi ke sternum, sonor ke redup (medial
dari clavikula kiri, pada ICS 4-5). Bila kiri dari
midclavikula kiri berarti ventrikel kiri membesar)
- Pinggang jantungPerkusi dari atas ke bawah parasternum.
Normal ada di ICS 3 kiri. Bila lebih ke atas pembesaran
atrium kiri.

31
4. Auskultasi
Auskultasi paru
Objektif:
Untuk menentukan perubahan eksistensidari sistem respirasi

- Pasien diminta untuk bernapas pelan dengan mulut terbuka


- Auskultasi secara sistematik, Dengarkan dengan cermat
setiap suara yang terjadi pada satu periode inspirasi dan
ekspirasi
- Bandingkan antara kanan dan kiri
- Mulai dari area di bawah clavicula
- Sesudah itu dengarkan di sisibelakang thoraks
- Perhatikan apakah ada perubahan suara napas
Auskultasi jantung
- Pasien berbaring dengan sudut 30o
- Minta pasien relaks dan bernapas seperti biasa, dengar
apakah ada perubahan suara
- Mulai auskultasi:
 Katup aorta di linea parasternal dekstra ICS 2
32
 Katub pulmonal di linea parasternal dekstra ICS 2
 Katub trikuspid di linea mid sternalis sejajar ICS 4-
5
 Katup mitral di linea parasternal sinistra ICS 4-5
 Pada daerah apex jantung ICS 5 2 jari medial linea
mid clavikula sinistra

- Perhatikan ritme dan frekwensi


- Bedakan antara sistole dan diastole
- Coba untuk mendapatkan ilustrasi dari bunyi jantung
- Perhatikan adanya suara tambahan atau suara yang
abnormal (gallop, murmur dll)
- Identifikasikan suara tambahan itu apakah terjadi pada
sistolik atau diastolik, konfirmasi dengan memegegang a.
Radialis. Bila bunyi bersamaan dengan denyut arteri,
berarti bising terjadi pada saat sistole.

33
Petunjuk
1. Pelajari teori
2. Bekerja berpasangan
3. Inspeksi thoraks: Bentuk thoraks
4. Palpasi: bandingkan pergerakan naaps kana dan kiri, vokal fremits
kanan dan kiri, rasakan pulsasi dari iktus kordis,
5. Percussion
6. Auskultasi

34
CHECK LIST FOR THORAX EXAMINATION (bagian depan)
Score
No Aspects to be scored
0 1 2 3
1 Jelaskan apa yang akan dilakukan, dan minta pasien untuk berbaring
2 Inspeksi
Menyebutkan apa yang ditemukan
3 Palpasi
Nilai vokal fremitus, Bandingkan vokal fremitus kanan dan kiri
Nilai ictus cordis
4 Perkusi
 Paru
 Perkusi secara sistematik dari atas ke bawah, bandingkan antara
kiri dan kanan
 Perkusi badan samping, mulai dari linea mid aksilaris
5 Perkusi: Batas paru-hepar
7 Perkusi: Batas jantung
8 Auskultasi paru
9 Auskultasi jantung
TOTAL 18

Catatan:
1: dilakukan tapi tidak tepat
2: Dilakukan dengan tepat
3: dilakukan dengan tepat dan sempurna

35
CHECK LIST FOR THORAX EXAMINATION (bagian
belakang)
Score
No Aspects to be scored
0 1 2 3
1 Jelaskan apa yang akan dilakukan, dan minta pasien untuk
berbaring
2 Inspeksi
Menyebutkan apa yang ditemukan
3 Palpasi
Nilai vokal fremitus, Bandingkan vokal fremitus kanan dan
kiri
4 Perkusi
 Paru
 Perkusi secara sistematik dari atas ke bawah,
bandingkan antara kiri dan kanan
5 Perkusi: Batas paru-hepar
6 Auskultasi paru
TOTAL 18

Catatan:
0: tidak dilakukan
1: dilakukan tapi tidak tepat
2: Dilakukan dengan tepat
3: dilakukan dengan tepat dan sempurna
Px fisik depan belakang total score 54

Umpan Balik Fasilitator:


SKILLAB 4.

36

Paraf Dosen Fasilitator


Skill Lab 3
Cara pemasangan dan Pembacaan EKG

Tujuan dilakukanya skill lab ini diharapkan mahasiswa dapat


memahami dan melakukan pemasangan alat EKG secara tepat dan
benar.

37
Pemasang elektroda secara benar yaitu:
a.Elektroda V1 ruang intercostals ke empat garis sternal kanan
b.Elektroda V2 ruang intercostals ke empat garis sternal kiri
c. Elektroda V3 pertengahan garis antara V2 dan V4
d. Elektroda V4 ruang intercostals ke lima garis midclavicularis kiri
e. Elektroda V5 ruang intercostals ke lima garis aksilaris anterior kiri
f. Elektroda V6 ruang intercostals ke lima garis midclavicularis kiri

38
Pemasangan sadapan yang benar
a. Sadapan I sewaktu merekam sadapan anggota badan I ujung
negative EKG di hubungkan dengan lengan kanan, ujung
positif di hubungkan dengan lengan kiri.
b. Sadapan II sewaktu merekam sadapan anggota badan II
ujung negative EKG di hubungkan dengan lengan kanan,
ujung positif di hubungkan dengan tungkai kiri.
c. Sadapan III sewaktu merekam sadapan anggota badan III
ujung negative EKG di hubungkan dengan lengan kiri, ujung
positif di hubungkan dengan tungkai kiri.
Dikenal dengan hokum Einthoven menyatakan bahwa setiap saat
dapat dihitung besarnya potensial listrik yang terdapat 2 dari 3
sadapan anggota badan bipolar, besarnya potensial pada sadapan
ketiga dapat ditetapkan secara matematika hanya dengan
menjumlahkan besar kedua potensial yang pertama.
BASICS

39
CHECK LIST
JAWABAN
No Kriteria
0 1 2 3
1. Mempersiapkan alat dan bahan :
Mesin Elektrocardiografi (EKG)
Jelly
Kasa
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien
3. Mahasiswa meminta izin untuk melakukan tindakan
pemasangan alat rekam jantung (EKG) kepada pasien
4 Menjelaskan kepada pasien tujuan dilakukanya tindakan
tersebut
5 Pasien diistirahatkan 5-10 menit, melepas barang-barang
yang terbuat dari logam, emas, perak dan menyarankan
pasien agar tidak meyentuh besi di sisi tempat tidur serta
meminta ijin agar pasien membukka baju
6 Pasang elektroda dengan benar serta memberi jelly
sebelum dipasang

7 Hidupkan mesin EKG dan operasikan alat tersebut


8 Ambil hasil rekam jantung (EKG) dalam bentuk kertas
9 Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
Total 27
Catatan :
1. dilakukan tapi tidak tepat
2.dilakukan dengan tepat
3.dilakukan dengan tepat dan sempurna
Umpan Balik Fasilitator:

40

Paraf Dosen Fasilitator


Cara membaca EKG normal

Tujuan skilab ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan membaca


EKG normal pada praktek sehari-hari.

Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari


serat-serat otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini,
perekaman EKG sebagai cara pemeriksaan tidak invasif, sudah tidak
dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di introduksinya
galvanometer berkawat yang diciptakan oleh EINTHOVEN dalam
tahun 1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan
rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan
tegangan yang kecil sebesar milivolt.Perbedaan tegangan ini terjadi
pada luapan dan imbunnan dari serat-serat otot jantung.Perbedaan
tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke
sandapan-sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG.

Penggunaan Umum EKG


Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui :
aritmia, fungsi
alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran
ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard,
gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin,
kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.

Gambaran Elektrokardiografi Normal


Kertas EKG mempunyai garis-garis baik vertikal maupun horizontal
berjarak 1 mm. Garis yang lebih tebal mempunyai jarak 5 mm.
Mengenai “waktu” diukur sepanjang garis horisontal 1 mm = 0,04
41
detik atau 40 milidetik, 5 mm = 0,2 detik. “Voltage” listrik diukur
sepanjang garis vertical dan dinyatakan dalam milimeter (10 mm =
imV). Untuk praktisnya kecepatan pencatatan adalah 25 mm/detik.

Kompleks Elektrokardiografi Normal.


- Huruf besar QRS menunjukkan gelombang-gelombang yang
relatif besar (5mm) ; huruf kecil (qrs) menunjukkan
gelombang-gelombang kecil (dibawah 5 mm).
- Gelombang P (P wave) : defleksi yang dihasilkan oleh
depolarisasi atrium. Gelombang Q (q) atau Q wave : defleksi
negatif pertama yang dihasilkan oleh depolarisasi ventrikel dan
mendahului defleksi positif pertama (R).
- Gelombang R (r) atau R wave : defleksi positif pertama dari
depolarisasi ventrikel.
- Gelombang S (s) atau S wave : defleksi negatif pertama dari
depolarisasi ventrikel setelah defleksi positif pertama R.
- Gelombang T (T wave) defleksi yang dihasilkan sesudah
gelombang QRS oleh repolarisasi ventrikel.
- Gelombang U (U wave) : suatu defleksi (biasanya positif)
terlihat setelah gelombang T dan mendahului gelombang P
berikutnya. Biasanya terjadi repolarisasi lambat pada sistem
konduksi inverventrikuler (Purkinje).

Nilai Interval Normal


- Nilai R - R : jarak antara 2 gelombang R berturut-turut. Bila
irama ventrikel teratur, interval antara 2 gelombang R berturut-
turut dibagi dalam 60 detik akan memberikan kecepatan
jantung permenit (heart rate). Bila irama ventrikel tidak
terartur, jumlah gelombang R pada suatu periode waktu
(misalnya 10 detik) harus dihitung dan hasilnya dinayatakan
42
dalam jumlah permenit. Contoh : bila 20 gelombang yang
dihitung dalam suatu interval 10 detik, maka frekwensi jantung
adalah 120 per menit.
- Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan
interval R-R. Tetapi bila irama ventrikel tidak teratur atau bila
kecepatan atrium dan venrikel berbeda tetapi teratur, maka
interval P-P diukur dari titik yang sama pada 2 gelombang P
berturut-turut dan frekwensi atrial per menit dihitung seperti
halnya frekwensi ventrikel.
- Interval P-R : Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu
konduksi atrio ventrikel. Termasuk disini waktu yang
diperlukan untuk depolarisasi atrium dan sebagian depolarisasi
atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada nodus atrio
ventrikuler. Diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai
permulaan kompleks QRS. Sebenarnya lebih tepat interval ini
disebut P-Q. Nilai normalnya : 0,12 - 0,20 detik.
- Interval QRS : Interval ini adalah pengukuran seluruh waktu
depolarisasi ventrikel. Diukur dari permulaan gelombang Q (R
bila tidak terlihat Q) sampai akhir gelombang S. Batas atas
nilai normalnya adalah 0,1 detik. Kadangkadang pada
sandapan prekordial V2 atau V3, interval ini mungkin 0,11
detik.
- Interval Q-T : Interval ini diukur dari permulaan gelombang Q
sampai akhir gelombang T. Dengan ini diketahui lamanya
sistole elektrik. Interval Q-T normal tidak melebihi 0,42 detik
pada pria dan 0,43 detik pada wanita. Interval Q-U :
pengukuran ini mulai dari awal gelombang Q sampai akhir
gelombang U. Tidak diketahui arti kliniknya.

43
Segmen Normal
- Segmen P-R : adalah bagian dari akhir gelombang P sampai
permulaan kompleks QRS. Segmen ini normal adalah
isoelektris.
- RS-T junction (J) : adalah titik akhir dari kompleks QRS dan
mulai segmen RS-T. Segmen RS-T (segmen S-T), diukur
mulai dari J sampai permulaan gelombang T. Segmen ini
biasanya isoelektris tetapi dapat bervaraisi antara 0,5 sampai +
2 mm pada sandapam prekordial. Elevasi dan depresinya
dibandingkan dengan bagian garis dasar (base line) antara
akhir gelombang T dan permulaan gelombang P (segmen T-P).

Gambar 1 : Diagram dari kompleks, interval dan segmen


elektrokardiografi.

44
45
PRINSIP MEMBACA EKG
Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG
dibaca mengikuti urutan petunjuk di bawah ini:

1. IRAMA
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan.Apabila setiap
kompleks QRS didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama
sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus. Bukan irama sinus
dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat
dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain lain.

2. LAJU QRS (QRS RATE)


Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min,
kurang dari 60 kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali
disebut takikardia sinus. Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya
disebabkan oleh takikardia supraventrikular (kompleks QRS sempit),
atau takikardia ventricular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV
derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju
gelombang P (atrial rate). EKG normal selalu regular. Irama yang
tidak regular ditemukan pada
fibrilasi atrium, atau pada keadaan mana banyak ditemukan
ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga pada sick sinus syndrome.

3. AKSIS.
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -
30° disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis
kanan, dan bila lebih dari +180° disebut aksis superior. Kadang
kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable,
46
misalnya pada EKG dimana defleksi positif dan negatif pada
kompleks QRS di semua sandapan sama besarnya.

4. INTERVAL -PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik
disebut blok AV derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya
gelombang delta menunjukkan Wolff-Parkinson- White syndrome.

5. MORFOLOGI
5.1. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada
Ppulmonal
atau P-mitral.

5.2. Kompleks QRS


Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat).Bagaimana amplitudo
gelombang R dan S di sandapan prekordial.Gelombang R yang tinggi
di sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau
infark dinding posterior).Gelombang R yang tinggi di sandapan V5
dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sandapan V1 dan V2
menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1
detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle
branch block atau ekstrasistol ventrikel.

5.3. segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian
mana dari jantung yang mengalami infark).Depresi segmen ST
menandakan iskemia.
47
5.4. Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia.Gelombang T
terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu
aneurisma.Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia.

5.5. Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi
Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang
berat.

48
CHECK LIST
JAWABAN
No Kriteria
0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
kepada pasien
2. Menanyakan kembali apakah benar ini hasil rekam
jantung pasien (nama,umur sesuai dengan yang
tertera di kertas EKG)
3 Menjelaskan hasil rekam jantung pasien dengan baik

4 Merangkum hasil penjelasan pada point 4


Total 12

Catatan :
1. dilakukan tapi tidak tepat
2.dilakukan dengan tepat
3.dilakukan dengan tepat dan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator

49
Cardio Thoracic Rasio ( CTR )
Cardio Thoracic Rasio ( CTR ) atau Cardio Thoracic Index ( CTI )
merupakan salah satu pengukuran jantung secara kasar dan mendekati
jantung yang sebenarnya.

Syarat-Syarat Pengukuran Jantung


· Posisi penderita tidak boleh miring (scoliosis)
· Foto tidak dalam keadaan ekspirasi.
· Tidak ada kelainan columna vertebralis (kyposis scoliosis)

Teknik Perhitungan CTR


Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan
CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita
dalam perhitungan CTR ini.

50
Rumus CTR = A+B < ½ ( < 50%)
C
Keterangan :
- Garis A : Diameter Transversal Dextra
Jarak terpanjang antara batas jantung kanan dengan garis tengah yang
melalui tengah- tengah columna vertebralis thoracalis.
- Garis B : Diameter Transversal Sinistra
Jarak terpanjang antara batas jantung kiri dengan garis tengah yang
melalui tengah- tengah columna vertebralis thoracalis.
51
- Garis C : Diameter Interna
Garis yang ditarik dengan diameter transversal yang melalui puncak
tertinggi dari hemiodiafragma kanan dan merupakan diameter dari
cavum thoracic.
Jika CTR > 0.5 ( 50%) maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly

Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung
Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A = 6 cm
Panjang garis B = 13 cm
Panjang garis C = 30 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat
dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita
masukan nilai-nilai tersebut di atas.
CTR = 6+13
30
= 0,63

Karena nilai ratio nya melebihi 0,5, maka jantung pasien tersebut
dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).

Nilai
No Aspek Penilaian
1 2 3
1 Menilai kelayakan foto Rontgen untuk dibaca :
-Seluruh bagian thoraks masuk ke dalam film
-Tidak ada artefak
-Rontgen thoraks dapat terbaca jelas (KV cukup)
2 Memastikan identitas Rontgen thoraks sesuai
dengan identitas pasien :
-Nama
-Umur/TTL
52
-Alamat
3 Menyesuaikan posisi Rontgen sebelum dibaca (right
dan left)
4 Menilai gambaran/distribusi jaringan tulang dan
jaringan lunak yang ada di foto
5 Penilaian jantung :
-Posisi jantung
-Bentuk jantung
-Lengkung aorta (adakah elongasi aorta)
6 Menghitung CTR
7 Mahasiswa dapat menghasilkan hasil interpretasi
pemeriksaan cardium dari Rontgen thoraks
TOTAL
NB : Penilaian status pulmonologi pada Rontgen thoraks dibahas di
blok Respirasi

Catatan :
1. dilakukan tapi tidak tepat
2.dilakukan dengan tepat
3.dilakukan dengan tepat dan sempurna

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator

53
SKILL LAB 4
Penyuluhan

Teori singkat penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang


dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Azwar, 1983). Dengan pengertian seperti ini, maka
petugas kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan materi pesan
yang akan disampaikan.

Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan


penyuluhan yang dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan

Langkah-langkah dalam perencanaan


a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting adalah mengumpulkan data atau
keterangan tentang berbagai hal, yang diperlukan baik untuk
kepentingan perencanaan, maupun data awal sebagai pembanding.
Pelajari masalah yang akan disampaikan, program penunjangnya,
apakah penyuluhan bisa berperan dalam memecahkan masalah.
Pelajari karateristik masyarakat yang akan diberi penyuluhan
misalnya tingkat pendidikan, sosial budaya dan status
54
ekonominya. Kita juga harus mengenal wilayah, misalnya curah
hujan, batas dengan desa lain, jarak ke rumah sakit, ketersediaan
tenaga medis dan sebagainya

b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah
yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Janganlah
penyuluhan menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan
menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri. Misalkan di suatu
daerah banyak terdapat kasus gizi buruk, penyuluhan sebaiknya
tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk.
c. Menentukan tujuan penyuluhan
Tujuan ada jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang biasanya untuk merubah norma, perilaku, sikap
masyarakat. Tujuan jangka pendek biasanya menjangkau
kelompok sasaran.Tujuan haruslah realistis, jelas dan dapat diukur
agar keberhasilan penyuluhan dapat dinilai.

d. Menentukan sasaran penyuluhan


Sasaran tidaklah sama pada setiap penyuluhan. Dalam
penyuluhan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu kelompok atau
individu yang akan diberi penyuluhan. Menentukan kelompok
sasaran menyangkut soal strategi.Misalnya, sasarannya adalah
menurunkan angka kematian ibu. Sasarannya tidak hanya ibu-ibu
dalam usia reproduksi, tapi juga orang-orang yang berpengaruh
dalam mengambil keputusan, misalnya suami.

e. Menentukan isi penyuluhan


Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan
penyuluhan disampaikan, dan kerugiannya. Pesan harus
55
disampaikan dalam bahasa yang jelas, tidak menggunakan kata-
kata asing termasuk istilah kedokteran.

f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan


Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan
penyuluhan, apakah pengertian, keterampilan atau tindakan.
Kalau tujuan berupa pengertian, maka penyuluhan cukup dengan
tertulis atau diucapkan. Kalau untuk mengembangkan sikap
positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut, misalnya
melalui foto. Untuk menumbuhkan simpati kepada korban
bencana alam perlu ditampilkan gambar/rekaman mengenai
keadaan korban. Untuk mengembangkan keterampilan, sasaran
harus diberi kesempatan mencoba sendiri.

g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.


Bisa digunakan alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.

h. Menyusun rencana penilaiannya.


Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi

Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak


terkait.
56
Sasaran pembelajaran utama :
- Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada
masyarakat

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab penyuluhan, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menjelaskan dasar dan prinsip pencegahan
penyakit (sesuai topik) pada masyarakat
Tema: 1. Hipertensi
2. Infark Miocard
3. Angina Pectoris

Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan
pembagian tema berbeda sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat
(desa atau perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam
13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk
video dan membuat laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan
dan video di hadapan fasilitator pada jadwal yang telah
disepakati.

57
Penilaian Kegiatan Penyuluhan
Nilai
No Kegiatan
0 1 2 3 4
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan kelompok
kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan yang
dipilih
2 Metode penyuluhan dapat berupa slide, leaflet,
pamphlet, poster dll sesuai dengan topik penyuluhan
3 Isi penyuluhan sesuai dengan topik penyuluhan
4 Penilaian pelaksanaan penyuluhan (dari rekaman
video dan laporan kelompok kecil)
Penilaian secara umum
5 Mengucapkan salam kepada masyarakat
6 Memperkenalkan diri
7 Menyampaikan tujuan penyuluhan
8 Kesiapan materi
9 Alat peraga
10 Berdiri tegak
11 Kontak mata
12 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti/tidak
menggunakan istilah medis
13 Memberi kesempatan untuk tanya jawab
14 Memberikan kesimpulan
15 Salam/ penutup
16 Laporan disusun dengan sistematis
TOTAL 64

Umpan Balik Fasilitator:

Paraf Dosen Fasilitator


58
LAMPIRAN 4

Lampiran 4. Kuesioner evaluasi program

Kuesioner Evaluasi Staf Pengajar Oleh Mahasiswa

Nama Dosen yang dievaluasi :


Peran dosen (lingkari salah satu): Dosen pakar/Fasilitator/Instruktur
Nama modul :
Tahun ajaran :
Petunjuk pengisian:
Berikan nilai sesuai dengan pendapat Anda
0 (nol) jika Anda tidak dapat menilai
1 (satu) jika Anda sangat tidak setuju
2 (dua) jika Anda tidak setuju
3 (tiga) jika Anda setuju
4 (empat) jika Anda sangat setuju

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4


1. Dosen hadir tepat waktu
2. Lama waktu tatap muka sesuai dengan jadwal ( 2x50
menit)
3. Dosen menguasai materi yang berkaitan dengan topik
bahasan
4 Dosen menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
5 Dosen bersikap ramah dan baik
6 Dosen tidak mengerjakan perkerjaan lain saat
pembelajaran berlangsung
7 Dosen memfasilitasi jalannya diskusi dengan baik
8 Dosen memberikan kesempatan kepada setiap
mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya
9 Dosen menjawab pertanyaan mahasiswa dengan jelas
10 Dosen memberikan umpan balik yang dapat memberi
motivasi belajar kepada mahasiswa
11 Dosen memberikan kesimpulan dan penekanan
pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari
Kritik dan saran

59
Kuesioner Evaluasi Modul
Nama modul :
Tahun ajaran :
Petunjuk pengisian:
Berikan nilai sesuai dengan pendapat Anda
0 (nol) jika Anda tidak dapat menilai
1 (satu) jika Anda sangat tidak setuju
2 (dua) jika Anda tidak setuju
3 (tiga) jika Anda setuju
4 (empat) jika Anda sangat setuju

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4


Sasaran pembelajaran
1 Sasaran pembelajaran dapat diidentifikasi
2 Sasaran pembelajaran dirasakan sesuai dengan
komponen modul
3 Sasaran pembelajaran dapat tercapai pada akhir modul
Konten modul
4 Pokok bahasan dan bahan ajar kuliah sudah sesuai
dengan komponen modul (tidak ada yang kurang atau
berlebihan))
5 Materi yang diajarkan dirasakan cukup penting dalam
mencapai sasaran pembelajaran modul
6 Skenario kasus pemicu sesuai dengan sasaran
pembelajaran
Assesmen modul
7 Soal ujian sudah sesuai dengan sasaran pembelajaran
dan materi dalam kuliah, diskusi PBL dan praktikum
8 Tingkat kesulitan soal ujian tulis dirasakan cukup
Lingkungan pembelajaran, sarana dan prasarana
9 LCD, sound system, spidol dan papan tulis mencukupi

60
kebutuhan
10 Buku-buku di perpustakaan mencukupi kebutuhan
sesuai dengan referensi
11 Wifi selalu dapat digunakan untuk mencari referensi
12 Tempat untuk belajar mandiri mencukupi
13 Ruang diskusi PBL, kuliah interaktif dan ruang
praktikum nyaman digunakan untuk belajar
14 Lingkungan pembelajaran mendukung proses
pembelajaran mahasiswa
Modul
15 Kegiatan kuliah, diskusi PBL, praktikum sesuai dengan
jadwal
16 Modul ini dirasakan sangat penting dan sesuai dengan
kebutuhan anda
Kritik dan saran :

61
Lembar penilaian Siswa terhadap fasilitator

Kasus Pemicu :
Tanggal :
Fasilitator :

Penilaian Skor (0-100)


1. Pengetahuan tentang Tutorial
- Mengerti tentang objektif dari
proses tutorial,
- Familiar dengan kasus
pemicu,
- Mengerti apa yang harus
dipelajari siswa

2. Attitude
- Menunjukkan antusiasme
sebagai tutor, -- perhatian
pada siswa dan apa yang
siswa pelajari,
- Datang tepat waktu,
- Memberikan feed back,
- Memberikan evaluasi lenkap

3. Skill
- Tidak mengarahkan diskusi
- Memberikan pertanyaan
pancingan
- Tidak memberi kuliah singkat
- Memberikan alternatif materi
yang harus dipelajari
- Menjaga agar tetap fokus pada
masalah
- Mengulang diskusi apabila
62
diperlukan
- Memfasilitasi feed back dan
evaluasi
- Merangsang critical thinking
- Membuat siswa nyaman
- Tidak membuat atmosfir yang
tidak menyenangkan

Komentar:

Lembar penilaian siswa terhadap praktikum

Grup :
Praktikum :
Tanggal :
Penanggung jawab :
Asisten :

Penilaian Skor (0-100)


1. Penanggung jawab
- Menguasai materi praktikum
- Membimbing praktikum
dengan baik
- Tepat waktu

2. Asisten
- Menguasai materi praktikum
- Membimbing praktikum
dengan baik
- Tepat waktu

63
3. Pelaksanaan
- Materi sesuai dengan silabus
- Memberikan pre test dan post
test
- Bahan dan alat tersedia
dengan baik
- Kenyamanan ruangan

Komentar:

Lembar penilaian siswa terhadap dosen

Kuliah :
Tanggal :
Dosen :

Penilaian Skor (0-100)


1. Penanggung jawab
- Memberikan silabus pada awal
kuliah
- Kesesuaian materi dengan
silabus
- Menerangkan bagaimana
evaluasi akan dilakukan
- Membuat presentasi yang
menarik
- Membawakan materi dengan
baik
- Menguasai materi kuliah
- Tepat waktu
- Penampilan yang baik
- Kualitas diktat
- Memberikan kuis dan tugas
- Memberikan feed back dan hasil
64
evaluasi
- Memberikan atmosphere yang
baik bagi pengajaran

2. Alat
- LCD berfungsi dengan baik
- Tersedianya absen
- Tersedianya whiteboard, spidol
- Kenyamanan ruangan

Komentar:

65
DAFTAR RUJUKAN

1. Drake R.L,Volgl W, Mitchell : Grays Anatomy for Students, Churchill


Livingstone, Philadelphia 2005
2. Marie B.E.N, Mallat J: Human Anatomy 3rd ed, Nenyamin Cummings,
2001
3. Moore K.L, Agnk A.M.R: Essensial Clinical Anatomy, 2nd ed, Lippincott,
Williams & Wilkins 2002
4. Tortora G.J Principles of Human Anatomy, 8 th ed Benyamin/Cummings
Science Publishing, CA 1999
5. Review of Medical Physiology, Ganong WF.Lange Medical Publication,
CA 20th ed
6. Text book of Physiology, Guyton AC, Hall E. WB Saunders Co 9th ed
7. Human Physiology. Rhoades R, Pfanzers R Sauders College Publishing,
Fortworth 3rd ed
8. Human Physiology from cells to system, sherwood I West Publishing Co St
Paul 4th ed
9. Irianto, K; 2004; Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis,
Penerbit: Yrama Widya – Bandung.
10. Klasson-Heggebø, L Klasson-Heggebø, et.all; 2006 ;Graded associations
between cardiorespiratory fitness, fatness, and blood pressure in children
and adolescents, British Journal of Sports Medicine 2006;40:25-29;
doi:10.1136/bjsm.2004.016113, by BMJ Publishing Group Ltd & British
Association of Sport and Exercise Medicine, Norwegian University of
Sports and Physical Education, Oslo, Norway; sigmund.anderssen@nih.no
11. Sherwood L; 2001; Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem, Edisi 2, Alih
Bahasa: Brahm U, ISBN 979-448-542-X, Penerbit: Buku Kedokteran EGC,
PO. Box 4276 Jakarta 10042, Telp: 65306283
12. Tarigan, B; dan Maisarah; 2007; Perbedaan Daya Tahan Jantung Paru,
Kekuatan, Daya Tahan Dan kelentukan Antara Siswa Tuna Grahita, Tuna
Netra Dan Siswa Normal; Disampaikan dalam Seminar Nasional
Keolahragaan Indonesia 2007, di Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Bali, 26 Mei 2007, Penerbit: Unit Penerbitan Undiksha Singaraja
Bali
13. Marks D.B., Marks A.D., Smith C.M., Basic Medical Biochemistry, a
clinical approach, 2nd 2001 Mc Garw-Hill, New York

66
14. Martin D.W The Chemistry of Respiration. In Harper’s Biochemistry, 18ed
ed. 1981, hal 516-526. Lange Publication, Los Altos California
15. Cohn R.M., Roth K.S., Respiratory Disease dalam Biochemistry and
Disease, 1996, halaman 465-490, William Wilkins, Baltomore.
16. Underwood JCE (editor). General and Systematic Pathology. 3rd ed.
Edinburgh : Churchill-Livingstone; 2000 : 325-60
17. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7th ed.
International edition. Saunders; 2003: 453-508
18. Clinical Microbiology Procedures Handbook. Isenborg HD. ASM
Publication
19. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. Brooks, GF. Butel
JS, Ornston LN. 20 th ed. Appleton & Lange Publ 1995
20. Spieksma F.TH.M, The House Mite, Dermatophagides Pteronyssinus,
Leiden, 1967
21. Neva FA, Brown HN: Basic Clinical Parastology, 6th ed. London: Pretince-
Hall Internationa, 1996
22. Buku kuliah Parastologi Kedokteran ed 3 (2003) editor: Gandahusada,S,
Pribadi W, Illahude HD, Balai Penerbit FKUI
23. Fishman’s Pulmonary Diseases & Disorders. Fishman AP, Elia JA,
Fishman JA, Grippi MA, Kniser LR, Senior RM, editor. 3rd ed. The Mc
Graw Hill Companies.
24. Pedoman Penatalaksanaan Asma PDPI
25. Pedoman Penatalaksanaan PPOK PDPI
26. Pedoman Penatalaksanaan Pneumonia PDPI
27. Pulmonologi Klinik. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI
28. Depkes RI. Tuberkulosis dalam kurikulum pendidikan dokter berbasis
kompetensi. Jakarta; 2005
29. Modul Pulmonologi FKUI, 2008
30. Understanding Nutrition. Whitney and Rolfes, Editor: 11 rd ed. Thomson
Learning Inc, 2008
31. Chemotherapeutic Drugs in Bertram G Katzung : Basic and Clinical
Pharmacology 9th ed 2004: 733-791
32. Antimicrobal Agents. General Considerations In Goodman&Gilman’s :
The Pharmocologycal Basis of Therapeutics 10th ed 2001 1143-1170
33. Drugs Used to treat Upper Respiratory Traact Disorder. In American
Medical Association. Drugs Evaluation Annual 1995 493-525
67
34. Drugs Used in Bronchial Disorder In : American Medical Association :
Drugs Evaluation Annual 1995; 527-567
35. Drugs Used in Asthma In : Bertram G Katzung: Basic AND Clinical
Pharmakology 9 th ed 2004 319-335
36. Adrenocorticosteroids In Bertram G Katzung: Basic AND Clinical
Pharmakology 9 th ed 2004 641-654

68

Anda mungkin juga menyukai