Anda di halaman 1dari 2

Dampak COVID-19 terhadap Keseimbangan Ekonomi

Penyebaran COVID-19 memiliki dampak langsung terhadap tenaga kerja. Hal tersebut membuat adanya
guncangan pada sisi penawaran dalam perekonomian. Kesehatan dari tenaga kerja akan berisiko
menurun sehingga mengganggu produktivitas dari tenaga kerja tersebut. Selain itu dari sisi ekonomi,
pembatasan mobilitas manusia untuk mengurangi probabilitas meluasnya penularan COVID-19 seperti
yang dilakukan oleh Jepang membuat adanya penurunan produktivitas dari tenaga kerja. Penurunan
produktivitas tersebut tidak terlalu tinggi bagi sektor formal karena adanya perkembangan teknologi
digital. Namun, bagi sektor informal seperti pedagang keliling, pembatasan mobilitas akan mengurangi
jumlah jam kerja produktif mereka. Dengan kondisi tersebut, penurunan jam kerja produktif akan
membuat output menjadi sangat menurun karena sifat produksi yang IRS. Penurunan proporsi output
yang lebih besar daripada penurunan inputnya membuat produktivitas menjadi menurun.

Selain dari sisi penawaran, guncangan ekonomi akibat penyebaran COVID-19 juga dapat mengguncang
sisi permintaan. Secara agregat, konsumsi masyarakat akan menurun karena adanya pembatasan dari
mobilitas sehingga frekuensi transaksi mengalami penurunan. Selain itu, kelompok masyarakat yang
bekerja pada sektor informal dengan pendapatan harian dan tidak pasti juga akan mengalami
penurunan pendapatannya secara relatif dibanding sebelumnya. Penurunan pendapatan tersebut pada
akhirnya akan membuat konsumsi pada masyarakat yang bekerja di sektor informal juga akan menurun.
Hal tersebut akan mendorong adanya kontraksi dari sisi permintaan agregat. Dengan menggunakan
perangkat model keseimbangan umum yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, guncangan pada sisi
penawaran dan permintaan dalam perekonomian akibat adanya penyebaran COVID-19 dapat
digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini. Pada Gambar 2 di bawah, awalnya perekonomian berada
pada keseimbangan di titik A.

Kemudian, dampak dari COVID-19 yaitu kontraksi pada sisi penawaran digambarkan pada kurva
produktivitas yang menurun dan kontraksi pada sisi permintaan digambarkan pada kurva permintaan
yang bergeser ke arah kiri. Pada akhirnya, keseimbangan akibat pengaruh COVID-19 adalah pada titik B,
yaitu turunnya produktivitas dan output pada perekonomian. Secara simultan, penurunan pada tingkat
produktivitas membuat tingkat harga dalam perekonomian mengalami peningkatan. Hal tersebut sesuai
dengan hukum kelangkaan dimana jika barang yang ada berjumlah relatif sedikit, maka harga barang
tersebut akan relatif tinggi. Dengan demikian, model tersebut memprediksikan bahwa perekonomian
akan mengalami kondisi stagflasi, yaitu saat terjadi penurunan output yang disertai dengan kenaikan
harga.

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Kondisi akhir dalam jangka pendek yang terjadi pada perekonomian akibat adanya penyebaran COVID-
19 adalah terjadinya stagflasi. Dengan kondisi tersebut, pemerintah dan bank sentral dapat mengambil
kebijakan yang bersifat ekspansif untuk menstimulasi sisi permintaan dan penawaran agar kembali pada
titik keseimbangan awal sebelum terjadinya stagflasi akibat COVID-19. Dari sisi fiskal, kebijakan
ekspansif dapat dilakukan dengan mengurangi pajak langsung atau menambah pengeluaran
pemerintah. Dalam jangka pendek, pengurangan pajak langsung akan membuat insentif bagi masyarakat
yang bekerja pada sektor formal untuk meningkatkan konsumsinya. Sedangkan pengeluaran
pemerintah, dapat digunakan untuk cash transfer atau in-kind transfer terhadap masyarakat yang
bekerja pada sektor informal sehingga bisa memastikan konsumsi terjaga dalam jangka pendek.

Pada sisi moneter, kebijakan ekspansif dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat suku bunga di pasar
uang. Tingkat suku bunga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan saat akan melakukan
investasi. Hal tersebut karena saat perusahaan akan melakukan investasi, salah satu caranya jika
perusahaan tidak memiliki modal adalah dengan melakukan pinjaman ke pasar uang. Pinjaman di pasar
uang akan memiliki biaya sebesar suku bunga yang berlaku. Penurunan tingkat suku bunga memberikan
implikasi bahwa biaya investasi akan relatif lebih murah. Kondisi tersebut akan menjadi insentif bagi
perusahaan untuk meningkatkan investasinya. Peningkatan investasi perusahaan dapat digunakan untuk
melakukan ekspansi produksi dan efisiensi dalam perusahaan, sehingga kapasitas output dapat
ditingkatkan. Peningkatan pada kapasitas output pada gilirannya akan membutuhkan tenaga kerja,
sehingga permintaan tenaga kerja akan meningkat dan produktivitas meningkat karena sifat produksi
yang IRS.

Pada akhirnya, kondisi perekonomian setelah adanya stimulus digambarkan secara grafis pada Gambar 3
dibawah ini

Kebijakan fiskal ekspansif akan membuat permintaan masyarakat meningkat dan menggeser kurva
permintaan pada model ke kanan. Sedangkan kebijakan moneter ekspansif akan membuat kurva
produktivitas bergeser ke atas karena kenaikan produktivitas tenaga kerja dalam produksi. Kedua
stimulus tersebut akan membuat kondisi perekonomian kembali pada kondisi awal di titik A, dimana
output akan kembali meningkat dan tingkat harga akan menurun seperti kondisi keseimbangan awal.

sumber :

https://medium.com/@ramadani.partama/menakar-dampak-covid-19-terhadap-
variabelmakroekonomi-model-ekonomi-sederhana-1b79a429676e

Anda mungkin juga menyukai