Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Konsep Membentuk Pribadi Pendidik dan Peserta Didik Dalam

Islam

Dosen Pengampu:

Hj Masruraini, S.Ag.,M.Pd.

NIDN: 16215091608

Disusun Oleh:

Nur Romadhani :11308505210085

Pitri Handayani :11308505210093

Riski Nadiya Putri :11308505210107

KELAS 1E

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN (STKIP) SINGKAWANG 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhana Wata’ala. Karena atas

rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai konsep

membentuk pribadi pendidik dan peserta didik dalam Islam ini dengan sebaik

mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, Nabi

Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Makalah ini disusun guna memenuhi

tugas dari Ibu Masruraini, S.Ag., M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan

Agama Islam.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

pembuatan makalah ini, baik yang secara langsung maupun tidak langsung.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Konsep

Membentuk Pribadi Pendidik dan Peserta Didik dalam Islam ini dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Singkawang, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Konsep Pendidikan dalam Islam ........................................................... 4
B. Tujuan Pendidikan dalam Islam ............................................................ 8
C. Pembentukan Kepribadian Peserta Didik .............................................. 9
D. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam .............................................. 10
E. Kode Etik Dimiliki Seorang Pendidik dalam Pendidikan Islam ........... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13
A. Kesimpulan............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan

kehidupan. Prinsip mempertahankan hidup terletak pada tiga orientasi dasar yaitu:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Hubungan dengan sesama manusia.

c. Hubungan dengan alam semesta, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang.

Pendidikan Islam adalah suatau sistem kependidikan yang melatih perasaan

peserta didik dengan berbagai cara sehingga apa yang diperbuat, diucapkan

menunjukan adanya nilai spiritual yang berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Sedangkan menurut Marimba sebagaimana dikutip oleh Abdul Aziz dalam

bukunya, pendidikan Islam adalah membimbing anak baik dari segi jasmani

maupun rohani yang diberikan berdasarkan hukum agama Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut hukum–hukum Islam. Dari uraian

tersebut mengenai rumusan pendidikan Islam, ada yang menitik beratkan pada

segi pemebentukan akhlak anak, adapula yang menuntut pendidikan teori dan

praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadain muslim dan lain -

lain.

Pada pasal 30 ayat 3 disebutkan bahwa pendidikan keagamaan dapat

diselenggarakan pada jalur fomal, non formal dan informal. Selain itu, dalam

pelaksanaan pendidikan agama Islam, juga diperlukan suatu model pembelajaran

1
yang efektif dan efesien dalam memahamkan siswa dan membentuk pribadi yang

Islami. Dalam hal ini khususnya guru dituntut untuk menggunakan model

pembelajaran yang tepat agar suatau tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam belajar dan mengajar ada hal yang pokok dan penting yaitu prosesnya.

Karena dalam proses bisa diketahui apakah tujuan pembelajaran tercapai atau

tidak. Oleh sebab itu dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan model

tertentu untuk membantu seorang guru agar tujuan pembelajaran tercapai.

Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku pada peserta didik. Maka dari itu diperlukan suasana interaksi antara

guru dan siswa yang sifatnya lebih mendalam lahir dan batin. Figur guru tidak

sekedar sebagai penyampai mata pelajaran tetapi lebih dari itu dia adalah sumber

inspirasi ”Spiritual” dan sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubugan

pribadi antara guru dan siswa yang cukup dekat dan mampu melahirkan pribadi

islami. Kepribadian adalah segala corak tingkah laku individu yang terhimpun

dalam diriya yang digunakan dalam bereaksi menyesuaikan diri terhadap segala

rangsang baik yang datang dari luar dirina maupun dari dalam dirinya sendiri

sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan sistem fungsional

yang khas bagi individu itu. Kepribadian dalam kehidupan manusia, merupakan

hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas

diri seseorang. Pendidikan Agama Islam merupakan ikhtiar manusia, dimana

Pendidikan Agama Islam, orang tua dan guru berusaha dengan sadar memimpin

dan mendidik anak di arahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga

mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran Islam.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep pendidikan dalam Islam?

2. Apa tujuan pendidikan dalam Islam?

3. Bagaimana pembentukan kepribadian peserta didik dalam pendidikan Islam?

4. Apa saja tugas pendidik dalam pendidikan islam?

5. Apa saja kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam pendidikan

islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan dalam Islam

2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan dalam Islam

3. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan kepribadian peserta didik dalam

pendidikan Islam

4. Untuk mengetahui apa saja tugas pendidik dalam pendidikan Islam

5. Untuk mengetahui kode etik harus dimiliki seorang pendidik dalam

pendidikan islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan dalam Islam


Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistim kependidikan,
karena ia yang akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah ditentukan,
bersama komponen lain yang terkait dan lebih bersifat komplementatif. Hal ini
disebabkan karena pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis
ke arah suatu perubahan secara kontiniu, sebagai sarana vital untuk membangun
kebudayaan dan peradapan umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung
jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral,
estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik. Menurut Ahmad D. Marimba
(1989) pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik,
yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak didik. Abuddin Nata (1997) menyebutkan, pendidik
secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam
memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.
Secara singkat Ahmad Tafsir (1994) mengatakan, pendidik dalam Islam sama
dengan teori di Barat, yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
anak didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Menurut al-
Ghazali, seorang pendidik merupakan orang tua; pewaris para Nabi; pembimbing;
figur sentral; motivator (pendorong); orang yang semestinya memahami tingkat
kognisi (intelektual) peserta didik, dan teladan bagi peserta didik. Al-Ghazali
menganggap bahwa mendidik adalah pekerjaan yang paling mulia. Ia berkata
bahwa seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah
yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang
mencahayai orang lain, sedang ia sendiripun bercahaya. Ibarat minyak kasturi
yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiripun harum. Lebih jauh lagi, al-
Ghazali mendefinisikan pendidik sebagai orang yang bertugas menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
mereka yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab mendidik. Dalam Islam,
pengertian mendidik tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan
pengajaran antara guru dan peserta didik di muka kelas, tetapi mengajak,
mendorong dan membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan
ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas pendidikan Islam. Oleh karna itu,
aktivitas pendidikan Islam dapat berlangsung kapan dan di mana saja, bahkan oleh
siapa saja sepanjang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari
prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran maupun ajaran Islam. Berdasarkan

4
pengertian di atas, maka dapat pahami bahwa pendidik dalam perspektif
pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya, baik
sebagai khalifah maupun ’abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karna
itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang
bertugas di sekolah, tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan
anak mulai sejak alam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal
dunia.
1. Orang tua sebagai pendidik Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah
usrah, nasl, ’ali, dan nasb. Pembentukan keluarga bermula dengan terciptanya
hubungan suci yang menjalin seorang lelaki dengan seorang perempuan
melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat sahnya.
Oleh sebab itu, kedua suami istri itu merupakan dua unsur utama dalam
keluarga. Dalam pengertiannya yang sempit, keluarga merupakan suatu unit
sosial yang terdiri dari seorang suami dan istri, atau dengan kata lain keluarga
adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan
yang bersifat terus menerus di mana yang satu merasa tenteram dengan yang
lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika
suami isteri itu dikaruniani seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu
menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut di samping dua unsur
sebelumnya. Terbentuknya sebuah keluarga melahirkan konsekuensi baru
yang menuntut masing-masing unsur tersebut memiliki hak dan kewajiban
yang berbeda, yaitu ayah sebagai pencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah di muka bumi, ibu
berkewajiban menjaga, memelihara, dan mengelola keluarga di rumah
suaminya, terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya. Sedang anak
berkewajiban patuh dan taat kepada orang tua. Tanggung jawab mendidik
orang tua terhadap anaknya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu:
Pertama, karena kodrat, yaitu karna orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang yang
berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya
adalah sukses orang tua juga.6 Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama
dan utama yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani
dan rohani peserta didik adalah orang tua. Islam memerintahkan kedua orang
tua untuk mendidik diri dan keluarganya, terutama anak-anaknya, agar mereka
terhindar dari azab yang pedih. Firman Allah:

5
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (Q. S. At Tahrim/ 66:6).
Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari
rumah dengan orang tua yang menjadi pendidik utamanya. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ayah dan
ibu) sebagaimana ayat- ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan
berpuasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini menunjukan bahwa
kedua orang tua bertanggung jawab kepada anak-anak dan pasangan masing-
masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Untuk melaksanakan pendidikan terhadap anak didik dapat dilakukan sejak
anak masih dalam kandungan. Beberapa aspek yang harus diperhatikan kedua
orang dalam rangka pengembangan fitrah anak didik adalah meliputi pendidikan
jasmani atau kesehatan, pendidikan akhlak atau moral, pendidikan intelektual
(akal), pendidikan psikologikal dan emosi, pendidikan agama, dan pendidikan
sosial.
a. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Keluarga mempunyai peranan penting
untuk menolong pertumbuhan anak- anaknya dari segi jasmani, baik aspek
perkembangan ataupun aspek perfungsian dan dalam hal memperoleh
pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, kebiasaan-kebiasaan
dan sikap terhadap kesehatan jasmani yang sesuai dengan umur, menurut
kematangan, dan pengamatan mereka. Peranan keluarga dalam menjaga
kesehatan anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir, yaitu melalui
pemeliharaan kesehatan ibu dan memberi makanan yang baik dan sehat. Di
antara cara-cara untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan
anak adalah: memberi peluang yang cukup untuk menikmati air susu ibu,
menjaga kesehatan dan kebersihan jasmani dan pakaiannya dan
melindunginya dari hal-hal yang membahayakan, menyiapkan makanan yang
bergizi dan baik untuk kesehatan, memberikan pengajaran dan teladan untuk
berpola hidup sehat. Sejak kelahiran hingga dua tahun penuh, para ibu
diperintahkan untuk menyusukan anak-anaknya. Dua tahun adalah batas
maksimal dari kesempurnaan penyusuan. Di sisi lain, bilangan itu juga
mengisyaratkan bahwa yang menyusu setelah usia tersebut bukanlah
penyusuan yang mempunyai dampak hukum yang mengakibatkan anak yang
disusui berstatus sama dalam sejumlah hal dengan anak kandung yang
menyusuinya.
b. Pendidikan Akal (Intelektual) Pendidikan akal dapat dilakukan dengan
mempersiapkan rumah tangga dengan segala macam perangsang intelektual

6
dan budaya, seperti gambar edukatif, buku-buku dan majalah untuk
menanamkan gemar membaca bagi anak, membiasakan anak berfikir logis,
obyektif dan jernih dalam mengambil keputusan. Setelah memasuki usia yang
cukup, orang tua dalam mengembangkan akal anak dapat dengan
memasukkannya ke intansi pendidikan atau sekolah tanpa berfikir untuk lepas
tangan.
c. Pendidikan Psikologikal dan Emosi Dalam melaksanakan pendidikan
psikologikal dan emosi anak, orang tua dapat menciptakan pertumbuhan
emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan
umurnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya
sendiri dan dengan orang lain di sekelilingnya. Begitu juga dengan
menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia, seperti cinta kepada orang
lain, mengasihi orang lemah, kehidupan emosi yang rukun dengan orang lain
dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara positif dan dinamis.
Cara orang tua mendidik dan memelihara anak dari segi psikologi adalah
dengan mengetahui segala keperluan psikologi dan sosialnya, dan mengetahui
cara memuaskannya untuk mencapai penyesuaian psikologinya. Konkretnya,
orang tua perlu memberikan penghargaan perhatian, serta memberi anak
peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran, dan pendapat dengan sopan
dan hormat.
d. Pendidikan Akhlak atau Moral Pendidikan
Akhlak tidak bisa lepas dari pendidikan agama, sebab seorang muslim tidak
sempurna agamanya sehingga akhlaknya menjadi baik. Orang tua memegang
peranan penting dalam pendidikan akhlak anak sebagai institusi yang mula-
mula sekali berinteraksi dengannya, sehingga segala tingkah lakunya sangat
memberi pengaruh pada anak. Dalam hal ini, orang tua berkewajiban untuk
memberi contoh atau teladan yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang
teguh pada akhlak yang mulia, menyediakan bagi anak-anaknya peluang dan
suasana praktis di mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima
dari orang tuanya, memberi tanggungjawab yang sesuai kepada anak agar
mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya, dan menjaga mereka
dari pergaulan yang merusak.
e. Pendidikan Agama Pendidikan
Agama dan spiritual dilakukan dengan membangkitkan kekuatan dan
kesediaan yang bersifat naluri dari diri anak melalui bimbingan agama yang
sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Begitu juga membekalkan pada
anak pengetahuan dan nilai-nilai agama, kebudayaan Islam yang sesuai
dengan umurnya dalam bidang aqidah, ibadat, muamalat dan sejarah. Untuk
menanamkan semangat keagamaan pada diri anak dapat dilakukan dengan
memberi tauladan yang baik pada anak tentang kekuatan iman dan
pengamalan syariat, membiasakan mereka menunaikan ibadah sejak kecil,
menyiapkan suasana agama, membimbing mereka membaca bacaan-bacaan
agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah untuk

7
memperteguh iman, serta menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-
aktivitas agama.
f. Pendidikan Sosial Pendidikan adalah mengupayakan anak untuk dapat tumbuh
dan berkembang dalam sistim sosial yang luas, di mana kesediaan-kesediaan
dan bakat- bakat asasi anak dibuka dan dikeluarkan ke dalam kenyataan
berupa hubungan- hubungan sosial dengan orang keselilingnya.

2. Guru sebagai Pendidik Sekolah merupakan institusi kegiatan pendidikan yang


bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk potensi intelektual atau
pikiran anak didik, menjadi cerdas. Secara terprogram dan koordinatif, materi
pendidikan dipersiapkan untuk dilaksanakan secara metodis, sistematis,
intensif, efektif, dan efesien menurut ruang dan waktu yang telah ditentukan.
Jadi penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan menurut metode dan sistim
yang jelas dan konkret. Makna guru pada prinsipnya tidak hanya mereka yang
mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah
perguruan tinggi; melainkan yang terpenting adalah mereka yang memiliki
kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam
hal kognitif, afektif, dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan peserta
didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa mempunyai sikap
dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil
dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efesien, serta tepat guna.
Sebenarnya seorang pendidik bukanlah bertugas sebagai transfer of knowledge
saja, tetapi pendidik juga bertanggungjawab atas pengelolaan, pengarah,
fasilitator dan perencana. Oleh karna itu fungsi dan tugas pendidik setidaknya
mencakup tiga hal: Pertama, sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas
merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah
disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program
dilakukan. Kedua, sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik
pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan
tujuan Allah mencipatakannya. Ketiga, sebagai pemimpin (managerial) yang
memimpin mengendalikan diri sendiri, anak didik dan masyarakat terkait
upaya pengerahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan
partisipasi atas program yang dilakukan.

B. Tujuan Pendidikan Dalam Islam

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan pendidikan Islam. Pertama,
Ibnu Khaldun berpendapat tujuan pendidikan Islam berorientasi ukhrawi dan
duniawi. Pendidikan Islam harus membentuk manusia seorang hamba yang taat
kepada Allah dan membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk

8
persoalan kehidupan dunia. Kedua, al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan
Islam kedalam dua segi, yaitu membentuk insan purna yang bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah dan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah kesempurnaan
manusia di dunia dan akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui
ilmu untuk memberi kebahagiaan di dunia dan sebagai jalan mendekatkan diri
kepada Allah. Menelaah dua formula tersebut, tujuan pendidikan Islam mencakup
dua aspek utama, yakni mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan
di akhirat. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan Islam merupakan
pendidikan yang bersifat komplet.
Adapun menurut Ghazali seperti yang dikutip Abidin Ibn Rusn bahwa tujuan
pendidikan itu adalah sebagai berikut:
1. Mendekatkan diri kepada Allah yang wujudnya adalah kemampuan dan
kesadaran diri dengan melaksanakan ibadah wajib dan sunah
2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia
3. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengembangkan tugas
keduniaan dengan sebaik-baiknya
4. Membentuk manusia berakhlak mulia, suci jiwanya dan kerendahan budi dan
sifat-sifat tercela
5. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia
yang manusiawi

C. Pembentukan Kepribadian Peserta Didik


Indikator siswa yang memiliki kepribadian Islami adalah:
1. Ramah dan sopan terhadap orang lain
2. Disiplin dan taat peraturan
3. Tiggkah laku mereka menunjukkan seorang siswa dengan dandanan yang
polos dan tidak berlebih – lebihan
4. Sangat menghormati guru dan orang yang usianya lebih tua
5. Saling menghargai sesama
6. Rajin berdoa
7. Rajin beribadah, baik ubadah wajib maupun sunnah
8. Bertaqwa dan berpegang teguh pada ajaran Islam
9. Santun dalam berbahasa
10. Suka menolong
11. Saling berbagi, dll

9
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya
keluarga pada masa kecil dan juaga bawaan sejak lahir. Dalam hal ini Gregory
yang dikutip oleh Sjarkawi dalam bukunya berpendapat bahwa kepribadian
adalah sebuah kata yang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan
seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku,
cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, taggapan terhadap kesempatan,
tekanan dan cara sehari- hari dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu
proses pembentukan kepribadian juga tergantung pada lingkungan yang ditempati
oleh seorang anak, jika lingkungannya baik, maka kepribadian seorang anak juga
cenderung baik, begitu juga sebaliknya. Sedagakan dalam penelitian ini adalah
termasukpada lingkungan pendidikan. Hal ini berarti merujuk pada teori
Empirisme yang dinyatakan oleh Djunaidatul Munawarah dan Tanenji dalam
bukunya bahwa teori ini beranggapan bahwa pembentukan kepribadian
berdasarkan pada lingkungan pendidikan yang didapatnya atau perkembangan
jiwa seseorang semata-mata bergantung kepada pendidikan dengan segala
aktivitasnya, pendidikan merupakan salah satu lingkungan anak didik.

D. Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam


Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan
diri ( taqarrub) kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan islam yang utama adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam paradigma jawa, pendidik
diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti digugu dan ditiru. Dikatakan
digugu(dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, karena
memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.
Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, segala
tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik.
Pendidik bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri, sekalipun keaktifan itu
akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari pendidiknya. Fungsi dan tugas
pendidik dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta melaksanakan
penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peaerta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah yang
menciptakan.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang
menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan
partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.

10
Dalam tugas tersebut, seorang pendidik ditintut untuk mempunyai seperangkat
prinsip keguruan. Prinsip keguruan dapat berupa :
a. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan kesediaan,
kemampuan, pertimbuhan dan perbedaan peserta didik.
b. Membangkitkan gairah peserta didik.
c. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
d. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
e. Mempeehatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang mempengaruhi
proses mengajar.
f. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.

E. Kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam pendidikan islam
Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang tua
peserta didik, koleganya serta dengan atasannya. Secara integral-holistik, Al-
Kanani (w.733H) sebagai seorang ulama sekaligus tokoh pendidikan islam,
mengemukakan bahwa persyaratan seorang guru sebagai berikut:
1. Syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya sendiri:

a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu dalam


pengawasan Allah.
b. Guru hendaknya memelihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa belajar
dan mengajarkannya.
c. Guru hendaknya bersifat zuhud. Artinya ia mengambil rezeki dunia hanya
untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan keluarganya secara
sederhana.
d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya
sebagai alat untuk mencapai kedudukan, prestise atau kebanggan atas orang
lain.
e. Guru hendaknya memelihara syiar-syiar islam seperti melaksanakan sholat
berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma'ruf nahi
munkar.
f. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama.
g. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan
orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
h. Guru hendaknya mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.
i. Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu
dari orang yang lebih rendah kedudukannya ataupun usianya.

11
2. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:

a. Sebelum berangkat untuk mengajar, guru suci dari hadats sab kotoran serta
mengenakan pakaian yang baik.
b. Ketika keluar rumah, guru hendaknya berdoa untuk menguatkan niatnya dalan
mengajar.
c. Hendaknya pada saat mengajar guru mengambil tempat pada posisi yang
membuatnya dapat dilihat oleh semua peserta didiknya. Artinya guru harus
berusaha agar apa yang akan disampaikan dapat dinikmati dan dipahami oleh
seluruh peserta didiknya dengan baik.
d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagian dari ayat al-
qur'an agar memperoleh berkah dalam mengajar.
e. Guru hendaknya mengajar bidang studi sesuai dengan bidangnya.

3. Syarat-syarat guru ditengah peserta didik:

a. Guru hendaknya mengajar dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah,


menyebarkan ilmu, menegakkan kebenaran, melenyapkan kebathilan, dan
memelihara kemaslahatan umat.
b. Guru hendaknya tidak menolak peserta didiknya yang tidak mempunyai niat
tulus untuk belajar.
c. Guru hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.
d. Guru hendaknya memotivasi peserta didiknya untuk menuntut ilmu seluas
mungkin.
e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah
sehingga dapat dipahami peserta didik dengan mudah.

12
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pendidikan karakter menjadi sangat penting saat ini untuk mengatasi persoal-
persoalan sosial yang kerap terjadi antara perserta didik maupun pendidik saai ini.
Ia menjadi alternaif solusi yang perlu dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak terkecuali dilembaga pendidikan, yang sebagai wadah penggodokan tiga
ranah tingkah laku: kognitif, afektif,dan psikotomorik. Pendidikan merupakan
suatu proses yang dilakukn secara sadar untuk mengembangan potensi peserta
secara aktif agar dapat memiliki kemampuan spritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, serta ahlak mulia. Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki
tugas mengajar, mendidik dan melatih siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Untuk menjalankan tugasnya sebgai pendidik, guru tidak hanya
mentransfer ilmu saja, melainkan juga mendidik dalam arti lain karakter peserta
didik menjai pribadi yang baik.Dalam melaksanakan, dan membiasakan peserta
didik menjadi pribadi yang baik dapat dilakukan cara menentukan, pembentukan
karakter yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian tugas
guru dalam mendidik untuk membentuk pribadi peserta didik dapat tercapai engan
baik. Bahwa munculnya pembentukan pribadi pndik dan peseta didik justru lebih
menampakkan karakter-karakter yang haru dimiliki peserta didik maupun guru
atau pendidik dan sekaligus pembentukan pribadi tersebut menguatkan pendidikan
islam.

13
DARTAR PUSTAKA
Hanifan rizki nur salim, m. b. (2020, september). konsep pendidikan dalam islam. 1-9.

Hanifan Rizky Nur Salim, M. B. (2020, September 6). Konsep Pendidikan Dalam Islam.
Diakses dari Scribd: https://id.scribd.com/document/479081403/KONSEP-
PENDIDIKAN-DALAM-ISLAM

Nur'Afifah, A. (2016, maret). pendidik dalam pendidikan islam.

14

Anda mungkin juga menyukai