Anda di halaman 1dari 18

Nama : Dicky Febrianto

NIM : K2515024
Prodi : Pendidikan Teknik Mesin

Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Membuat landasan teori dari sebuah judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan
Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI Teknik Kendaraan
Ringan pada Mata Pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan di SMK Negeri 5 Kupang
Tahun Ajaran 2014/2015”

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Belajar


a) Pengertian Belajar
Pengertian Belajar Rifa’i dan Catharina (2009:82) menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Sardiman
(2011:20) mendefinisikan belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Slameto (2010:2) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Skinner (1958) dalam Walgito
(2004:166) berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi perilaku yang bersifat
progresif. Ini berarti sebagai akibat dari belajar adalah sifat progresifitas, adanya
terdensi ke arah yang lebih sempurna dari keadaan sebelumnya. Menurut Morgan
(1984) dalam Walgito (2004) menyebutkan belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari latihan maupun pengalaman. Gagne
dalam Slameto (2010:13) mengemukakan teori terhadap masalah belajar dengan
memberikan dua definisi, yaitu: belajar ialah proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, serta belajar adalah
penguasaan pengetahuan/keterampilan yang diperoleh dari intruksi. Belajar dalam arti
luas adalah belajar yang meliputi semua aspek kehidupan agar menimbulkan
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Menurut Djaali (2008) belajar dalam arti sempit adalah belajar khusus untuk
mendapatkan pengetahuan akademik. Hilgard (1956) dalam Walgito (2004)
mengemukakan beberapa hal mengenai belajar, yaitu :
1) Belajar merupakan suatu proses, yang melibatkan adanya perubahan
perilaku. Bentuk perubahan dapat dilihat dalam segi kognitif, afektif dan
psikomotor.
2) Perubahan perilaku itu dapat aktial, yaitu baik yang menampak maupun
dapat bersifat potensial yang tidak nampak pada saat itu namun nampak di
lain kesempatan.
3) Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif permanen,
yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relatif lama.
Tetapi perubahan itu tidak akan menetap terus menerus sehingga pada
suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat dari belajar.
4) Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar merupakan perubahan
melalui pengalaman atau latihan. Ini berarti perubahan bukan terjadi
karena faktor kematangan yang ada pada individu, bukan karena faktor
kelelahan dan juga bukan merupakan faktor temporer individu seperti
keadaan sakit serta pengaruh obat-obatan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dengan serangkaian
kegiatan yang disebabkan dari pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan.
b) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Slameto (2010) menyebutkan
faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, faktor ini terdiri 3(tiga) aspek :
1. Aspek jasmaniah
Faktor kesehatan individu dan cacat tubuh akan berpengaruh terhadap belajar.
2. Aspek psikologis
a) Inteligensi siswa
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui dan mempelajari relasi dengan cepat.
b) Perhatian
Gazali (1974) dalam Slameto (2010) berpendapat bahwa perhatian
merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi.
c) Minat
Hilgard (1962) dalam Slameto (2010) berpendapat bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
e) Motif
Drever (1952) dalam Slameto (2010) berpendapat bahwa motif adalah
daya penggerak seseorang untuk berbuat guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon.
3. Aspek kelelahan
Meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar
dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang.
Faktor ini terdiri dari 3(tiga) bentuk, yaitu :
1) Lingkungan Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana siswa belajar secara
sistematis. Kondisi ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah,
standar pelajaran,keadaan fisik sekolah, tugas rumah.
3) Lingkungan Masyarakat
Siswa akan mudah terkena pengaruh lingkungan masyarakat karena
keberadaannya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat merupakan hal-
hal yang dapat mempengaruhi siswa sehingga perlu diusahakan
lingkungan yang positif untuk mendukung belajar siswa. Berdasarkan
berbagai faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa maka peneliti mengkaji motivasi belajar dan lingkungan
sekolah.

B. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar


a) Pengertian Motivasi Belajar
Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan
kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang
mendorong kegiatan belajar agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal
tersebut adalah adanya motivasi. Walgito (2004:221) menyebutkan bahwa pada
umumnya motivasi mempunyai sifat siklas (melingkar) yaitu motivasi timbul,
memicu perilaku tertuju pada tujuan (goal) dan akhirnya setelah tujuan tercapai,
motivasi itu berhenti. Tetapi itu akan kembali pada keadaan semula apabila ada
sesuatu kebutuhan lagi. Donald (1959) dalam Sardiman (2011:73) berpendapat bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi menurut Suryabrata dalam Djaali (2008:101) adalah suatu keadaan


yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian tujuan. Djaali (2008:101) menyimpulkan bahwa motivasi
adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Slavin (1994) dalam Rifa’i dan Catharina (2009:159) mengemukakan bahwa motivasi
adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku
seseorang secara terus-menerus. Sardiman (2011:75) menyebutkan bahwa dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Berdasarkan definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian


motivasi adalah daya penggerak atau daya dorong dalam diri seseorang tarhadap
perubahan perilaku agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Motivasi yang
dimaksudkan disini adalah motivasi belajar yaitu dorongan yang mengarahkan
perilaku seseorang untuk belajar agar dapat mencapai prestasi belajar. Sesuai dengan
pengertian motivasi yang dijelaskan di atas, bahwa tidak perlu dipertanyakan lagi
pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar karena motivasi merupakan faktor
penyebab yang juga memperlancar belajar dan hasil belajar.

b) Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2011:83) bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk
sukses).
4) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
5) Mempunyai orientasi ke masa depan.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang


tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan
berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai
masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif
terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang
telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila
mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu
yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari dengan adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan
prestasi belajar yang baik.
c) Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Sardiman (2011:85) menyatakan bahwa motivasi berkaitan dengan tujuan,
dengan demikian motivasi mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal
itu ada tiga fungsi motivasi:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak yang melepas
energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang akan dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting


dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar. Proses belajar mengajar tersebut di dalamnya diperlukan suatu upaya yang
dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Apalagi untuk pelajaran pemeliharaan
kelistrikan yang di dalamnya membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam
mempelajarinya, sehingga membutuhkan motivasi yang kuat guna menciptakan
semangat belajar terhadap mata pelajaran pemeliharaan kelistrikan tersebut.
d) Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi
Dimyati dan Mudjiono (2009:97-100) menyebutkan unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
1) Cita-cita dan aspirasi siswa Cita-cita atau disebut aspirasi adalah suatu
target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang
ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Aspirasi ini dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Cita-cita akan
mempengaruhi motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, sebab
tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2) Kemampuan siswa Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat
motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Siswa
yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu,
maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan
tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu
akan merasa malas untuk berbuat sesuatu.
3) Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
akan mempengaruhi motivasi belajar. Untuk itu guru harus lebih cermat
melihat kondisi fisik dan psikologis siswa, karena kondisi-kondisi ini jika
mengalami gangguan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
motivasi siswa.
4) Kondisi lingkungan siswa Kondisi lingkungan siswa dapat berupa keadaan
alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan
kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang merupakan suatu unsur-unsur
yang datang dari luar diri siswa.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Unsur-unsur
dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar
setiap diri siswa tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan
lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan
pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar kadang-kadang
kuat atau lemah.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan
siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan
siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian mengenai motivasi di atas peneliti mengambil indikator


dari motivasi belajar, yaitu:
1) Tekun menghadapi tugas.
2) Ulet menghadapi kesulitan.
3) Menunjukan minat untuk sukses.
4) Senang memecahkan soal-soal.
5) Mempunyai orientasi ke masa depan.

C. Tinjauan Tentang Lingkungan Sekolah


a) Pengertian Lingkungan Sekolah
Tu’u (2004:1) berpendapat bahwa lingkungan sekolah dipahami sebagai
lembaga pendidikan formal dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik.
Yusuf (2001:54) menyatakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual maupun emosional. Menurut Gerakan
Disiplin Nasional (GDN) dalam Tu’u (2004:11) lingkungan sekolah diartikan sebagai
lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilainilai tata tertib sekolah dan
nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam
kesadaran hati nuraninya. Tu’u (2004:18) menyatakan nilai-nilai etik, moral, mental,
spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan keterampilan ditabur, ditanam,
disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan di sekolah.
Sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan
pembentukan sikap, perilaku dan prestasi seorang siswa. Sekolah merupakan
lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang
baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu
pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif bagi
pembelajaran, hubungan dan komunikasi setiap orang di sekolah berjalan baik,
metode pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup memadai, siswa tertib
disiplin. Kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetensi dalam
pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar siswa akan lebih tinggi.
Berdasarkan definisi tentang lingkungan sekolah tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar
mengajar berlangsung dimana para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai kegiatan
pembelajaran berbagai bidang studi.
b) Unsur-unsur Lingkungan Sekolah Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi
proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak.
Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan
pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula.Ini disebut
kebudayaan sekolah. Menurut Ahmadi (1991:187) kebudayaan sekolah itu
mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier,
perlengkapan yang lain).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa,
guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
c) Faktor Lingkungan Sekolah yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2010:64-69) menyatakan bahwa faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar mencakup:
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar.
Metode mengajar akan mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Guru perlu mencoba metode mengajar yang baru, yang dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar.
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran
agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran.
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di
atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian
siswa.
3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut
juga dipengaruhi oleh relasi dalam proses itu sendiri, jadi cara belajar
siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi
guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan
menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya.
4) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
Lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang
tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya. Apabila hal ini terjadi, segeralah
siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima
kembali ke dalam kelompoknya.
5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain,
kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Hal
yang dapat memacu agar siswa dapat belajar lebih maju, maka siswa harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.
6) Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh
siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa. Apabila siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Berdasarkan uraian mengenai faktor sekolah yang mempengaruhi
belajar di atas, maka peneliti mengambil indikator lingkungan sekolah
meliputi :
1) Metode Mengajar.
2) Kurikulum.
3) Relasi guru dengan siswa.
4) Relasi siswa dengan siswa.
5) Disiplin sekolah.
6) Fasilitas sekolah.

a) Tinjauan Tentang Prestasi Belajar


a) Pengertian pretasi belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut
Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Tu’u (2004:75) menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru. Nasution (1996:17) mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor,
sebaliknya prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut.
Tu’u (2004:75) berpendapat bahwa: (1) prestasi belajar siswa adalah hasil
belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah, (2) prestasi belajar siswa lebih ditekankan pada aspek
kognitifnya, serta (3) prestasi belajar juga dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai
atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain;
faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar
siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi,
bakat, minat dan motivasi.
a) Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu
anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang
penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang
murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara
potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Dari pendapat di atas diketahui bahwa intelegensi yang baik atau
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak
dalam usaha belajar.
b) Bakat
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau
kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar
akan menjadi kecakapan yang nyata
Dari pendapat di atas diketahui bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan
bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi
seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c) Minat
Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah
“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat
belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar
sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Menurut
Wlodkowsky (dalam Sugihartono dkk, 2007) Motivasi adalah suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan
ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang
atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari
luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi
kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak
sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan
keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan
paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat
mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan
masyarakat.”
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga
yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-
tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan
dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.
Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah.
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan
yang baik untuk belajar.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-
alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang
tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c) Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.
Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka
anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di
sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada
menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar


merupakan hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru. Prestasi tidak dapat diraih tanpa
adanya faktor-faktor maupun unsur-unsur diatas, sehingga perlu adanya saling
keterkaitan sehingga prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran pemeliharaan
kelistrikan dapat dicapai dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai