Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Shalat Sunnah
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
IBADAH KEMASYARAKATAN

Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Resya Pitria (1614400084)
Tri Rama Sari (1624400108)
Yessy Sewanti (1614400116)

Dosen Pembimbing:
Romli M.Pd

ILMU PERPUSTAKAAN C
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2017
PENDAHULUAN

Sebagai umat muslim diwajibkan untuk shalat, karena shalat merupakan tiang agama.
Shalat itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yang pertama shalat wajib yaitu shalat yang
diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya. Yang kedua shalat sunnah yaitu shalat
yang hukumnya sunnah. Shalat sunnah juga dibagi menjadi dua macam yakni shalat sunnah
mu'akat dan ghairu mu'akad. Mu'akad artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang
dianjurkan untuk ummat muslim melaksanakannya, ada juga shalat sunnah yang tidak
dianjurkan melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala
ditinggalkan tidak apa-apa. Walau seperti itu sebagai ummat muslim tentu ingin meningkat
amalan ibadah dan ketakwaannya.

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara
keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan
pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita
tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang)
dalam shalat.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Sunnah (tathawwu’)

Shalat secara bahasa berarti doa, sedangkan menurut syara’ shalat adalah bentuk ibadah
yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam
dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.1 Sesuai dengan firman Allah SWT :

‫لم ْن َك ِر‬ ِ َّ ‫الصاَل َة اِ َّن‬


ُ ْ‫الصالَ َة َت ْن ٰهى َع ِن اْل َف ْح َشاء َوا‬ َّ ‫َواَقِ ِم‬

Artinya:

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)

Sedangkan sunnah adalah dianjurkan untuk dikerjakan, artinya apabila dikerjakan


mendapatkan pahala, namun bila ditinggalkan tidak mendapatkan siksa (tidak berdosa).

Jadi Shalat sunnah adalah shalat yang dikerjakan di luar shalat fardhu. Nabi
Muhammad SAW mengerjakan shalat sunnah selain untuk mendekatkan diri kepada Allah
juga mengharapkan tambahan pahala.  Seseorang yang mengerjakan shalat sunnah maka ia
akan mendapatan pahala, jika tidak dikerjakan pun ia juga tidak mendapatkan dosa.  Shalat
sunnah terbagi dua yaitu:

1. Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah. Shalat sunnah jenis ini
status hukumnya adalah muakkad,contohnya: shalat idul fitri, idul adha,
terawih, istisqa, khusuf dan sebagainya.
2. Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri-sendiri ). Status
hukumnya ada yang muakkad seperti: shalat sunnah rawatib dan tahajud
dsb. Ada pula yang status hukumnya sunnah biasa ( ghairu muakkad )
seperti: shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain. 2

B. Macam-macam Salat Sunnah


1 Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam,( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 53

2 Mustofa Bisri, Fiqih Keseharian, (Surabaya: Al-Miftah, 1997), hlm. 34


1. Shalat Sunnah Rawatib

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardlu
(sebelum atau sesudahnya).3 Salat Sunnah Rawatib ini dibagi menjadi dua, yaitu salat Sunnah
Rawatib Qabliyah dan Salat Sunnah Rawatib Ba’diyah. Salat Sunnah Rawatib Qabliyah
adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Sedangkan Salat Sunnah
Rawatib Ba’diyah adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu.

Adapun keutamaan shalat sunnah rawatib di terangkan dalam hadis Dari Ummu
Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ‫ْجن َِّة أ َْو إِال‬ ِ ٍ َ ‫ما ِمن َعب ٍد مسلِ ٍم يصلِّى لِلَّ ِه ُك َّل يوٍم ثِْنتَى َع ْشر َة ر ْكعةً تَطَُّو ًعا غَير فَ ِري‬
َ ‫ضة إِالَّ َبنَى اللَّهُ لَهُ َب ْيتًا فى ال‬ َْ َ َ َ ْ َْ َُ ُْ ْ ْ

‫ُصلِّي ِه َّن َب ْع ُد‬


َ ‫تأ‬ ْ ‫ قَال‬.‫ْجن َِّة‬
ُ ‫َت أ ُُّم َحبِيبَةَ فَ َما بَ ِر ْح‬ ِ ٌ ‫بنِى لَهُ بي‬
َ ‫ت فى ال‬ َْ َ ُ

Artinya:

“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena
Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya
sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata,
‘Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.”

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam
an-Nawawi mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab: keutamaan
shalat sunnah rawatib (yang dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab
beliau Riyadhus Shaalihiin.4

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

 Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang
disebutkan dalam hadits di atas, yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua
rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat
sebelum Subuh. Adapun riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat

3 Abu An’im, Bekal Hidup Bermasyarakat Doa-Doa Pilihan & Amaliah Keseharian, (Jawa Barat:
Mu’jizat Group, [s.A]), hlm. 33

4 Darwis, Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: Widjaya, 1983), hlm. 44


Ashar”, maka ini adalah riwayat yang lemah karena menyelisihi riwayat yang lebih
kuat yang kami sebutkan sebelumnya.

 Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga
shalat-shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara rutin, sebagaimana yang
dipahami dan dikerjakan oleh Ummu Habibahradhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas
dan demikian yang diterangkan oleh para ulama.

 Jika seseorang tidak bisa melakukan Shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada
udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha
(menggantinya) di waktu lain. Ini ditunjukkan dalam banyak hadis shahih.

 Dalam hadis ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada
Alah Ta’ala semata-mata.

 Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara rutin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Amal (ibadah) yang paling dicintai
Allah Ta’ala adalah amal yang paling sering dikerjakan meskipun sedikit.”

Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan


petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan
mereka lebih utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.

Adapun tata cara shalat rawatib ialah:

- Niatnya menurut shalatnya


- Tidak dengan adzan dan iqomah
- Dikerjakan tidak dengan berjamaah
- Bacaannya tidak dinyaringkan
- Jika lebih dari dua rakaat, tiap-tiap 2 rakaat satu salam. Diutamakan tempat
mengerjakannya bergeser sedikit dari tempat shalat fardu yang baru dikerjakan.

Hukum melaksanakannya ada yang sunnah muakkad, ada pula yang sunnah gairu
muakkad. Salat sunnah rawatib yang sunnah muakkad ada 10, masing-masing adalah sebagai
berikut:

 2 rakaat sebelum zhuhur d an niatnya


ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ الظُّ ْه ِر ر ْكعَت ْي ِن َق ْبلِيَّة‬
‫هلل َت َعال‬ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum zuhur dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sesudah zhuhur dan niatnya

ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ الظُّ ْه ِر ر ْكعَت ْي ِن ب ْع ِديَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Zuhur dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sesudah magrib

ِ ً‫ب ر ْكعَت ْي ِن ب ْع ِديَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ َ ِ ‫صلِّى ُسنَّةَ ال َْمغْ ِر‬
َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Magrib dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sesudah isya dan niatnya

ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ ال ِْع َش ِاء ر ْكعَت ْي ِن ب ْع ِديَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Isya’ dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sebelum subuh dan niatnya

ِ ً‫الص ْب ِح ر ْكعَت ْي ِن َق ْبلِيَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ ُّ َ‫صلِّى ُسنَّة‬
َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah”

Sedangkan salat sunnah yang gairu muakkad adalah sebagai berikut :

 2 rakaat sebelum dhuhur, dengan yang muakkad menjadi 4

ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ الظُّ ْه ِر ر ْكعَت ْي ِن َق ْبلِيَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum zuhur dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sesudah dhuhur, dengan yang muakkad menjadi 4


ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ الظُّ ْه ِر ر ْكعَت ْي ِن ب ْع ِديَّة‬
‫هلل َت َعالَى‬ َ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Zuhur dua rakaat karena Allah”

 4 rakaat sebelum asar

ِ ً‫ص ِر ر ْكعَت ْي ِن َق ْبلِيَّة‬


‫ال‬
َ ‫هلل َت َع‬ َ َ ْ ‫صلِّى ُسنَّةَ ال َْع‬
َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum asar dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sebelum magrib dan niatnya

ِ ً‫ب ر ْكعَت ْي ِن ب ْع ِديَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ َ ِ ‫صلِّى ُسنَّةَ ال َْمغْ ِر‬
َ ُ‫ا‬

Artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Magrib dua rakaat karena Allah”

 2 rakaat sebelum isya dan niatnya

ِ ً‫اُصلِّى سنَّةَ ال ِْع َش ِاء ر ْكعَت ْي ِن َق ْبلِيَّة‬


‫هلل َت َعالَى‬ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum Isya’ dua rakaat karena Allah”5

2. SHALAT ‘IDAIN

a. Pengertian dan hukum

Idain artinya dua hari raya. Yang dimaksud shalat Idain adalah shalat pada waktu dua
hari raya yakni Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan.

Ketika hari raya Idul Fitri atau Idul Adha tiba, seluruh umat Islam yang tidak ada uzur
dianjurkan untuk keluar rumah, tak terkecuali perempuan haid. Perempuan yang sedang
menstruasi memang tak dilarang untuk shalat tapi ia dianjurkan turut mengambil keberkahan
momen tersebut dan merayakan kebaikan bersama kaum muslimin lainnya.6

5 Mustofa Bisri, Fiqih Keseharian, op. cit., hlm.287

6 NU Online. “Tata Cara Shalat Idul Fitri,” artikel diakses pada 3 Oktober 2017 dari
http://www.nu.or.id/post/read/79070/tata-cara-shalat-idul-fitri
Rasulullah SAW bersabda:

ِ ِ ِ ِ ‫ أَ ْن نُ ْخر‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫أَمرنَا – َت ْعنِى النَّبِ َّى‬


َ ‫ض أَ ْن َي ْعتَ ِزل‬
‫ْن‬ ُ ‫ِج فى الْعي َديْ ِن ال َْع َوات َق َوذَ َوات الْ ُخ ُدو ِر َوأ ََم َر ال‬
َ َّ‫ْحي‬ َ ََ
ِِ
َ ‫صلَّى ال ُْم ْسلم‬
‫ين‬ َ ‫ُم‬

Artinya:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul
Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan
wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan
pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”

b. Waktu dan tempat pelaksanaan

Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah terbitnya matahari dua
penggalah (kurang lebih 3 meter) sampai tergelincirnya matahari. Sedangkan shalat Idul
Adha dimulai setelah matahari terbit satu penggalah. Adapun tempatnya sebaiknya dilakukan
di tanah lapang seperti yang dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada halangan), karena shalat Id itu
untuk syiar agama. Namun sebagian ulama’ berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid,
karena masjid itu tempat yang mulia dan suci.

c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied

 Niat dalam hati.


lafal niatnya adalah:

ِ ِ‫اُصلّى سنةً ل‬
ِ ‫عيد‬
ْ ‫الفط ِر األ‬
ً ‫كعتي ِن َم ُأم‬
‫وما َإم ًاما هلل تعالى‬ َ ‫ضحى َر‬ ُ َ

Artinya:

“Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan menjadi makmum/imam
karena Allah Ta’ala.”

 Takbiratul ihram
o Membaca doa iftitah.
o Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara takbir
membaca tasbih:
‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه َواَل إلَهَ إاَّل اللَّهُ َواَللَّهُ أَ ْكَب ُر‬ ِ
َ ‫ُس ْب َحا َن اللَّه َوال‬

o Membaca ta’awudz
o Membaca surat al Fatihah
o Membaca surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan
surat Iqtarabat pada rakaat kedua. Atau surat al A’laa pada rakaat pertama dan
surat al Ghasyiyah pada rakaat kedua.
o Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah

. Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:

 Memperbanyak Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan memperbanyak takbir
dimulai sejak terbenamnya matahari dan berakhir ketika imam memulai shalat ‘id.
Sedangkan pada hari ‘Idul Adha disunahkan memperbanyak takbir setiap selesai
mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat sunah mutlak, dan shalat janazah.
dan berakhir sampai waktu Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.

Bacaan takbir yang dimaksud adalah:

ِ ِ‫ اهلل أَ ْكبر كبيراً والْحم ُد ل‬،‫له الْحم ُد‬


،ً‫له َكثِْيرا‬ ِِ ِ ِ
َْ َ َُ ُ ْ َ ‫ اَهللُ اَ ْكَب ُر َو ل‬،‫ َواهللُ اَ ْكَب ُر‬،ُ‫ الَ ا ٰلهَ االَّ اهلل‬،‫ اَهللُ أَ ْكَب ُر‬،‫ اَهللُ أَ ْكَب ُر‬،‫اَهللُ أَ ْكَب ُر‬

َ‫ الَ إِ ٰله‬،ُ‫اب َو ْح َده‬ ِ ِ


َ ‫َح َز‬
ْ ‫ َو َه َز َم اْأل‬،ُ‫َع َّز ُج ْن َده‬
َ ‫ َوأ‬،ُ‫ص َر َع ْب َده‬ َ ،‫ الَ إِ ٰلهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َد ْه‬،ً‫َو ُس ْب َحا َن اهلل بُك َْر ًة َوأَص ْيال‬
َ َ‫ َون‬،ُ‫ص َد َق َو ْع َده‬
ِِ
َ ‫ اهللُ أَ ْكَب ُر َولله ال‬،‫إِالَّ اهللُ َواهللُ أَ ْكَب ُر‬.
‫ْح ْم ُد‬

 Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:

‫ِهلل َت َعا ٰلى‬ ُ ْ َ‫ اْأل‬/ ‫ت الْغُ ْس َل لِ ِع ْي ِد ال ِْفطْ ِر‬


ِ ً‫ض ٰحى سنَّة‬ ُ ْ‫َن َوي‬

 Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat hendak
dilaksanakan.

 Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus, memotong


kuku, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.

 Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.


 Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul
Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.

 Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat
tangan. Seperti lafadh:

‫َت َقبَّ َل اهللُ ِمنَّا َوِم ْنك‬

 Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:

‫ ُك َّل َع ٍام َوأَْنتُ ْم بِ َخ ْي ٍر‬،‫َحيَا ُك ُم اهللُِأل َْمثَالِ ِه‬ ِ


ْ ‫ أ‬،‫َت َقبَّ َل اهللُ م ْن ُك ْم‬.

3. SHALAT TARAWIH
a. Pengertian Shalat Tarawih

Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada malam hari bulan
Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan di samping
ibadah-ibadah lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir, berdoa, mendalami
ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Hukum Shalat Tarawih

Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah


SAW :

)‫َّم ِم ْن ذَنْبِ ِه (رواه البخارى ومسلم‬ ِ ِ ْ ‫ضا َن اِيْمانًا و‬ ِ َ َ‫َع ْن أَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ ق‬
َ ‫احت َساباً غُف َر لَهُ َما َت َقد‬ َ َ َ ‫ال َر ُس ْو ُل اهلل َم ْن قَ َام َر َم‬

Artinya :

“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang melaksanakan
shalat pada malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi iman dan semata-mata
mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

c. Bilangan rakaat Shalat Tarawih


Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih di kalangan umat
Islam. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak penting dan tidak perlu diperdebatkan. Hal yang
penting adalah bagaimana shalat Tarawih tetap dilaksanakan umat Islam. Perbedaan yang
dimaksud sebagai berikut :

1) Delapan rakaat ditambah Witir

Pendapat ini diambil dari keterangan bahwa Rasulullah s.a.w shalat Tarawih bersama
para sahabat di masjid tiga kali selama hidupnya. Sesudah itu beliau tidak melakukan lagi
secara berjamaah di masjid tetapi melaksanakannya di rumah. Rasulullah s.a.w khawatir
apabila suatu saat nanti shalat tarawih dianggap ibadah wajib. Jumlah rakaat yang
dilakukan bersama sahabat di masjid tersebut adalah delapan rakaat ditambah Witir.
Keterangaan ini berdasarkan pada hadits berikut :

ٍ ‫صلَّى بِ ِهم ثَما َن ر َكع‬


ُ‫ات ثُ َّم اَ ْوَت َر (اخرجه ابن حبان) َع ْن َجابِ ٍر اَنَّه‬ َ َ َ ْ َ

Artinya:

“Diriwayatkan dari Jabir sesungguhnya Rasulullah s.a.w shalat bersama-sama mereka


delapan rakaat kemudian beliau shalat witir”. (HR. Ibnu Hibban)

2) Dua puluh rakaat ditambah Witir

Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih yang 20 rakaat dilanjutkan dengan witir
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan diikuti oleh para sahabat yang lain.
Tentang jumlah rakaat yang dilakukan oleh Umar bin Khattab ini tidak pernah
dipermasalahkan oleh para sahabat saat itu. Jadi, sampai sekarang pun umat Islam ada
yang mengikutinya.

3) Tiga puluh enam rakaat ditambah Witir

Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih 36 rakaat dilanjutkan dengan witir dilakukan
oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan salah satu Khalifah Bani Umayyah.

Dari ketiga pendapat di atas menunjukkan bahwa perbedaan rakaat dalam pelaksanaan
shalat tarawih di kalangan umat merupakan sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan.
Apalagi sampai terjadi pertikaian hanya karena perbedaan ini. Padahal sejak dahulu
perbedaan ini telah ada dan tidak timbul masalah. Yang terpenting adalah umat Islam dapat
melaksanakan shalat tarawih dengan baik. Sedangkan berapa jumlah rakaatnya terserah
kepada masing-masing sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

d. Cara melaksanakan Shalat Tarawih

Waktu pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang waktu
subuh). Shalat Tarawih ini dikerjakan seperti shalat biasa lainnya baik mengenai bacaannya
maupun gerakan-gerakannya dan pada setiap dua rakaatnya ditutup dengan salam. hanya niat
yang membedakan. yakni ;

ِ ‫أُصلِّى سنَّةَ التَّرا ِويْ ِح ر ْكعَت ْي ِن اِماما‬


‫ِهلل َتعالَى‬ ًَ َ َ َ ُ َ

Artinya : “Aku niat Shalat Tarawih dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”

Niat Shalat Tarawih untuk Imam :

ِ ‫أُصلِّى سنَّةَ التَّرا ِويْ ِح ر ْكعَت ْي ِن مأْموما‬


‫ِهلل َت َعالَى‬ ً ُْ َ َ َ َ ُ َ

Artinya :

“Saya sengaja niat shalat Tarawih dua rakaat (sebagai makmum) karena Allah Ta’ala”

Setelah selesai shalat Tarawih lalu diteruskan shalat Witir, sekurang-kurangnya satu
rakaat tetapi pada umumnya dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam atau satu salam.

Adapun surat yang dibaca sesudah Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat boleh surat apa
saja yang dikehendaki, tetapi di utamakan pada setiap rakaat yang kedua sesudah membaca
surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.

Shalat dua rakaat seperti biasa.


- Diutamakan secara berjamaah tetapi boleh juga dilaksanakan sendirian (munfarid)
- Lebih utama setiap dua rakaat salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat tidak
perlu ada tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat fardu.

Do’a setelah shalat Tarawih7

7 Abu An’im, Bekal Hidup Bermasyarakat Doa-Doa Pilihan & Amaliah Keseharian, op. cit., hlm. 41
‫ْح ْم ُد َك َما َي ْنبَ ِغ ْي‬
‫َك ال َ‬ ‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه َر ِّ‬
‫ب ال َْعال َِم ْي َن‪َ ،‬ح ْم ًدا ُي َوافِي نَِع َمهُ َويُ َكافِ ُئ َم ِزيْ َدهُ‪ ،‬يَا َر َّبنَا ل َ‬ ‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْحم ِن ال َّر ِح ْي ِم اَل َ‬
‫بِ ْ‬

‫َج َم ِع ْي َن‬ ‫ك‪ ،‬اَللَّه َّم ص ِّل وسلِّم َعلَى سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد و َعلَى آلِ ِه و ِ‬‫ِ‬ ‫‪.‬لِجالَ ِل وج ِه َ ِ‬
‫ص ْحبِه أ ْ‬
‫َ َ‬ ‫َ َُ َ‬ ‫ك َو َعظ ْي ِم ُس ْلطَان َ ُ َ َ َ ْ‬ ‫َ َْ‬

‫اعلِ ْي َن‪َ ،‬ولِ َما ِع ْن َد َك طَالِبِْي َن‪،‬‬ ‫ات ُم َحافِ ِظ ْي َن‪َ ،‬ولِ َّ‬
‫لز َك ِاة فَ ِ‬ ‫الصلَو ِ‬
‫ك ُم َؤدِّيْ َن‪َ ،‬و َعلَى َّ َ‬
‫ضَ‬‫ان َك ِاملِ ْين‪ ،‬ولَِفرائِ ِ‬
‫َ َ َ‬
‫اَللَّ ُه َّم اجعلْنَا بِاْ ِإليم ِ‬
‫َْ‬ ‫َْ‬
‫ض ِاء ر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ض ْي َن‪َ ،‬وفِى ُّ‬
‫اج ْين‪ ،‬وبِال ُْه َدى متَم ِّس ِك ْين‪ ،‬و َع ِن اللَّغْ ِو م ْع ِر ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اض ْي َن‪،‬‬ ‫الد ْنيَا َزاهديْ َن‪َ ،‬وفى اْآلخ َرة َراغب ْي َن‪َ ،‬وبالْ َق َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫َُ‬ ‫َول َع ْف ِو َك َر َ َ‬
‫ت لَِو ِاء َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
‫صابِ ِريْ َن‪َ ،‬وتَ ْح َ‬ ‫ض وا ِر ِدين‪ ،‬وفِى ‪ e‬وبِالن ْ ِ ِ‬
‫َّع َماء َشاك ِريْ َن‪َ ،‬و َعلَى الْبَالَيَا َ‬ ‫َ‬ ‫ْح ْو ِ َ ْ َ َ‬
‫ِ ِ ِ‬
‫َي ْو َم الْقيَ َامة َسائ ِريْ َن‪َ ،‬و َعلَى ال َ‬

‫اج ُمَتلَبِّ ِس ْي َن‪َ ،‬وِم ْن‬ ‫اع ِديْ َن‪َ ،‬وبِ ُح ْو ٍر ِع ْي ٍن ُمَت َز ِّو ِج ْي َن‪َ ،‬وِم ْن ُس ْن ُد ٍ‬
‫س َوإِ ْستَْب َر ٍق َو ِد ْيبَ ٍ‬ ‫اخلِين‪ ،‬وعلَى س ِرير ِة ال َكرام ِة قَ ِ‬
‫ََ‬
‫ال ِ ِ‬
‫ْجنَّة َد ْ َ َ َ َ ْ َ‬
‫َ‬

‫ت َعلَْي ِه ْم ِم َن‬
‫ْس ِم ْن َم ِع ْي ٍن‪َ ،‬م َع الَّ ِذيْ َن أَْن َع ْم َ‬ ‫ص َّف ْي ِن َشا ِربِْي َن‪ ،‬بِأَ ْك َو ٍ‬
‫اب َوأَبَا ِريْ َق َو َكأ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫طَع ِام ال ِ ِ ِ‬
‫ْجنَّة آكل ْي َن‪َ ،‬وم ْن لَبَ ٍن َو َع َس ٍل ُم َ‬
‫َ َ‬

‫الش َه َد ِاء َو َّ‬


‫الصالِ ِح ْي َن‬ ‫الصدِّيِْق ْي َن َو ُّ‬
‫‪.‬النَّبِِّي ْي َن َو ِّ‬

‫الس َع َد ِاء ال َْم ْق ُب ْولِْي َن‪َ ،‬والَ تَ ْج َعلْنَا ِم َن اْألَ ْش ِقيَ ِاء ال َْم ْر ُد ْو ِديْ َن‪ ،‬إِ َلهنَا َعافِنَا‬
‫الش ِر ْي َف ِة ال ُْمبَ َار َك ِة ِم َن ُّ‬
‫هذ ِه اللَّْيلَ ِة َّ‬
‫اَللَّه َّم اجعلْنَا فِي ِ‬
‫ُ َْ ْ‬
‫َج َد ِادنَا َولِ َجدَّاتِنَا‪،‬‬ ‫ِ‬
‫اجنَا َوأل َْهل ْينَا َ ِوأل َْه ِل َب ْيتِنَا‪َ ،‬وأل ْ‬
‫َخواتِنَا‪ ،‬وألَ ْزو ِ‬
‫َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫ف َعنَّا‪َ ،‬وا ْغف ْر لَنَا َول َوالد ْينَا َوأل َُّم َهاتنَا‪َ ،‬و ِإل ْخ َواننَا َوأل َ َ‬
‫َوا ْع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وألَساتِ َذتِنَا ولِم َشايِ ِخنَا ولِم َعلِّ ِم ْينَا‪ ،‬ولِمن َعلَّمنَاهُ ولِ َذ ِوى ال ِ‬
‫َح َس َن إِل َْينَا‪َ ،‬ول َم ْن َه َدانَا َو َه َد ْينَاهُ‬
‫َحَّبنَا َوأ ْ‬
‫ْح ُق ْوق َعلَْينَا‪َ ،‬ول َم ْن أ َ‬
‫ُ‬ ‫َ َْ ْ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ‬

‫َحيَ ِاء ِم ْن ُه ْم‬ ‫ات والْم ْؤِمنِْين والْم ْؤِمنَ ِ‬


‫ات‪ ،‬األ ْ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ص ْينَاهُ بِالد َ ِ ِ ِ‬
‫ُّعاء‪َ ،‬ول َجم ْي ِع ال ُْم ْسلم ْي َن َوال ُْم ْسل َم َ ُ َ َ ُ‬
‫ِ‬
‫إِلَى الْ َخ ْي ِر‪َ ،‬ول َم ْن أ َْو َ‬
‫صانَا َو َو َّ‬

‫‪.‬واْأل َْمو ِ‬
‫ات‬ ‫َ َ‬

‫الم َسافِ ِريْ َن‪ ،‬فِي الَْب ِّر َوالْبَ ْح ِر‬ ‫اج َوال ُْم ْعتَ ِم ِريْ َن َوالغَُز ِاة َو ُّ‬
‫الز َّوا ِر َو ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫السالََمةَ َوال َْعافيَةَ َعلَْينَا َو َعلَْي ِه ْم‪َ ،‬و َعلَى َعبِْيد َك ال ُ‬
‫ْح َّج ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم َّ‬
‫ِ‬
‫السائِلِ ْي َن‪َ ،‬وا ْختِ ْم لَنَا يَا َر َّبنَا ِم ْن َ‬
‫ك‬ ‫ب َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وال ِ‬
‫ْج ِّو م َن ال ُْم ْسل ِم ْي َن‪َ ،‬وقنَا َش َّر الظَّال ِم ْي َن‪َ ،‬وانْ ُ‬
‫ص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوم الْ َكاف ِريْ َن‪ ،‬يَا ُمج ْي َ‬ ‫َ َ‬

‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه َر ِّ‬


‫ب ال َْعال َِم ْي َن‬ ‫بِ َخ ْي ٍر‪ ،‬يا أَرحم َّ ِ ِ‬
‫الراحم ْي َن‪ .‬اَل َ‬ ‫َ ََْ‬

‫‪Artinya:‬‬

‫‪“Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan‬‬
‫‪kewajiban- kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat,‬‬
‫‪yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang‬‬
‫‪pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi‬‬
‫‪akherat , yang ridha dengan ketentuan, yang ber¬syukur atas nikmat yang diberikan, yang‬‬
sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi
Muhammad, pada hari kiamat, sampai kepada telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang
masuk ke dalam surga, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah de¬ngan para
bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu
dan madu yang murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau
beri nikmat dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman
yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha
Mengetahui.

Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini tergolong orang-orang
yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-
orang yang celaka dan ditolak amalnya,

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas penghulu kita Muhammad, keluarga beliau
dan shahabat beliau semuanya, berkat rahmat-Mu, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di
antara yang penyayang.Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

4. SHALAT WITIR
a. Pengertian Shalat Witir

Witir artinya ganjil. Shalat Witir artinya shalat sunah yang dikerjakan pada malam
hari setelah shalat Isya’ dengan bilangan rakaatnya ganjil baik di bulan Ramadan maupun
diluar bulan Ramadan.

Rasulullaâh shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫صالَتِ ُك ْم بِاللَّْي ِل ِو ْت ًرا‬ ِ


َ ‫اج َعلُوا آج َر‬
ْ

Artinya :Jadikanlah akhir shalat kamu di malam hari dengan shalat Witir. (H.R. Muttafaq
Alaih)

b. Tata Cara Melaksanaan Shalat Witir

Mengerjakan Shalat witir itu rakaatnya ganjil, minimal 1 rakaat, dan maksimal 11
rakaat.

Tata cara pelaksanaan shalat witir sebagai berikut :


- Waktunya pada malam hari setelah shalat isya’. Pada bulan Ramadan setelah shalat
Tarawih.
- Dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian (munfarid)
- Jumlah rakaatnya ganjil
- Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat untuk shalat 2 rakaat dan
ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
- Berniat shalat witir 2 atau 1 rakaat

Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :

Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Imam

ِ ‫أُصلِّي سنَّةَ الْ ِوتْ ِر ر ْكعَت ْي ِن اِماما‬


‫هلل َت َعالَى‬ ًَ َ َ ُ َ

Artinya : “Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”

Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Makmum

ِ ‫أُصلِّي سنَّةَ الْ ِوتْ ِر ر ْكعَت ْي ِن مأْموما‬


‫هلل َت َعال‬ ً ُْ َ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi makmum karena Allah Ta’ala.”

Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Imam

ِ ‫أُصلِّي سنَّةً الْ ِوتْ ِر ر ْكعةَ اِماما‬


‫هلل َت َعالى‬ ًَ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi imam karena Allah Ta’ala.”

Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Makmum

ِ ‫أُصلِّي سنَّةً الْ ِوتْ ِر ر ْكعةَ مأْموما‬


‫هلل َت َعالى‬ ً ُْ َ َ َ ُ َ

Artinya: “Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi makmum karena Allah Ta’ala.”

- Takbiratul ihram
- Shalat 2 rakaat atau 1 rakaat seperti biasa.
- Salam.
c. Do’a setelah shalat Witir

،‫صالِ ًحا‬ َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫ص ِادقًا‬ ِ َ ‫ ونَسأَل‬،‫ُك ِعلْما نَافِعا‬ ِ َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫ُك إِيْ َمانًا َدائِ ًما‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم إِنَّا نَ ْسأَل‬
َ ً‫ُك َع َمال‬ َ ‫ُك يَق ْينًا‬ ْ َ ً ً َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫ُك َقلْبًا َخاش ًعا‬

َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫الشك َْر َعلَى ال َْعافِيَ ِة‬


‫ُك ال ِْغنَى َع ِن‬ َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫ُك تَ َم َام ال َْعافِيَ ِة‬
ُّ ‫ُك‬ َ ‫ َونَ ْسأَل‬،َ‫ُك ال َْع ْف َو َوال َْعافِيَة‬
َ ‫ َونَ ْسأَل‬،‫ُك ِد ْينًا َقيِّ ًما‬
َ ‫َونَ ْسأَل‬

ِ ‫الن‬.
‫َّاس‬

ِ ‫ وتَ ِّمم َت ْق‬،‫ض ُّر َعنَا وَتعبُّ َدنَا‬


‫ يَا أ َْر َح َم‬،ُ‫ يَا اَللَّه‬،ُ‫ يَا اَللَّه‬،ُ‫ص ْي َرنَا يَا اَللَّه‬ َ َ‫ش َعنَا َوت‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ر َّبنَا َت َقبَّل ِمنَّا صالََتنَا‬
ُّ ‫وصيَ َامنَا َوقِيَ َامنَا َوتَ َخ‬
ْ َ َ َ َ ْ َ
ِ ‫الر‬.
‫اح ِم ْي َن‬ َّ

‫ َو َسالَ ٌم َعلَى ال ُْم ْر َسلِ ْي َن‬،‫ص ُف ْو َن‬


ِ ‫ب ال ِْع َّز ِة َع َّما ي‬
َ َ ِّ‫ ُس ْب َحا َن َرب‬،‫َج َم ِع ْي َن‬
ِّ ‫ك َر‬ ِ ‫ و َعلَى آلِ ِه و‬،‫وصلَّى اللَّهُ َعلَى سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد‬
ْ ‫ص ْحبِه أ‬
َ َ َ َُ َ َ َ

ِّ ‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه َر‬


‫ب ال َْعال َِم ْي َن‬ َ ‫َوال‬

Artinya:

“Ya Allah, ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang
lenggeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan kami mohon kepada-Mu
diberi ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan
kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shalih dan mohon tetap dalam agama islam,
dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh
ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon
mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah ya Tuhan kami,
terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyu’ kami, dan pengabdian kami,
dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat, ya Allah, yaAllah, ya Allah Dzat
yang Maha Pengasih dan Penyayang, semoga Allah memberi kesejahteraan atas sebaik-baik
makhluk-Nya yaitu Nabi Muhammad, atas keluarga dan semua sahabatnya, dan segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam.”

5. SHALAT ISTISQA’ (Shalat minta hujan)


Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon turunnya
hujan kepada Allah SWT. Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan)
ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan
hal tersebut:

ِ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ْو َم َخ َر َج يَ ْستَ ْس ِقي ق‬


َ ‫اسَت ْقبَ َل الْق ْبلَةَ يَ ْدعُو ثُ َّم َح َّو َل ِر َد‬
ُ‫اءه‬ ِ ‫ال فَ َح َّو َل إِلَى الن‬
ْ ‫َّاس ظَ ْه َرهُ َو‬ َ ‫ت النَّبِ َّي‬
ُ ْ‫َرأَي‬

‫اء ِة‬ ِ ِ ِ
َ ‫صلَّى لَنَا َر ْك َعَت ْي ِن َج َه َر في ِه َما بالْق َر‬
َ ‫ثُ َّم‬

Artinya:

“Saya melihat Nabi saw tatkala pergi ke tanah lapang untuk shalat istisqa’ beliau palingkan
punggungnya menghadap para sahabat dan kiblat sambil berdo’a, lalu beliau palingkan
selendangnya, kemudian shalat dengan kami du’a rekaat dengan suara yang keras ketika
membaca ayat.”

a. Adab Sebelum Shalat Istisqa


- Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan ditolak
- Menjauhkan dari kezaliman dan taubat
- Banyak berbuat baik dan bersedekah.
- Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak, orang tua,
dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
b. Tata Cara Melaksanakan Shalat Istisqa’
- Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa. Jika diucapkan lafal niatnya sbb:

‫ُصلِّ ْي ُسنَّةَ اْ ِإل ْستِ ْس َق ِاء َر ْك َعَت ْي ِن لِلَّ ِه َت َعالَى‬


َ‫أ‬

Artinya: “Aku niat Shalat sunnah istisqa dua rakaat karena Allah ta’ala.”

- Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Id, rakaat pertama takbir 7 kali dan rakaat
kedua takbir 5 kali.
- Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la dan rakaat kedua surat Al-
Ghasiyah
- Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua kali.
- Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan.
‫‪- Dianjurkan doa Istisqa‬‬
‫‪- Bertawasul dengan amal shalih‬‬
‫‪- Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan dan membalikkan selendang‬‬
‫‪atau sorbannya.‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َع ْن عُبَّ ِاديْ ِن تَ ِم ْي ٍم َع ْن َع ِّم ِه قَ َ‬


‫ّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يَ ْستَ ْسق ْى َو َح َّو َل ِر َد َ‬
‫اءهُ *رواه البخارى‬ ‫ال َخ َر َج النَّبِ ُّي َ‬
‫صل َ‬
‫‪Artinya:‬‬
‫‪“Dari ‘Abbad bin Tamim r.a., dari pamannya, katanya :”Nabi saw.pernah keluar untuk solat‬‬
‫‪istisqa’(salat minta hujan, dengan memakai baju terbalik)”. H.R. Bukhori‬‬
‫‪Hikmah membalikkan baju, untuk menyatakan pengharapan yang sungguh-sungguh‬‬
‫‪supaya Allah merubah keadaan yang kritis menjadi baik. 8‬‬

‫‪- Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.‬‬


‫‪- Dianjurkan membawa binatang ternak.‬‬
‫‪c.‬‬ ‫‪Doa setelah Shalat Istisqa :‬‬
‫ب الْعال َِمين‪ ,‬الرحم ِن الر ِح ِيم‪ ,‬مالِ ِ ِ‬
‫ت اَللَّهُ‪ ,‬اَل إِلَهَ‬
‫ك َي ْوم اَلدِّي ِن‪ ,‬اَل إِلَهَ إِاَّل اَللَّهُ َي ْف َع ُل َما يُ ِري ُد‪,‬اَللَّ ُه َّم أَنْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْح ْم ُد لِلَّ ِه َر ِّ َ َ َ َ َّ ْ َ َ َّ‬
‫اَل َ‬

‫ْت ُق َّو ًة َوبَاَل غًا إِلَى ِحي ٍن‬


‫اج َع ْل َما أَْن َزل َ‬ ‫ت اَلْغَنِ ُّي َونَ ْح ُن اَلْ ُف َق َراءُ‪ ,‬أَنْ ِز ْل َعلَْينَا الْغَْي َ‬
‫ث‪َ ,‬و ْ‬ ‫إِاَّل أَنْ َ‬
‫ت‪ ,‬أَنْ َ‬

‫عاماً طَبَقاً َدائِماً؛‬ ‫ِ ِ‬ ‫اللَّه َّم اس ِقنَا اللَّه َّم اس ِقنَا اللَّه َّم اس ِقنَا‪ ,‬اللَّه َّم ِ‬
‫اسقنا غَْيثاً ُمغيثاً َهنيئاً َم ِريئاً غَ َدقاً ُم َجلِّالً َس ّحاً ّ‬
‫ُ ْ‬ ‫ُ ْ‬ ‫ُ ْ‬ ‫ُ ْ‬

‫ماء‬
‫الس َ‬ ‫فأر ِ‬
‫سل َّ‬ ‫ت غَ ّفاراً‪ْ ،‬‬ ‫األو ِديَِة؛ اللَّ ُه َّم إنَّا نَ ْسَت ْغ ِف ُر َك إِنَّ َ‬
‫ك ُك ْن َ‬ ‫ِ‬
‫الش َج ِر‪َ ،‬وبُطُون ْ‬
‫ت َّ‬‫اب ومنابِ ِ‬
‫اللَّ ُه َّم على الظَِّر ِ َ َ‬
‫باد والبِ ِ‬
‫الع ِ‬
‫إن بِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫اس ِقنا الغَْي َ‬ ‫ِ‬
‫الد والبهائم والخلق من‬ ‫ين‪ .‬اللهم َّ‬
‫ث َوال تَ ْج َعلْنا م َن ال َقانط َ‬ ‫َعلَْينا م ْد َراراً؛ اللَّ ُه َّم ْ‬

‫اس ِقنا ِم ْن‬ ‫ع‪َ ،‬و ِأد َّر لَنا الض َّْر َ‬
‫ع‪َ ،‬و ْ‬ ‫الز ْر َ‬ ‫الألواء والجهد والضنك ما ال نشكوه إال إليك‪ .‬اللَّ ُه َّم أنْبِ ْ‬
‫ت لَنا َّ‬

‫ف َعنَّا ِم َن‬
‫ي‪ ،‬وا ْك ِش ْ‬ ‫ِ‬ ‫الس ِ‬
‫ماء‪ ،‬وأنْبِ ْ ِ‬ ‫بر ِ‬
‫وع والعُ ْر َ‬
‫الج َ‬ ‫ض؛ اللَّ ُه َّم ْارفَ ْع َعنَّا َ‬
‫الج ْه َد َو ُ‬ ‫األر ِ‬
‫ت لَنا م ْن َب َركات ْ‬ ‫كات َّ‬ ‫ََ‬
‫الب ِ‬
‫الء ما ال يك ِ‬
‫ْش ُفهُ غَْي ُر َك‬ ‫َ‬ ‫َ‬

‫الغيث وانصرنا على األعداء‪ .‬اللهم أنت أمرتنا بدعائك ووعدتنا إجابتك‪ ،‬وقد دعوناك كما أمرتنا‬
‫َ‬ ‫اللهم اسقنا‬

‫‪:‬فأجبنا كما وعدتنا‪ ،‬اللهم امنن علينا بمغفرة ما قارفنا‪ ،‬وإجابتك في سقيانا‪ ،‬وسعة رزقنا‬

‫‪8 Darwis ,  Hadits Shahih Bukhari,op. cit.,, hlm. 10‬‬


Artinya:

“Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang
merajai hari pembalasan, tidak ada Tuhan selain Allah yang melakukan apa yang Ia
kehendaki, ya Allah Engkaulah Allah tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Mahakaya dan
kami orang-orang fakir, turunkanlah pada kami hujan, dan jadikan apa yang Engkau
turunkan sebagai kekuatan dan bekal hingga suatu batas yang lama.

Ya Allah, turunkan bagi kami hujan 3x, Ya Allah, turunkan bagi kami hujan yang
menyuburkan, menyejahterakan, bermanfaat, mengalir dari atas ke bawah merata, dan
terus-menerus kebaikannya bagi negeri dan penghuninya. Ya Allah pada pegunungan,
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallamah ladang dan danau-danau. Ya Allah kami beristighfar
kepada-Mu, sesungguhnya Engkau penerima ampun, turunkan kepada hujan dari langit yang
terus menerus memberikan kebaikan. Ya Allah turunkanlah hujan dan jangan jadikan kami
termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah negeri dan penduduknya mengalami
kesulitan, kesengsaraan, kesempitan dan kami tidak mengadu kecuali kepada-Mu. Ya Allah
tumbuhkanlah bagi kami tanaman, suburkanlah susu-sus ternak kami, turunkanlah hujan
dari keberkahan langit dan tumbuhkanlah tanaman dari keberkahan bumi. Ya Allah
angkatlah dari kami kesusahan, kelaparan, dan terbukanya aurat, singkapkan dari kami
musibah dan tidak ada yang dapat menyingkapkannya kecuali Engkau.

Ya Allah turunkanlah hujan dan tolonglah kami atas musuh. Ya Allah Engkau telah
memerintahkan kami untuk berdoa, dan berjanji untuk mengabulkan. Dan kami telah berdoa
sebagaimana engkau perintahkan, maka kabulkanlah sebagaimana Engkau telah janjikan.
Ya Allah berikanlah anugerah ampunan-Mu atas kesalahan kami, dan kabulkan hujan untuk
kami dan kelapangan rezeki.”

6. SHALAT GERHANA MATAHARI (Kusuf) dan SHALAT GERHANA BULAN


(Khusuf)

Shalat kusuf atau shalat khusuf adalah shalat yang dikerjakan dengan tata cara tertentu
karena terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan. Hukum shalat gerhana adalah sunnah
mu’akkad sebagaimana shalat gerhana matahari dan dilakukan secara berjamaah.

Nabi SAW bersabda:

‫الصالَ ِة‬
َّ ‫وه َما فَا ْف َزعُوا إِلَى‬
ُ ‫فَِإذَا َرأ َْيتُ ُم‬
Artinya:

“Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah
menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)

a. Tata cara melaksanakan shalat gerhana adalah sebagai berikut:


- Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) :

‫مس َر ْك َعَت ْي ِن لِلَّ ِه َت َعالَى‬


ِ ‫الش‬ ِ ‫أُصلِّي سنَّةَ لِ ُكسو‬
َّ ‫ف‬ ُْ ُ ْ َ

Artinya:“Aku niat Shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’ala”

Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf):

‫ف الْ َق َم ِر َر ْك َعَت ْي ِن لِلَّ ِه َت َعالَى‬


ِ ‫أُصلِّي سنَّةَ لِ ُخسو‬
ُْ ُ ْ َ

Artinya: “Aku niat Shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala.”

- Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa. Membaca do’a iftiftah dan
berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang
(seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih
- Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)
- Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al
Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang
pertama.
- Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’
sebelumnya.
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
- Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud
kemudian sujud kembali.
- Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at
pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
- Salam.
- Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran
untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.
- Apabila gerhana masih berlangsung setelah shalat selesai, maka hendaklah berdzikir
kepada Allah dan berdoa sampai gerhana berakhir, dan tidak mengulang shalat.
Apabila gerhana selesai dan dia masih shalat hendaknya dia sempurnakan shalatnya
dengan khafifah (dipercepat), tidak berhenti shalat begitu saja.

7. SHALAT TAHIYATUL MASJID


a. Pengertian Shalat Tahiyatul Masjid.

Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat sunah yang dilaksanakan ketika seseorang
memasuki masjid. Hukum melaksanakannya adalah sunah, dikerjakan 2 rakaat sebelum
duduk dengan tujuan menghormati (memuliakan) masjid. Nabi Saw bersabda:

ِ ِ
َ ‫إِ َذا َد َخ َل أ‬
َ ‫َح ُد ُك ْم ال َْم ْسج َد َفلَْي ْر َك ْع َر ْك َعَت ْي ِن َق ْب َل أَ ْن يَ ْجل‬
‫س‬

Artinya:”Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

b. Cara melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid


- Berniat shalat Tahiyatul Masjid Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :

ِ ‫أُصلِّي سنَّةً تَ ِحيَّةَ الْمس ِج ِد ر ْكعَت ْي ِن‬


‫هلل َت َعالى‬ َ َ َْ ُ َ

Artinya: “Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

- Takbiratul ihram
- Shalat dua rakaat seperti biasa.
- Salam.

8. SHALAT TAHAJUD
a. Pengertian Shalat Tahajud

Tahajud berarti bangun dari tidur pada malam hari. Jadi shalat Tahajud adalah shalat
sunah yang dikerjakan pada malam hari setelah shalat Isya’ sampai menjelang waktu Subuh.
Lebih utama dikerjakan sepertiga malam yang terakhir (kira-kira jam 02.00 dini hari). Hukum
melaksanakan shalat Tahajjud adalah sunnah muakkad. Jumlah rakaatnya paling sedikit 2
rakaat dan paling banyak tak terbatas. Firman Allah SWT

‫ودا‬
ً ‫ك َم َق ًاما َم ْح ُم‬
َ ُّ‫ك َرب‬ َ ‫َوِم َن اللَّْي ِل َفَت َه َّج ْد بِ ِه نَافِلَةً ل‬
َ َ‫َك َع َسى أَ ْن َي ْب َعث‬

Artinya :“Dan pada sebagian malam hari (shalat) Tahajudlah kamu sebagai (ibadah)
tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu memberikan tempat (kedudukan) yang terpuji”
(Q.s. Al-Isra’ : 79)

Waktu pelaksanaan shalat tahajjud adalah mulai setelah Isya’ sampai sepertiga akhir malam.
Ulama membagi waktu tahajjud menjadi tiga, yaitu:

- Sepertiga malam pertama. Dari jam 19.00 sampai jam 22.00


- Sepertiga malam kedua. Dari jam 22.00 sampai 01.00
- Seperti malam ketiga. Dari jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh.

b. Cara menlaksanakan shalat Tahajud


- Berniat dalam hati melaksanakan shalat Tahajud, jika dilafalkan :

ِ ِ َ َ‫أُصلِّي سنّة‬
َ ‫الت َه ُجد َر ْك َعَت ْي ِن ِللَه َت َع‬
‫الي‬ ُ َ

Artinya: Saya berniat mengerjakan shalat Tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala.

- Takbiratul Ihram.
- Shalat 2 rakaat seperti shalat-shalat yang lain.
- Salam
- Berdo’a setelah Shalat tahajud.

‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواْأل َْر‬ َ ْ‫ْح ْم ُد أَن‬
َ َ َّ ‫ت َقيِّ ُم‬ َ ‫ َول‬،‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬
َ ‫َك ال‬
ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواْأل َْر‬ َ ْ‫ْح ْم ُد أَن‬
َ َ َّ ‫ت ُن ْو ُر‬ َ ‫َك ال‬
َ ‫اَلل ُّه َّم ل‬

، ‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواْأل َْر‬ َ َ َّ ‫ْك‬
ُ ‫َك ُمل‬
َ ‫ْح ْم ُد ل‬ َ ‫ َول‬،‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬
َ ‫َك ال‬
ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواْأل َْر‬ َ َ َّ ‫ب‬ َ ْ‫ْح ْم ُد أَن‬
ُّ ‫ت َر‬ َ ‫َك ال‬
َ ‫ول‬،
َ

‫ْح ُّق‬ ِ ِ ‫السماو‬


ِ ‫ات َواْأل َْر‬ ُ ِ‫ت َمل‬
َ ‫ َول َقا ُؤ َك ال‬،ُّ‫ْحق‬
َ ‫ُك ال‬
َ ‫ َو َق ْول‬،ُّ‫ْحق‬
َ ‫ َو َو ْع ُد َك ال‬،ُّ‫ْحق‬ َ ْ‫ أَن‬،‫ْح ْم ُد‬
َ ‫ت ال‬ َ ‫َك ال‬
َ ‫ َول‬،‫ض‬ َ َ َّ ‫ك‬ َ ْ‫ْح ْم ُد أَن‬
َ ‫َك ال‬
َ ‫ول‬،
َ
ُ ‫ك َت َو َّكل‬
‫ْت‬ َ ‫ َو َعلَْي‬،‫ت‬
ُ ‫َسلَ ْم‬
ْ ‫َك أ‬
َ ‫ اَلل ُّه َّم ل‬،ٌّ‫اعةُ َحق‬ َّ ‫ َو‬،ٌّ‫ َو ُم َح َّم ٌد َحق‬،ٌّ‫ َوالنَّبُِّي ْو َن َحق‬،ٌّ‫َّار َحق‬
َ ‫الس‬ ُ ‫ َوالن‬،ٌّ‫ْجنَّةُ َحق‬
َ ‫َوال‬

،‫ت‬
ُ ‫ت َو َما أَخ َّْر‬
ُ ‫َّم‬ ِ ِ َ ‫ َوإِل َْي‬،‫ت‬ َ ِ‫ َوب‬،‫ت‬ َ ‫ َوإِل َْي‬،‫ت‬
ُ ‫ك أََن ْب‬ َ ِ‫وب‬،
ْ ‫ فَا ْغف ْر ل ْي َما قَد‬.‫ت‬
ُ ‫ك َحا َك ْم‬ ُ ‫اص ْم‬
َ ‫ك َخ‬ ُ ‫آم ْن‬
َ ‫ك‬ َ

َ ْ‫ت إِ ٰل ِه ْي الَ إِ ٰلهَ إِالَّ أَن‬


‫ت‬ َ ْ‫ الَ إِ ٰلهَ إِالَّ أَن‬،‫ِّر‬
َ ْ‫ أَن‬،‫ت‬ َ ْ‫ِّم َوأَن‬
ُ ‫ت ال ُْم َؤخ‬ َ ْ‫ أَن‬،‫ت‬
ُ ‫ت ال ُْم َقد‬ ُ ‫ت َو َما أَ ْعلَْن‬
ُ ‫َس َر ْر‬
ْ ‫َو َما أ‬

Artinya:

“Ya, Allah! Bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya.
Bagi-Mu segala puji, Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-
Mu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Bagi-
Mu segala puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya. Bagi-Mu
segala puji, Engkau benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, bertemu dengan-Mu
benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah benar (ada), (terutusnya) para nabi
adalah benar, (terutusnya) Muhammad adalah benar (dari- Mu), peristiwa hari
kiamat adalah benar. Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal,
kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku kembali (bertaubat), dengan pertolongan-
Mu aku berdebat (kepada orang-orang kafir), kepada-Mu (dan dengan ajaran-Mu)
aku menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah lalu dan
yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan
yang hak disembahkecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang
hak disembah kecuali Engkau”. Ada baiknya pula membaca Do’a keselamatah dunia
dan akhirat :

‫اب النَّا ِر‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫اءاتِنَا فِى‬


َ ‫الد ْنيَا َح َسنَةً َوفى ْال َءاخ َرة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ‬ َ َ‫َر َّبن‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”.(QS, 2:201)

9. SHALAT ISTIKHARAH
a. Pengertian Shalat Istikharah

Shalat Istikharah artinya shalat sunah dua rakaat dengan maksud mohon petunjuk dari
Allah SWT dalam menentukan pilihan terbaik diantara dua pilihan atau lebih. Hukum
melaksanakannya adalah sunah dikerjakan pada waktu siang atau malam, pagi atau sore
dengan 2 rakaat. Nabi Saw bersabda:

‫االستِ َخ َارةَ فِي األ ُُمو ِر ُكلِّ َها َك َما ُي َعلِّ ُمنَا‬ ِ ُ ‫ َكا َن رس‬: ‫ال‬
ْ ‫ول اللَّه صلى اهلل عليه وسلم ُي َعلِّ ُمنَا‬ َُ َ َ‫َع ْن َجابِ ٍر رضي اهلل عنه ق‬

َ ‫َح ُد ُك ْم بِاأل َْم ِر َفلَْي ْر َك ْع َر ْك َعَت ْي ِن ِم ْن غَْي ِر الْ َف ِري‬


‫ض ِة ثُ َّم لَِي ُق ْل‬ َ ‫ول إذَا َه َّم أ‬
ِ ‫السورةَ ِمن الْ ُقر‬
ُ ‫آن َي ُق‬ ْ ْ َ ُّ

Artinya: Rasulullah mengajarkan kami ber-istikharah dalam seluruh perkara sebagaimana


beliau mengajar kami surat Al-Quran. Beliau bersabda, “Apabila kalian bermaksud sesuatu,
maka shalatlah dua raka’at sunnah kemudian berdoalah…” (HR. Bukhari)

b. Cara Mengerjakan shalat Istikhrah


- Beniat dalam hati melakukan shalat Istikharah, jika dilafalkan :

ِ ‫أُصلِّي سنَّةَ اْ ِإل ْستِ َخار ِة ر ْكعَت ْي ِن‬


‫هلل َت َعالى‬ َ َ َ ُ َ

Artinya: Saya berniat shalat sunah Istikharah dua rakaat karena Allah Ta’ala.

- Takbiratul Ihram
- Shalat dua rakaat seperti Shalat-Shalat yang lain
- Salam dan membaca do’a
- Doa setelah shalat istikharah

ِ
َ َّ‫ فَِإن‬،‫ك ال َْع ِظ ْي ِم‬
َ‫ َوَت ْعلَ ُم َوال‬،‫ك َت ْق ِد ُر َوالَ أَق ِْد ُر‬ ْ َ‫ُك ِم ْن ف‬
َ ِ‫ضل‬ َ ‫َسأَل‬ َ ‫َسَت ْق ِد ُر َك بِ ُق ْد َرت‬
ْ ‫ َوأ‬،‫ك‬ َ ‫َستَ ِخ ْي ُر َك بِ ِعل ِْم‬
ْ ‫ َوأ‬،‫ك‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم إِنِّ ْي أ‬
ِ ‫ َخير لِي فِي ِدينِي ومع‬-ُ‫ويس َّمى حاجتَه‬- ‫َن َه َذا اْألَمر‬
‫اش ْي‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم إِ ْن ُك ْن‬.‫ب‬
َّ ‫ت َت ْعلَ ُم أ‬ ِ ‫ت َعالَّ ُم الْغُُي ْو‬
َ ْ‫ َوأَن‬،‫أَ ْعلَ ُم‬
ََ َ ْ ْ ْ ْ ٌْ َ َ َ ُ َ َْ
ِ ‫َن َه َذا اْألَمر َش ٌّر لِي فِي ِدينِي ومع‬
‫اش ْي َو َعاقِبَ ِة‬ َ ‫ َوإِ ْن ُك ْن‬،‫َو َعاقِبَ ِة أ َْم ِر ْي فَاقْ ُد ْرهُ لِ ْي َويَ ِّس ْرهُ لِ ْي ثُ َّم بَا ِر ْك لِ ْي فِ ْي ِه‬
َّ ‫ت َت ْعلَ ُم أ‬
ََ َ ْ ْ ْ ْ َْ
‫ضنِ ْي بِ ِه‬ ْ ُ ‫اص ِرفْنِ ْي َع ْنهُ َواقْ ُد ْر لِ َي الْ َخ ْي َر َح ْي‬
ِ ‫ث َكا َن ثُ َّم أَر‬
ْ ‫اص ِرفْهُ َعن‬
ْ ‫ِّي َو‬ ْ َ‫أ َْم ِر ْي ف‬

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan
ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku)
dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang
Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau
mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui
hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang
mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan
akibatnya terhadap diriku sukseskanlah untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian
berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih
berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka
singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan
untuk ku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu
kepadaku.”

- Setelah shalat istikharah, biasanya di dalam hati timbul rasa tenang dan mantap
terhadap salah satu pilihan yang ada. Bisa juga hasil istikharah diketahui lewat mimpi,
dengan isyarat dan simbol-simbol tertentu. Kalau masih ragu, istikharah dapat diulang
dua atau tiga kali.

10. SHALAT DHUHA


a. Pengertian Shalat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada pagi sampai siang hari. Dari
setelah matahari agak tinggi sampai sebelum masuk waktu dzuhur. Waktu terbaik adalah
dengan mengakhirkan sampai waktu agak siang (panas). Kira-kira antara jam 8 sampai jam
10. Hukum salat Dhuha adalah sunnah muakkad. Jumlah rakaat salat dhuha paling sedikit
dua rakaat, sedangkan paling banyak menurut sebagian ulama tidak ada batasannya. 9 Tetapi
pada ada yang mengatakan duabelas rakaat sesuai hadis nabi berikut:

‫ْجن َِّة‬ ِ ْ َ‫ال النَّبِي صلَّى اهلل َعلَي ِه وسلَّم من صلَّى الضُّحى ا ْثنَتٰى َع َشرةَ ر ْكعةً بنَى اهلل لَهُ ق‬
َ ‫ص ًرافى ال‬ ُ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ‫س ق‬ ٍ َ‫َع ْن اَن‬

* ‫رواه الترمذى وابن ماجه‬

Artinya:

“Dari Annas, “Nabi Saw. berkata, ‘Barang siapa salat Dhuha dua belas rakaat, Allah
akan membuatkan baginya istana disurga’.”H.R. Tirmidhi dan Ibnu Majjah

9 Slamet Abidin, Fiqih Ibadah, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), hlm. 76


Rasulullah Saw bersabda:

ٍ ِ‫صبِح َعلَى ُك ِّل ساَل مى ِمن أَح ِد ُكم ص َدقَةٌ فَ ُك ُّل تَسب‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫يحة‬
َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ‫ال ي‬ َ ‫َع ْن أَبِي ذَ ٍّر َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ ٍ ٍ ِ ٍ
ُ ‫ص َدقَةٌ َويُ ْج ِز‬
‫ئ‬ َ ‫ص َدقَةٌ َوأ َْم ٌر بِال َْم ْع ُروف‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو َن ْه ٌي َع ْن ال ُْم ْن َك ِر‬ َ ‫ص َدقَةٌ َو ُك ُّل تَ ْكبِ َيرة‬ َ ‫َو ُك ُّل تَ ْح ِمي َدة‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو ُك ُّل َت ْهليلَة‬

‫ُّحى‬ ِ ِ َ ِ‫ِم ْن ذَل‬


َ ‫ك َر ْك َعتَان َي ْر َكعُ ُه َما م ْن الض‬

Artinya:

Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau telah bersabda,
“Setiap hari bagi setiap persendian dari salah seorang di antara kalian terdapat kewajiban
untuk bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf nahi munkar adalah sedekah.
Semua itu tercukupkan dengan dua rakaat shalat yang dilakukan di waktu dhuha.” (HR.
Muslim).

b. Cara melaksanakan shalat Dhuha


- Beniat dalam hati melakukan shalat Dluha, jika dilafalkan :

‫اهلل اَ ْكَب ُر‬.‫صلِّى ُسنَّةَ الضَّحى َر ْك َعَت ْي ِن لِله َت َعالى‬


َ ُ‫ا‬

Artinya: Saya berniat shalat sunah Dluha dua rakaat karena Allah Ta’ala.

- Takbiratul Ikhram
- Shalat dua rakaat seperti shalat-shalat yang lain
- Salam dan membaca do’a

ِ َ‫ا‬،
‫ك‬
َ ُ‫ َوالْ ُق ْد َرةَ قُ ْد َرت‬،‫ك‬
َ ُ‫ َوالْ ُق َّوةَ ُق َّوت‬،‫ُك‬
َ ‫ال َج َمال‬
َ ‫ْج َم‬
َ ‫ َوال‬،‫اء َب َهاءُ َك‬
َ ‫ َوالَْب َه‬،‫ض َحاءُ َك‬
ُ ‫آء‬ َ ‫لله َّم ا َّن الض‬
َ ‫ُّح‬ ُ

ِ ‫آء فَأَنْ ِزلْهُ َواِ ْن َكا َن فِى اْالَ ْر‬


ُ‫ض فَأَ ْخ ِر ْجه‬
ِ ‫السم‬ ِ ِ َ‫ ا‬.‫وال ِْعصمةَ ِعصمتك‬
َ َّ ‫لله َّم ا ْن َكا َن ِر ْزقَى فى‬
ُ َ َُ ْ َ ْ َ

‫ض َح ِاء َك َو َب َه ِاء َك‬ ِ ِ َّ ‫َواِ ْن َكا َن ُم َع‬


ُ ‫س ًرا َفيَ ِّس ْرهُ َوا ْن َكا َن َح َر ًاما فَطَ ِّه ْرهُ َوا ْن َكا َن بَِع ْي ًدا َف َق ِّربْهُ بِ َح ِّق‬

ِ
‫الصالِ ِح ْي َن‬ َ َ‫ت ِعب‬
َّ ‫اد َك‬ َ ‫ك آتِنِ ْى َمآاََت ْي‬ َ ِ‫َو َج َمال‬
َ ِ‫ك َو ُق َّوت‬
َ ‫ك َوقُ ْد َرت‬
Artinya:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan


adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-
Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di
atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah,
apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah
dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah
padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.”

11. SHALAT TASBIH

Shalat tasbih (‫ابيح‬QQ‫اله التس‬QQ‫ )ص‬adalah shalat sunnah 4 (empat) rakaat yang banyak
mengandung ucapan tasbih (subhanallah) di setiap gerakannya. Shalat Sunnah Tasbih adalah
shalat sunnat empat raka’at yang di dalamnya ada bacaan tasbih sebanyak 300 kali dan setiap
raka’atnya ada bacaan tasbih sebanyak 75 kali, yang dikerjakan paling tidak minimal sekali
seumur hidup. Tetapi jika mampu boleh mengerjakannya setahun sekali, sebulan sekali,
seminggu sekali atau setiap malam sekali.

a. Cara melaksanakan Shalat Tasbih

Shalat Tasbih bisa dikerjakan dengan dua cara:

 Dikerjakan di siang hari yakni empat rakaat satu salam.


 Dikerjakan di malam hari yakni empat rakaat dengan dua salam, yaitu tiap dua
rakaat dengan satu salam.

Adapun Cara melaksanakan Shalat Tasbih sbb:

- Berniat melakukan Shalat Tasbih


Lafaz niat Shalat Tasbih 4 rakaat:

‫ات لِلَّ ِه َت َعالَي اَهللُ أَ ْكَب ْر‬


ٍ ‫اُصلِّي سنَّةَ التَّسبِْي ِح اَربع ر َكع‬
َ َ ََْ ْ ُ َ

Artinya: Sengaja aku shalat sunnat tasbih empat rakaat karena Allah Ta’ala.

Lafaz niat Shalat Tasbih 2 rakaat:


‫ اَهللُ أَ ْكَب ْر‬.‫َّسبِْي ِح َر َك َعَت ْي ِن لِلَّ ِه َت َعالَي‬
ْ ‫صلِّي ُسنَّةَ الت‬
َ ُ‫ا‬

Artinya: Sengaja aku shalat sunnat tasbih dua rakaat karena Allah Ta’ala.

- Setelah membaca surat al-Fatihah dan surat lainnya sebelum rukuk membaca tasbih
sebanyak 15 kali dengan lafaz:

ِ ‫اهلل الْعلِ ِّي الْع ِظ ْي ِم س ْبحا َن‬


ِ ِِ
‫اهلل‬ َ ُ َ َ ِ‫ْح ْم ُد للَّه َوالَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َواهللُ أَ ْكَب ْر َوالَ َح ْو َل َوالَ ُق َّوةَ إِالَّ ب‬
َ ‫َوال‬

- Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ membaca tasbih 10 kali,


- Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal membaca tasbih 10 kali,
- Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud membaca tasbih 10 kali,
- Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua sujud membaca
tasbih 10 kali
- Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud membaca tasbih 10 kali,
- Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk istirahat) membaca
tasbih 10 kali.

Jumlah bacaan tasbih satu raka’at : 75 x tasbih

Jumlah total empat raka’at: 4 X 75 = 300 kali tasbih

Surat yang dibaca setelah membaca surat al-faatihah adalah:

o Pada raka’at pertama membaca surat “at-takaatsur”


o Pada raka’at kedua membaca surat “al-‘ashr”
o Pada raka’at ketiga membaca surat “al-kaafiruun”
o Pada raka’at keempat membaca surat “al-ikhlash”

b. Doa setelah Shalat Tasbih

‫الص ْب ِر َو َج َّد اَ ْه ِل الْ َخ ْشيَ ِة‬


َّ ‫اص َحةَ اَ ْه ِل الت َّْوبَِة َو َع َز َم اَ ْه ِل‬ ِ َ ‫ك َت ْوفِ ْي َق اَ ْه ِل اْ ُله َدى َواَ ْع َم‬ ِ
َ َ‫ال اَ ْه ِل اْليَق ْين َو ُمن‬ َ ُ‫الل ُّه َّم انِّى اَ ْسَئل‬
ِ ِ
‫ك َم َخافَةً تُ ْح ِج ُزنِى َع ْن‬
َ ُ‫ الل ُّه َّم انِّى اَ ْسَئل‬. ‫ك‬ َّ ‫الر ْغبَ ِة َوَت َعبُّ َد اَ ْه ِل ال َْو َر ِع َوع ْرفَا َن اَ ْه ِل اْ ِلعل ِْم َح‬
َ َ‫تى اَ َخاف‬ َّ ‫ب اَ ْه ِل‬
َ َ‫َوطَل‬

‫َك‬
َ ‫صل‬ ِ َ ‫ك فِى الت َّْوبَِة َخ ْوفًا ِم ْن‬
َ ‫ك َو َحتَّى اُ ْخل‬
ِ َ‫اك وحتَّى اُن‬
َ ‫اص َح‬ ََ َ‫ض‬ َ ‫ك َع َمالً اَ ْستَ ِح ُق بِ ِه ِر‬
َ ِ‫ك َحتَّى اَ ْع َم َل بِطَ َعات‬ ِ ‫مع‬
َ ‫اص ْي‬ ََ

‫ ُس ْب َحا َن َخالِ ِق الن ُّْو ِر َر َّبنَا اَتْ ِم ْم لَنَا ُن ْو َرنَا‬. ‫ك‬


َ ِ‫ك فى اْأل ُُم ْو ِر ُكلِّ َها َواُ ْح ِس َن الظَّ َّن ب‬
َ ‫َك َو َحتَّى اََت َو َّك َل َعلَْي‬ ِ ‫الن‬
َ ‫َّص ْي َحةَ ُحبًّال‬

ِ
ِ ‫الر‬
‫اح ِم ْين‬ َ ِ‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِديْر بَِر ْح َمت‬
َّ ‫ك يَااَ ْر َح َم‬ َ َّ‫ َو ْغ ِف ْرلَنَا ان‬.

C. KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara
keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan
pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita
tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang)
dalam shalat.

1. Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ‫ول َر ُّبنَا َج َّل َو َع َّز لِ َمالَئِ َكتِ ِه َو ُه َو أَ ْعلَ ُم انْظُُروا‬


ُ ‫ال َي ُق‬ َّ ‫َّاس بِ ِه َي ْو َم ال ِْقيَ َام ِة ِم ْن أَ ْع َمالِ ِه ُم‬
َ َ‫الصالَةُ ق‬ ُ ‫ب الن‬ َ ‫إِ َّن أ ََّو َل َما يُ َح‬
ُ ‫اس‬
َ َ‫ص ِم ْن َها َش ْيئًا ق‬
‫ال انْظُُروا َه ْل لِ َع ْب ِدى‬ ْ َ‫ت تَ َّامةً ُكتِب‬
َ ‫ت لَهُ تَ َّامةً َوإِ ْن َكا َن ا ْنَت َق‬ ْ َ‫ص َها فَِإ ْن َكان‬ ِ ِ ‫فِى‬
َ ‫صالَة َع ْبدى أَتَ َّم َها أ َْم َن َق‬
َ

ُ ‫ضتَهُ ِم ْن تَطَُّو ِع ِه ثُ َّم ُت ْؤ َخ ُذ األَ ْع َم‬


‫ال َعلَى ذَا ُك ْم‬ َ َ‫» ِم ْن تَطَُّو ٍع فَِإ ْن َكا َن لَهُ تَطَُّوعٌ ق‬.
َ ‫ال أَتِ ُّموا لِ َع ْب ِدى فَ ِري‬

Artinya:

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti
adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam
shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku
memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman:
sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.”
Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu
Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2. Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat

Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas
budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah
padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan
berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai
Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

ً‫س ْج َدةً إِالَّ َرفَ َع َك هَّللا ُ بِ َها َد َر َجةً َو َحطَّ َع ْن َك بِ َها َخ ِطيئَة‬ ُّ ‫َعلَ ْيكَ بِ َك ْث َر ِة ال‬
ْ َ‫س ُجو ِد هَّلِل ِ فَإِنَّ َك الَ ت‬
َ ِ ‫س ُج ُد هَّلِل‬

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu
dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’
dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang
dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk


memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh
Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak
shalat sunnah.

3. Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga

Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami –radhiyallahu ‘anhu– dia berkata,

َ‫ت أَسْأَلُك‬
ُ ‫ال لِي َسلْ فَقُ ْل‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأَتَ ْيتُهُ بِ َوضُوئِ ِه َو َح‬
َ َ‫اجتِ ِه فَق‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫يت َم َع َرس‬ ُ ِ‫ت أَب‬ ُ ‫ُك ْن‬
‫ك قَا َل فَأ َ ِعنِّي َعلَى نَ ْف ِسكَ بِ َك ْث َر ِة ال ُّسجُو ِد‬
َ ‫ت هُ َو َذا‬ ُ ‫ك قُ ْل‬َ ِ‫ال أَوْ َغي َْر َذل‬ َ َ‫ُم َرافَقَتَكَ فِي ْال َجنَّ ِة ق‬

Artinya:

“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi
teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku
menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan
keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no.
489)

4. Shalat adalah sebaik-baik amalan

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ض‬
‫وء إِالَّ ُم ْؤِم ٌن‬ َّ ‫َن َخ ْي َر أَ ْع َمالِ ُك ُم‬
ُ ِ‫الصالَةُ َوالَ يُ َحاف‬ َّ ‫صوا َوا ْعلَ ُموا أ‬ ِ
ُ ‫ظ َعلَى ال ُْو‬ ُ ‫َن تُ ْح‬
ْ ‫يموا َول‬
ُ ‫استَق‬
ْ

Artinya:

“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan
Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5. Menggapai wali Allah yang terdepan

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali
Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?

Allah Ta’ala berfirman,

ِ َّ ٌ ‫اء اللَّ ِه اَل َخ ْو‬ ِ


َ ‫) الذ‬62( ‫ف َعلَْي ِه ْم َواَل ُه ْم يَ ْح َزنُو َن‬
)63( ‫ين آ ََمنُوا َو َكانُوا َيَّت ُقو َن‬ َ َ‫أَاَل إِ َّن أ َْولي‬

Artinya:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

‫فَ ُك ُّل َم ْن َكا َن ُم ْؤِمنًا تَِقيًّا َكا َن لِلَّ ِه َولِيًّا‬

“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al
Fatawa, 2: 224).
Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih
dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah
sendiri dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa”
(Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah orang yang tidak
shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya
dia disebut wali setan.

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al
Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah
pertengahan).

As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang
haram sekaligus yang makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya
dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.

Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

ِ ‫ت ال‬
ِ‫س‬ ِ ‫) إِذَا ر َّج‬3( ٌ‫ضةٌ رافِ َعة‬ ِ ِ ِ ِ ‫) ل َْي‬1( ُ‫ت الْواقِعة‬
‫سا‬
ًّ َ‫ال ب‬
ُ َ‫ْجب‬ َّ ُ‫) َوب‬4( ‫ض َر ًّجا‬
ُ ‫ت اأْل َْر‬ ُ َ َ ‫) َخاف‬2( ٌ‫س ل َوق َْعت َها َكاذبَة‬
َ َ َ ِ ‫إِذَا َو َق َع‬

‫اب ال َْم ْشأ ََم ِة‬


ُ ‫َص َح‬
ِ
ْ ‫) َوأ‬8( ‫اب ال َْم ْي َمنَة‬
ُ ‫َص َح‬
ِ
ْ ‫اب ال َْم ْي َمنَة َما أ‬
ُ ‫َص َح‬ ً ‫) َو ُك ْنتُ ْم أَ ْز َو‬6( ‫اء ُم ْنبَثًّا‬
ْ ‫) فَأ‬7( ً‫اجا ثَاَل ثَة‬ ً َ‫ت َهب‬
ْ َ‫) فَ َكان‬5(

‫) ُثلَّةٌ ِم َن‬12( ‫َّات الن َِّع ِيم‬


ِ ‫) فِي جن‬11( ‫ك الْم َق َّربو َن‬
َ
ِ
ُ ُ َ ‫) أُولَئ‬10( ‫السابِ ُقو َن‬ َّ ‫) َو‬9( ‫اب ال َْم ْشأ ََم ِة‬
َّ ‫السابِ ُقو َن‬ ُ ‫َص َح‬
ْ ‫َما أ‬
ِ ِ ِ‫) وقَل‬13( ‫اأْل ََّولِين‬
َ ‫يل م َن اآْل َخ ِر‬
)14( ‫ين‬ ٌ َ َ

Artinya:

“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.


(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila
bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-
luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu
golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah
yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari
orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS.
Al Waqi’ah: 1-14)

6. Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta
doanya pun mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َو َما‬، ‫ت َعلَْي ِه‬ ْ ‫َى ِم َّما ا ْفَت َر‬ ٍ ِ َّ ‫ وما َت َق َّرب إِل‬، ‫ب‬ ِ ِ ‫ال من ع‬
ُ‫ض‬ َّ ‫ب إِل‬ َ ‫َى َع ْبدى بِ َش ْىء أ‬
َّ ‫َح‬ َ َ ‫ادى لى َوليًّا َف َق ْد آ َذ ْنتُهُ بِال‬
َ َ ِ ‫ْح ْر‬ َ َ ْ َ َ َ‫إِ َّن اللَّهَ ق‬
ِ
ُ‫ َويَ َده‬، ‫ص ُر بِ ِه‬
ِ ‫ وبصرهُ الَّ ِذى ي ْب‬، ‫ت سمعهُ الَّ ِذى يسمع بِ ِه‬
ُ ََ َ َ ُ ََْ َ ْ َ ُ ‫َحبَْبتُهُ ُك ْن‬
ِ ‫َى بِالن‬
ْ ‫ فَِإ َذا أ‬، ُ‫َّواف ِل َحتَّى أُحبَّه‬
َ َّ ‫ب إِل‬
ِ ُ ‫يز‬
ُ ‫ال َع ْبدى َيَت َق َّر‬ ََ
ِ ِ ِ
ُ‫اسَت َعا َذنِى ألُعي َذنَّه‬
ْ ‫ َولَئِ ِن‬، ُ‫ َوإِ ْن َسأَلَنِى ألُ ْعطَينَّه‬، ‫ش بِ َها َو ِر ْجلَهُ الَّتِى يَ ْمشى بِ َها‬ ِ
ُ ُ‫الَّتى َي ْبط‬

Artinya:

“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang
Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah
sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk
pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia
gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan


amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini
keutamaan dengan mustajabnya do’a.
KESIMPULAN

Salat sunnah adalah ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dari takbir dan diakhiri dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan yang
apabila dikerjakan mendapatkan pahala, namun bila ditinggalkan tidak mendapatkan siksa
(tidak berdosa).

Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.
ada sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada
pula yang dilaksanakan berjamaah ataupun secara munfarid. Namun tetap dilaksanakan oleh
Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia. Dari semua sholat sunnah pada intinya
atau kesimpulannya Shalat sunnah dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan –
kekurangan ibadah wajib.

Macam-macam salat sunnah diantara lain Salat Sunnah Rawatib adalah salat yang
dikerjakan menyertai salat fardhu, baik dikerjakan sebelum maupun sesudahnya.Salat
Gerhana adalah Salat ini dilakukan apabila terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun
gerhana matahari.Salat Istisqa’ adalah Salat Istisqa’ yaitu salat yang dilakukan unutk
memohon kepada Allah SWT. agar diturunkan hujan disaat terjadinya kekeringan tanah atau
musim kemarau yang panjang.Salat Dhuha adalah salat sunnah dua rakaat atau lebih yang
dilakukan pada waktu dhuha, yaitu kira-kira matahari naik sepenggalah sampai tergelincir
matahari.Salat Tarawih dan Witir adalah salat malam pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan setelah isya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. (1998). Fiqih Ibadah. Bandung : Pustaka Setia

An’im, Abu. ([s.A]). Bekal Hidup Bermasyarakat Doa-Doa Pilihan & Amaliah Keseharian.
Jawa Barat: Mu’jizat Group

Bisri, Mustofa. (1997). Fiqih Keseharian. Surabaya: Al-Miftah

Darwis. (1983). Hadits Shahih Bukhari. Jakarta: Widjaya,

NU Online. “Tata Cara Shalat Idul Fitri,” artikel diakses pada 3 Oktober 2017 dari
http://www.nu.or.id/post/read/79070/tata-cara-shalat-idul-fitri

Sulaiman, Rasjid. (2009). Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai