Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Pajak, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya

Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang pajak yang


dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari sektor pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat.
Uang pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai
pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai
anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak
dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Ciri-ciri Pajak
Berdasarkan UU  KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara


Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut
hanya berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan
syarat objektif. Yaitu warga negara yang memiliki penghasilan melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). 

PTKP yang berlaku saat ini adalah Rp54 juta setahun atau Rp4,5 juta per bulan. Itu
artinya, jika Anda memiliki pendapatan lebih dari Rp4,5 juta sebulan akan kena
pajak. Sementara bila Anda adalah seorang pengusaha atau wirausaha dengan
omzet, tarif PPh Final 0,5% berlaku dari total peredaran bruto (omzet) sampai
dengan Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak (berdasarkan PP 23 Tahun 2018). 

2. Pajak Bersifat Memaksa untuk Setiap Warga Negara


Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif, maka wajib
untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika
seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan,
maka ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara pidana.
3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka
harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu.
Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara.

Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima
manfaat pajak yang dibayar. Yang akan Anda dapatkan, misalnya berupa perbaikan
jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa
pendidikan bagi anak Anda, dan lainnya.
4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang
yang mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Perspektif Pajak dari Sisi Ekonomi dan Hukum

Perspektif Pajak dari Sisi Ekonomi dan Hukum


Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam
perspektif ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat
dari 2 perspektif, yaitu:

1. Pajak dari perspektif ekonomi


Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara)
kepada sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak
menyebabkan 2 situasi menjadi berubah, yaitu:

 Berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk


kepentingan penguasaan barang dan jasa
 Bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan
jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

2. Pajak dari perspektif hukum


Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang
yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
dana tertentu kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk
memaksa dan pajak tersebut dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-
undang, sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi petugas pajak
sebagai pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Bagi Negara dan Masyarakat Fungsi Pajak


Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya
pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai
seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan.
Sehingga pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)


Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara
mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai
pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya.

Dengan demikian, fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang


memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)


Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

 Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.


 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,
seperti pajak ekspor barang.
 Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang
produksi dari dalam negeri, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
 Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)


Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara
pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,
seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan
ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang
beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai di
berbagai negara. Di Indonesia, pemerintah lebih menitikberatkan pada dua fungsi
pajak sebagai pengatur dan budgeter. Lembaga pemerintah yang
mengelola pajak negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan.
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self
assessment berarti wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melapor kewajiban perpajakannya sendiri. Jadi tidak memaksa wajib pajak
membayar pajak sebesar-besarnya, tapi sesuai dengan aturan perundang-
undangan.
DJP sesuai fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penyuluhan, pelayanan,
serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut,
DJP berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
visi dan misinya.

Jenis Pajak yang Dipungut Pemerintah dari Masyarakat

Jenis Pajak
Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah ke masyarakat atau wajib pajak, yang
dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat


Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan
pajak langsung.

 Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)


Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila
melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat
dipungut secara berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan
tertentu yang menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM), di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang
mewah.

 Pajak Langsung (Direct Tax)


Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak
berlandaskan surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak
terdapat jumlah pajak yang harus dibayar wajib pajak.

Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena wajib pajak dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan Penghasilan (PBB) dan pajak
penghasilan.

2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut


Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak daerah
dan pajak negara.

 Pajak Daerah (Lokal)


Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya pada
rakyat daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I.
Contohnya pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak kendaraan bermotor, BPHTB,
PBB (perdesaan dan perkotaan), dan pajak daerah lainnya. 

 Pajak Negara (Pusat)


Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi terkait, yakni
DJP. Contohnya: PPN, Pajak Penghasilan (PPh), PPnBM, bea meterai, PBB (perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan).

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan Subjek


Pajak
Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu pajak objektif
dan pajak subjektif.

 Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya: pajak
impor, pajak kendaraan bermotor, bea meterai, dan masih lainnya. 

 Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya. Contohnya pajak
kekayaan dan pajak penghasilan.
Semua administrasi yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di


Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah
setempat.

Pahami Manfaatnya
Demikian ulasan mengenai pengertian pajak dan fungsinya, semoga bermanfaat
bagi kita semua. Sebagai warga negara kita wajib taat membayar pajak. Sedangkan
pemerintah sebagai pengelola harus dapat memanfaatkan pajak semaksimal
mungkin untuk kemakmuran rakyat. Semoga kita semua dapat merasakan manfaat
dari pajak secara maksimal.

Asas Pemungutan Pajak

Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah negara.
Salah satu perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar
aktivitas perpajakan dapat berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan
payung hukum dan asas pemungutan pajak.

Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang digunakan oleh
pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak.
Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di
dunia, yaitu:

1. Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili


atau tempat tinggal seseorang
2. Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan
kebangsaan seseorang. Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika
yang tinggal di Jepang, orang tersebut tidak bisa diwajibkan untuk
membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
3. Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau
tempat penghasilan berada.

penjelasan lengkapnya di Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas


pemungutan pajak yang selalu dijadikan pedoman. Baca bawah ini:

1. Asas finansial

Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi


keuangan (finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.

Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan


sekitar Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat
dengan pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang
tersebut tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan
pajak yang harus dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari
pendapatan mereka selama setahun.

2. Asas ekonomis

Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan


sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak
juga tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat.
Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa
membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan
melalui skema lain seperti utang luar negeri.

3. Asas yuridis

Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945.
Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang,
yaitu:

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan (KUP).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang
Berlaku di Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).

4. Asas umum

Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini,
pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik
pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk
masyarakat Indonesia.

5. Asas kebangsaan

Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia,
wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan
asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama
lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai
pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

6. Asas sumber

Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat


perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di
Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja
di Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi
berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang
dipungut oleh pemerintah Indonesia.

7. Asas wilayah

Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu
Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik
rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh
pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam
jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang
berlaku di negeri ini.

Nah, itulah penjelasan singkat atas asas pemungutan pajak dan penerapannya di
Indonesia. Karena sifat pajak adalah wajib, sebaiknya kita tidak melalaikan apalagi
mengabaikan pajak.

Untuk memudahkan Anda menunaikan kewajiban perpajakan, OnlinePajak hadir


sebagai solusi agar setiap wajib pajak baik perusahaan maupun individu mampu
melaksanakan kewajibannya dengan baik. Dengan menggunakan OnlinePajak,
segala urusan perpajakan akan lebih mudah, aman, dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai