A. Medan Makna
Menurut Harimurti (dalam Chaer, 2013:110) medan makna (semantic field, semantic
domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh
seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Misalnya, nama-nama warna,
perabot rumah tangga, istilah pelayaran, istilah olahraga, istilah perkerabatan, istilah alat
pertukangan membentuk medan makna tertentu. Medan makna menurut kamus (KL: 1997)
adalah kumpulan butir leksikal Yang maknanya saling berhubung kait di sebabkan masing-
masing dalam konteks yang serupa.
Lyons (1977 : 252-254) menjelaskan teori medan makna (field-theory) adalah teori
yang menaruh perhatian pada analisis makana. Medan makna merupakan lingkup makana
yang luas yang dapat mencakupi leksem-leksem yang fitur maknanya terkait atau serupa
dengan fitur semantic medan makna.
Kata-kata atau leksem-leksem yang dikelompokkan dalam satu medan makna,
berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan
medan set. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012:715) kolokasi adalah
asosiasi tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama. Kolokasi (berasal dari
bahasa Latin collocoyang berarti ada di tempat yang sama dengan) menunjuk kepada
hubungan sintagmatik yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya,
pada kalimat Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung
ombak, dan tenggelam beserta isinya, kita dapati kata-kata layar, perahu, nelayan, badai,
ombak, dan tenggelam yang merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, satu tempat atau satu
lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam
satu tempat atau satu lingkungan.
Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear
maka set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang
berada dalam satu set dapat saling menggantikan. Suatu set biasanya berupa sekelompok
unsur leksikal dari kelas yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap unsur
leksikal dalam suatu set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota
dalam set tersebut. Misalnya kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kana-
kanak dengandewasa, sejuk adalah suhu di antara dingindengan hangat. Maka kalau
dibagankan kata –kata yang berada dalam satu set dengan kata remaja dan sejuk adalah
sebagai berikut:
Remaja Hangat
Dewasa Panas
Manula Terik
Pengelompokan kata berdasarkan kolokasi dan set dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai teori medan makna, meskipun makna unsur-unsur leksikal itu sering
bertumpang tindih dan batas-batasnya juga seringkali menjadi kabur. Selain itu,
pengelompokan ini juga kurang memperhatikan perbedaan antara yang disebut makna
denotasi dan makna konotasi, antara makna dasar dari suatu kata atau leksem dengan makna
tambahan dari kata itu.
Oleh karena itu, secara semantik diakui bahwa pengelompokan kata atau unsur-unsur
leksikal secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi makna, yaitu makna dasarnya
saja. Sedangkan makna setiap kata atau unsur leksikal itu perlu dilihat dan dikaji secara
terpisah dalam kaitannya dengan penggunaan kata atau unsur leksikal tersebut di dalam
pertuturan. Setiap unsur leksial memiliki komponen makna masing-masing yang mungkin
ada persamaannya dan ada perbedaannya dengan unsur leksikal lainnya.
B. Komponen Makna
Analisis komponen makana adalah usaha memahami makna satuan bahsa atas dasar
komponen makana yang berbebtuk makna satuan bahasa. Aminuddin (1988:126-128)
menjelaskan bahwa menurut pandangan konseptualisme, konsep dibedakan atas 1) konsep
objektif dan 2) konsep mental. Konsep objektif adalah konsep yang berkaitan dengan
hubungan antara fikiran, pandangan dan pengetahuan terhadap dunia luar. Konsep mental
adalah knsep yang berhubunan dengan pikiran, pengetahuan, dan pandangan terhadah hasil
konseptualisasi itu sendiri. Dalm filsafat, pembagian tersebut berkaitan dengan istilah
immanent dan transcendent. Immanent adalah sesuatu yang terkandung dalam realitas atau
fakta. Contoh, pemaknaan kata mati sebagai ‘tidak berfungsinya seluruh anggota tubuh’
adalah pemaknaan yang bertolak dari cirri-ciri yang ada pada kematian itu sendiri.
Sebaliknya transesnden adalah sesuatu atau nilai yang mengatasi fakta yang terkandung
dalam realitas itu sendiri. Pemakaian kata mati sebagai ‘kembali ke pangkuan ilahi’ adalah
makna yang mengatasi realitas dari kematian itu sendiri.
Komponen makna adalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri atas
sejumlah komponen yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna atau
komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic
marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa
unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.
Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: +insan, +dewasa,
+kawin, dan +jantan; dan ibu mengandung komponen makna: +insan, +dewasa, +kawin, dan
–jantan. Maka, kalau dibandingkan makna kata IayahI dan ibu adalah menjadi seperti tabel di
bawah ini:
1. Insan + +
2. Dewasa + +
3. Kawin + +
4. Jantan + _
+ manusia + manusia
+ dewasa + dewasa
+ kawin + kawin
+ jantan - jantan
Becak Bemo
- bermotor + bermotor
Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut.
Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netral atau umum sedangkan
yang lain bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata
mahasiswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk ‘pria’ dan ‘wanita’.
Sebaliknya kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai ‘wanita’. Jadi:
Daftar kata-kata di atas adalah kata-kata dari kelas nomina. Bagaimana dengan kata
kata dari kelas verba, kelas ajektiva, atau kelas lainnya. Itu pun dapat juga diberi ciri-ciri
semantiknya. Contoh, kata-kata dari kelas verba yaitu makan, menulis, dan terbit. Kata
makan memiliki ciri +hidup, +makhluk, +transitif, +tindakan; kata menulis memiliki ciri
+hidup, +insan, +transitif, +tindakan; dan kata terbit memiliki ciri +makhluk, +itransitif,
+proses.
Di sini memang kita sukar menerapkan analisis Biner ini. Tetapi ciri-ciri makna itu
bisa diperinci untuk menentukan persamaan dan perbedaannya. Kata makan itu bisa berciri
makhluk hidup. Artinya kata tersebut berkenaan dengan manusia dan juga binatang. Tetapi
kata menulis hanya berkenaan dengan manusia, tidak dengan binatang. Sebaliknya
kata terbit tidak berkenaan dengan manusia maupun binatang, melainkan hanya berkenaan
dengan benda lain. Karena itu kalimat *Dia terbit dari balik pintu dan *Harimau itu terbit
dari semak-semak tidak terterima. Tetapi kalimat matahari terbit dari balik bukit bisa
diterima.
Analisis semantik kata yang dibuat seperti di atas banyak memberi manfaat dalam
memahami makna-makna kalimat; tetapi pembuatan daftar kosakata dengan disertai ciri-ciri
semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan pengetahuan
budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.
Kesesuaian ciri berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja, tetapi juga
berlaku antara unsur leksikal dan gramatikal. Contohnya: kata seekor hanya sesuai dengan
kata ayam, tetapi tidak sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu bentuk reduplikasi dari kata
ayam.
Kata seekor sesuai dengan kata ayam, karena keduanya mengandung cirri (+tunggal),
sebaliknya kata seeok tidak sesuia dengan kata ayam-ayam karena seeokr berciri makana (+
tunggal) sedangkan ayam-ayamayam berciri makna (-tunggal)
Ciri Seekor Ayam ayam-ayam
tunggal + + _
Kata seekor dan guru juga tidak mempunyai kesesuaian karena kata guru berciri
makna (+manusia) sedangkan kata seekor (-manusia). Kata seekor hanya sesuai dengan kata
yang berciri (-manusia), misalnya ayam dan kambing,. Kata ayam pun tidak sesuai dengan
kata seorang karena kata seorang berciri (+manisia).
Ciri guru Seekor ayam seorang
manusia + - - +
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta.: PT Rineka Cipta.
http://www.mininewspaper.net/2016/04/medan-makna-komponen-makna-dan.html