Anda di halaman 1dari 8

BAB 6

MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA


(Ria Permata Sari 122017013)

A. Medan Makna
Menurut Harimurti (dalam Chaer, 2013:110) medan makna (semantic field, semantic
domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh
seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Misalnya, nama-nama warna,
perabot rumah tangga, istilah pelayaran, istilah olahraga, istilah perkerabatan, istilah alat
pertukangan membentuk medan makna tertentu. Medan makna menurut kamus (KL: 1997)
adalah kumpulan butir leksikal Yang maknanya saling berhubung kait di sebabkan masing-
masing dalam konteks yang serupa.
Lyons (1977 : 252-254) menjelaskan teori medan makna (field-theory) adalah teori
yang menaruh perhatian pada analisis makana. Medan makna merupakan lingkup makana
yang luas yang dapat mencakupi leksem-leksem yang fitur maknanya terkait atau serupa
dengan fitur semantic medan makna.
Kata-kata atau leksem-leksem yang dikelompokkan dalam satu medan makna,
berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan
medan set. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012:715) kolokasi adalah
asosiasi tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama. Kolokasi (berasal dari
bahasa Latin collocoyang berarti ada di tempat yang sama dengan) menunjuk kepada
hubungan sintagmatik yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya,
pada kalimat Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung
ombak, dan tenggelam beserta isinya, kita dapati kata-kata layar, perahu, nelayan, badai,
ombak, dan tenggelam yang merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, satu tempat atau satu
lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam
satu tempat atau satu lingkungan.
Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear
maka set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang
berada dalam satu set dapat saling menggantikan. Suatu set biasanya berupa sekelompok
unsur leksikal dari kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap unsur
leksikal dalam suatu set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota
dalam set tersebut. Misalnya kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kana-
kanak dengandewasa, sejuk adalah suhu di antara dingindengan hangat. Maka kalau
dibagankan kata –kata yang berada dalam satu set dengan kata remaja dan sejuk adalah
sebagai berikut:

SET Bayi                 Dingin

(Paradigmatik) Kanak-kanak    Sejuk

  Remaja Hangat

Dewasa Panas

Manula Terik

Pengelompokan kata berdasarkan kolokasi dan set dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai teori medan makna, meskipun makna unsur-unsur leksikal itu sering
bertumpang tindih dan batas-batasnya juga seringkali menjadi kabur. Selain itu,
pengelompokan ini juga kurang memperhatikan perbedaan antara yang disebut makna
denotasi dan makna konotasi, antara makna dasar dari suatu kata atau leksem dengan makna
tambahan dari kata itu.
Oleh karena itu, secara semantik diakui bahwa pengelompokan kata atau unsur-unsur
leksikal secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi makna, yaitu makna dasarnya
saja. Sedangkan makna setiap kata atau unsur leksikal itu perlu dilihat dan dikaji secara
terpisah dalam kaitannya dengan penggunaan kata atau unsur leksikal tersebut di dalam
pertuturan. Setiap unsur leksial memiliki komponen makna masing-masing yang mungkin
ada persamaannya dan ada perbedaannya dengan unsur leksikal lainnya.

B. Komponen Makna
Analisis komponen makana adalah usaha memahami makna satuan bahsa atas dasar
komponen makana yang berbebtuk makna satuan bahasa. Aminuddin (1988:126-128)
menjelaskan bahwa menurut pandangan konseptualisme, konsep dibedakan atas 1) konsep
objektif dan 2) konsep mental. Konsep objektif adalah konsep yang berkaitan dengan
hubungan antara fikiran, pandangan dan pengetahuan terhadap dunia luar. Konsep mental
adalah knsep yang berhubunan dengan pikiran, pengetahuan, dan pandangan terhadah hasil
konseptualisasi itu sendiri. Dalm filsafat, pembagian tersebut berkaitan dengan istilah
immanent dan transcendent. Immanent adalah sesuatu yang terkandung dalam realitas atau
fakta. Contoh, pemaknaan kata mati sebagai ‘tidak berfungsinya seluruh anggota tubuh’
adalah pemaknaan yang bertolak dari cirri-ciri yang ada pada kematian itu sendiri.
Sebaliknya transesnden adalah sesuatu atau nilai yang mengatasi fakta yang terkandung
dalam realitas itu sendiri. Pemakaian kata mati sebagai ‘kembali ke pangkuan ilahi’ adalah
makna yang mengatasi realitas dari kematian itu sendiri.
Komponen makna adalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri atas
sejumlah komponen yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna atau
komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic
marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa
unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.
Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: +insan, +dewasa,
+kawin, dan +jantan; dan ibu mengandung komponen makna: +insan, +dewasa, +kawin, dan
–jantan. Maka, kalau dibandingkan makna kata IayahI dan ibu adalah menjadi seperti tabel di
bawah ini:

Komponen Makna Ayah Ibu

1. Insan + +
2. Dewasa + +
3. Kawin + +
4. Jantan + _

Keterangan:       tanda + berarti mempunyai komponen makna tersebut, dan


                           tanda – berarti tidak mempunyai komponen makna tersebut.

Perbedaan makna antara kata ayahdan ibu hanyalah pada ciri  makna atau komponen


makna: ayah memiliki makna ‘jantan’ sedangkan kata ibu tidak memiliki makna ‘jantan’.
Konsep analisis ini (lazim disebut analisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan
juga untuk mebedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. Misalnya,
kata ayah dan ibu dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya ciri jantan.
Ayah                   Ibu

+ manusia          + manusia

+ dewasa           + dewasa

+ kawin              + kawin

+ jantan              - jantan

Sedangkan kata becak dan bemo dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya ciri


bermesin/bermotor.

Becak                             Bemo

+ kendaraan umum        + kendaraan umum

+ beroda tiga                 + beroda tiga

- bermotor                      + bermotor

Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut.
Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netral atau umum sedangkan
yang lain bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata
mahasiswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk ‘pria’ dan ‘wanita’.
Sebaliknya kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai ‘wanita’. Jadi:

Ciri Mahasiswa Mahasiswi


Pria + +
Wanita + -

Unsur leksikal yang bersifat umum seperti kata mahasiswa ini dikenal sebagai


anggota yang tidak bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda
ini diberi tanda 0 atau ±, sedangkan anggota yang lebih khusus dikenal sebagai anggota yang
bertanda. Dalam diagram diberi tanda + kalau memiliki ciri itu dan tanda – jika tidak
memiliki ciri itu.
Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang
mungkin tidak ada,  tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang
sukar dicari pasangannya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama warna. Selama ini
kata putih memang dapat dipasangkan dengan kata hitam (yang secara teknis ilmiah bukan
warna), tetapi nama-nama warna lain tidak mudah untuk dicari pasangannya. Contoh lain
yaitu contoh yang pasangannya lebih dari satu, misalnya kata’berdiri’. Kata ‘berdiri’ bukan
hanya bisa dipertentangkan dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah,
duduk, jongkok, dan berbaring.
Ketiga, seringkali sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang
lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan dan
dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa
juga dewasa sebab tidak ada alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih bersifat
umum daripada dewasa, begitu juga sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan
makna yang lain. Karena itu, keduanya, jantan dan dewasa tidak dapat ditempatkan dalam
suatu hierarki. Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang “lebih tinggi” dalam diagram
yang berlainan.
Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian biner banyak
kelemahannya, tetapi cara ini banyak memberi manfaat untuk memahami makna
kalimat.  Para tata bahasawan transformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga
minat terhadap analisis komponen makna ini menjadi meningkat. Malah pernah disarankan
agar daftar kosakata yang dilampirkan pada tata bahasa transformasi itu dilengkapi dengan
sejumlah ciri semantiknya untuk dapat dipersamakan dan diperbedakan antara yang satu
dengan yang lainnya. Misalnya, kalau kata benda warung, kebudayaan, dukun,
anjing, dan Jakarta diberi ciri-ciri semantiknya maka akan kita dapati daftar sebagai berikut:

Warung Kebudayaan Dukun Anjing Jakarta

+ Umum + Umum + Umum + Umum - Umum

+ Konkret + Konkret + Konkret + Konkret + Konkret

- Insan - Insan - Insan - Insan - Insan

- Hidup - Hidup - Hidup + Hidup - Hidup


Dalam bagan berikut akan tampak lebih jelas persamaan dan perbedaan ciri-ciri semantik
kelima kata itu.

Ciri Umum Konkret Insan Hidup


Warung + + - -
Kebudayaan + - - -
Dukun + + + +
Anjing + + - +
Jakarta - + - -

Daftar kata-kata di atas adalah kata-kata dari kelas nomina. Bagaimana dengan kata
kata dari kelas verba, kelas ajektiva, atau kelas lainnya. Itu pun dapat juga diberi ciri-ciri
semantiknya. Contoh, kata-kata dari kelas verba yaitu makan, menulis, dan terbit. Kata
makan memiliki ciri +hidup, +makhluk, +transitif, +tindakan; kata menulis memiliki ciri
+hidup, +insan, +transitif, +tindakan; dan kata terbit memiliki ciri +makhluk, +itransitif,
+proses.
Di sini memang kita sukar menerapkan analisis Biner ini. Tetapi ciri-ciri makna itu
bisa diperinci untuk menentukan persamaan dan perbedaannya. Kata makan itu bisa berciri
makhluk hidup. Artinya kata tersebut berkenaan dengan manusia dan juga binatang. Tetapi
kata menulis hanya berkenaan dengan manusia, tidak dengan binatang. Sebaliknya
kata terbit tidak berkenaan dengan manusia maupun binatang, melainkan hanya berkenaan
dengan benda lain. Karena itu kalimat *Dia terbit dari balik pintu dan *Harimau itu terbit
dari semak-semak tidak terterima. Tetapi kalimat matahari terbit dari balik bukit bisa
diterima.
Analisis semantik kata yang dibuat seperti di atas banyak memberi manfaat dalam
memahami makna-makna kalimat; tetapi pembuatan daftar kosakata dengan disertai ciri-ciri
semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan pengetahuan
budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.

C. Kesesuaian Semantis dan Gramatis


Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan
bahasanya bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahasanya itu,
melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan
unsur leksikal lainnya.
Contoh: katak, wanita dan mengnadung mempunyai kesesuaian cirri semantik. Tetapi antara
jejaka dan mengandung tidak ada kesesuaian ciri. Karena pada kata wanita ada kesesuaian
ciri (+ mengandung) sedangkan pada kata jejaka ada cirri (+ non mengandung).
Ciri Wanita Jejaka
Insane + +
Mengandung + _

Kesesuaian ciri berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja, tetapi juga
berlaku antara unsur leksikal dan gramatikal. Contohnya: kata seekor hanya sesuai dengan
kata ayam, tetapi tidak sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu bentuk reduplikasi dari kata
ayam.
Kata seekor sesuai dengan kata ayam, karena keduanya mengandung cirri (+tunggal),
sebaliknya kata seeok tidak sesuia dengan kata ayam-ayam karena seeokr berciri makana (+
tunggal) sedangkan ayam-ayamayam berciri makna (-tunggal)
Ciri Seekor Ayam ayam-ayam
tunggal + + _

Kata seekor dan guru juga tidak mempunyai kesesuaian karena kata guru berciri
makna (+manusia) sedangkan kata seekor (-manusia). Kata seekor hanya sesuai dengan kata
yang berciri (-manusia), misalnya ayam dan kambing,. Kata ayam pun tidak sesuai dengan
kata seorang karena kata seorang berciri (+manisia).
Ciri guru Seekor ayam seorang
manusia + - - +

Adanya kesesuaian unsure-unsur leksikal dan integrasinya dengan unrur gramatikal


sudah banyak diteliti orang sejalan dengan pesatnya penelitian di bidang semantic sejak tahun
60-an. Pada ahli tata bahasa generatif seperti Chfe (1970) dan Fillmore (1971) berpendapat
bahwa setiap unsure leksiakal mengandung ketentuan ketentuan penggunaannya yang sudah
terfatori yang bersifat grametikal dan bersifat semantik. Ketentuan-ketentuan gramatikal
memberikan kondisi-kondisi gramtikal yang berlaku jika suatu unsur gramatikal yang hendak
digunakan. Contohnya, kata kerja “ makan” dalam penggunaannya memerlukan adanya
sebuah subjek dan sebuah objek (walaupun di sini objek bisa dihilangkan)

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta.: PT Rineka Cipta.

Kamus Linguistik. 1997. Kuala Lumpur:  Bahasa dan Pustaka

http://www.mininewspaper.net/2016/04/medan-makna-komponen-makna-dan.html

Anda mungkin juga menyukai