Anda di halaman 1dari 74

MATRIKS SUBSTANSI UU NO. 6 TAHUN 2014 DESA & PP NO.

43 TAHUN 2014
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 31 ayat (3), Pasal 40 ayat (4), Pasal 47 ayat (6), Pasal Pelaksanakan ketentuan Pasal 31 ayat (3), Pasal 40 ayat (4), Pasal ‐
50 ayat (2), Pasal 53 ayat (4), Pasal 66 ayat (5), Pasal 75 ayat 47 ayat (6), Pasal 50 ayat (2), Pasal 53 ayat (4), Pasal 66 ayat (5),
(3), Pasal 77 ayat (3), dan Pasal 118 ayat (6) Undang-Undang Pasal 75 ayat (3), Pasal 77 ayat (3), dan Pasal 118 ayat (6)
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta untuk
1. mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Bab III: Penataan Desa: Pasal 7-17 Bab II: Penataan Desa ‐

Pasal 7 Bagian Kesatu ‐ Pembentukan Desa,


(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pembentukan Desa
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan Paragraf 1 ‐ Pemerintah dapat
penataan Desa. memprakarsai
(2) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Umum pembentukan Desa di
berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan Pasal 2 kawasan yang bersifat
Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan Pembentukan Desa diprakarsai oleh: khusus dan strategis bagi
peraturan perundang-undangan. a. Pemerintah; atau kepentingan nasional,
(3) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. pemerintah daerah kabupaten/kota.
bertujuan: Paragraf 2 ‐ Perubahan Desa Adat
a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pembentukan Desa oleh Pemerintah Menjadi Desa
Pemerintahan Desa; Pasal 3
‐ Bupati/walikota
b. mempercepat peningkatan kesejahteraan (1) Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di
menetapkan desa adat
masyarakat Desa; kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan
yang telah memenuhi
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan nasional.
syarat berdasarkan hasil
publik; (2) Prakarsa pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada identifikasi dan kajian
d. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan ayat (1) dapat diusulkan oleh kementerian/lembaga
Desa; dan pemerintah nonkementerian terkait. ‐
e. meningkatkan daya saing Desa.
(4) Penataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Usul prakarsa pembentukan Desa sebagaimana dimaksud
meliputi: pada ayat (2) diajukan kepada Menteri.

1
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
a. pembentukan;
b. penghapusan; Pasal 4
c. penggabungan; Pembentukan Desa oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
d. perubahan status; dan dalam Pasal 3 dapat berupa:
e. penetapan Desa. a. pemekaran dari 1 (satu) Desa menjadi 2 (dua) Desa atau lebih;
atau
Pasal 8 b. penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding menjadi
(1) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (satu) Desa atau penggabungan beberapa Desa menjadi 1 (satu)
7 ayat (4) huruf a merupakan tindakan mengadakan Desa Desa baru.
baru di luar Desa yang ada.
(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 5
(1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (1) Usul prakarsa pembentukan Desa sebagaimana dimaksud
dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, dalam Pasal 3 ayat (3) dibahas oleh Menteri bersama-sama
asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat dengan menteri/pimpinan lembaga pemerintah
Desa, serta kemampuan dan potensi Desa. nonkementerian pemrakarsa serta pemerintah daerah provinsi
(3) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
(1) harus memenuhi syarat:
a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun (2) Dalam melakukan pembahasan sebagaimana dimaksud pada
terhitung sejak pembentukan; ayat (1), Menteri dapat meminta pertimbangan dari
b. jumlah penduduk, yaitu: menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait.
1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa (3) Dalam hal hasil pembahasan usul prakarsa sebagaimana
atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala keluarga; dimaksud pada ayat (1) disepakati untuk membentuk Desa,
2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa Menteri menerbitkan keputusan persetujuan pembentukan
atau 1.000 (seribu) kepala keluarga; Desa.
3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat (4) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala wajib ditindaklanjuti oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota
keluarga; dengan menetapkannya dalam peraturan daerah
4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara kabupaten/kota tentang pembentukan Desa.
paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam
ratus) kepala keluarga; (5) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 pada ayat (4) harus sudah ditetapkan oleh bupati/walikota
(dua ribu lima ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak
kepala keluarga; ditetapkannya Keputusan Menteri.
6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Paragraf 3
Pembentukan Desa oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota

2
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Pasal 6
Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam memprakarsai
400 (empat ratus) kepala keluarga; pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, huruf b berdasarkan atas hasil evaluasi tingkat perkembangan
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling Pemerintahan Desa di wilayahnya.
sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga
ratus) kepala keluarga; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam memprakarsai
8) wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan pembentukan Desa harus mempertimbangkan prakarsa
Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial
atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi
9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 Desa.
(lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepala
keluarga. Pasal 7
c. wilayah kerja yang memiliki akses transportasi Pembentukan Desa oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dapat
antarwilayah; berupa:
d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan a. pemekaran dari 1 (satu) Desa menjadi 2 (dua) Desa atau
hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat lebih; atau
Desa; b. penggabungan bagian Desa dari Desa yang bersanding
e. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, menjadi 1 (satu) Desa atau penggabungan beberapa
sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi Desa menjadi 1 (satu) Desa baru.
pendukung;
f. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk Pasal 8
peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan pembentukan
Bupati/Walikota; Desa melalui pemekaran Desa sebagaimana dimaksud dalam
g. sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan Pasal 7 huruf a wajib menyosialisasikan rencana pemekaran Desa
pelayanan publik; dan kepada Pemerintah Desa induk dan masyarakat Desa yang
h. tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan bersangkutan.
tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa Pasal 9
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- (1) Rencana pemekaran Desa sebagaimana dimaksud dalam
undangan. Pasal 8 dibahas oleh Badan Permusyawaratan Desa induk
(4) Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dalam musyawarah Desa untuk mendapatkan kesepakatan.
dengan nama lain yang disesuaikan dengan asal usul, (2) Hasil kesepakatan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa. pada ayat (1) menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi
(4) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat bupati/walikota dalam melakukan pemekaran Desa.

3
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(1) dilakukan melalui Desa persiapan. (3) Hasil kesepakatan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
(5) Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa pada ayat (2) disampaikan secara tertulis kepada
induk. bupati/walikota.
(6) Desa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalam jangka Pasal 10
waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. (1) Bupati/walikota setelah menerima hasil kesepakatan
(7) Peningkatan status sebagaimana dimaksud pada ayat (7) musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi. (3) membentuk tim pembentukan Desa persiapan.

Pasal 9 (2) Tim pembentukan Desa persiapan sebagaimana dimaksud


Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:
kepentingan program nasional yang strategis. a. unsur pemerintah daerah kabupaten/kota yang
membidangi Pemerintahan Desa, pemberdayaan
Pasal 10 masyarakat, perencanaan pembangunan daerah, dan
Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi peraturan perundang-undangan;
Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang
bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang b. camat atau sebutan lain; dan
ditentukan dalam Undang-Undang ini. c. unsur akademisi di bidang pemerintahan, perencanaan
pengembangan wilayah, pembangunan, dan sosial
Pasal 11 kemasyarakatan.
(1)Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan (3) Tim pembentukan Desa persiapan mempunyai tugas
Desa melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan melakukan verifikasi persyaratan pembentukan Desa
saran dan pendapat masyarakat Desa. persiapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(2)Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa undangan.
yang berubah menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud
(4) Hasil tim pembentukan Desa persiapan sebagaimana
pada ayat (1) menjadi kekayaan/aset Pemerintah Daerah
dimaksud pada ayat (3) dituangkan ke dalam bentuk
Kabupaten/Kota yang digunakan untuk meningkatkan
rekomendasi yang menyatakan layak-tidaknya dibentuk Desa
kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan
persiapan.
pendanaan kelurahan dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. (5) Dalam hal rekomendasi Desa persiapan dinyatakan layak,
bupati/walikota menetapkan peraturan bupati/walikota tentang
Pasal 12 pembentukan Desa persiapan.
(1) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah
Pasal 11

4
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
status kelurahan menjadi Desa berdasarkan prakarsa Desa persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5)
masyarakat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. paling lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan sebagai Desa
(2) Kelurahan yang berubah status menjadi Desa, sarana dan persiapan.
prasarana menjadi milik Desa dan dikelola oleh Desa
yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat Desa. Pasal 12
(3) Pendanaan perubahan status kelurahan sebagaimana (1) Bupati/walikota menyampaikan peraturan bupati/walikota
dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) kepada
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota gubernur.

Pasal 13 (2) Berdasarkan peraturan bupati/walikota sebagaimana


Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di dimaksud pada ayat (1), gubernur menerbitkan surat yang
kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan memuat kode register Desa persiapan.
nasional. (3) Kode register Desa persiapan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan bagian dari kode Desa induknya.
Pasal 14
Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau (4) Surat gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan
perubahan status Desa menjadi kelurahan sebagaimana sebagai dasar bagi bupati/walikota untuk mengangkat
dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 penjabat kepala Desa persiapan.
atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana dimaksud dalam (5) Penjabat kepala Desa persiapan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 12 ditetapkan dalam Peraturan Daerah. ayat (4) berasal dari unsur pegawai negeri sipil pemerintah
daerah kabupaten/kota untuk masa jabatan paling lama 1
Pasal 15 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan, dalam masa jabatan yang sama.
penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status
Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa (6) Penjabat kepala Desa persiapan sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang telah ayat (5) bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui
mendapatkan persetujuan bersama Bupati/Walikota kepala Desa induknya.
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diajukan
(7) Penjabat kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
kepada Gubernur.
mempunyai tugas melaksanakan pembentukan Desa
(2) Gubernur melakukan evaluasi Rancangan Peraturan
persiapan meliputi:
Daerah tentang pembentukan, penghapusan,
penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi a. penetapan batas wilayah Desa sesuai dengan kaidah
kelurahan atau kelurahan menjadi Desa sebagaimana kartografis;

5
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan urgensi, b. pengelolaan anggaran operasional Desa persiapan yang
kepentingan nasional, kepentingan daerah, kepentingan bersumber dari APB Desa induk;
masyarakat Desa, dan/atau peraturan perundang-
undangan. c. pembentukan struktur organisasi;
d. pengangkatan perangkat Desa;
Pasal 16
(1) Gubernur menyatakan persetujuan terhadap Rancangan e. penyiapan fasilitas dasar bagi penduduk Desa;
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal f. pembangunan sarana dan prasarana Pemerintahan Desa
15 paling lama 20 (dua puluh) hari setelah menerima
Rancangan Peraturan Daerah. g. pendataan bidang kependudukan, potensi ekonomi,
(2) Dalam hal Gubernur memberikan persetujuan atas inventarisasi pertanahan serta pengembangan sarana
Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud ekonomi, pendidikan, dan kesehatan; dan
pada ayat (1), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melakukan penyempurnaan dan penetapan menjadi h. pembukaan akses perhubungan antar-Desa.
Peraturan Daerah paling lama 20 (dua puluh) hari.
(8) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada
(3) Dalam hal Gubernur menolak memberikan persetujuan
ayat (7), Penjabat kepala Desa mengikutsertakan partisipasi
terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
masyarakat Desa.
dimaksud pada ayat (1), Rancangan Peraturan Daerah
tersebut tidak dapat disahkan dan tidak dapat diajukan Pasal 13
kembali dalam waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan (1) Penjabat kepala Desa persiapan melaporkan perkembangan
oleh Gubernur. pelaksanaan Desa persiapan sebagaimana dimaksud dalam
(4) Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau Pasal 12 ayat (7) kepada:
tidak memberikan penolakan terhadap Rancangan
Peraturan Daerah yang dimaksud dalam Pasal 15 dalam a. kepala Desa induk; dan
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), b. bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain.
Bupati/Walikota dapat mengesahkan Rancangan (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.
mengundangkannya dalam Lembaran Daerah dan Berita (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan
Daerah. pertimbangan dan masukan bagi bupati/walikota.
(5) Dalam hal Bupati/Walikota tidak menetapkan Rancangan
Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh Gubernur, (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam jangka oleh bupati/walikota kepada tim untuk dikaji dan diverifikasi.
waktu 20 (dua puluh) hari setelah tanggal persetujuan (5) Apabila hasil kajian dan verifikasi sebagaimana dimaksud
Gubernur dinyatakan berlaku dengan sendirinya. pada ayat (4) dinyatakan Desa persiapan tersebut layak

6
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
menjadi Desa, bupati/walikota menyusun rancangan peraturan
Pasal 17 daerah kabupaten/kota tentang pembentukan Desa persiapan
(1) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pembentukan, menjadi Desa.
penghapusan, penggabungan, dan perubahan status
(6) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana
Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa
dimaksud pada ayat (5) dibahas bersama dengan dewan
diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota.
Gubernur dan kode Desa dari Menteri.
(2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana (7) Apabila rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
dimaksud pada ayat (1) disertai lampiran peta batas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disetujui bersama oleh
wilayah Desa. bupati/walikota dan dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota, bupati/walikota menyampaikan rancangan
peraturan daerah kabupaten/kota kepada gubernur untuk
dievaluasi.
Pasal 14
(1) Gubernur melakukan evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pembentukan Desa berdasarkan urgensi, kepentingan
nasional, kepentingan daerah, kepentingan masyarakat Desa,
dan/atau peraturan perundang-undangan.
(2) Gubernur menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap
rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) Hari setelah menerima
rancangan peraturan daerah.
(3) Dalam hal gubernur memberikan persetujuan atas rancangan
peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan
penyempurnaan dan penetapan menjadi peraturan daerah
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) Hari.
(4) Dalam hal gubernur menolak memberikan persetujuan
terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), rancangan peraturan daerah tersebut tidak
dapat disahkan dan tidak dapat diajukan kembali dalam jangka

7
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan oleh gubernur.
(5) Dalam hal gubernur tidak memberikan persetujuan atau tidak
memberikan penolakan terhadap rancangan peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bupati/walikota dapat
mengesahkan rancangan peraturan daerah tersebut serta
sekretaris daerah mengundangkannya dalam lembaran
daerah.
(6) Dalam hal bupati/walikota tidak menetapkan rancangan
peraturan daerah yang telah disetujui oleh gubernur,
rancangan peraturan daerah tersebut dalam jangka waktu 20
(dua puluh) Hari setelah tanggal persetujuan gubernur
dinyatakan berlaku dengan sendirinya.

Pasal 15
(1) Peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan Desa
diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari gubernur
dan kode Desa dari Menteri.
(2) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disertai lampiran peta batas wilayah Desa.
Pasal 16
(1) Apabila hasil kajian dan verifikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (4) menyatakan Desa persiapan tersebut
tidak layak menjadi Desa, Desa persiapan dihapus dan
wilayahnya kembali ke Desa induk.
(2) Penghapusan dan pengembalian Desa persiapan ke Desa
induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota.

Paragraf 4
Penggabungan Desa oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

8
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 17
Ketentuan mengenai pembentukan Desa melalui pemekaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 16
berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembentukan Desa
melalui penggabungan bagian Desa dari 2 (dua) Desa atau lebih
yang bersanding menjadi 1 (satu) Desa baru.

Pasal 18
(1) Pembentukan Desa melalui penggabungan beberapa Desa
menjadi 1 (satu) Desa baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf b dilakukan berdasarkan kesepakatan Desa
yang bersangkutan.
(2) Kesepakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihasilkan melalui mekanisme:
a. Badan Permusyawaratan Desa yang bersangkutan
menyelenggarakan musyawarah Desa;
b. hasil musyawarah Desa dari setiap Desa menjadi bahan
kesepakatan penggabungan Desa;
c. hasil kesepakatan musyawarah Desa ditetapkan dalam
keputusan bersama Badan Permusyawaratan Desa;
d. keputusan bersama Badan Permusyawaratan Desa
ditandatangani oleh para kepala Desa yang bersangkutan;
dan
e. para kepala Desa secara bersama-sama mengusulkan
penggabungan Desa kepada bupati/walikota dalam 1
(satu) usulan tertulis dengan melampirkan kesepakatan
bersama.
(3) Penggabungan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Bagian Kedua

9
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Penghapusan Desa
Pasal 19
(1) Penghapusan Desa dilakukan dalam hal terdapat kepentingan
program nasional yang strategis atau karena bencana alam.
(2) Penghapusan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi wewenang Pemerintah.
Bagian Ketiga
Perubahan Status Desa
Paragraf 1
Umum
Pasal 20
Perubahan status Desa meliputi:
a. Desa menjadi kelurahan;
b. kelurahan menjadi Desa; dan
c. desa adat menjadi desa.

Paragraf 2
Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan
Pasal 21
Perubahan status Desa menjadi kelurahan harus memenuhi syarat:
a. luas wilayah tidak berubah;
b. jumlah penduduk paling sedikit 8.000 (delapan ribu) jiwa
atau 1.600 (seribu enam ratus) kepala keluarga untuk
wilayah Jawa dan Bali serta paling sedikit 5.000 (lima ribu)
jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga untuk di luar
wilayah Jawa dan Bali;
c. sarana dan prasarana pemerintahan bagi
terselenggaranya pemerintahan kelurahan;
d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan
produksi, serta keanekaragaman mata pencaharian;
e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa
keanekaragaman status penduduk dan perubahan dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri dan jasa; dan

10
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
f. meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan.

Pasal 22
(1) Perubahan status Desa menjadi kelurahan dilakukan
berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat Desa setempat.
(2) Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan
disepakati dalam musyawarah Desa.
(3) Kesepakatan hasil musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dituangkan ke dalam bentuk keputusan.
(4) Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan oleh kepala Desa kepada bupati/walikota
sebagai usulan perubahan status Desa menjadi kelurahan.
(5) (5) Bupati/walikota membentuk tim untuk melakukan kajian
dan verifikasi usulan kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
(6) Hasil kajian dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) menjadi masukan bagi bupati/walikota untuk menyetujui
atau tidak menyetujui usulan perubahan status Desa menjadi
kelurahan.
(7) Dalam hal bupati/walikota menyetujui usulan perubahan status
Desa menjadi kelurahan, bupati/walikota menyampaikan
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota mengenai
perubahan status Desa menjadi kelurahan kepada dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota untuk dibahas dan
disetujui bersama.
(8) Pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota mengenai perubahan status Desa menjadi
kelurahan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

11
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Kepala Desa, perangkat Desa, dan anggota Badan
Permusyawaratan Desa dari Desa yang diubah statusnya
menjadi kelurahan diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya.
(2) Kepala Desa, perangkat Desa, dan anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberi penghargaan dan/atau pesangon sesuai dengan
kemampuan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota.
(3) Pengisian jabatan lurah dan perangkat kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari pegawai
negeri sipil dari pemerintah daerah kabupaten/kota
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 3
Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa
Pasal 24
(1) Perubahan status kelurahan menjadi Desa hanya dapat
dilakukan bagi kelurahan yang kehidupan masyarakatnya
masih bersifat perdesaan.
(2) Perubahan status kelurahan menjadi Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat seluruhnya menjadi Desa atau
sebagian menjadi Desa dan sebagian menjadi kelurahan.

Paragraf 4
Perubahan Desa Adat Menjadi Desa
Pasal 25
(1) Status desa adat dapat diubah menjadi desa.
(2) Perubahan status desa adat menjadi desa harus memenuhi

12
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
syarat:
a. luas wilayah tidak berubah;
b. jumlah penduduk:
1. wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa
atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala keluarga;
2. wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau
1.000 (seribu) kepala keluarga;
3. wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu)
jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala keluarga;
4. wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling
sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam ratus)
kepala keluarga;
5. wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500
(dua ribu lima ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepala
keluarga;
6. wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan paling
sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus)
kepala keluarga;
7. wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara paling
sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga
ratus) kepala keluarga;
8. wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku
Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua
ratus) kepala keluarga; dan
9. wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500
(lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
c. sarana dan prasarana pemerintahan bagi
terselenggaranya pemerintahan desa;
d. potensi ekonomi yang berkembang;
e. kondisi sosial budaya masyarakat yang berkembang; dan
f. meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan.
Pasal 26

13
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(3) Perubahan status desa adat menjadi desa dilakukan
berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat desa setempat.
(4) Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan
disepakati dalam musyawarah desa adat.
(5) Kesepakatan hasil musyawarah desa adat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan ke dalam bentuk
keputusan.
(6) Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan oleh kepala desa adat kepada
bupati/walikota sebagai usulan perubahan status desa adat
menjadi desa.
(7) Bupati/walikota membentuk tim untuk melakukan kajian dan
verifikasi usulan kepala desa adat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
(8) Hasil kajian dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) menjadi masukan bagi bupati/walikota untuk menyetujui
atau tidak menyetujui usulan perubahan status desa adat
menjadi desa.
(9) Dalam hal bupati/walikota menyetujui usulan perubahan status
desa adat menjadi desa, bupati/walikota menyampaikan
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota mengenai
perubahan status desa adat menjadi desa kepada dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota untuk dibahas dan
disetujui bersama.
(10) Apabila rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disetujui bersama oleh
bupati/walikota dan dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota, bupati/walikota menyampaikan rancangan

14
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
peraturan daerah kabupaten/kota kepada gubernur untuk
dievaluasi.

Pasal 27
Ketentuan mengenai evaluasi rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota pembentukan Desa, pemberian nomor register, dan
pemberian kode Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
sampai dengan Pasal 15 berlaku secara
mutatis mutandis terhadap penetapan rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota mengenai perubahan status desa adat menjadi
desa, pemberian nomor register, dan pemberian kode desa.
Paragraf 5
Perubahan Status Desa Menjadi Desa Adat
Pasal 28
(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat mengubah status desa menjadi
desa adat.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengubahan status desa
menjadi desa adat diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Penetapan Desa dan Desa Adat
Pasal 29
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan inventarisasi
Desa yang ada di wilayahnya yang telah mendapatkan kode
Desa.
(2) Hasil inventarisasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijadikan dasar oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
menetapkan desa dan desa adat yang ada di wilayahnya.
(3) Desa dan desa adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

15
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Pasal 30
(1) Penetapan desa adat dilakukan dengan mekanisme:
a. pengidentifikasian Desa yang ada; dan
b. pengkajian terhadap desa yang ada yang dapat
ditetapkan menjadi desa adat.
(2) Pengidentifikasian dan pengkajian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota bersama majelis adat atau
lembaga lainnya yang sejenis.
Pasal 31
(1) Bupati/walikota menetapkan desa adat yang telah memenuhi
syarat berdasarkan hasil identifikasi dan kajian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30.
(2) Penetapan desa adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam rancangan peraturan daerah.
(3) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang telah disetujui bersama dalam rapat paripurna
dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota disampaikan
kepada gubernur untuk mendapatkan nomor register dan
kepada Menteri untuk mendapatkan kode desa.
(4) Rancangan peraturan daerah yang telah mendapatkan nomor
register dan kode desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan menjadi peraturan daerah.
Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan Desa diatur dengan
Peraturan Menteri.

3. Bab IV: Kewenangan Desa, Pasal 18-22. Bab III: Kewenangan ‐

16
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4. Pasal 18 Pasal 33 ‐ Membicarakan
Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang Kewenangan Desa meliputi: keweangan Desa,
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan b. kewenangan lokal berskala Desa; ‐ Penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah kewenangan
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dan berdasarkan hak asal
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, usul oleh desa adat
Pasal 19 pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
Kewenangan Desa meliputi: ‐
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; perundang-undangan.
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pasal 34
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah (1) Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana
Kabupaten/Kota; dan dimaksud dalam Pasal 33 huruf a paling sedikit terdiri atas:
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, a. sistem organisasi masyarakat adat;
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
perundang-undangan. d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
Pasal 20 (2) Kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud
Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan dalam Pasal 33 huruf b paling sedikit terdiri atas kewenangan:
kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b diatur dan diurus oleh a. pengelolaan tambatan perahu;
Desa. b. pengelolaan pasar Desa;
c. pengelolaan tempat pemandian umum;
Pasal 21 d. pengelolaan jaringan irigasi;
Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan e. pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pelayanan terpadu;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan
diurus oleh Desa. belajar;
h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
Pasal 22 i. pengelolaan embung Desa;
(1) Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah j. pengelolaan air minum berskala Desa; dan

17
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
kepada Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan k. pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah
Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan pertanian.
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat (3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
Desa. ayat (2), Menteri dapat menetapkan jenis kewenangan Desa
(2) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.
disertai biaya.
Pasal 35
Penyelenggaraan kewenangan berdasarkan hak asal usul oleh
desa adat paling sedikit meliputi:
a. penataan sistem organisasi dan kelembagaan
masyarakat adat;
b. pranata hukum adat;
c. pemilikan hak tradisional;
d. pengelolaan tanah kas desa adat;
e. pengelolaan tanah ulayat;
f. kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa adat;
g. pengisian jabatan kepala desa adat dan perangkat desa
adat; dan
h. masa jabatan kepala desa adat

Pasal 36
(1) Ketentuan mengenai fungsi dan kewenangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berlaku secara mutatis
mutandis terhadap fungsi dan kewenangan penyelenggaraan
pemerintahan desa adat, pelaksanaan pembangunan desa
adat, pembinaan kemasyarakatan desa adat, dan
pemberdayaan masyarakat desa adat.
(2) (2) Dalam menyelenggarakan hak asal usul sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 serta fungsi dan kewenangan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), desa

18
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
adat membentuk kelembagaan yang mewadahi kedua fungsi
tersebut.
(3) Dalam melaksanakan fungsi dan kewenangan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa adat atau
sebutan lain dapat mendelegasikan kewenangan
pelaksanaannya kepada perangkat desa adat atau sebutan
lain.
Pasal 37
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan identifikasi dan
inventarisasi kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 dengan melibatkan Desa.
(2) Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bupati/walikota menetapkan
peraturan bupati/walikota tentang daftar kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Peraturan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dengan menetapkan
peraturan Desa tentang kewenangan berdasarkan hak asal
usul dan kewenangan lokal berskala Desa sesuai dengan
situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.
Pasal 38
Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 39
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan Desa
diatur dengan Peraturan Menteri.

19
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

5. Bab V: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 23-66 Bab IV: Pemerintahan Desa ‐

6. Pasal 23 Bagian Kesatu ‐ Laporan Kepala Desa


Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Kepala Desa merupakan,
Paragraf 1 pelaksanakan tugas,
Pasal 24 Tata Cara Pemilihan Kepala Desa kewenangan, hak, dan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: Pasal 40 kewajibannya, kepala
a. kepastian hukum; (1) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara serentak di Desa wajib:
b. tertib penyelenggaraan pemerintahan; seluruh wilayah kabupaten/kota.
c. tertib kepentingan umum; ‐ menyampaikan laporan
d. keterbukaan; (2) Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana penyelenggaraan
e. proporsionalitas; dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan bergelombang Pemerintahan Desa
f. profesionalitas; paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. setiap akhir tahun
g. akuntabilitas; (3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan kepala Desa dalam anggaran kepada
h. efektivitas dan efisiensi; penyelenggaraan pemilihan kepala Desa serentak, bupati/walikota;
i. kearifan lokal; bupati/walikota menunjuk penjabat kepala Desa.
j. keberagaman; dan ‐ menyampaikan laporan
k. partisipatif. (4) Penjabat kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) penyelenggaraan
berasal dari pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Pemerintahan Desa pada
Bagian Kesatu daerah kabupaten/kota. akhir masa jabatan
Pemerintah Desa kepada bupati/walikota;
Pasal 41
Pasal 25 (1) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan:
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ‐ menyampaikan laporan
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan a. persiapan; keterangan
yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan b. pencalonan; penyelenggaraan
nama lain. pemerintahan secara
c. pemungutan suara; dan
tertulis kepada Badan
d. penetapan.
Bagian Kedua Permusyawaratan Desa
Kepala Desa (2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir tahun
Pasal 26 huruf a terdiri atas kegiatan: anggaran
(1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan a. pemberitahuan Badan Permusyawaratan Desa kepada
Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kepala Desa tentang akhir masa jabatan yang
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan;

20
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Desa. b. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa oleh Badan
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam jangka waktu ‐ Pernyataan pasal ini juga
ayat (1), Kepala Desa berwenang: 10 (sepuluh) Hari setelah pemberitahuan akhir masa mengingkari amanah UU
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa; jabatan; desa) dimana laporan
b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa; c. laporan akhir masa jabatan kepala Desa kepada pertanggungjwaban juga
c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan bupati/walikota disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga melalui mekanisme
Aset Desa; puluh) Hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan; Musyawarah desa/
d. menetapkan Peraturan Desa; d. perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia termasuk didalamnya
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain dalam pelaksanaan
Desa; dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah evaluasi oelaksanaan
f. membina kehidupan masyarakat Desa; terbentuknya panitia pemilihan; dan pembangunan,
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat e. persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam
Desa; ‐ Laporan
jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak diajukan oleh
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta panitia. Pertanggungjawaban
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala Kade Kades (LKPj)
produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran (3) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri Kades menjadi
masyarakat Desa; atas kegiatan: terdistorsi/ hilang karena
i. mengembangkan sumber pendapatan Desa; a. pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka hanya “secara tertulis”
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian waktu 9 (sembilan) Hari; menjadi tidak terukur
kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan b. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, yang diselaraskan
masyarakat Desa; klarifikasi, serta penetapan dan pengumuman nama calon dengan capaian dalam
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari; RKP, ABPDEs dan
masyarakat Desa; c. penetapan calon kepala Desa sebagaimana dimaksud secara menyeluruh
l. memanfaatkan teknologi tepat guna; pada huruf b paling sedikit 2 (dua) orang dan paling terkait dengan Visi dan
m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara banyak 5 (lima) orang calon; Misi Kades.????
partisipatif; d. penetapan daftar pemilih tetap untuk pelaksanaan
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau pemilihan kepala Desa;
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan e. pelaksanaan kampanye calon kepala Desa dalam jangka
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan waktu 3 (tiga) Hari; da
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan f. masa tenang dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari.
ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Tahapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas kegiatan:
ayat (1), Kepala Desa berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja a. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara;

21
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pemerintah Desa; b. penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan dan/atau
Desa; c. dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dari 1 (satu) orang, calon terpilih ditetapkan berdasarkan
dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat wilayah perolehan suara yang lebih luas.
jaminan kesehatan; (5) Tahapan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan huruf d terdiri atas kegiatan:
yang dilaksanakan; dan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan a. laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih kepada
kewajiban lainnya kepada perangkat Desa. Badan Permusyawaratan Desa paling lambat 7 (tujuh)
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Hari setelah pemungutan suara;
ayat (1), Kepala Desa berkewajiban: b. laporan Badan Permusyawaratan Desa mengenai calon
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, terpilih kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara setelah menerima laporan panitia;
Republik Indonesia Tahun 1945, serta c. bupati/walikota menerbitkan keputusan mengenai
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara pengesahan dan pengangkatan kepala Desa paling
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima laporan dari
Ika; Badan Permusyawaratan Desa; dan
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; d. bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk melantik
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat calon kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
Desa; Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang- pengangkatan kepala Desa dengan tata cara sesuai
undangan; dengan peraturan perundang-undangan.
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan (6) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat
gender; (5) huruf d adalah wakil bupati/walikota atau camat atau
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang sebutan lain.
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien,
(7) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa,
bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan
bupati/walikota wajib menyelesaikan perselisihan dalam
nepotisme;
jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari.
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh
pemangku kepentingan di Desa; Pasal 42
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa (1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti
yang baik; sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya
i. mengelola Keuangan dan Aset Desa; pelaksanaan penetapan calon terpilih.

22
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang (2) Dalam hal kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
menjadi kewenangan Desa; (1), sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa; kepala Desa.
l. mengembangkan perekonomian masyarakat
Desa; Pasal 43
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya (1) Pegawai negeri sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan
masyarakat Desa; kepala Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga pembina kepegawaian.
kemasyarakatan di Desa; (2) Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan ayat (1) terpilih dan diangkat menjadi kepala Desa, yang
melestarikan lingkungan hidup; dan bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa. menjadi kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai pegawai
negeri sipil.
Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban Pasal 44
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Kepala Desa wajib: (1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan kepala Desa diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan
Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran terdaftar sebagai bakal calon kepala Desa sampai dengan
kepada Bupati/Walikota; selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih.
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan (2) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepada dirangkap oleh perangkat Desa lainnya yang ditetapkan
Bupati/Walikota; dengan keputusan kepala Desa.
c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada Badan Paragraf 2
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran; Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu melalui Musyawarah Desa
dan
d. memberikan dan/atau menyebarkan informasi Pasal 45
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk
kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun pelaksanaan pemilihan kepala Desa antarwaktu dilaksanakan
anggaran. paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak
kepala Desa diberhentikan dengan mekanisme sebagai berikut:
Pasal 28 a. sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa, dilakukan
(1) Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban kegiatan yang meliputi:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) dan 1. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa

23
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 27 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan antarwaktu oleh Badan Permusyawaratan Desa paling
dan/atau teguran tertulis. lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari terhitung
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud sejak kepala Desa diberhentikan;
pada ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan 2. pengajuan biaya pemilihan dengan beban APB Desa
pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan oleh panitia pemilihan kepada penjabat kepala Desa
pemberhentian. paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari
terhitung sejak panitia terbentuk;
Pasal 29 3. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat
Kepala Desa dilarang: kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga
a. merugikan kepentingan umum; puluh) Hari terhitung sejak diajukan oleh panitia
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri pemilihan;
sendiri, anggota keluarga, pihak lain, dan/atau 4. pengumuman dan pendaftaran bakal calon kepala
golongan tertentu; Desa oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 15
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau (lima belas) Hari;
kewajibannya; 5. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga calon oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 7
dan/atau golongan masyarakat tertentu; (tujuh) Hari; dan
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok 6. penetapan calon kepala Desa antarwaktu oleh panitia
masyarakat Desa; pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling
f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan
uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan
dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah
akan dilakukannya; Desa.
g. menjadi pengurus partai politik; b. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi musyawarah Desa yang meliputi kegiatan:
terlarang; 1. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Ketua Badan Permusyawaratan Desa yang teknis
Badan Permusyawaratan Desa, anggota Dewan pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh panitia
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan pemilihan;
Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan 2. pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan oleh musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan atau melalui pemungutan suara;
jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan 3. pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh panitia
perundangan-undangan; pemilihan melalui mekanisme musyawarah mufakat

24
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati
pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah; oleh musyawarah Desa;
k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan 4. pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh
l. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja panitia pemilihan kepada musyawarah Desa;
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat 5. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa;
dipertanggungjawabkan. 6. pelaporan hasil pemilihan kepala Desa melalui
musyawarah Desa kepada Badan Permusyawaratan
Pasal 30 Desa dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah
(1) Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa
dimaksud dalam Pasal 29 dikenai sanksi administratif terpilih;
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. 7. pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud Desa oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa
pada ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari
pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan setelah menerima laporan dari panitia pemilihan;
pemberhentian. 8. penerbitan keputusan bupati/walikota tentang
pengesahan pengangkatan calon kepala Desa terpilih
Bagian Ketiga paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya
Pemilihan Kepala Desa laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan
Pasal 31 9. pelantikan kepala Desa oleh bupati/walikota paling
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan
di seluruh wilayah Kabupaten/Kota. pengesahan pengangkatan calon kepala Desa terpilih
(2) Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan
kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara ketentuan peraturan perundang-undangan.
serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Pasal 46
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan kepala Desa diatur
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dengan Peraturan Menteri.
Kepala Desa serentak sebagaimana dimaksud pada Paragraf 3
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri Masa Jabatan Kepala Desa
berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pasal 47
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun
Pasal 32 terhitung sejak tanggal pelantikan.
(1) Badan Permusyawaratan Desa memberitahukan kepada
Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan (2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara

25
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
masa jabatannya berakhir. berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
(2) Badan Permusyawaratan Desa membentuk panitia
pemilihan Kepala Desa. (3) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud
(3) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
pada ayat (2) bersifat mandiri dan tidak memihak. (4) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud
(4) Panitia pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk masa jabatan kepala Desa yang dipilih
pada ayat (3) terdiri atas unsur perangkat Desa, melalui musyawarah Desa.
lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat
Desa. (5) Dalam hal kepala Desa mengundurkan diri sebelum habis
masa jabatannya atau diberhentikan, kepala Desa dianggap
Pasal 33 telah menjabat 1 (satu) periode masa jabatan.
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan: Paragraf 4
a. warga negara Republik Indonesia; Laporan Kepala Desa
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Pasal 48
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik kepala Desa wajib:
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Desa setiap akhir tahun anggaran kepada bupati/walikota;
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah Desa pada akhir masa jabatan kepada bupati/walikota;
pertama atau sederajat;
c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada
pemerintahan secara tertulis kepada Badan
saat mendaftar;
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di
Pasal 49
Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum
(1) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
pendaftaran;
dimaksud dalam Pasal 48 huruf a disampaikan kepada
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan (2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka a. pertanggungjawaban penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;

26
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana b. pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan;
serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang; c. pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan; dan
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan d. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; (3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
k. berbadan sehat; dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan evaluasi
l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali oleh bupati/walikota untuk dasar pembinaan dan pengawasan.
masa jabatan; dan
m. syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah. Pasal 50
(1) Kepala Desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan
Pasal 34 Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan sebagaimana
(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa. dimaksud dalam Pasal 48 huruf b kepada bupati/walikota
(2) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, melalui camat atau sebutan lain.
rahasia, jujur, dan adil.
(2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
(3) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap
dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu 5
pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan.
(lima) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.
(4) Dalam melaksanakan pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibentuk panitia (3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
pemilihan Kepala Desa. dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
(5) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
bertugas mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal a. ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya;
calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, b. rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam
melaksanakan pemungutan suara, menetapkan calon jangka waktu untuk 5 (lima) bulan sisa masa jabatan;
Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan c. hasil yang dicapai dan yang belum dicapai; dan
pemilihan Kepala Desa. d. hal yang dianggap perlu perbaikan.
(6) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran (4) Pelaksanaan atas rencana penyelenggaraan Pemerintahan
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilaporkan
oleh kepala Desa kepada bupati/walikota dalam memori serah
Pasal 35 terima jabatan.
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1) yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa Pasal 51
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah (1) Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan
menikah ditetapkan sebagai pemilih. penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf c setiap akhir tahun anggaran kepada
Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3

27
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Pasal 36
(1) Bakal calon Kepala Desa yang telah memenuhi (2) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
ditetapkan sebagai calon Kepala Desa oleh panitia pelaksanaan peraturan Desa.
pemilihan Kepala Desa. (3) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(2) Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan
dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada masyarakat Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi
Desa di tempat umum sesuai dengan kondisi sosial pengawasan kinerja kepala Desa.
budaya masyarakat Desa.
(3) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai Pasal 52
dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa dan Kepala Desa menginformasikan secara tertulis dan dengan media
ketentuan peraturan perundang-undangan. informasi yang mudah diakses oleh masyarakat mengenai
penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat Desa.
Pasal 37
(1) Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon Pasal 53
yang memperoleh suara terbanyak. Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan penyelenggaraan
(2) Panitia pemilihan Kepala Desa menetapkan calon Kepala Pemerintahan Desa diatur dalam Peraturan Menteri.
Desa terpilih.
(3) Panitia pemilihan Kepala Desa menyampaikan nama Paragraf 5
calon Kepala Desa terpilih kepada Badan Pemberhentian Kepala Desa
Permusyawaratan Desa paling lama 7 (tujuh) hari setelah
Pasal 54
penetapan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana
(1) Kepala Desa berhenti karena:
dimaksud pada ayat (2).
(4) Badan Permusyawaratan Desa paling lama 7 (tujuh) hari a. meninggal dunia;
setelah menerima laporan panitia pemilihan
menyampaikan nama calon Kepala Desa terpilih kepada b. permintaan sendiri; atau
Bupati/Walikota. c. diberhentikan.
(5) Bupati/Walikota mengesahkan calon Kepala Desa
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi (2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat
Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak (1) huruf c karena:
tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari a. berakhir masa jabatannya;
panitia pemilihan Kepala Desa dalam bentuk keputusan
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
Bupati/Walikota.
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6

28
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(6) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Kepala (enam) bulan;
Desa, Bupati/Walikota wajib menyelesaikan perselisihan c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat d. melanggar larangan sebagai kepala Desa;
(5). e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan,
penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu)
Pasal 38 Desa baru, atau penghapusan Desa;
(1) Calon Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan
setelah penerbitan keputusan Bupati/Walikota.
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih
bersumpah/berjanji. (3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada
(3) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ayat (1), Badan Permusyawaratan Desa melaporkan kepada
sebagai berikut: bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain.
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya (4) Pemberhentian kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa ayat (3) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-
adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Pasal 55
dasar negara; dan bahwa saya akan menegakkan Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak lebih
kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud
Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan dalam Pasal 54 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b,
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus- huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g, bupati/walikota mengangkat
lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara pegawai negeri sipil dari pemerintah daerah kabupaten/kota
Kesatuan Republik Indonesia”. sebagai penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang
baru.
Pasal 39
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun Pasal 56
terhitung sejak tanggal pelantikan. Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat 1 (satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam
menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara Pasal 54 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c,
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. huruf d, huruf f, dan huruf g, bupati/walikota mengangkat pegawai
negeri sipil dari pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai
Bagian Keempat penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang baru
Pemberhentian Kepala Desa melalui hasil musyawarah Desa.

29
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 40
Pasal 57
(1) Kepala Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia; (1) Dalam hal terjadi kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan
b. permintaan sendiri; atau kepala Desa, kepala Desa yang habis masa jabatannya tetap
c. diberhentikan. diberhentikan dan selanjutnya bupati/walikota mengangkat
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada penjabat kepala Desa.
ayat (1) huruf c karena: (2) Kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan kepala Desa
a. berakhir masa jabatannya; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap secara (3) Bupati/walikota mengangkat penjabat kepala Desa
berturut-turut selama 6 (enam) bulan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari pegawai negeri sipil
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala dari pemerintah daerah kabupaten/kota.
Desa; atau
Pasal 58
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa.
(1) Pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai penjabat kepala
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan
pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Pasal 57 ayat (3) paling sedikit harus memahami bidang
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala kepemimpinan dan teknis pemerintahan.
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. (2) Penjabat kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban serta
Pasal 41 memperoleh hak yang sama dengan kepala Desa.
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
Pasal 59
setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan
(1) Kepala Desa yang berstatus pegawai negeri sipil apabila
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
berhenti sebagai kepala Desa dikembalikan kepada instansi
register perkara di pengadilan.
induknya.
Pasal 42 (2) Kepala Desa yang berstatus pegawai negeri sipil apabila telah
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota mencapai batas usia pensiun sebagai pegawai negeri sipil
setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil
korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap dengan memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan
keamanan negara. perundang-undangan.

Pasal 43 Pasal 60
Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian kepala

30
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 diberhentikan oleh Desa diatur dalam Peraturan Menteri.
Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai terpidana Bagian Kedua
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai Perangkat Desa
kekuatan hukum tetap. Paragraf 1
Umum
Pasal 44 Pasal 61
(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana (1) Perangkat Desa terdiri atas:
dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 setelah melalui
a. sekretariat Desa;
proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai b. pelaksana kewilayahan; dan
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh Kepala c. pelaksana teknis.
Desa, Bupati/Walikota merehabilitasi dan mengaktifkan (2) Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu
kembali Kepala Desa yang bersangkutan sebagai Kepala kepala Desa.
Desa sampai dengan akhir masa jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa Pasal 62
jabatannya, Bupati/Walikota harus merehabilitasi nama (3) Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh
baik Kepala Desa yang bersangkutan. unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa
dalam bidang administrasi pemerintahan.
Pasal 45 (4) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara banyak terdiri atas 3 (tiga) bidang urusan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42,
sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala (5) Ketentuan mengenai bidang urusan sebagaimana dimaksud
Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 63
Pasal 46 (1) Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala
(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang
Desa sebagai satuan tugas kewilayahan.
diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
tidak lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/Walikota (2) Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional
mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan
Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kepala Desa sampai kemampuan keuangan Desa.
dengan terpilihnya Kepala Desa.
Pasal 64

31
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(2) Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas, wewenang, (1) Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desa
kewajiban, dan hak Kepala Desa sebagaimana dimaksud sebagai pelaksana tugas operasional.
dalam Pasal 26.
(2) Pelaksana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
Pasal 47 banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi.
(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang (3) Ketentuan mengenai pelaksana teknis sebagaimana dimaksud
diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati/Walikota mengangkat
pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sebagai penjabat Kepala Desa. Paragraf 2
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Pengangkatan Perangkat Desa
(1) melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak Pasal 65
Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 (1) Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhi
sampai dengan ditetapkannya Kepala Desa. persyaratan:
(3) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum
melalui Musyawarah Desa yang memenuhi persyaratan atau yang sederajat;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat
(4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) puluh dua) tahun;
dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala
c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di
Desa diberhentikan.
Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;
(5) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa
dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melaksanakan
tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan d. syarat lain yang ditentukan dalam peraturan daerah
Kepala Desa yang diberhentikan. kabupaten/kota.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Musyawarah Desa (2) Syarat lain pengangkatan perangkat Desa yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam dalam peraturan daerah kabupaten/kota harus memperhatikan
Peraturan Pemerintah. hak asal usul dan nilai sosial budaya masyarakat.
Pasal 66
Bagian Kelima Pengangkatan perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme
Perangkat Desa sebagai berikut:
Pasal 48 a. kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan
Perangkat Desa terdiri atas: atau seleksi calon perangkat Desa;
a. sekretariat Desa; b. kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau
b. pelaksana kewilayahan; dan sebutan lain mengenai pengangkatan perangkat Desa;

32
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
c. pelaksana teknis. c. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis
yang memuat mengenai calon perangkat Desa yang telah
Pasal 49 dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 d. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan
bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan dasar oleh kepala Desa dalam pengangkatan perangkat
tugas dan wewenangnya. Desa dengan keputusan kepala Desa.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan Pasal 67
dengan Camat atas nama Bupati/Walikota. (1) Pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat yang akan
(3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat diangkat menjadi perangkat Desa harus mendapatkan izin
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.
jawab kepada Kepala Desa. (2) Dalam hal pegawai negeri sipil kabupaten/kota setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat
Pasal 50 menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan dibebaskan
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat Desa
diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan: tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah
umum atau yang sederajat; Paragraf 3
b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 Pemberhentian Perangkat Desa
(empat puluh dua) tahun; Pasal 68
c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat (1) Perangkat Desa berhenti karena:
tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum
pendaftaran; dan a. meninggal dunia;
d. syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah b. permintaan sendiri; atau
Kabupaten/Kota. c. diberhentikan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa (2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan pada ayat (1) huruf c karena:
Pasal 50 ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun;
Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah.
b. berhalangan tetap;
Pasal 51 c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa; atau
Perangkat Desa dilarang: d. melanggar larangan sebagai perangkat Desa.
a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, Pasal 69

33
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
anggota keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu; Pemberhentian perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau sebagai berikut:
kewajibannya; a. kepala Desa melakukan konsultasi dengan camat atau
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga sebutan lain mengenai pemberhentian perangkat Desa;
dan/atau golongan masyarakat tertentu; b. camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat yang memuat mengenai pemberhentian perangkat Desa
Desa; yang telah dikonsultasikan dengan kepala Desa; dan
f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima c. rekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan
uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat dasar oleh kepala Desa dalam pemberhentian perangkat
memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan Desa dengan keputusan kepala Desa.
dilakukannya;
g. menjadi pengurus partai politik; Pasal 70
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang; Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota perangkat Desa diatur dalam Peraturan Menteri.
Badan Permusyawaratan Desa, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Bagian Ketiga
Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Pakaian Dinas dan Atribut
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Pasal 71
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan (1) Kepala Desa dan perangkat Desa mengenakan pakaian dinas
lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan- dan atribut.
undangan;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pakaian dinas dan atribut
umum dan/atau pemilihan kepala daerah; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan Menteri.
l. meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja
berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapatBagian Keempat
dipertanggungjawabkan. Badan Permusyawaratan Desa
Paragraf 1
Pasal 52 Pengisian Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
(1) Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagaimana Pasal 72
dimaksud dalam Pasal 51 dikenai sanksi administratif (1) Pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. dilaksanakan secara demokratis melalui proses pemilihan
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud secara langsung atau musyawarah perwakilan dengan
pada ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan menjamin keterwakilan perempuan.
(2) Dalam rangka proses pemilihan secara langsung atau

34
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemberhentian. kepala Desa membentuk panitia pengisian keanggotaan
Badan Permusyawaratan Desa dan ditetapkan dengan
Pasal 53 keputusan kepala Desa.
(1) Perangkat Desa berhenti karena:
(3) Panitia pengisian anggota Badan Permusyawaratan Desa
a. meninggal dunia;
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur
b. permintaan sendiri; atau
perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah
c. diberhentikan.
anggota dan komposisi yang proporsional.
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: (4) Penetapan mekanisme pengisian keanggotaan Badan
a. usia telah genap 60 (enam puluh) tahun; Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b. berhalangan tetap; dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan daerah
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat Desa; kabupaten/kota.
atau
d. melanggar larangan sebagai perangkat Desa. Pasal 73
(3) Pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud (1) Panitia pengisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa setelah (3) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon
dikonsultasikan dengan Camat atas nama anggota Badan Permusyawaratan Desa dalam jangka waktu 6
Bupati/Walikota. (enam) bulan sebelum masa keanggotaan Badan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Permusyawaratan Desa berakhir.
perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (2) Panitia pengisian menetapkan calon anggota Badan
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Permusyawaratan Desa yang jumlahnya sama atau lebih dari
anggota Badan Permusyawaratan Desa yang dilaksanakan
Bagian Keenam paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan
Musyawarah Desa Badan Permusyawaratan Desa berakhir.
Pasal 54
(1) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan (3) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan Badan
yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Permusyawaratan Desa ditetapkan melalui proses pemilihan
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk langsung, panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan
memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam langsung calon anggota Badan Permusyawaratan Desa
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada (4) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan Badan
ayat (1) meliputi: Permusyawaratan Desa ditetapkan melalui proses
a. penataan Desa;

35
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
b. perencanaan Desa; musyawarah perwakilan, calon anggota Badan
c. kerja sama Desa; Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d. rencana investasi yang masuk ke Desa; dipilih dalam proses musyawarah perwakilan oleh unsur
e. pembentukan BUM Desa; masyarakat yang mempunyai hak pilih.
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan (5) Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan
g. kejadian luar biasa. sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh panitia pengisian anggota Badan
dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun. Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa paling lama 7
(4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (tujuh) Hari sejak ditetapkannya hasil pemilihan langsung atau
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. musyawarah perwakilan.
(6) Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan
Bagian Ketujuh sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan oleh
Badan Permusyawaratan Desa kepala Desa kepada bupati/walikota paling lama 7 (tujuh) Hari
Pasal 55 sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk
Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi: diresmikan oleh bupati/walikota.
a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa; Pasal 74
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (1) Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa
Desa; dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (6) ditetapkan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. dengan keputusan bupati/walikota paling lama 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan langsung atau
Pasal 56 musyawarah perwakilan dari kepala Desa.
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah (2) Pengucapan sumpah janji anggota Badan Permusyawaratan
yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Desa dipandu oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk
(2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkannya keputusan
selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal bupati/walikota mengenai peresmian anggota Badan
pengucapan sumpah/janji. Permusyawaratan Desa.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana Paragraf 2
dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa Pengisian Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Antarwaktu
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut- Pasal 75
turut atau tidak secara berturut-turut. Pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa antarwaktu
ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota atas usul pimpinan
Badan Permusyawaratan Desa melalui kepala Desa.

36
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 57 Paragraf 3
Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa Pemberhentian Anggota Badan Permusyawaratan Desa
adalah: Pasal 76
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa berhenti karena:
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
a. meninggal dunia;
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan b. permintaan sendiri; atau
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik c. diberhentikan.
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; (2) Anggota Badan Permusyawaratan Desa diberhentikan
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
pernah menikah; a. berakhir masa keanggotaan;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
pertama atau sederajat; berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam)
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa; bulan;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Badan
Permusyawaratan Desa; dan
Permusyawaratan Desa; atau
g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis.
d. melanggar larangan sebagai anggota Badan
Pasal 58 Permusyawaratan Desa.
(1) Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa (3) Pemberhentian anggota Badan Permusyawaratan Desa
ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) diusulkan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan kepada bupati/walikota atas dasar hasil musyawarah Badan
memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan Permusyawaratan Desa.
kemampuan Keuangan Desa. (4) Peresmian pemberhentian anggota Badan Permusyawaratan
(2) Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
keputusan Bupati/Walikota.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebelum Paragraf 4
memangku jabatannya bersumpah/berjanji secara Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa
bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Pasal 77
Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditunjuk. (1) Peraturan tata tertib Badan Permusyawaratan Desa paling
sedikit memuat:
(4) Susunan kata sumpah/janji anggota Badan
Permusyawaratan Desa sebagai berikut: a. waktu musyawarah Badan Permusyawaratan Desa;
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya b. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah Badan

37
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa;
Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur- c. tata cara musyawarah Badan Permusyawaratan Desa;
jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat d. tata laksana dan hak menyatakan pendapat Badan
dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila Permusyawaratan Desa dan anggota Badan
sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan Permusyawaratan Desa; dan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang e. pembuatan berita acara musyawarah Badan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta Permusyawaratan Desa.
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan (2) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana
dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
a. pelaksanaan jam musyawarah;
Pasal 59 b. tempat musyawarah;
(1) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 c. jenis musyawarah; dan
(satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 d. daftar hadir anggota Badan Permusyawaratan Desa.
(satu) orang sekretaris. (3) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah Badan
(2) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota huruf b meliputi:
Badan Permusyawaratan Desa secara langsung dalam
a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan
rapat Badan Permusyawaratan Desa yang diadakan
anggota hadir lengkap;
secara khusus.
b. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua Badan
(3) Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
Permusyawaratan Desa berhalangan hadir;
untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan
dibantu oleh anggota termuda. c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil
ketua berhalangan hadir; dan
Pasal 60 d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah
Badan Permusyawaratan Desa menyusun peraturan tata sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan
tertib Badan Permusyawaratan Desa. penggantian anggota Badan Permusyawaratan Desa
antarwaktu.
Pasal 61 (4) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah Badan
Badan Permusyawaratan Desa berhak: Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. mengawasi dan meminta keterangan tentang huruf c meliputi:
penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah a. tata cara pembahasan rancangan peraturan Desa;
Desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Desa;

38
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, c. tata cara mengenai pengawasan kinerja kepala Desa; dan
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi
masyarakat Desa; dan masyarakat.
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan (5) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan
fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. pendapat Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d meliputi:
Pasal 62
Anggota Badan Permusyawaratan Desa berhak: a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan
a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; Pemerintahan Desa;
b. mengajukan pertanyaan; b. penyampaian jawaban atau pendapat kepala Desa atas
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat; pandangan Badan Permusyawaratan Desa;
d. memilih dan dipilih; dan c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat
e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan kepala Desa; dan
Belanja Desa. d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir Badan
Permusyawaratan Desa kepada bupati/walikota.
Pasal 63
Anggota Badan Permusyawaratan Desa wajib : (6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud ayat
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik (1) huruf e meliputi:
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
a. penyusunan notulen rapat;
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; b. penyusunan berita acara;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan c. format berita acara;
gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa; d. penandatanganan berita acara; dan
c. menyerap, menampung, menghimpun, dan e. penyampaian berita acara.
menindaklanjuti aspirasi masyarakat Desa; Paragraf 5
d. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan Hak Pimpinan dan Anggota Badan Permusyawaratan Desa
pribadi, kelompok, dan/atau golongan; Pasal 78
e. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat (7) Pimpinan dan anggota Badan Permusyawaratan Desa
masyarakat Desa; dan mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan pelaksanaan
f. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan tugas dan fungsi dan tunjangan lain sesuai dengan ketentuan
lembaga kemasyarakatan Desa. peraturan perundang-undangan.
Pasal 64
(8) Selain tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan
Anggota Badan Permusyawaratan Desa dilarang:

39
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok Permusyawaratan Desa memperoleh biaya operasional.
masyarakat Desa, dan mendiskriminasikan warga atau
golongan masyarakat Desa; (9) Badan Permusyawaratan Desa berhak memperoleh
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,
uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan.
memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan (10) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
dilakukannya; daerah kabupaten/kota dapat memberikan penghargaan
c. menyalahgunakan wewenang; kepada pimpinan dan anggota Badan Permusyawaratan Desa
d. melanggar sumpah/janji jabatan; yang berprestasi.
e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat
Desa; Pasal 79
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, kewenangan, hak
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau dan kewajiban, pengisian keanggotaan, pemberhentian anggota,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan serta peraturan tata tertib Badan Permusyawaratan Desa diatur
jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan- dalam Peraturan Menteri.
undangan; Bagian Kelima
g. sebagai pelaksana proyek Desa; Musyawarah Desa
h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau Pasal 80
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi (1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh Badan
terlarang. Permusyawaratan Desa yang difasilitasi oleh Pemerintah
Desa.
Pasal 65
(1) Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa (2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut: diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
a.musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin dan unsur masyarakat.
oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa; (3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
b.musyawarah Badan Permusyawaratan Desa atas:
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit a. tokoh adat;
2
/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan b. tokoh agama;
Permusyawaratan Desa;
c. tokoh masyarakat;
c.pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
d. tokoh pendidikan;
musyawarah guna mencapai mufakat;
d.apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;

40
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pengambilan keputusan dilakukan dengan cara g. perwakilan kelompok perajin;
pemungutan suara; h. perwakilan kelompok perempuan;
e.pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak;
huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh dan
paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) j. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan (4) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
Desa yang hadir; dan (3), musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat
f. hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
ditetapkan dengan keputusan Badan
Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata tertib dan mekanisme
musyawarah yang dibuat oleh sekretaris Badan pengambilan keputusan musyawarah Desa diatur dengan
Permusyawaratan Desa. Peraturan Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan
Desa diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Bagian Keenam
Penghasilan Pemerintah Desa
Bagian Kedelapan
Pasal 81
Penghasilan Pemerintah Desa
(1) Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa
Pasal 66
dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.
(2) Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan
(1) Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
penghasilan tetap setiap bulan. a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp500.000.000,00 (lima
(2) Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa ratus juta rupiah) digunakan maksimal 60% (enam puluh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari dana perseratus);
perimbangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja b. ADD yang berjumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
Negara yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan rupiah) sampai dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
Kabupaten/Kota.
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00 (tujuh
(3) Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp900.000.000,00
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa menerima
(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40%
tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
(empat puluh perseratus); dan
dan Belanja Desa.
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00
(4) Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada
(sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 30%
ayat (1), Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh
(tiga puluh perseratus).
jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan
(3) Pengalokasian batas maksimal sebagaimana dimaksud pada

41
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
lainnya yang sah. ayat (2) ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi,
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran penghasilan jumlah perangkat, kompleksitas tugas pemerintahan, dan letak
tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tunjangan geografis.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) serta penerimaan (4) Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan tetap:
lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) a. kepala Desa;
diatur dalam Peraturan Pemerintah. b. sekretaris Desa paling sedikit 70% (tujuh puluh
perseratus) dari penghasilan tetap kepala Desa per bulan;
dan
c. perangkat Desa selain sekretaris Desa paling sedikit 50%
(lima puluh perseratus) dari penghasilan tetap kepala
Desa per bulan.
(5) Besaran penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota.
Pasal 82
(1) Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 81, kepala Desa dan perangkat Desa menerima
tunjangan dan penerimaan lain yang sah.
(2) Tunjangan dan penerimaan lain yang sah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari APB Desa dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Besaran tunjangan dan penerimaan lain yang sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota.

Bab VII: Peraturan Desa BAB V: Tata Cara Penyusunan Peraturan di Desa ‐
7.
Pasal 69 Bagian Kesatu ‐ Rancangan peraturan
(1) Jenis peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, Peraturan Desa Desa diprakarsai oleh
peraturan bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Pasal 83 Pemerintah Desa
Desa. (1) Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.
(2) Peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang (2) Badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan ‐ Rancangan peraturan
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Desa wajib
peraturan Desa kepada pemerintah desa. dikonsultasikan kepada

42
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih (3) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat masyarakat Desa untuk
tinggi. (1) dan ayat (2) wajib dikonsultasikan kepada masyarakat mendapatkan masukan
(3) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah Desa untuk mendapatkan masukan.
dibahas dan disepakati bersama Badan ‐ Rancangan peraturan
(4) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Desa ditetapkan oleh
Permusyawaratan Desa.
(2) ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan kepala Desa setelah
(4) Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, tata ruang, dibahas dan disepakati
dan organisasi Pemerintah Desa harus mendapatkan Pasal 84 bersama Badan
evaluasi dari Bupati/Walikota sebelum ditetapkan (1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama Permusyawaratan Desa,
menjadi Peraturan Desa. disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa ‐ PP ini mengeliminir
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa tentang UU Desa bahwa
diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal seluruh Perdes harus
puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan kesepakatan. melalui mekanisme
peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota.
Musyawarah Desa?????.
(6) Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil (2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala (1) wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan ‐
Desa wajib memperbaikinya. tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak
(7) Kepala Desa diberi waktu paling lama 20 (dua puluh) hari diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
sejak diterimanya hasil evaluasi untuk melakukan Permusyawaratan Desa
koreksi. (3) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai
(8) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam
evaluasi dalam batas waktu sebagaimana dimaksud lembaran Desa dan berita Desa oleh sekretaris Desa.
pada ayat (5), Peraturan Desa tersebut berlaku dengan (4) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana
sendirinya. dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada bupati/walikota
(9) Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7
masyarakat Desa. (tujuh) Hari setelah diundangkan.
(10) Masyarakat Desa berhak memberikan masukan terhadap
Rancangan Peraturan Desa. (5) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.
Bagian Kedua
(11) Peraturan Desa dan peraturan Kepala Desa diundangkan
dalam Berita Desa dan Lembaran Desa oleh sekretaris Peraturan Kepala Desa
Desa.
Pasal 85
(12) Dalam pelaksanaan Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa menetapkan Peraturan kepala Desa merupakan peraturan pelaksanaan
Peraturan Kepala Desa sebagai aturan pelaksanaannya.

43
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
peraturan Desa.
Pasal 70
Pasal 86
(1) Peraturan bersama Kepala Desa merupakan peraturan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari 2 (dua) Desa (1) Peraturan kepala Desa ditandatangani oleh kepala Desa.
atau lebih yang melakukan kerja sama antar-Desa.
(2) Peraturan kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Peraturan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud diundangkan oleh sekretaris Desa dalam lembaran Desa dan
pada ayat (1) merupakan perpaduan kepentingan Desa berita Desa.
masing-masing dalam kerja sama antar-Desa.
(3) Peraturan kepala Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah
Desa.

Bagian Ketiga
Pembatalan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
Pasal 87
Peraturan Desa dan peraturan kepala Desa yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dibatalkan oleh
bupati/walikota.
Peraturan Bersama Kepala Desa
Pasal 88
(1) Peraturan bersama kepala Desa merupakan peraturan kepala
Desa dalam rangka kerja sama antar-Desa.
(2) Peraturan bersama kepala Desa ditandatangani oleh kepala
Desa dari 2 (dua) Desa atau lebih yang melakukan kerja sama
antar-Desa.
(3) Peraturan bersama kepala Desa disebarluaskan kepada
masyarakat Desa masing-masing.

Pasal 89
Pedoman teknis mengenai peraturan di Desa diatur dengan
Peraturan Menteri.

44
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
8. Bab VIII: Keuangan Desa dan Aset Desa, Pasal 71-77 Bab VI: Keuangan dan Kekayaan Desa ‐

Bagian Kesatu Bagian Kesatu ‐ Tatacara penyenggaraan


Keuangan Desa Keuangan Desa kewenangan desa,
Pasal 71 Paragraf 1
(1) Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Umum ‐ Seluruh pendapatan
Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala Pasal 90 Desa diterima dan
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan (1) Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal disalurkan melalui
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APB rekening kas Desa dan
(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat Desa. penggunaannya
(1) menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, ditetapkan dalam APB
(2) Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa Desa,
dan pengelolaan Keuangan Desa. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain didanai oleh APB
Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan ‐ Kepala Desa
Pasal 72 belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. menyampaikan laporan
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(3) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh realisasi pelaksanaan
71 ayat (2) bersumber dari:
Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja APB Desa kepada
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha,
negara bupati/walikota setiap
hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong
(4) Dana anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana semester tahun berjalan.
royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja dimaksud pada ayat (3) dialokasikan pada bagian anggaran
‐ Laporan semester
Negara; kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja
pertama disampaikan
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi perangkat daerah kabupaten/kota.
paling lambat pada akhir
daerah Kabupaten/Kota; bulan Juli tahun berjalan.
(5) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari
pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan
dana perimbangan yang diterima ‐ Laporan untuk semester
belanja daerah.
Kabupaten/Kota; kedua disampaikan
Pasal 91
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan paling lambat pada akhir
Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening
dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran bulan Januari tahun
kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa.
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; berikutnya.
Pasal 92
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari
Pencairan dana dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh
pihak ketiga; dan ‐ Laporan Kades hanya
kepala Desa dan bendahara Desa.
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah. bersifat ke Pemerintah
Pasal 93
(2) Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) Pengelolaan keuangan Desa meliputi: Bupati/ Walikota tetapi
huruf b bersumber dari Belanja Pusat dengan justru tidak mengatur

45
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
mengefektifkan program yang berbasis Desa secara a. perencanaan; Laporan Keterangan
merata dan berkeadilan. b. pelaksanaan; Pertangggungjawan
(3) Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah (LKPj) Kades ke
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. penatausahaan; Masyarakat/ BPD?????
huruf c paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari d. pelaporan; dan
pajak dan retribusi daerah. e. pertanggungjawaban.
(4) Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari
keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (3) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepala Desa
(5) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat
melimpahkan sebagian kewenangan kepada perangkat Desa.
Desa yang ditunjuk. Pasal 94
(6) Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi
Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu)
dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan
Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau
31 Desember
pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang Paragraf 2
seharusnya disalurkan ke Desa. Pengalokasian Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pasal 73
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas Pasal 95
bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan Desa. (1) Pemerintah mengalokasikan Dana Desa dalam anggaran
(2) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang
diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
bersama Badan Permusyawaratan Desa. pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.
(3) Sesuai dengan hasil musyawarah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa menetapkan (2) Ketentuan mengenai pengalokasian Dana Desa sebagaimana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dimaksud pada ayat (1) diatur tersendiri dalam Peraturan
dengan Peraturan Desa. Pemerintah.

Pasal 74 Pasal 96
(1) Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan dalam

46
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota
Desa dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah ADD setiap tahun anggaran.
Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah. (2) ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10%
(sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima
(2) Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja
ayat (1) meliputi, tetapi tidak terbatas pada kebutuhan daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.
primer, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan (3) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pemberdayaan masyarakat Desa. mempertimbangkan:
a. kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat
Pasal 75 Desa; dan
(1) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan Keuangan Desa. b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas
wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa menguasakan (4) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa. ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan Desa diatur
dalam Peraturan Pemerintah. (5) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian ADD diatur
dengan peraturan bupati/walikota.
Bagian Kedua Pasal 97
Aset Desa (1) Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan bagian dari hasil
Pasal 76 pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa paling
(1) Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan
pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota.
Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, (2) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
umum, dan aset lainnya milik Desa. ketentuan:
(2) Aset lainnya milik Desa sebagaimana dimaksud pada
a. 60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata
ayat (1) antara lain:
kepada seluruh Desa; dan
a. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, b. 40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; masing-masing.

47
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
b. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan (3) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
sumbangan atau yang sejenis; kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana dimaksud pada
c. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian bagian dari hasil
pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa diatur
d. hasil kerja sama Desa; dan
e. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan dengan peraturan bupati/walikota.
lainnya yang sah. Pasal 98
(3) Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah (1) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan yang
dihibahkan kepemilikannya kepada Desa. bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
(4) Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah
atas nama Pemerintah Desa. kabupaten/kota kepada Desa.
(5) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh
(2) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan
dapat bersifat umum dan khusus.
kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk
fasilitas umum. (3) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana
(6) Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan penggunaannya
status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib. diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan
dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah
Pasal 77 daerah di Desa.
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa dilaksanakan (4) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana
berdasarkan asas kepentingan umum, fungsional, dimaksud pada ayat (2) peruntukan dan pengelolaannya
kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam
akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi. rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan
(2) Pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk masyarakat.
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan Paragraf 3
Desa. Penyaluran
(3) Pengelolaan kekayaan milik Desa sebagaimana Pasal 99
dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh Kepala Desa (1) Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan
bersama Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan retribusi daerah kabupaten/kota dari kabupaten/kota ke Desa
tata cara pengelolaan kekayaan milik Desa yang diatur dilakukan secara bertahap.
dalam Peraturan Pemerintah. (2) Tata cara penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah

48
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dan retribusi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam peraturan bupati/walikota dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri.
(3) Penyaluran bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota ke Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4
Belanja Desa
Pasal 100
Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan
ketentuan:
a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dan
b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
anggaran belanja Desa digunakan untuk:
1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan
perangkat Desa;
2. operasional Pemerintah Desa;
3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa;
dan
4. insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Paragraf 5
APB Desa
Pasal 101
(1) Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa disepakati
bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

49
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(2) Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh kepala Desa kepada
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat
3 (tiga) Hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

(3) Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi rancangan


peraturan Desa tentang APB Desa kepada camat atau
sebutan lain.
(4) Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat
tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.

Pasal 102
(1) Gubernur menginformasikan rencana bantuan keuangan yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
provinsi.
(2) Bupati/walikota menginformasikan rencana ADD, bagian bagi
hasil pajak dan retribusi kabupaten/kota untuk Desa, serta
bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota.
(3) Gubernur dan bupati/walikota menyampaikan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
kepala Desa dalam jangka waktu 10 (sepuluh) Hari setelah
kebijakan umum anggaran dan prioritas serta plafon anggaran
sementara disepakati kepala daerah bersama dewan
perwakilan rakyat daerah.
(4) Informasi dari gubernur dan bupati/walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi bahan
penyusunan rancangan APB Desa.

Paragraf 6
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 103

50
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(1) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
APB Desa kepada bupati/walikota setiap semester tahun
berjalan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semester
pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semester
kedua disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari
tahun berikutnya.

Pasal 104
(1) Selain penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APB Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), kepala
Desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APB Desa kepada bupati/walikota setiap
akhir tahun anggaran.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada bupati/walikota melalui camat
atau sebutan lain setiap akhir tahun anggaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 huruf a.

Pasal 105
Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa diatur dengan peraturan
bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 106
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Desa diatur
dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
Paragraf 1
Umum

51
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 107
(1) Kekayaan milik Desa diberi kode barang dalam rangka
pengamanan.
(2) Kekayaan milik Desa dilarang diserahkan atau dialihkan
kepada pihak lain sebagai pembayaran tagihan atas
Pemerintah Desa.
(3) Kekayaan milik Desa dilarang digadaikan atau dijadikan
jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Pasal 108
Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian kekayaan milik Desa.

Paragraf 2
Tata Cara Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
Pasal 109
(1) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
kekayaan milik Desa.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kepala Desa dapat menguasakan sebagian
kekuasaannya kepada perangkat Desa.

Pasal 110
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan
pendapatan Desa.
(2) Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan peraturan
Desa dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.

52
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 111
(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan dengan
penambahan dan pelepasan aset ditetapkan dengan peraturan
Desa sesuai dengan kesepakatan musyawarah Desa.
(2) Kekayaan milik Pemerintah dan pemerintah daerah berskala
lokal Desa dapat dihibahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 112
(1) Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dikembalikan kepada Desa, kecuali
yang sudah digunakan untuk fasilitas umum.
(2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat umum.

Pasal 113
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan kekayaan milik Desa
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bab IX: Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Bab VII: Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan ‐
9.
Perdesaan, Pasal 78-86 Perdesaan

53
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Bagian Kesatu Bagian Kesatu ‐ Perencanaan desa harus
Pembangunan Desa Pembangunan Desa melalui musyawarah
Pasal 78 Paragraf 1 desa secara partisipatif,
(1) Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan Perencanaan Pembangunan Desa
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup Pasal 114 ‐ RPJM Desa mengacu
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui (1) Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil pada RPJM
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana kesepakatan dalam musyawarah Desa. kabupaten/kota,
dan prasarana Desa, pengembangan potensi
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ‐ Pembangunan desa dan
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam
paling lambat dilaksanakan pada bulan Juni tahun anggaran pembangunan kawasan,
dan lingkungan secara berkelanjutan.
berjalan.
(2) Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, ‐ Pembangunan kawasan
pelaksanaan, dan pengawasan. Pasal 115 dapat dilaksankan di
(3) Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Perencanaan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam tingkat kabupaten,
(2) mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan Pasal 114 menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam provinsi dan nasional,
kegotongroyongan guna mewujudkan menyusun rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan daftar usulan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. RKP Desa. ‐ Pemberdayaan dilakukan
oleh Pemerintah,
Paragraf 1 Pasal 116 pemerintah daerah
Perencanaan (1) Dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa, Pemerintah provinsi, pemerintah
Pasal 79 Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan daerah kabupaten/kota,
(1) Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan pembangunan Desa secara partisipatif. Pemerintah Desa, dan
Desa sesuai dengan kewenangannya dengan pihak ketiga.
mengacu pada perencanaan pembangunan (2) Musyawarah perencanaan pembangunan Desa sebagaimana
Kabupaten/Kota. dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Badan Permusyawaratan ‐ Pemerintah, pemerintah
(2) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana Desa dan unsur masyarakat Desa. daerah provinsi,
dimaksud pada ayat (1) disusun secara berjangka (3) Rancangan RPJM Desa dan rancangan RKP Desa pemerintah daerah
meliputi: sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dalam kabupaten/kota, dan
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa musyawarah perencanaan pembangunan Desa. Pemerintah Desa
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan melakukan upaya
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau (4) Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pemberdayaan
yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi kepala Desa masyarakat Desa.
merupakan penjabaran dari Rencana terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan Desa.
Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk (5) Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ‐ Pemerintah dan
jangka waktu 1 (satu) tahun. pemerintah daerah
memperhatikan arah kebijakan perencanaan pembangunan

54
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan kabupaten/kota. menyelenggarakan
Rencana Kerja Pemerintah Desa sebagaimana pemberdayaan
(6) Rancangan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masyarakat Desa dengan
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
merupakan penjabaran dari rancangan RPJM Desa untuk
Desa. pendampingan secara
jangka waktu 1 (satu) tahun. berjenjang sesuai
(4) Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa Pasal 117 dengan kebutuhan.
merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di (1) RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota.
Desa. ‐ Pendampingan
(5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan (2) RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat masyarakat Desa
Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan pedoman visi dan misi kepala Desa, rencana penyelenggaraan sebagaimana dimaksud
dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan pada ayat (1) secara
Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan arah teknis dilaksanakan oleh
kebijakan pembangunan Desa. satuan kerja perangkat
(6) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang
daerah kabupaten/kota
berskala lokal Desa dikoordinasikan dan/atau (3) RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi
dan dapat dibantu oleh
didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa. objektif Desa dan prioritas pembangunan kabupaten/kota. tenaga pendamping
(7) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana profesional, kader
dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu sumber (4) RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan pemberdayaan
masukan dalam perencanaan pembangunan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
masyarakat Desa,
Kabupaten/Kota. pelantikan kepala Desa.
dan/atau pihak ketiga.
Pasal 80 Pasal 118 ‐ Tenaga pendamping
(1) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana (1) RKP Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 profesional
dimaksud dalam Pasal 79 diselenggarakan dengan merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1
mengikutsertakan masyarakat Desa. (satu) tahun. ‐ pendamping Desa yang
(2) Dalam menyusun perencanaan Pembangunan Desa (2) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat bertugas mendampingi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Desa dalam
Desa wajib menyelenggarakan musyawarah pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan penyelenggaraan
perencanaan Pembangunan Desa. pemberdayaan masyarakat Desa. Pemerintahan Desa,
(3) Musyawarah perencanaan Pembangunan Desa kerja sama Desa,
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan (3) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit pengembangan BUM
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh berisi uraian: Desa, dan pembangunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya yang berskala lokal
a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Desa;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

55
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(4) Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan dikelola oleh Desa; ‐ pendamping teknis yang
Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang bertugas mendampingi
(3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap dikelola melalui kerja sama antar-Desa dan pihak ketiga; Desa dalam pelaksanaan
kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi: d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang program dan kegiatan
a. peningkatan kualitas dan akses terhadap dikelola oleh Desa sebagai kewenangan penugasan dari sektoral; dan
pelayanan dasar; Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
b. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah kabupaten/kota; dan ‐ tenaga ahli
dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat pemberdayaan
dan sumber daya lokal yang tersedia; Desa dan/atau unsur masyarakat Desa. masyarakat yang
c. pengembangan ekonomi pertanian berskala (4) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh bertugas meningkatkan
produktif; Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah kapasitas tenaga
d. pengembangan dan pemanfaatan teknologi daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa pendamping dalam
tepat guna untuk kemajuan ekonomi; dan dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah rangka penyelenggaraan
e. peningkatan kualitas ketertiban dan provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Pemerintahan Desa,
ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan pelaksanaan
kebutuhan masyarakat Desa. (5) RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan pembangunan Desa,
Juli tahun berjalan. pembinaan
Paragraf 2 kemasyarakatan Desa,
(6) RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat
Pelaksanaan dan pemberdayaan
akhir bulan September tahun berjalan.
Pasal 81 masyarakat Desa.
(1) Pembangunan Desa dilaksanakan sesuai dengan (7) RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Rencana Kerja Pemerintah Desa. (4) Pendamping
Pasal 119 sebagaimana
(2) Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan
pembangunan Desa kepada pemerintah daerah (1) harus memiliki
melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan
kabupaten/kota. sertifikasi kompetensi
semangat gotong royong.
(3) Pelaksanaan Pembangunan Desa sebagaimana dan kualifikasi
(2) Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pendampingan di
kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan
memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam bidang ekonomi,
pemerintah daerah provinsi.
Desa. sosial, budaya,
(4) Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan (3) Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana dan/atau teknik.
sendiri oleh Desa. dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan persetujuan (5) Kader pemberdayaan
(5) Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa bupati/walikota. masyarakat Desa
diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk sebagaimana
(4) Dalam hal bupati/walikota memberikan persetujuan, usulan dimaksud dalam Pasal

56
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
diintegrasikan dengan Pembangunan Desa. sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh 128 ayat (2) berasal
bupati/walikota kepada Pemerintah dan/atau pemerintah dari unsur masyarakat
Paragraf 3 daerah provinsi. yang dipilih oleh Desa
Pemantauan dan Pengawasan Pembangunan Desa untuk menumbuhkan
Pasal 82 (5) Usulan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat dan mengembangkan
(1) dan ayat (2) dihasilkan dalam musyawarah perencanaan
(1) Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi serta menggerakkan
pembangunan Desa prakarsa, partisipasi,
mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan
Desa. (6) Dalam hal Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan dan swadaya gotong
(2) Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan pemerintah daerah kabupaten/kota menyetujui usulan royong.
terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), usulan Pasal 130
(3) Masyarakat Desa melaporkan hasil pemantauan dan tersebut dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya. (3) Pemerintah,
berbagai keluhan terhadap pelaksanaan Pembangunan pemerintah provinsi,
Pasal 120 dan pemerintah
Desa kepada Pemerintah Desa dan Badan
(1) RPJM Desa dan/atau RKP Desa dapat diubah dalam hal: kabupaten/kota dapat
Permusyawaratan Desa.
(4) Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis mengadakan sumber
dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang daya manusia
Menengah Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa, berkepanjangan; atau pendamping untuk
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa kepada Desa melalui
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, perjanjian kerja yang
masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah pelaksanaannya
umum dan melaporkannya dalam Musyawarah Desa
kabupaten/kota. dilakukan sesuai
paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
(5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musyawarah Desa (2) Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa sebagaimana dengan ketentuan
peraturan perundang-
untuk menanggapi laporan pelaksanaan Pembangunan dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam
undangan.
Desa. musyawarah perencanaan pembangunan Desa dan
(4) Pemerintah Desa
selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.
dapat mengadakan
Bagian Kedua
kader pemberdayaan
Pembangunan Kawasan Perdesaan
Paragraf 2 masyarakat Desa
Pasal 83
Pelaksanaan Pembangunan Desa melalui mekanisme
Pasal 121 musyawarah Desa
(1) Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan
(1) Kepala Desa mengoordinasikan kegiatan pembangunan Desa untuk ditetapkan
perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu)
yang dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur dengan surat
Kabupaten/Kota.
masyarakat Desa. keputusan kepala
(2) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam Desa.
upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas (2) Pelaksana kegiatan pembangunan Desa sebagaimana

57
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui mempertimbangkan keadilan gender. Pasal 131
pendekatan pembangunan partisipatif. ‐ Menteri dan menteri yang
(3) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud pada
(3) Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi: menyelenggarakan
ayat (1) mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia
a. penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa urusan pemerintahan di
dan sumber daya alam yang ada di Desa serta
dalam rangka penetapan kawasan pembangunan bidang perencanaan
mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat.
sesuai dengan tata ruang Kabupaten/Kota; pembangunan nasional
b. pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan (4) Pelaksana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat menetapkan pedoman
kesejahteraan masyarakat perdesaan; (1) menyampaikan laporan pelaksanaan pembangunan pelaksanaan
c. pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi kepada kepala Desa dalam forum musyawarah Desa. pembangunan Desa,
perdesaan, dan pengembangan teknologi tepat (5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam musyawarah Desa pembangunan kawasan
guna; dan perdesaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk menanggapi pemberdayaan
d. pemberdayaan masyarakat Desa untuk laporan pelaksanaan pembangunan Desa.
meningkatkan akses terhadap pelayanan dan masyarakat Desa, dan
kegiatan ekonomi. pendampingan Desa
Pasal 122 sesuai dengan
(4) Rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas (1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
kewenangan masing-
bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan program sektoral masing.
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan dan program daerah yang masuk ke Desa.
Pemerintah Desa. (2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diinformasikan ‐ Menteri/pimpinan
(5) Rencana pembangunan Kawasan Perdesaan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam lembaga pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh pembangunan Desa. nonkementerian teknis
Bupati/Walikota sesuai dengan Rencana (3) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berskala terkait dapat menetapkan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah. lokal Desa dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pedoman pelaksanaan
pelaksanaannya kepada Desa. pembangunan Desa,
Pasal 84 (4) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam pembangunan kawasan
(1) Pembangunan Kawasan Perdesaan oleh Pemerintah, lampiran APB Desa. perdesaan,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah pemberdayaan
Kabupaten/Kota, dan/atau pihak ketiga yang terkait Bagian Kedua masyarakat Desa, dan
dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa Pembangunan Kawasan Perdesaan pendampingan Desa
wajib melibatkan Pemerintah Desa. Pasal 123 sesuai dengan
(2) Perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan (1) Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan kewenangannya setelah
pendayagunaan Aset Desa untuk pembangunan pembangunan antar-Desa yang dilaksanakan dalam upaya berkoordinasi dengan
Kawasan Perdesaan merujuk pada hasil Musyawarah mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, Menteri dan menteri yang
Desa. pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa melalui

58
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai perencanaan, pendekatan pembangunan partisipatif. menyelenggarakan
pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan, (2) Pembangunan kawasan perdesaan terdiri atas: urusan pemerintahan di
pemanfaatan, dan pendayagunaan sebagaimana a. penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan bidang perencanaan
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Daerah secara partisipatif; pembangunan nasional.
Kabupaten/Kota. b. pengembangan pusat pertumbuhan antar-Desa secara
terpadu; ‐ Pendamping harus
c. penguatan kapasitas masyarakat; memiliki sertifikasi
Pasal 85 d. kelembagaan dan kemitraan ekonomi; dan kompetensi dan
(1) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh kualifikasi pendampingan
e. pembangunan infrastruktur antarperdesaan.
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan di bidang ekonomi,
(3) Pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan sosial, budaya, dan/atau
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau teknik. (bagaimana
berskala Desa serta pengarusutamaan perdamaian dan
BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat dengan seorang yang
keadilan sosial melalui pencegahan dampak sosial dan
Desa. ahli tanpa mempunyai
lingkungan yang merugikan sebagian dan/atau seluruh Desa
(2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh sertifikasi dan kebutuhan
di kawasan perdesaan.
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah pendamping di tingkat
Pasal 124
Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib desa sendiri yang
(1) Pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud
mendayagunakan potensi sumber daya alam dan julahnya lebih dari 72
dalam Pasal 123 dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan
sumber daya manusia serta mengikutsertakan ribu lebih)?????
oleh bupati/walikota.
Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
(2) Penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan ‐
(3) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal
dilaksanakan dengan mekanisme:
Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa
a. Pemerintah Desa melakukan inventarisasi dan identifikasi
dan/atau kerja sama antar-Desa.
mengenai wilayah, potensi ekonomi, mobilitas penduduk,
serta sarana dan prasarana Desa sebagai usulan
penetapan Desa sebagai lokasi pembangunan kawasan
perdesaan;
b. usulan penetapan Desa sebagai lokasi pembangunan
kawasan perdesaan disampaikan oleh kepala Desa
kepada bupati/walikota;
c. bupati/walikota melakukan kajian atas usulan untuk
disesuaikan dengan rencana dan program pembangunan
kabupaten/kota; dan
d. berdasarkan hasil kajian atas usulan, bupati/walikota
menetapkan lokasi pembangunan kawasan perdesaan

59
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dengan keputusan bupati/walikota.
(3) Bupati/walikota dapat mengusulkan program pembangunan
kawasan perdesaan di lokasi yang telah ditetapkannya kepada
gubernur dan kepada Pemerintah melalui gubernur.
(4) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi dibahas bersama
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk ditetapkan sebagai
program pembangunan kawasan perdesaan.
(5) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
Pemerintah ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional.
(6) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
pemerintah daerah provinsi ditetapkan oleh gubernur.
(7) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal dari
pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh
bupati/walikota.
(8) Bupati/walikota melakukan sosialisasi program pembangunan
kawasan perdesaan kepada Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan masyarakat.
(9) Pembangunan kawasan perdesaan yang berskala lokal Desa
ditugaskan pelaksanaannya kepada Desa.

Pasal 125
(1) Perencanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan aset Desa
dan tata ruang dalam pembangunan kawasan perdesaan
dilakukan berdasarkan hasil musyawarah Desa yang
selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.
(2) Pembangunan kawasan perdesaan yang memanfaatkan aset
Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa.
(3) Pelibatan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dalam hal:
a. memberikan informasi mengenai rencana program dan
kegiatan pembangunan kawasan perdesaan;

60
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
b. memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan
menyepakati pendayagunaan aset Desa dan tata ruang
Desa; dan
c. mengembangkan mekanisme penanganan perselisihan
sosial.

Bagian Ketiga
Pemberdayaan Masyarakat dan
Pendampingan Masyarakat Desa
Paragraf 1
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pasal 126
(1) Pemberdayaan masyarakat Desa bertujuan memampukan
Desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan
tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga
kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata
ekonomi dan lingkungan.
(2) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, Pemerintah
Desa, dan pihak ketiga.
(3) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga
kemasyarakatan Desa, lembaga adat Desa, BUM Desa, badan
kerja sama antar-Desa, forum kerja sama Desa, dan kelompok
kegiatan masyarakat lain yang dibentuk untuk mendukung
kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.

Pasal 127
(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud

61
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan
dan pembangunan Desa yang dilaksanakan secara
swakelola oleh Desa;
b. mengembangkan program dan kegiatan pembangunan
Desa secara berkelanjutan dengan mendayagunakan
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di
Desa;
c. menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai
dengan prioritas, potensi, dan nilai kearifan lokal;
d. menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak
kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas,
perempuan, anak, dan kelompok marginal;
e. mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan Desa;
f. mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan
lembaga adat;
g. mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan
kebijakan Desa yang dilakukan melalui musyawarah Desa;
h. menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas
sumber daya manusia masyarakat Desa;
i. melakukan pendampingan masyarakat Desa yang
berkelanjutan; dan
j. melakukan pengawasan dan pemantauan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan
Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat
Desa.
Paragraf 2
Pendampingan Masyarakat Desa

62
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 128
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan
pemberdayaan masyarakat Desa dengan pendampingan
secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pendampingan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh
tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga.
(3) Camat atau sebutan lain melakukan koordinasi pendampingan
masyarakat Desa di wilayahnya.

Pasal 129
(1) Tenaga pendamping profesional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 128 ayat (2) terdiri atas:
a. pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama
Desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan
yang berskala lokal Desa;
b. pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa
dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan
c. tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas
meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa.
(2) Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki sertifikasi kompetensi dan kualifikasi pendampingan di
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau teknik.
(3) Kader pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) berasal dari unsur
masyarakat yang dipilih oleh Desa untuk menumbuhkan dan
mengembangkan serta menggerakkan prakarsa, partisipasi,

63
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dan swadaya gotong royong.
Pasal 130
(1) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dapat mengadakan sumber daya manusia
pendamping untuk Desa melalui perjanjian kerja yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemerintah Desa dapat mengadakan kader pemberdayaan
masyarakat Desa melalui mekanisme musyawarah Desa untuk
ditetapkan dengan surat keputusan kepala Desa.

Pasal 131
(1) Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional
menetapkan pedoman pelaksanaan pembangunan Desa,
pembangunan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat Desa, dan pendampingan Desa sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian teknis
terkait dapat menetapkan pedoman pelaksanaan
pembangunan Desa, pembangunan kawasan perdesaan,
pemberdayaan masyarakat Desa, dan pendampingan Desa
sesuai dengan kewenangannya setelah berkoordinasi dengan
Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.

10. Bab X: Badan Usaha Milik Desa, Pasal 87-90 Bab VIII: Badan Usaha Milik Desa ‐

Pasal 87 Bagian Kesatu ‐ Tatacara pendirian


(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang Pendirian dan Organisasi Pengelola BUMDes,
disebut BUM Desa. Pasal 132
(2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan (1) Desa dapat mendirikan BUM Desa. ‐ Kades sebagai penasihat
kegotongroyongan. (2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam posisi ex-officio
(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan dengan

64
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan peraturan Desa. ‐ Kekayaan BUMDes
ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi sebagai kekayaan yang
Pemerintahan Desa. terpisah
Pasal 88 (4) Organisasi pengelola BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
(1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah ayat (1) paling sedikit terdiri atas:
Desa. a. penasihat; dan
(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat b. pelaksana operasional.
(1) ditetapkan dengan Peraturan Desa. (5) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa.
Pasal 89 (6) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk: huruf b merupakan perseorangan yang diangkat dan
a. pengembangan usaha; dan diberhentikan oleh kepala Desa.
b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, (7) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang pelaksana lembaga Pemerintahan Desa dan lembaga
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja kemasyarakatan Desa.
Desa.
Pasal 133
Pasal 90 (1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132 ayat (4)
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah huruf a mempunyai tugas melakukan pengawasan dan
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam
perkembangan BUM Desa dengan: menjalankan kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha
a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan; Desa.
b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; (2) Penasihat dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dan dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan meminta
c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber penjelasan pelaksana operasional mengenai pengurusan dan
daya alam di Desa. pengelolaan usaha Desa.

Pasal 134
Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132
ayat (4) huruf b mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM
Desa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Pasal 135
(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.

65
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(2) Kekayaan BUM Desa merupakan kekayaan Desa yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
(3) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
(4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a berasal dari APB Desa dan sumber lainnya.
(5) Penyertaan modal Desa yang berasal dari APB Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat bersumber dari:
a. dana segar;
b. bantuan Pemerintah;
c. bantuan pemerintah daerah; dan
d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa.
(6) Bantuan Pemerintah dan pemerintah daerah kepada BUM
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan huruf
c disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

Bagian Ketiga
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Pasal 136
(1) Pelaksana operasional BUM Desa wajib menyusun dan
menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
setelah mendapatkan pertimbangan kepala Desa.
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit nama, tempat kedudukan, maksud dan
tujuan, modal, kegiatan usaha, jangka waktu berdirinya BUM
Desa, organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan dan
pembagian keuntungan.
(3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit hak dan kewajiban, masa bakti, tata
cara pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi
pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber modal.
(4) Kesepakatan penyusunan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

66
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
melalui musyawarah Desa.
(5) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh kepala Desa.
Bagian Keempat
Pengembangan Kegiatan Usaha
Pasal 137
(1) Untuk mengembangkan kegiatan usahanya, BUM Desa dapat:
a. menerima pinjaman dan/atau bantuan yang sah dari pihak
lain; dan
b. mendirikan unit usaha BUM Desa.
(2) BUM Desa yang melakukan pinjaman harus mendapatkan
persetujuan Pemerintah Desa.
(3) Pendirian, pengurusan, dan pengelolaan unit usaha BUM
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 138
(1) Pelaksana operasional dalam pengurusan dan pengelolaan
usaha Desa mewakili BUM Desa di dalam dan di luar
pengadilan.
(2) Pelaksana operasional wajib melaporkan pertanggungjawaban
pengurusan dan pengelolaan BUM Desa kepada kepala Desa
secara berkala.

Pasal 139
Kerugian yang dialami oleh BUM Desa menjadi tanggung jawab
pelaksana operasional BUM Desa.
Pasal 140
(1) Kepailitan BUM Desa hanya dapat diajukan oleh kepala Desa.
(2) Kepailitan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pendirian BUM Desa Bersama

67
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 141
(1) Dalam rangka kerja sama antar-Desa, 2 (dua) Desa atau lebih
dapat membentuk BUM Desa bersama.
(2) Pembentukan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan melalui pendirian, penggabungan, atau
peleburan BUM Desa.
(3) Pendirian, penggabungan, atau peleburan BUM Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) serta
pengelolaan BUM Desa tersebut dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 142
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, pengurusan dan
pengelolaan, serta pembubaran BUM Desa diatur dengan
Peraturan Menteri.
11. Bab XI: Kerja Sama Desa, 91-93 Bab IX: Kerja Sama Desa ‐

Pasal 91 Pasal 143 ‐


Desa dapat mengadakan kerja sama dengan Desa lain (1) Kerja sama Desa dilakukan antar-Desa dan/atau dengan pihak
dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga. ketiga.
(2) Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan
Bagian Kesatu bersama kepala Desa.
Kerja Sama antar-Desa (3) Pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur
dengan perjanjian bersama.
Pasal 92 (4) Peraturan bersama dan perjanjian bersama sebagaimana
(1) Kerja sama antar-Desa meliputi: dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) paling sedikit memuat:
a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh a. ruang lingkup kerja sama;
Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya b. bidang kerja sama;
saing; c. tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama;
b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, d. jangka waktu;
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat e. hak dan kewajiban;
antar-Desa; dan/atau f. pendanaan;
c. bidang keamanan dan ketertiban.
g. tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan
h. penyelesaian perselisihan.

68
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa melalui kesepakatan (5) Camat atau sebutan lain atas nama bupati/walikota
musyawarah antar-Desa. memfasilitasi pelaksanaan kerja sama antar-Desa ataupun
(3) Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan kerja kerja sama Desa dengan pihak ketiga.
sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan
Bersama Kepala Desa. Pasal 144
(4) Musyawarah antar-Desa sebagaimana dimaksud pada (1) Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas:
ayat (2) membahas hal yang berkaitan dengan: a. Pemerintah Desa;
a. pembentukan lembaga antar-Desa; b. anggota Badan Permusyawaratan Desa;
b. pelaksanaan program Pemerintah dan c. lembaga kemasyarakatan Desa;
d. lembaga Desa lainnya; dan
Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan
e. tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan
melalui skema kerja sama antar-Desa;
gender.
c. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
(2) Susunan organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja
program pembangunan antar-Desa;
sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
d. pengalokasian anggaran untuk Pembangunan dengan peraturan bersama kepala Desa.
Desa, antar-Desa, dan Kawasan Perdesaan; (3) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
e. masukan terhadap program Pemerintah Daerah bertanggung jawab kepada kepala Desa.
tempat Desa tersebut berada; dan
f. kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui Pasal 145
kerja sama antar-Desa. Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan dimusyawarahkan dengan menyertakan para pihak yang terikat
kerja sama antar- Desa dapat membentuk dalam kerja sama Desa.
kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan. Pasal 146
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM (1) Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa sebagaimana
Desa yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih. dimaksud dalam Pasal 145 dapat dilakukan oleh para pihak.
(2) Mekanisme perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa atas
Bagian Kedua ketentuan kerja sama Desa diatur sesuai dengan kesepakatan
Kerja Sama dengan Pihak Ketiga para pihak.
Pasal 93
(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk Pasal 147
mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Kerja sama Desa berakhir apabila:
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan ditetapkan dalam perjanjian;

69
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
pemberdayaan masyarakat Desa. b. tujuan perjanjian telah tercapai;
(2) Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud c. terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan
pada ayat (1) dimusyawarahkan dalam Musyawarah perjanjian kerja sama tidak dapat dilaksanakan;
Desa. d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar
ketentuan perjanjian;
e. dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
f. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. objek perjanjian hilang;
h. terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat
Desa, daerah, atau nasional; atau
i. berakhirnya masa perjanjian.

Pasal 148
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa
diselesaikan secara musyawarah serta dilandasi semangat
kekeluargaan.
(2) Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam satu wilayah kecamatan,
penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat atau
sebutan lain.
(3) Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam wilayah kecamatan yang
berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan
oleh bupati/walikota.
(4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) bersifat final dan ditetapkan dalam berita acara
yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang
memfasilitasi penyelesaian perselisihan.
(5) Perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat
terselesaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) dilakukan melalui proses hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 149

70
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerja sama Desa diatur
dengan Peraturan Menteri.

Bab XII: Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Bab X: Lembaga Kemasyarakatan Desa dan ‐
12.
Desa, Pasal 94-95 Lembaga Adat Desa
Pe Bagian Kesatu Bagian Kesatu ‐ Peran Lembaga
mb Lembaga Kemasyarakatan Desa Lembaga Kemasyarakatan Desa Kemasyarakatan dalam
ang Pasal 94 Pasal 150 dalam pelayanan dan
una (1) Lembaga kemasyarakatan Desa dibentuk atas prakarsa pembangunan desa,
n (1) Desa mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa Pemerintah Desa dan masyarakat.
yang ada dalam membantu pelaksanaan fungsi (2) Lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ‐ Fungsi swakelola
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan ayat (1) bertugas: masyarakat,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan a. melakukan pemberdayaan masyarakat Desa;
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. b. ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan ‐ Sebagai pusat atau
(2) Lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pembangunan; dan simbul-simpul
pada ayat (1) merupakan wadah partisipasi masyarakat c. meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. kelembagaan yang ada
Desa sebagai mitra Pemerintah Desa. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat di masyarakat,
(3) Lembaga kemasyarakatan Desa bertugas melakukan (2), lembaga kemasyarakatan Desa memiliki fungsi:
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; ‐ Ada jaminan
pemberdayaan masyarakat Desa, ikut serta terbentuknya lembaga
merencanakan dan melaksanakan pembangunan, b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat; adat, tetapi
serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. pembentukannya ikut
(4) Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari c. meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan
Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa; peraturan menteri.
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, dan lembaga non-Pemerintah d. menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan,
wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan
kemasyarakatan yang sudah ada di Desa. secara partisipatif;
e. menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan
prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong royong
Bagian Kedua masyarakat;
Lembaga Adat Desa f. meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
Pasal 95 g. meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
(1) Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dapat (4) Pembentukan lembaga kemasyarakatan Desa diatur dengan
membentuk lembaga adat Desa. peraturan Desa.
(2) Lembaga adat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 151

71
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(1) merupakan lembaga yang menyelenggarakan Pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga nonpemerintah
fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan dalam melaksanakan programnya di Desa wajib memberdayakan
asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di
masyarakat Desa. Desa.
(3) Lembaga adat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat Bagian Kedua
(1) bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai Lembaga Adat Desa
mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan Pasal 152
mengembangkan adat istiadat sebagai wujud (1) Pembentukan lembaga adat Desa ditetapkan dengan
pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa. peraturan Desa.
(2) Pembentukan lembaga adat Desa dapat dikembangkan di
desa adat untuk menampung kepentingan kelompok adat yang
lain.

Pasal 153
Lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat Desa dibentuk oleh
Pemerintah Desa berdasarkan pedoman yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
13. BAB XV: Ketentuan Peralihan, Pasal 116-118 Bab XII: Ketentuan Peralihan ‐

Pasal 116 Pasal 155 ‐ Fungsi Sekdes pegawai


(1) Desa yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, sekretaris Desa negeri sipil tetap
berlaku tetap diakui sebagai Desa. yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil tetap menjalankan menjalankan tugasnya
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai undang-undang/
Peraturan Daerah tentang penetapan Desa dan Desa belum diatur lebih lanjut
Adat di wilayahnya. Pasal 156
(3) Penetapan Desa dan Desa Adat sebagaimana Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, kerja sama
dimaksud pada ayat (2) paling lama 1 (satu) tahun antar-Desa atau kerja sama Desa dengan pihak ketiga yang
sejak Undang-Undang ini diundangkan. sedang berjalan tetap dilaksanakan sampai dengan berakhirnya
(4) Paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini kerja sama tersebut.
berlaku, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersama
Pemerintah Desa melakukan inventarisasi Aset Desa.

Pasal 117
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang sudah ada wajib

72
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
menyesuaikannya dengan ketentuan dalam Undang-Undang
ini.

Pasal 118
(1) Masa jabatan Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap
berlaku sampai habis masa jabatannya.
(2) Periodisasi masa jabatan Kepala Desa mengikuti
ketentuan Undang-Undang ini.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa yang ada pada
saat ini tetap menjalankan tugas sampai habis masa
keanggotaanya.
(4) Periodisasi keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
mengikuti ketentuan Undang-Undang ini.
(5) Perangkat Desa yang tidak berstatus pegawai negeri sipil
tetap melaksanakan tugas sampai habis masa
tugasnya.
(6) Perangkat Desa yang berstatus sebagai pegawai negeri
sipil melaksanakan tugasnya sampai ditetapkan
penempatannya yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

14. BAB XVI: Ketentuan Penutup, Pasal 119-122 BAB XVI: Ketentuan Penutup, Pasal 119-122 ‐

Pasal 119 Pasal 157 ‐


Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
berkaitan secara langsung dengan Desa wajib mendasarkan
peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Desa yang telah
dan menyesuaikan pengaturannya dengan ketentuan Undang-
ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Undang ini.
Pemerintah ini.
Pasal 120 Pasal 158
(1) Semua peraturan pelaksanaan tentang Desa yang Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
selama ini ada tetap berlaku sepanjang tidak Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
bertentangan dengan Undang-Undang ini. Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
(2) Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) dicabut dan

73
PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
No Content UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Keterangan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah paling lama 2 dinyatakan tidak berlaku.
(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
Pasal 159
diundangkan.
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Pasal 121 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Pasal 200 Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
sampai dengan Pasal 216 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Negara Republik Indonesia.
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548) dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 122
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia

74

Anda mungkin juga menyukai