Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PERDATA

ABSTRAK
Hukum merupakan alat atau seperangkat kaidah. Perdata merupakan pengaturan hak, harta benda
dan sesuatu yang berkaitan antara individu dengan badan hukum. Hukum perdata adalah
ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.

A.LATAR BELAKANG
Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perorangan dan
hubungan antara sujek hukum. Biasanya disebut pula hukum privat atau hukum sispil sebagai
lawan dari hukum public.
Hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga Negara sehari-hari,seperti
misalnya kedewasaan seseorang,perkawinan,perceraian,kematian,harta benda,dan tindakan-
tindakan yang bersifat perdata lainnya.
B.Pengertian Hukum Perdata dan Contoh Hukum Perdata
Istilah hukum perdata ini berasal dari bahasa Belanda ‘Burgerlijk Recht’. Hukum perdata juga
sering dikenal dengan sebutan hukum privat atau hukum sipil. Namun, istilah hukum perdata
lebih umum digunakan saat ini.
Menurut Prof Subekti, hukum perdata adalah semua hukum privat materiil berupa hukum pokok
yang mengatur kepentingan individu.
Menurut Prof. Sudikno, hukum perdata adalah keseluruhan peraturan yang mempelajari tentang
hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, baik dalam hubungan keluarga atau
hubungan masyarakat luas.
Sedangkan menurut Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, hukum perdata adalah hukum yang
mengatur kepentingan warga perseorangan yang satu dengan yang lainnya.
hukum perdata di Indonesia terdiri dari:
hukum perdata adat. Ketentuan hukum yang mengatur hubungan individu dalam masyarakat adat
yang berkaitan dengan kepentingan perseorangan. ketentuan-ketentuan adat ini umumnya tidak
tertulis dan berlaku turun temurun dalam kehidupan masyarakat adat tersebut.
hukum perdata eropa. Ketentuan atau hukum-hukum yang mengatur hubungan hukum mengenai
kepentingan orang-orang Eropa.
hukum perdata nasional. Bidang-bidang hukum sebagai hasil produk nasional. salah satu bagian
hukum perdata nasional adalah hukum perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
dan Hukum Agraria dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.
Selain itu, terdapat pula hukum perdata Internasional di Indonesia yang dapat Grameds pelajari
pada buku Pengantar Hukum Perdata Internasional yang telah disusun secara sistematis dan
mencakup hukum materil dan formil.
C.SISTEMATIKA HUKUM PERDATA

1. Hukum Pribadi atau Perorangan

Hukum pribadi atau perorangan ini memuat mengenai peraturan peraturan, mengenai manusia
sebagai subjek hukum. Di dalamnya berisi peraturan peraturan tentang kecakapan untuk
mempunyai hak, serta kecakapan dalam bertindak sendiri untuk melaksanakan hal tersebut, serta
hal hal lainnya yang berpengaruh terhadap kecakapan yang dimaksud.

2. Hukum Keluarga

Hukum keluarga mempunyai hak dan kewajiban, yang pada dasarnya tidak bisa dinilai dengan
uang. Di dalam KUHPerdata, hukum satu ini disebutkan dalam aturan Buku I yang berjudul
tentang orang. Isinya yaitu mengatur hubungan yang tercipta dari hubungan kekeluargaan seperti
perkawinan, dan juga hukum kekayaan antara suami istri.

3. Hukum Kekayaan

Jika hukum keluarga mengatur mengenai hubungan yang tercipta dari hubungan kekeluargaan,
maka hukum kekayaan ini mengatur antara orang dengan harta kekayaan yang mereka miliki.
Dimana hak dan kewajibannya dapat dinilai dengan uang. Hak dan kewajiban yang bersifat
seperti ini, umumnya bisa dipindahtangankan kepada orang lain.

4. Hukum Waris

Hukum waris di dalam KUHPerdata, diatur dalam Buku II yang berjudul tentang kebendaan.
Dengan demikian, hukum satu ini sebenarnya termasuk ke dalam hukum harta benda. Meski
demikian, hukum waris ini juga sangat erat kaitannya dengan hukum keluarga. Karena untuk
bisa mewarisi harta benda yang ada, maka harus mempunyai hubungan keluarga dengan pewaris.

Secara garis besar, hukum waris mengatur tentang harta benda seseorang setelah orang tersebut
meninggal dunia. Hukum ini berisikan tentang peralihan hak serta kewajiban pewaris kepada ahli
warisnya, dalam bidang kekayaan. Sehingga sistematika hukum perdata satu ini juga sangat erat
kaitannya dengan hukum kekayaan, yang mempunyai sifat relatif.

Sistematika dari hukum perdata di atas merupakan sistematika berdasarkan ilmu pengetahuan
hukum. Bila berdasarkan pada KUHPerdata atau Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Maka
sistematika dari hukum perdata ini terdiri atas Buku I tentang Orang, Buku II tentang Benda,
Buku III tentang Perikatan, dan Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa.

D.PERBEDAAN HUKUM PUBLIK DAN HUKUM PRIVAT

A.A. Gede D. H. Santosa dalam Jurnal Komunikasi Hukum Undiksha menerangkan bahwa ada
perbedaan mendasar antara hukum publik dan hukum privat. Dalam hukum publik, salah satu
pihak adalah penguasa dan dalam hukum privat para pihaknya adalah perorangan. Namun tidak
menutup kemungkinan, penguasa bisa menjadi pihak dalam hukum privat.

Peraturan hukum publik juga bersifat memaksa sedangkan peraturan hukum privat bersifat
melengkapi, meskipun ada juga yang memaksa. Berbeda dari hukum publik, hubungan hukum
privat didasarkan pada asas otonomi dan kebebasan para pihak atau subjek yang kedudukannya
sejajar. Subjeknya antar perorangan, sekalipun penguasa atau pemerintah bisa menjadi subjek
yang berinisiatif mempertahankan hak dan kepentingannya sendiri. Hukum privat bersifat
melengkapi atau tidak memaksa walaupun ada juga yang memaksa.

Secara garis besar, menurut pembagiaan saat ini, perbedaannya pada kepentingan yang diatur.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur kepentingan umum. Contohnya, hukum pidana.
Sementara itu, hukum privat mengatur relasi sesama manusia atau perorangan.

Jika hukum pidana termasuk hukum publik, apakah hukum perdata termasuk hukum publik?
Tidak. Hukum perdata masuk hukum privat sebagaimana digambarkan dalam tabel. Hal ini
didasarkan pada dua pandangan ahli hukum, yakni N.E. Algra dan Soedikno Mertokusumo.

Algra menerangkan bahwa yang menjadi ciri khas hukum privat adalah asas pokok otonomi para
pihak atau warga negara. Artinya, para pihak boleh mengatur sendiri hubungan satu sama lain,
seperti kebebasan membuat perjanjian, testament, dan milik pribadi.
Sedangkan dalam hukum publik, upaya mempertahankan hak pada umumnya ada di tangan
pemerintah. Misalnya, pembongkaran bangunan tanpa izin dan penentuan tuntutan pidana ada
pada jaksa. Konsekuensinya, pada hukum publik ini, warga negara memiliki inisiatif untuk
meminta perlindungan hukum.

Pada hukum privat, terjadinya perselisihan hak untuk mempertahankan atau tidak
mempertahankan haknya ditentukan para pihak itu sendiri. Bahkan, dalam hukum privat para
pihak dapat memilih penyelesaian perselisihan pengadilan melalui institusi mana, apakah lewat
pengadilan, mediasi, atau arbitrase.

Kemudian, Mertokusumo menyatakan perbedaannya ada pada pihak dan sifat peraturannya.
Dalam hukum publik salah satu pihak adalah penguasa dan dalam hukum privat para pihaknya
adalah perorangan, tanpa menutup kemungkinan bahwa penguasa bisa menjadi pihak juga.
Peraturan hukum publik bersifat memaksa sedangkan peraturan hukum privat bersifat
melengkapi meskipun ada juga yang memaksa.dalam kategori hukum privat. Agar lebih
terperinci, berikut rincian contoh hukum privat dan hukum publik di Indonesia.
E.SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA
Sejarah hukum perdata di Indonesia berhubungan dengan sejarah hukum perdata Eropa.
Terutama Eropa kontinental yang diberlakukan Hukum Perdata Romawi menjadi hukum orisinil
dari benua Eropa. Akan tetapi karena kultur dan aturan masyarakat masing-masing wilayah
berbeda, membuat orang-orang mencari kepastian dan kesatuan hukum.
Berdasarkan catatan Napoleon pada tahun 1804, telah dihimpun hukum perdata yang dinamakan
Code Civil de Francais. Masyarakat Eropa juga mengenalnya dengan sebutan Code Napoleon.
Terhitung tahun 1809-1811 dimana Perancis tengah menjajah Belanda. Seiring dengan itu pula
Raja Lodewijk Napoleon menerapkan Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad.
Isinya hampir sama dengan Code Civil de Francais dan Code Napoleon diberlakukan menjadi
sumber hukum perdata Belanda. Usai masa penjajahan berakhir, Belanda akhirnya menerapkan
secara tetap Code Napoleon dan Code Civil des Francais sebagai aturan hukum. Barulah tahun
1814, Belanda mengkodifikasi susunan ini menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Sipil).
Dasar kodifikasi hukum Belanda tersebut dibuat Mr.J.M.Kemper dan dikenal sebagai Ontwerp
Kemper. Namun, sebelum tugasnya selesai Kemper meninggal dunia pada tahun 1824. Pada
tanggal 6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil membuat BW atau Burgerlijik
Wetboe,Serta dibuat WvK atau Wetboek van Koophandle (Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang). Ketika Belanda menjajah Indonesia, secara gamblang menerapkan kedua kitab undang-
undang tersebut. Bahkan, KUHPerdata dan KUHDangan hingga kini masih digunakan oleh
bangsa Indonesia. Pada tahun 1948 atas dasar asas concordantie (asas politik), Indonesia
memberlakukan kedua Kitab Undang-Undang tersebut secara resmi.
F.SUMBER SUMBER HUKUM PERDATA
sumber hukum perdata terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak
tertulis (berupa kebiasaan). Khusus sumber hukum perdata tertulis memiliki banyak sumber,
diantaranya:
Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).
Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk hukum
dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan UU ini mencabut
berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek. Undang-
undang Agraria secara umum mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum
adat.
UUg Nomor 16 Tahun 2019 jo No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda berhubungan
dengan tanah.
UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai