Jurnal Pemimpin Ideal Dalam Perspektif Hadis
Jurnal Pemimpin Ideal Dalam Perspektif Hadis
Anisatun Muthi’ah
Jurusan Ilmu Hadis
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: anisatun@syekhnurjati.ac.id
Abstrak
Pemimpin ideal dalam anjuran islam seharusnya sekaligus
berarti penolong, karena pemimpin bertugas melindungi orang-
orang yang dipimpinnya dan berusaha menolong serta
menyelamatkan mereka saat kesulitan dan bencana menimpa,
karena pemimpinlah yang bertanggung jawab atas segala hal
yang ada dan yang terjadi dalam wilayahnya serta ihwal orang-
orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dipilih adalah
untuk memimpin anggota kelompoknya untuk dapat
mewujudkan tujuan bersama.
Kata kunci: Pemimpin ideal, dan Hadis
Abstract
The ideal leader in Islamic advice should be included in the
sense of a helper, for the leader is in charge of protecting the
people he leads and trying to help and rescue them when
hardships and disasters strike, for the leader is responsible for
everything that is and what is happening in his territory and
about the people he leads. A chosen leader is to lead members
of his group to be able to realize common goals.
Keywords: Ideal Leader, and Hatdits
PENDAHULUAN
Alquran menunjukkan bahwa manusia dibebani tugas untuk
memakmurkan bumi.1 Tugas yang disandangnya ini menempatkan setiap
manusia sebagai pemimpin (khali>fah).2 Setiap orang harus memimpin
dimulai dari dirinya sendiri, dengan berbuat amal kebajikan bagi dirinya,
orang lain (masyarakat) dan lingkungan sekitarnya, baik yang bernyawa
maupun tidak bernyawa agar mencapai tujuan hidupnya berupa keselamatan,
1
Q.S. al-Baqarah: 30.
2
Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang menunjuk kepada arti pemimpin, di
antaranya Khali>fah, Ima>m dan Ami>r.
Anisatun Muthi’ah
PEMBAHASAN
A. Kajian Hadis tentang Pemimpin
1. Hadis-Hadis Pemimpin
Sah}i>h} Muslim Kita>b al-Ima>rah, bab Khiya>r al-A‘immah wa
Shira>ruhum.4
3
Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang menunjuk kepada arti pemimpin, di
antaranya Khali>fah, Ima>m dan Ami>r.
4
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qushayri> al-Naisabu>ri>
(selanjutnya disebut Muslim), al-Jami>‘ al-S{ah}i>h} (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Jilid IV, 24
Ruzaiq bin Hayya>n dari Muslim bin Qaraz}ah dari ‘Auf bin Ma>lik dari
Rasulullah SAW. telah bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah
mereka yang kamu cintai dan mereka pula mencintai kamu, mereka
yang mendoakanmu dan kamu doakan mereka. Sedangkan seburuk-
buruk pemimpinmu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun
membencimu, yang kamu laknat dan mereka melaknatmu pula.”
Dikatakan: “Wahai Rasulullah, jika demikian, tidakkah kita
menumbangkannya dengan pedang?” Beliau bersabda: “Tidak,
selama mereka menegakkan salat di tengah-tengah kamu. Jika kalian
melihat dari penguasa-penguasamu kejelekan yang kamu benci, maka
bencilah perbuatan jeleknya itu saja dan jangan sekali-kali
membangkang terhadapnya.”
Musnad Ah}mad bin Hanbal Kita>b Ba>qi Musnad al-Ansa>r, bab Hadi>th
‘Auf bin Ma>lik al-Ashja>‘i> al-Ans}a>ri>.5
ﺎلَ َﻳﺪ ﺑْ ِﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﻗ َ َﺧﺒَـَﺮِﱐ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ ﺑْ ُﻦ ﻳَِﺰ ْ ﺎل أَ َ ﻗ,اِﺎل أَﻧْـﺒﺄَ َ ﻋﺒ ُﺪ ﱠ
َْ َ َ َﺎق ﻗ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋﻠِ ﱡﻲ ﺑْ ُﻦ إِ ْﺳ َﺤ
ِ َ َﻚ ﻗ ٍ ِف ﺑ ِﻦ ﻣﺎﻟ ِ ِ
ﺖُ ﺎل َﲰ ْﻌ َ ْ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ ُزَرﻳْ ٌﻖ َﻣ ْﻮَﱃ ﺑَِﲏ ﻓَـَﺰ َارَة َﻋ ْﻦ ُﻣ ْﺴﻠ ِﻢ ﺑْ ِﻦ ﻗَـَﺮﻇَ َﺔ َوَﻛﺎ َن اﺑْ َﻦ َﻋ ِّﻢ َﻋ ْﻮ
ﻮل ِﺧﻴَ ُﺎر أَﺋِ ﱠﻤﺘِ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﻦ ُِﲢﺒﱡﻮﻧـَ ُﻬ ْﻢُ ُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَ ُﻘ,ا
ﺻﻠﱠﻰ ﱠ ِﻮل ﱠ ِ ُ ﻚﻳ ٍِ
َ ,ا َ ﺖ َر ُﺳ ُ ﻘﻮل َﲰ ْﻌ َ ف ﺑْ َﻦ َﻣﺎﻟ َ َﻋ ْﻮ
ﻀﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ِ ِ ِِ ِ ﱠ ِ ﺼﻠﱡﻮ َن َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ َوﻳُ َ ﱡ ِ
ُ ﻀﻮﻧـَ ُﻬ ْﻢ َوﻳـُْﺒﻐ ُ ﻳﻦ ﺗـُْﺒﻐ َ ﺼﻠﻮ َن َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َوﺷَﺮ ُار أَﺋ ﱠﻤﺘ ُﻜ ْﻢ اﻟﺬ َ َُوُﳛﺒﱡﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ َوﺗ
ِ ِﻮل ﱠ
ﺼ َﻼ َة ﺎل َﻻ َﻣﺎ أَﻗَ ُﺎﻣﻮا ﻟَ ُﻜ ْﻢ اﻟ ﱠ َ َﻚ ﻗ َ أَﻓَ َﻼ ﻧـُﻨَﺎﺑِ ُﺬ ُﻫ ْﻢ ِﻋْﻨ َﺪ َذﻟ,ا َ َر ُﺳHَ َوﺗَـ ْﻠ َﻌﻨُﻮﻧـَ ُﻬ ْﻢ َوﻳـَْﻠ َﻌﻨُﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﻗُـ ْﻠﻨَﺎ
ِﺼﻴ ِﺔ ﱠ ِ ِ ِ ِﺼﻴ ِﺔ ﱠ ِ ِ ٍ ِ ِ ِّأََﻻ وﻣﻦ و
َوَﻻ,ا َ ِْﰐ ﻣ ْﻦ َﻣ ْﻌdَ ﻓَـ ْﻠﻴُـْﻨﻜ ْﺮ َﻣﺎ,ا َ ِْﰐ َﺷْﻴـﺌًﺎ ﻣ ْﻦ َﻣ ْﻌdَ ُﱄ َﻋﻠَْﻴﻪ أَﻣ ٌﲑ َوال ﻓَـَﺮآﻩ َ ُ ْ ََ
ٍﻳـْﻨ ِﺰﻋ ﱠﻦ ﻳ ًﺪا ِﻣﻦ ﻃَﺎﻋﺔ
َ ْ َ َ َ
“Telah bercerita kepada kami ‘Ali> bin Ish}a>q, ia telah berkata:
‘Abdulla>h telah bercerita kepada kami, ia telah berkata: telah
bercerita kepadaku ‘Abdurrah}ma>n bin Yazi>d bin Jabi>r, ia berkata
bahwa Ruzayq, seorang budak dari Bani Fazarah dari Muslim bin
Qaraz}ah, yaitu putra paman ‘Auf bin Ma>lik, telah bercerita
kepadanya, ia berkata bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah pemimpin yang kamu
cintai dan mereka pula mencintai kamu, yang kamu doakan dan
mereka pula mendoakanmu. Sedangkan seburuk-buruk pemimpinmu
Ah}mad bin Hanbal, Musnad li> al-Ima>m Ah}mad bin Hanbal wa bihamishihi
5
Muntakhab Kanz al-‘Umma>l fi> suna>n al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jilid
VI, 24.
adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun membencimu, yang
kamu laknat dan mereka melaknatmu pula.” Kami berkata: “Wahai
Rasulullah, tidakkah kita menumbangkannya jika demikian?” Ia
menjawab: “Tidak, selama mereka menegakkan salat di tengah-
tengah kamu. Ketahuilah! Barangsiapa di antara kamu mendapatkan
seorang amir terpilih, dan menemukannya berbuat pelanggaran
(maksiat) kepada Allah, maka ingkarilah (tidak membenarkan)
perbuatan maksiatnya itu, dan jangan kamu membangkang
terhadapnya.”
3. Analisis Sanad
Meskipun Imam Muslim dalam muqaddimah (pendahuluan) kitabnya
menyebutkan bahwa hadis-hadis yang dimasukkan dalam kitab hadisnya
6
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah: Implikasinya Pada Perkembangan
Hukum Islam (Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 155-156.
7
Muhammad Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah
Ma’an al-Hadis Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), 5.
4. Analisis Matan
Penelitian matan hadis pada bagian ini tidak sama dengan upaya
ma’a>ni> al-h}adi>th. Penelitian matan ini berupaya meneliti kebenaran teks
sebuah hadis (informasinya) yaitu apakah matan hadis benar-benar (orisinal)
berasal dari Nabi Saw. Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
ma’a>ni> al-h}adi>th berupaya untuk memahami hadis dan sharh} hadis, bukan
bertujuan mencari validitas sebuah matan.
Jika matan hadis diamati dan dianalisa, maka apa yang disampaikan
di dalamnya dapat masuk akal. Seorang pemimpin yang mencintai dan
mendoakan rakyatnya, dan begitu sebaliknya dengan rakyatnya yang juga
mencintai dan mendoakannya bisa disebut sebagai sebaik-baik pemimpin.
Rasa cinta yang dimiliki seorang pemimpin terhadap rakyatnya akan
berwujud kepedulian dan perhatian kepada yang dicintanya, yaitu rakyat
yang dipimpinnya, berupa usaha untuk mensejahterakan kehidupan
rakyatnya. Dengan melihat besarnya perhatian dan usaha yang pemimpin
lakukan demi rakyatnya, tentunya rakyat akan mencintainya pula. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila kedua belah pihak saling mendoakan
dan mendukung.
Begitu pula seburuk-buruk pemimpin akan dibenci dengan sendirinya
oleh rakyat, akibat ulahnya yang tidak melaksanakan amanat yang
diembannya, bahkan menyengsarakan rakyat. Pemimpin dapat berbuat
demikian, karena ketidakcintaannya kepada rakyat, malah sebaliknya ia
8
Yah}ya> bin Sharaf al-Nawawi> (selanjutnya disebut al-Nawa>wi>), S{ah}i>h} Muslim:
Sharh} al-Ima>m al-Nawawi> (Beirut: Da>r al-Fikr, 1983), jilid I, 16. Menurut Ibn S{ala>h}
perkataan Muslim dalam Muqaddimah kitabnya memiliki dua makna. Pertama, ia tidak
memasukkan di dalam kitabnya hadis-hadis yang menurutnya telah memenuhi syarat-syarat
hadis s}ah}i>h} yang disepakati, walaupun terpenuhinya syarat-syarat ini hanya pada sebagian
ulama, tidak jelas pada sebagian ulama yang lain. Kedua, ia tidak memasukkan ke dalam
kitab hadisnya, hadis-hadis yang didebatkan oleh ulama thiqah secara keseluruhan meliputi
matan dan sanad, tetapi ia hanya memasukkan hadis yang tidak didebatkan rawinya saja.
Ibnu Salah juga mengatakan bahwa semua hadis yang dihukumkan s}ah}i>h} menurut Imam
Muslim dalam kitabnya dapat dipastikan ke-s}ah}i>h-}annya. Lihat: al-Nawa>wi>, S{ah}i>h} Muslim:
Sharh} al-Ima>m al-Nawawi>, jilid I, 19.
Diya> al-Afka>r Vol. 5, No. 1, Juni 2017 79
Anisatun Muthi’ah
pengertian ilmu hadis, idra>j berarti memasukkan pernyataan yang berasal dari periwayat ke
dalam suatu matan hadis yang diriwayatkannya sehingga menimbulkan dugaan bahwa
pernyataan itu berasal dari Nabi karena tidak adanya penjelasan dalam matan hadis itu.
Lihat: M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, 138.
12
Mengenai silsilah ra>wi> hadis dan statusnya dapat dilihat dalam: CD Mawsu>‘ah al-
H{adi>th al-Shari>f al-Kutub al-Tis‘ah, Produksi Sakhr, 1991, edisi 1.2.
13
Indonesia Kekinian di sini dimaksudkan pada kondisi pemerintahan saat ini yaitu
pemerintahan Presiden Megawati yang juga dikaitkan dengan pemerintahan-pemerintahan
sebelumnya.
14
Nurcholish Madjid, xv.
15
Munawir Sjadzali, Islam: Realitas Baru dan Orientasi Masa Depan Bangsa
(Jakarta: UI Press, 1993), 80.
16
Walaupun hanya bisa dikatakan sebagai kelompok mayoritas (numerical
majority) bukan minoritas teknis (technical minority). Lihat: Nurcholis Madjid, 45.
17
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Amandemen Undang-Undang Dasar 1945:
Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat (dalam Satu Naskah) (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2002), 6-7.
18
Munawir Sjadzali, 82-85.
19
Kompas, 5 Juni 2004, hlm. 6; Kompas, 8 Juni 2004 hlm. 4.
20
Abu Zahra (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 1.
27
Namun dalam pemilihan ini, rakyat –terlebih rakyat miskin- sering dibuat
dilematis, karena harapan-harapan bahkan “bantuan” dari calon presiden bersama tim
suksesnya yang bermain kotor, menjadikannya bingung dalam menjatuhkan pilihan. Namun
tentunya bangsa Indonesia tidak perlu berkecil hati, malah harus optimis bahwa pemilihan
ini akan membawa bangsa kepada Indonesia baru.
6. Bersikap Demokratis
Demokrasi merupakan "alat" untuk membentuk masyarakat yang
madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk
rakyat dan oleh rakyat. Dalam hal ini pemimpin tidak sembarang
memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab
dengan keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah
kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun
yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
SIMPULAN
Kajian hadis di atas kewajiban mentaati pemimpin sebagai realisasi
kesatuan jamaah kaum Muslimin dan penjagaannya, dan pelestarian
hubungan antara pribadi-pribadi umat dengan pemerintahnya, serta
memerintahkan untuk bersabar ketika menjumpai sesuatu yang tidak
disenangi dari pihak pemimpin. Dalam sikap tersebut terkandung
pencegahan bahaya dan keburukan yang merajalela dan fitnah yang menjadi-
jadi, agar umat tetap saling berpegangan sekuat tembok bangunan. Hadis ini
menyatakan: "Barang siapa melihat pada Amirnya sesuatu yang dibencinya,
maka hendaklah dia bersabar atasnya, karena barangsiapa memisahkan diri
dari jamaah sejauh sejengkal lalu mati, maka ia mati sebagai orang jahiliah."
DAFTAR PUSTAKA