Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu di
antara empat keterampilan yang ada, yaitu keterampilan mendengarkan/menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Tidak hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan, tetapi semua aspek
kebahasaan dipadukan. Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana, artinya dalam
memahamis truktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk menemukan sendiri dalam wacana
yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran struktur tersebut diajarkan melalui
kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan melalui sebuah wacana.
Sebelum guru mengajar di depan kelas dengan sendirinya dia harus mengetahui terlebih dahulu
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama siswa-siswanya. Adapun tujuan membaca di
SD kelas rendah dapat ditentukan atau dicari guru melalui pemahaman Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Yang termasuk SD kelas rendah adalah kelas 1 dan 2, sedangkan SD
kelas tinggi mulai kelas 3 sampai dengan kelas 6.
Di samping guru harus memahami kompetensi dasar apa yang akan dicapai dan dikembangkan
dalam pembelajaran membaca yang tertera dalam kurikulum yang berlaku (KTSP), dia harus
memahami teori membaca yang berhubungan dengan jenis-jenis membaca dan tujuan membaca setiap
jenis membaca tersebut. Pada umumnya uraian tentang jenis membaca diikuti oleh tujuan dari setiap
jenis membaca tersebut.
Secara teoretis ada beberapa pendapat tentang pengajaran membaca ini. Macam-macam
pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka (1983), adalah sebagai berikut:
Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat permulaan Sekolah Dasar.
Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan
huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri ke
kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana.
Pengajaran membaca nyaring ini di satu pihak dianggap merupakan bagian atau lanjutan dari
pengajaran membaca permulaan, dan di pihak lain dipandang juga sebagai pengajaran membaca
tersebdiri yang sudah tergolong tingkat lanjut, seperti membaca sebuah kutipan dengan suara nyaring.
Pengajaran membaca ini membina siswa agar mereka mampu membaca tanpa suara dan mampu
memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya, baik isi pokoknya maupun isi bagiannya termasuk pula
isi yang tersurat dan yang tersirat.
Dalam praktiknya, pengajaran membaca pemahaman hampir tidak berbeda dengan pengajaran
membaca dalam hati.
Pengajaran membaca ini pada dasarnya merupakan alat dari pengajaran bahasa. Guru
memanfaatkannya untuk membina kemampuan bahasa siswa.
1. Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya (yang
dilatih adalah membaca teknik dan nyaring).
Menurut Tarigan H.G. (1983) ada dua apek yang penting dalam membaca, yaitu:
1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang
elbih rendah (lower order) yang mencakup:
a. pengenalan bentuk huruf;
b. pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan lain-lain);
c. pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis
atau to bark at print);
2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat berada pada urutan yang
lebih tinggi (higher order) yang mencakup aspek:
b. memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan
kebudayaan, reaksi pembaca);
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran membaca di SD kelas
rendah adalah:
Seperti Anda ketahui bahwa jenjang pendidikan di SD dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah
dan kelas tinggi. Kelas rendah SD yaitu kelas 1 dan 2, sedangkan kelas tinggi yaitu kelas 3 sampai
kelas 6. Kalau tujuan membca di kelas rendah bersifat mekanis, yang biasanya di sebut Membaca
Permulaan, maka tujuan membaca di kelas tinggi merupakan kelanjutan dari membaca di kelas
rendah yang biasanya disebut Membaca Lanjut yang penekanannya pada pemahaman. Menurut
Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat pemahaman
(comprehension skills) yang mencakup aspekaspek berikut ini:
2. Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan
kebudayaan, reaksi pembaca).
Berdasarkan aspek-aspek membaca dan jenis-jenis membaca, maka membaca yang harus
dilatihkan atau dikembangkan untuk siswa SD kelas tinggi sangat kompleks yang mencakup
membaca bersuara dan membaca dalam hati. Membaca bersuara disesuaikan dengan kebutuhan dan
ditekankan pada teknik membaca yang tepat sebab pada hakikatnya membaca bersuara ini membaca
untuk orang lain. Jadi, orang mendengar bacaan itu mudah menangkap atau memahami apa yang
didengarnya. yang termasuk membaca bersuara tertera dalam kemampuan dasar untuk SD kelas tinggi
adalah membacakan teks, membacakan dongeng, membacakan puisi, membacakan pengumuman,
membacakan teks sambutan/pidato tertulis, dan membacakan cerita lama yang masih populer.
Macam-macam Membaca
Macam-macam Membaca
PENGERTIAN MEMBACA
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca,
kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori
membaca itu sendiri.
Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan
membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi :
A. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya
dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap
informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun
pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya
adalah :
1. menggunakan ucapan yang tepat,
2. menggunakan frase yang tepat,
3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. dalam posisi sikap yang baik,
5. menguasai tanda-tanda baca,
6. membaca dengan terang dan jelas,
7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. membaca dengan tidak terbata-bata,
9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan
isi bacaan yang dibacanya.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif
dan (II) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
I. Membaca Ekstensif
membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :
2. Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan
kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
(a) metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
(b) Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami
hambatan.
(c) Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan
menigkatkan kecepatan gerak mata.
5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna
tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya
untuk kehidupan sehari-hari.