MELISSA AMANDASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Melissa Amandasari
NIM H34090082
ABSTRAK
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan pokok yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk selain beras. Salah satu jenis jagung yang banyak
dikonsumsi adalah jagung manis. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki
rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Desa Gunung Malang
merupakan salah satu daerah penghasil jagung manis terbesar di Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu
mengkaji keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di Desa
Gunung Malang, menganalisis pendapatan usahatani dan rasio antara penerimaan dan
biaya dari usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, dan menganalisis balas
jasa terhadap faktor-faktor produksi pada usahatani jagung manis di Desa Gunung
Malang. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per musim tanam untuk usahatani
jagung manis yaitu Rp2 922 178.06, sedangkan pendapatan atas biaya total per hektar
per musim tanam sebesar Rp93 546.51. Berdasarkan nilai R/C atas biaya tunai dan
biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung manis layak untuk diusahakan.
Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 1.41 sedangkan nilai R/C atas biaya total sebesar
1.01.
Kata kunci: analisis pendapatan usahatani, analisis R/C, Desa Gunung Malang, jagung
manis
ABSTRACT
Corn is one of the staple food that are consumed by the majority of the
population beside rice. One type of corn that is consumed by many people is sweet
corn. Sweet corn was consumed by many people because it has a sweeter taste than
the regular corn. Gunung Malang village is one of the largest producers of sweet corn
in Tenjolaya district, Bogor regency. The objectives of this research are to analyze the
farming techniques and the use of sweet corn production inputs in the village of
Gunung Malang, to analyze the income and the ratio between revenue and cost from
sweet corn farm in the village of Gunung Malang, and to analyze the return to
production factors of sweet corn farm in the village of Gunung Malang. The income
value based on cash costs per hectare per cropping season for sweet corn farming is
Rp2 922 178.06, while the income value based on total costs per hectare per cropping
season is Rp93 546.51. The sweet corn farm are feasible to be developed based on the
value of R/C over cash cost and total cost. The value of R/C based on cash cost is
1.41, while the value of R/C based on the total cost is 1.01.
Keywords: farm income analysis, Gunung Malang village, R/C analysis, sweet corn
PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS DI
DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN
TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR
MELISSA AMANDASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pendapatan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
Nama : Melissa Amandasari
NIM : H34090082
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Melissa Amandasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Ruang Lingkup Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 9
Gambaran Umum Komoditas Jagung 9
Pengelompokan Jagung 9
Budidaya Jagung Manis 10
Studi Empiris mengenai Jagung Manis 14
Studi Empiris mengenai Usahatani Jagung 16
KERANGKA PEMIKIRAN 19
Kerangka Pemikiran Teoritis 19
Kerangka Pemikiran Operasional 24
METODE PENELITIAN 27
Lokasi dan Waktu Penelitian 27
Jenis dan Sumber Data 27
Metode Pengumpulan Data 27
Metode Pengolahan dan Analisis Data 28
Definisi Operasional 33
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 34
Karakteristik Petani Responden 34
HASIL DAN PEMBAHASAN 41
Keragaan Usahatani Jagung Manis di Desa Gunung Malang 41
Pendapatan Usahatani Jagung Manis 51
Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) 57
Balas Jasa dalam Usahatani Jagung Manis 58
SIMPULAN DAN SARAN 61
Simpulan 61
Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 65
RIWAYAT HIDUP 66
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis pendapatan usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada periode tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Anonim. 2012. Menyongsong Kedaulatan Pangan Indonesia. [internet]. [diacu 2013 Mei 7].
Tersedia dari: http://beranda.miti.or.id/menyongsong-kedaulatan-pangan-indonesia/.
3
2
Anonim. 2012. Laris Manis Bisnis Sweet Corn. [internet]. [diacu 2013 Mei 7]. Tersedia dari:
http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=709.
5
Perumusan Masalah
obat pertanian, serta pengaruh iklim yang dapat mengurangi produksi jagung
manis.
Keterbatasan modal menyebabkan usahatani jagung manis masih
dilakukan secara sederhana oleh petani di Desa Gunung Malang. Keterbatasan
modal mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahataninya,
seperti pembelian benih berkualitas. Mahalnya harga benih jagung manis dan
terbatasnya modal petani menyebabkan petani membeli benih yang lebih murah
namun tidak berkualitas, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung
manis menjadi kurang optimal. Selain itu, petani jagung manis di Desa Gunung
Malang umumnya belum melakukan pemupukan sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, sehingga produktivitas jagung manis menjadi tidak optimal. Dapat
diduga bahwa penggunaan pupuk di Desa Gunung Malang kurang efisien.
Serangan penyakit bulai juga mempengaruhi produktivitas jagung manis di
Desa Gunung Malang. Produktivitas jagung manis yang terserang penyakit bulai
akan mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan obat-obatan pertanian yang
dapat mengurangi serangan penyakit tersebut. Umumnya keterbatasan modal
menyebabkan petani membeli obat-obatan pertanian dalam jumlah yang lebih
sedikit dari jumlah kebutuhan yang seharusnya, sehingga obat pertanian yang
disemprotkan ke tanaman yang tertular penyakit tidak mampu memberikan
pengaruh yang besar bagi produktivitas jagung manis.
Perputaran modal dari kegiatan usahatani jagung manis digunakan petani
untuk melakukan kegiatan usahatani berikutnya dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan sarana produksi untuk
budidaya jagung manis dapat membatasi petani dalam melakukan pembelian
sarana produksi. Hal tersebut dapat menyebabkan usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang menjadi kurang menguntungkan. Suatu kegiatan usahatani yang
kurang menguntungkan dapat membuat petani berpikir untuk menyewakan
lahannya atau bekerja menjadi buruh. Nilai sewa lahan yang berlaku di Desa
Gunung Malang cukup tinggi, begitu pula dengan nilai upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Bogor. Tingginya nilai sewa lahan yang berlaku dapat
menjadi salah satu pertimbangan petani responden untuk menyewakan lahannya
daripada menggunakan lahannya untuk melakukan kegiatan usahatani. Upah
minimum Kabupaten Bogor yang tinggi juga menjadi pertimbangan petani
responden untuk beralih menjadi buruh.
Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan petani dalam budidaya jagung
manis serta keragaan usahatani yang dilakukan akan mempengaruhi pendapatan
yang diperoleh petani. Analisis usahatani diperlukan untuk melihat pengaruh total
penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan terhadap pendapatan usahatani dari
petani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor. Selain itu, analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi
juga perlu dilakukan untuk melihat nilai imbalan yang diperoleh petani responden
terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani
jagung manis. Analisis balas jasa balas jasa terhadap faktor-faktor produksi dapat
digunakan untuk mengetahui alasan petani responden lebih memilih untuk tetap
mengusahakan budidaya jagung manis daripada menyewakan lahannya atau
beralih untuk bekerja menjadi buruh, meskipun petani mengalami kerugian dari
usahatani jagung manisnya.
8
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna dan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya
meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani jagung
manis.
2. Menjadi bahan informasi untuk pihak-pihak pengambil kebijakan dalam
mencari alternatif pemecahan masalah usahatani jagung manis, khususnya di
wilayah Bogor.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan
maupun sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), tanaman jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-
rumputan. Jagung merupakan tanaman asli benua Amerika, yang kemudian
tersebar ke benua Asia dan benua Afrika. Daerah yang dianggap sebagai asal
tanaman jagung adalah Meksiko. Tanaman ini tidak memerlukan persyaratan
tanah yang khusus, namun pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan
sinar matahari karena pertumbuhan tanaman jagung yang ternaungi akan
terhambat. Tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis atau tropis basah. Secara garis besar, kegunaan
jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan, pakan
ternak, dan sebagai bahan baku industri (Purwono dan Hartono 2011).
Pengelompokan Jagung
Tiga kelompok utama jagung yang ditanam di daerah tropis adalah jagung
gigi kuda (dent corn), jagung mutiara (flint corn), dan jagung manis (sweet corn).
Jagung gigi kuda mempunyai lekukan di pucuk biji, karena pati keras terdapat di
pinggir dan pati lembek terdapat di puncak biji. Jagung mutiara berbentuk bulat,
bagian luar bijinya keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung mutiara
umumnya berumur genjah, sehingga hasilnya relatif rendah. Jagung manis
mengandung lebih banyak gula daripada pati, sehingga bijinya akan keriput
10
apabila kering. Jagung manis merupakan perkembangan dari jagung gigi kuda dan
jagung mutiara, yang kemudian melalui pemuliaan tanaman diperoleh jenis yang
manis (Purwono dan Hartono 2011). Salah satu varietas jagung manis yang umum
ditanam oleh petani yaitu varietas Sweet Boy. Deskripsi mengenai jagung manis
varietas Sweet Boy dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4 Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis (tiap 100 gram bahan
basah)a
Zat Gizi Satuan Jagung Biasa Jagung Manis
Energi cal 129.00 96.00
Protein gram 4.10 3.50
Lemak gram 1.30 1.00
Karbohidrat gram 30.30 22.80
Kalsium mg 5.00 3.00
Fosfor mg 108.00 111.00
Besi mg 1.10 0.70
Vitamin A S1 117.00 400.00
Vitamin B mg 0.18 0.15
Vitamin C mg 9.00 12.00
Air gram 63.50 72.70
a
Sumber: Tim Karya Tani Mandiri (2010).
Jagung manis termasuk keluarga Graminae dari suku Maydeae yang pada
mulanya berkembang dari jagung gigi kuda (Zea mays indentata) dan jagung
mutiara (Zea mays indurata). Jagung manis mempunyai umur genjah dan
memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Secara fisik
maupun morfologi, tanaman jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa.
Perbedaan antara kedua jagung tersebut yaitu umumnya terlihat pada warna bunga
jantan (malai) dan bunga betina (rambut). Malai jagung manis berwarna putih,
sedangkan malai pada jagung biasa berwarna kuning kecokelatan. Rambut jagung
manis berwarna putih sampai kuning keemasan, sedangkan pada jagung biasa
berwarna kemerahan (Minarsih 2000).
Jagung manis dapat ditanam di daerah dataran rendah dan tinggi, sampai
ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 0-
600 meter di atas permukaan laut merupakan ketinggian yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman jagung, dengan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm per
bulan. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50ºLU hingga 0-
40ºLS. Suhu ideal untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21°C-30°C.
11
Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis
varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih yang akan dihasilkan.
Isolasi ada dua cara, yaitu isolasi waktu yang berhubungan dengan saat tanam
dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, serta isolasi jarak, yang
berhubungan jarak minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu
sekitar 400 meter. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
tertinggi diperoleh melalui pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan
cara dibajak dan digaruk. Dengan melakukan pengolahan tanah, maka akan
diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar,
mengurangi keberadaan gulma, serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah.
Untuk setiap empat meter perlu dibuat saluran air yang berfungsi sebagai
jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam.
Akan tetapi, penanaman tanpa olah tanah (TOT) bisa juga dilakukan untuk
mengejar waktu tanam, dengan tetap memperhatikan pembersihan lahan untuk
mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman terdahulu. Benih yang
digunakan ada dua macam, yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan
dimanfaatkan serbuk sarinya dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan
tongkolnya untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 Kg/Ha, sedangkan
benih betina sebanyak 9 Kg/Ha.
Penanaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam
antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan dan betina, jarak tanam,
penugalan, dan jumlah benih per lubang.
Pemisahan waktu tanam dilakukan dengan cara menanam benih jantan terlebih
dahulu dan diberi tanda patok berbendera, kemudian 6 hari kemudian
dilakukan penanaman benih betina.
Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1:4.
Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm. Jarak baris betina dengan baris
jantan adalah 50 cm.
Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu
benih perlubang dan ditutup dengan abu atau sekam.
12
Penanaman benih jagung manis dilakukan dengan cara ditugal atau digarit,
kemudian ditaburkan furadan di atas benih sebanyak 0.5 gram per lubang tanam.
Selanjutnya perlu ditaburkan NPK dengan jarak 10 cm dari biji jagung sebanyak 2
gram per lubang tanam. Berikut ini merupakan tindakan yang harus dilakukan
untuk menjaga kualitas tanaman jagung manis.
7-15 hari setelah tanam dilakukan penyulaman, pemberian pupuk ZA 150 kg
per hektar, SP-36 300 kg/Ha, bila diperlukan maka semprot dengan PPC atau
insektisida nabati.
25-30 hari setelah tanam dilakukan penyiangan sekaligus pengguludan,
apabila diperlukan maka perlu ditaburkan kembali Furadan pada titik tumbuh
sekitar 5 butir per tanaman, kemudia disemprot dengan PPC.
40-45 hari setelah tanam dilakukan pemupukan dengan KCL atau KNOɜ.
Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan apabila terdapat hama.
50-55 hari setelah tanam, mulai seleksi tongkol atau pohon jagung.
Penyemprotan pada ketiak daun dilakukan apabila diperlukan. Pada saat ini,
perlu diusahakan agar kebun tidak terganggu, karena akan mempengaruhi
proses persarian.
75-80 hari setelah tanam merupakan waktu pemetikan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan pengairan, dangir dan
bumbun, mencabut tanaman tipe simpang, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk campuran antara ZA, SP-36, dan KCl
dengan perbandingan dosis per hektar adalah 280:210:35. Pemupukan
dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut, yaitu:
Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA, SP-36, dan KCl adalah
70:140:35, pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup kembali.
Umur 15 hari setelah tanam dengan ZA 150 kg per hektar dan SP-36
sebanyak 300 kg/Ha, pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup
kembali.
Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis KCl sebanyak 140 kg, pada
jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup kembali.
2. Pengairan
Lahan perlu diberi pengairan tiga hari sebelum tanam untuk menciptakan
kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga mempercepat terjadinya
perkecambahan benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan
diberikan sesuai kebutuhan. Pengairan dilakukan setelah melakukan kegiatan
pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, dan 45 hari
setelah tanam.
3. Dangir dan Bumbun
Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi keberadaan gulma di areal
tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung manis.
Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan, yaitu pada umur 21 dan 28
hari setelah tanam. Membumbun adalah usaha untuk memperbaiki sirkulasi
udara serta membantu pertumbuhan perakaran tanaman.
13
menurunkan bobot brangkasan jagung manis per petak, bobot jagung berkelobot
per petak, bobot jagung tanpa kelobot per petak, bobot jagung berkelobot per
tanaman, dan jumlah jagung per petak.
Perlakuan monokultur baik ubi jalar maupun jagung manis menghasilkan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam
tumpangsari. Namun, jagung manis dan ubi jalar masih dapat ditanam secara
tumpangsari jika keduanya ditanam pada saat yang bersamaan. Pada sistem tanam
tumpangsari, semakin lama jagung manis ditanam, maka akan semakin
menguntungkan pertanaman ubi jalar. Namun sebaliknya, semakin lama ubi jalar
ditanam maka pertumbuhan dan produktivitas jagung manis akan semakin
berkurang (Wardhana 2010).
Upaya pengembangan jagung manis dapat dilakukan dengan pendekatan
agribisnis, dimana semua aspek mulai dari penyediaan sarana produksi hingga
pemasarannya mendapat perhatian secara proporsional. Namun peluang yang
cukup besar ini menghadapi beberapa kendala pengembangan. Pada subsistem
usahatani (on-farm activities), petani dihadapi pada kendala dalam perolehan
modal dan terbatasnya pasar dan pada subsistem agroindustri (off-farm activities),
kendala yang dihadapi adalah kesulitan dalam mernperoleh bahan baku.
Kelompok Tani Jagung Manis (KTJM) memasarkan jagung manis ke
berbagai tempat dan telah melakukan kerjasama dengan para petani di Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Kerjasama dilakukan dengan menyediakan
sarana produksi yang dibutuhkan petani dan jaminan pasar, sehingga diharapkan
dapat mengatasi kendala, baik dipihak petani maupun perusahaan. Penelitian
terhadap petani pemasok terbagi menjadi dua kelompok, yaitu petani yang tidak
memiliki hubungan langsung dengan KTJM (K-1) yaitu dihubungkan penyalur
yang berupa KUD dan petani yang berhubungan langsung dengan KTJM (K-2)
(Rachmawati, 1995).
Kerjasama yang dilakukan antara petani dan KTJM merupakan kontrak
pemasaran hasil secara non formal dengan dasar saling percaya, dimana pihak
KTJM akan menyalurkan kredit berupa sarana produksi pertanian, sementara itu
pihak petani harus menjual hasil panennya kepada KTJM. Pada pelaksanaannya,
kerjasama ini menimbulkan permasalahan, baik di pihak petani maupun pihak
KTJM, yang harus segera diatasi. Namun pada dasarnya kerjasama ini sudah baik,
karena dapat memberikan keuntungan pada kedua belah pihak.
Pada hubungan kerjasama antara petani dan KTJM ini, KUD mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai penyalur baik bagi pihak petani maupun
KTJM. Bagi petani, walaupun keuntungan materil diberikan sebagian kepada
KUD, namun keuntungan non materil lebih besar dibanding bila langsung
berhubungan dengan KTJM. Petani pemasok pada K-1 tidak menggunakan
penyalur berupa KUD atau yang lainnya karena lokasinya yang tidak terlalu jauh
dari KTJM, sehingga lebih baik apabila langsung berhubungan dengan KTJM.
Marjin yang diterima petani kecil untuk produk yang diolah dan cukup
besar untuk produk yang tidak diolah oleh KTJM. Sedangkan marjin keuntungan
yang diterima penyalur sangat kecil, karena kegiatan yang dilakukan penyalur
tidak banyak dan juga risiko yang ditanggungnya tidak besar, seperti banyaknya
biaya dan risiko yang harus ditanggung oleh KTJM atau petani.
Harga jual jagung manis selain ditetapkan dengan mempertimbangkan
harga pasar, juga ditetapkan berdasarkan pertimbangan harga pesaing dan
16
pendapatan atas biaya total. Hasil penelitian Putra (2011), Aldila (2013), dan
Setiyanto (2008) menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani
memiliki angka yang positif dan lebih dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa
usahatani jagung dan jagung manis yang dilakukan petani secara tunai
menguntungkan. Jika dilihat pendapatan atas biaya total, pendapatan usahatani
ada yang menunjukkan angka positif dan juga angka negatif.
Untuk mengetahui efisiensi pendapatan usahatani dilakukan penghitungan
R/C. Nilai R/C merupakan perbandingan antara nilai pendapatan yang diperoleh
petani dengan biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C ratio yang lebih besar daripada
satu berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan petani, maka pendapatan
yang diterima lebih dari satu rupiah. Nilai R/C terbagi menjadi dua yaitu R/C atas
biaya tunai dan R/C atas biaya total. Penelitian Putra (2011) menunjukkan nilai
R/C untuk usahatani jagung manis lahan milik dan lahan sewa atas biaya total dan
biaya tunai yaitu lebih dari 1, yang menandakan bahwa usahatani jagung manis
menguntungkan untuk diusahakan. Usahatani jagung manis di Kecamatan Ciawi
juga menunjukkan nilai R/C yang lebih dari satu, yang berarti bahwa usahatani
tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan (Rachmawati 1995).
Analisis usahatani tidak hanya dilihat dari pendapatan usahataninya saja,
namun juga perlu memperhatikan teknik budidaya yang dilakukan dan faktor-
faktor produksi yang digunakan untuk melakukan budidaya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan budidaya tanaman jagung manis masih banyak
mengalami kendala. Kendala ini menyebabkan produksi yang diperoleh petani
masih dibawah produksi potensial yang seharusnya dapat dicapai.
Petani jagung manis di Kecamatan Ciawi sering mengalami kerugian
tergantung dari keadaan alam pada saat menanam dan harga yang terjadi di pasar
(Rachmawati 1995). Usahatani jagung di Desa Saguling, Kabupaten Bandung
tergolong masih sederhana, hal ini tercermin dari kecilnya luasan lahan produksi,
masih belum digunakannya mesin pertanian (seperti hand tractor atau mesin
perontok biji/hasil panen), pengaturan komposisi input produksi (benih, pupuk,
dan obat-obatan) yang masih belum berimbang, sampai pengaturan tenaga kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung adalah luas lahan, pemilihan
jenis benih, dosis penggunaan pupuk (Urea, TSP, KCl dan NPK), obat-obatan,
manajemen (budidaya-panen), serta penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh bahwa usahatani jagung dengan benih hibrida lebih
menguntungkan daripada dengan benih bersari bebas. Sebab nilai R/C atas biaya
total usahatani jagung hibrida lebih besar daripada bersari bebas (Khaerizal 2008).
Usahatani jagung manis di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat memiliki rata-rata penguasaan lahan usahatani
jagung manis sebesar 0.57 hektar. Secara umum, penggunaan input produksi
masih rendah dan belum sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh Dinas
Pertanian setempat. Elastisitas produksi dalam model fungsi produksi yang
terbentuk menunjukkan bahwa skala usahatani jagung manis berada pada skala
kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Berdasarkan hasil
penelitian, ditunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
jagung manis secara ekonomis belum mencapai kondisi optimal, sehingga masih
harus ditingkatkan agar dapat mencapai keuntungan maksimum. Masih kurangnya
penggunaan faktor-faktor produksi seperti benih, luas lahan, pupuk urea, pupuk
kandang, pupuk KCl, dan fungisida, disebabkan oleh keterbatasan modal dan
18
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Usahatani
Ilmu usahatani umumnya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu
yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin
(Suratiyah 2011).
Soekartawi (2006) mengartikan ilmu usahatani sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Pengalokasian sumberdaya secara efektif dapat terlihat apabila petani
dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan
sebaik-baiknya dan dapat dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya
tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Soekartawi (2006) memaparkan bahwa suatu usahatani dapat digambarkan
lebih rinci sebagai berikut:
1. Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan
dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi
sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan
ternak, dan tempat keluarga tani bermukim.
2. Pada usahatani juga akan dijumpai bangunan-bangunan, seperti: rumah tempat
tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur atau
pompa air, dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti: bajak, cangkul, garpu,
parang, sprayer, dan traktor. Sarana produksi (input), seperti: benih atau bibit
tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obat-obatan pemberantas hama
dan penyakit tanaman, serta hewan ternak dan makanan ternak.
3. Pada usahatani terdapat keluarga tani yang terdiri dari petani, istri, dan anak-
anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu. Semua
merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan.
4. Petani sendiri, selain menjadi tenaga kerja juga berfungsi sebagai pengelola
atau manager, yaitu orang yang berwenang memutuskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan usahatani.
Shinta (2011) menyimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan
yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara
efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal.
Sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Hernanto
(1996) menyatakan bahwa terdapat empat unsur pokok yang selalu ada pada suatu
usahatani. Unsur tersebut dikenal dengan istilah lain yaitu faktor-faktor produksi
usahatani. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu:
20
1. Tanah
Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan
tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani secara keseluruhan, yang
tidak dapat diperbanyak, tidak dapat dipindah-pindahkan, serta dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Faktor tanah tidak terlepas dari
pengaruh alam sekitarnya, yaitu curah hujan, sinar matahari, angin, dan
sebagainya (Suratiyah 2011). Hernanto (1996) menjelaskan mengenai sifat-
sifat tanah di Indonesia, yaitu relatif langka dibanding dengan faktor produksi
lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Tanah
usahatani dapat berupa sawah, tanah pekarangan, dan tegalan. Tanah dalam
usahatani dapat diperoleh dengan cara membeli, sewa, sakap, pemberian oleh
negara, warisan, wakaf, atau dengan membuka lahan sendiri. Penggunaan
tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun tumpangsari.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk (Shinta 2011). Tenaga kerja dalam
usahatani dapat berupa tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, serta tenaga
kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria,
perempuan, dan anak-anak. Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari dalam
keluarga maupun luar keluarga, yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
kualitas dan kegiatan kerja, kesehatan, kecakapan (pendidikan, pengetahuan,
dan pengalaman), dan keadaan lingkungannya (Suratiyah 2011). Tenaga kerja
luar keluarga diperoleh dengan cara upahan, sambatan (tolong menolong), dan
arisan tenaga kerja. Satuan kerja diperlukan untuk mengukur efisiensi, yaitu
jumlah pekerjaan produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja.
Untuk satu hari umumnya diperhitungkan delapan jam kerja. Hernanto (1996)
membuat konversi tenaga kerja, yaitu membandingkan tenaga pria sebagai
ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain dikonversikan atau disetarakan dengan
hari kerja pria, yaitu: 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP); 1 wanita = 0.7 hari
kerja pria (HKP); 1 ternak = 2 hari kerja pria (HKP); dan 1 anak = 0.5 hari
kerja pria (HKP).
3. Modal
Modal merupakan unsur pokok usahatni yang penting. Modal dapat digunakan
untuk membeli sarana produksi serta untuk membiayai pengelolaan usahatani.
Modal dalam usahatani adalah: (a) Tanah, (b) Bangunan-bangunan, (c) Alat-
alat pertanian, (d) Tanaman, ternak, dan ikan di kolam, (e) Bahan-bahan
pertanian (sarana produksi), (f) Piutang di Bank, dan (g) Uang tunai. Menurut
sifatnya, modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap (tanah
bangunan) dan modal bergerak (alat-alat, bahan, uang tunai, tanaman, dan
lain-lain). Nilai dari modal tetap menyusut berdasarkan jenis dan waktu,
sedangkan modal bergerak dianggap habis dalam satu periode produksi.
Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman atau
kredit (kredit bank dan pelepas uang/famili/tetangga), hadiah warisan,
diperoleh dari usaha lain, atau dari kontrak sewa (Hernanto 1996).
4. Manajemen (pengelolaan)
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan tingkat produksi yang
21
untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit.
Biaya tidak tunai meliputi biaya untuk tenaga keluarga, biaya penyusutan alat-alat
pertanian, sewa lahan milik sendiri, serta biaya panen dan pengolahan tanah dari
tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tidak tunai digunakan untuk melihat
manajemen suatu usahatani (Hernanto 1996).
Penyusutan nilai untuk alat-alat pertanian yang digunakan termasuk dalam
pengeluaran tidak tunai (biaya yang diperhitungkan). Nilai penyusutan tersebut
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus yaitu suatu
metode dalam perhitungan penyusutan dimana biaya penyusutan yang dikeluarkan
setiap tahunnya relatif sama hingga habis umur ekonomis dari alat tersebut
(Suratiyah 2011). Metode ini digunakan dengan asumsi nilai sisa dianggap nol.
imbangan penerimaan dan biaya (R/C) menunjukkan bahwa setiap satu rupiah
biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya.
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) dapat diperhitungkan
berdasarkan atas biaya tunai dan biaya total. R/C atas biaya tunai diperoleh
dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu
periode tertentu. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dengan cara
membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan
dalam satu periode tertentu.
Apabila diperoleh nilai R/C > 1, maka kegiatan usahatani yang dilakukan
menguntungkan, karena kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan
penerimaan yang lebih besar daripada pengeluarannya. Sedangkan nilai R/C < 1
menunjukkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan tidak menguntungkan,
karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan
yang lebih besar daripada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 berarti bahwa kegiatan
usahatani yang dilakukan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian
(impas), karena penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan
pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani.
buruh atau tetap mengusahakan kegiatan usahatani. Balas jasa terhadap tenaga
kerja keluarga dipengaruhi oleh penghasilan bersih usahatani (net farm earning)
dan bunga modal petani (Kay et al. 2005).
petani membeli benih yang lebih murah namun tidak berkualitas, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan tanaman jagung manis menjadi kurang optimal.
Perputaran modal dari kegiatan usahatani jagung manis digunakan petani
untuk melakukan kegiatan usahatani berikutnya dan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan sarana produksi untuk
budidaya jagung manis dapat membatasi petani dalam melakukan pembelian
sarana produksi. Hal tersebut dapat menyebabkan usahatani jagung manis di Desa
Gunung Malang menjadi kurang menguntungkan. Suatu kegiatan usahatani yang
kurang menguntungkan dapat membuat petani berpikir untuk menyewakan
lahannya atau bekerja menjadi buruh. Nilai sewa lahan yang berlaku di Desa
Gunung Malang cukup tinggi, begitu pula dengan nilai upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Bogor. Tingginya nilai sewa lahan yang berlaku dapat
menjadi salah satu pertimbangan petani responden untuk menyewakan lahannya
daripada menggunakan lahannya untuk melakukan kegiatan usahatani. Upah
minimum Kabupaten Bogor yang tinggi juga menjadi pertimbangan petani
responden untuk beralih menjadi buruh.
Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan petani dalam budidaya jagung
manis serta keragaan usahatani yang dilakukan oleh petani akan mempengaruhi
pendapatan yang diperoleh petani. Oleh karena itu, diperlukan analisis usahatani
untuk melihat pengaruh total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan
terhadap pendapatan usahatani dari petani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Analisis usahatani dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang jelas mengenai pendapatan usahatani yang diperoleh
dari memproduksi jagung manis.
Selain melihat biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani, dilakukan
pula analisis keragaan usahatani dan penggunaan input produksi jagung manis di
Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Analisis
keragaan usahatani dan penggunaan input produksi dilakukan untuk melihat teknis
budidaya yang dilakukan oleh petani responden.
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) juga dilakukan untuk
melihat apakah usahatani jagung manis yang dilakukan oleh petani responden
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Analisis tersebut menunjukkan bahwa
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar
nilai R/C-nya. Usahatani jagung manis menguntungkan dan layak untuk
diusahakan oleh petani apabila nilai R/C lebih besar dari satu dan apabila nilai
R/C lebih kecil dari satu, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani
memberikan kerugian bagi petani, sehingga tidak layak untuk diusahakan.
Analisis balas jasa terhadap faktor-faktor produksi juga perlu dianalisis
karena pada umumnya petani tidak memperhitungkan hal-hal tersebut di dalam
melakukan kegiatan usahataninya. Selain itu, analisis balas jasa balas jasa
terhadap faktor-faktor produksi juga perlu dilakukan untuk melihat nilai imbalan
yang diperoleh petani responden terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam melakukan usahatani jagung manis. Analisis balas jasa balas jasa terhadap
faktor-faktor produksi dapat digunakan untuk mengetahui alasan petani responden
lebih memilih untuk tetap mengusahakan budidaya jagung manis daripada
menyewakan lahannya atau beralih untuk bekerja menjadi buruh, meskipun petani
mengalami kerugian dari usahatani jagung manisnya. Secara lebih ringkas,
kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
26
Pendapatan Usahatani
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung kepada petani jagung manis dengan menggunakan
alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan melakukan
pengamatan langsung pada kegiatan usahatani responden di lokasi penelitian. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden menggunakan data
usahatani yang dilakukan pada periode musim tanam 2012-2013.
Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang terkait
dengan komoditas jagung manis dan mempelajari hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan topik usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari
berbagai instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4K Kabupaten Bogor dan
lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penelitian ini, serta diperoleh melalui
media elektronik (internet). Data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk
mengisi kebutuhan atas referensi (rujukan) khusus pada beberapa hal untuk
melengkapi data primer. Kedua data tersebut digunakan sebagai sumber penelitian
kemudian diolah untuk mencapai tujuan penelitian.
Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder yang
diperoleh dari hasil penelitian. Analisis kualitatif diuraikan secara deskriptif untuk
mengetahui gambaran mengenai aktivitas usahatani jagung manis dan penggunaan
input produksi dalam usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan
usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C analysis), serta analisis
balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam melakukan
kegiatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor. Data primer yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan
petani responden diolah dengan bantuan kalkulator dan komputer (program
Microsoft Excel 2013). Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel
yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk pembahasan.
Biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan adalah nilai semua input
yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Biaya tidak tunai pada usahatani
jagung manis terdiri dari biaya sewa lahan milik sendiri, upah tenaga kerja dalam
keluarga, dan penyusutan alat-alat pertanian bagi petani yang memliki alat-alat
pertanian. Secara lebih rinci, perhitungan pendapatan usahatani jagung manis
dapat dilihat pada Tabel 5.
Keterangan:
TR : Penerimaan total usahatani (Rp)
Py : Harga jual produk per unit (Rp/kg)
Y : Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg)
TC : Pengeluaran total usahatani (Rp)
Π : Pendapatan usahatani (Rp)
untuk usahatani jagung manis akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan). Makin tinggi nilai R/C, maka makin tinggi pula
total penerimaan yang diperoleh.
Jika nilai R/C = 1, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani berada
pada titik impas, yaitu tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami
kerugian (jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jagung manis akan
menghasilkan penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan).
Jika nilai R/C < 1, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani tidak
memberikan keuntungan, sehingga tidak layak untuk diusahakan (setiap biaya
yang dikeluarkan untuk usahatani jagung manis akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).
Selain balas jasa terhadap seluruh modal dan balas jasa terhadap lahan,
balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labor) juga perlu
diperhitungkan untuk melihat apakah sebaiknya petani menjadi buruh atau tetap
mengusahakan usahatani sendiri. Balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga (return
to family labor) dapat diperhitungkan sebagai berikut:
Return to Family Labor = Net Farm Earnings – Bunga Modal Petani
Secara lebih rinci, perhitungan return to family labor pada usahatani
jagung manis petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Definisi Operasional
dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara
penerimaan total dengan biaya tunai usahatani, sedangkan pendapatan atas
biaya total merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total
usahatani.
16. R/C yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya usahatani.
17. Harga jual jagung manis adalah harga yang diterima petani pada saat panen di
daerah penelitian dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram.
Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani yang ada di Desa
Gunung Malang yang pernah menanam tanaman jagung manis. Petani responden
berjumlah 35 orang. Karakteristik dari masing-masing petani berbeda-beda, baik
dalam hal umur, tingkat pendidikan, status usahatani, pengalaman bertani, status
kepemilikan lahan, luas lahan, pola tanam, dan sistem pemasaran. Perbedaan
dalam karakteristik tersebut akan mempengaruhi keragaan usahatani dari masing-
masing petani sehingga akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan.
Umur
Petani responden dalam penelitian ini memiliki umur yang beragam antara
30–63 tahun. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase umur tertinggi
berada pada usia 40-49 tahun dan pada usia lebih dari 60 tahun, dengan persentase
yang sama yaitu sebesar 31.43%. Persentase umur terendah berada pada usia 30-
39 tahun dengan persentase sebesar 17.14%. Sebaran karakteristik petani
responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 9.
Persentase terendah yaitu pada usia 30-39 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa masih rendahnya minat penduduk yang berada pada usia produktif untuk
bekerja menjadi petani. Usia produktif merupakan usia yang paling tepat untuk
menjalankan aktifitas-aktifitas bekerja seperti bertani karena secara fisik masih
baik dan memiliki semangat yang tinggi dan adanya kewajiban untuk menghidupi
keluarga.
35
Petani responden banyak tersebar pada usia 40-49 tahun dan usia lebih dari
60 tahun. Petani responden pada rentang usia ini sudah bekerja sebagai petani
sejak masih remaja dan masih bertahan menjadi petani sampai usia tua. Petani
responden yang berusia di bawah 30 tahun sangat jarang ditemui, karena hampir
sebagian besar penduduk yang berumur di bawah 30 tahun lebih tertarik untuk
mencari pekerjaan di kota seperti Bogor atau Jakarta.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani responden di Desa Gunung Malang sebagian
besar adalah lulusan sekolah dasar. Sebagian besar petani dan masyarakat di Desa
Gunung Malang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar dan tidak
melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena berbagai alasan diantaranya adalah
alasan finansial. Umumnya setelah lulus dari sekolah dasar, petani memilih untuk
membantu orang tua mereka bertani daripada harus melanjutkan pendidikannya.
Hal tersebut merupakan salah satu alasan sebagian besar petani responden di Desa
Gunung Malang hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar.
Petani responden yang merupakan lulusan perguruan tinggi hanya
sebanyak satu orang atau sebesar 2.86%. Lulusan perguruan tinggi pada umumnya
lebih memilih pekerjaan lain selain bertani, sehingga jarang ditemui lulusan
perguruan tinggi yang memilih untuk bekerja menjadi petani. Sebaran tingkat
pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 10.
Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani diasumsikan akan mempengaruhi keterampilan dari
seorang petani. Petani yang telah memiliki pengalaman bertani yang cukup lama
dianggap akan lebih unggul daripada petani yang belum memiliki pengalaman
bertani yang cukup lama. Hal tersebut dapat terjadi karena petani dengan
pengalaman bertani yang sudah cukup lama diasumsikan memiliki waktu belajar
yang cukup banyak, sehingga petani tersebut dapat belajar secara langsung dari
setiap kejadian yang terjadi selama melakukan budidaya tanaman. Pelajaran dari
pengalaman bertani sebelumnya akan membuat petani mampu dalam mengatasi
masalah yang serupa yang mungkin akan terjadi dalam kegiatan budidaya
selanjutnya.
Tanaman jagung manis sudah lama diperkenalkan di Desa Gunung
Malang, sehingga petani sudah cukup lama melakukan budidaya tanaman jagung
manis. Banyak petani yang mulai tertarik untuk melakukan budidaya tanaman
jagung manis karena dianggap menguntungkan. Minat petani untuk menanam
jagung manis dipengaruhi oleh keberhasilan dari petani yang sudah lebih dahulu
melakukan usahatani jagung manis.
Pengalaman bertani jagung manis dari petani responden sebagian besar
sekitar 1-10 tahun dan 11-20 tahun dengan persentase masing-masing sebesar
37.14% dan 34.29%. Petani yang memiliki pengalaman bertani jagung manis
paling lama yaitu lebih dari 30 tahun sebanyak dua orang. Sebaran pengalaman
bertani jagung manis petani responden dapat dilihat pada Tabel 11.
Status Usahatani
Sebagian besar petani responden di Desa Gunung Malang menjadikan
usahatani jagung manis sebagai mata pencaharian utama. Tabel 12 menunjukkan
bahwa sebesar 62.86% petani responden menjadikan usahatani jagung manis
sebagai mata pencaharian utama, sedangkan sisanya sebesar 37.14% petani
responden menjadikan usahatani jagung manis sebagai mata pencaharian
sampingan.
Petani yang menjadikan usahatani jagung manis sebagai mata pencaharian
utama adalah petani yang memiliki lahan untuk melakukan budidaya, baik lahan
sendiri maupun lahan sewa dan tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan
usaha, sehingga mereka memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan
petani yang menjadikan usahatani jagung manis sebagai mata pencaharian
sampingan pada umumnya memiliki pekerjaan lain yang dianggap lebih
37
sebesar 20.00% dan petani yang melakukan sakap atau bagi hasil sebesar 11.43%
dari total responden.
Luas Lahan
Total kepemilikan luas lahan jagung manis dari petani responden
bervariasi antara satu petani dengan petani lainnya. Luas lahan terkecil yaitu
sebesar 0.1 hektar dan luas lahan terbesar mencapai 1.1 hektar. Sebagian besar
petani responden memiliki luas lahan antara 0.10 sampai 0.24 hektar yaitu
mencapai 37.14%. Petani responden yang memiliki luas lahan antara 0.25 sampai
0.49 hektar juga memiliki proporsi yang besar, yaitu mencapai 31.43%.
Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa umumnya petani responden di Desa
Gunung Malang belum memiliki lahan yang luas dalam melakukan budidaya
jagung manis, karena sebesar 68.57% petani masih memiliki lahan dibawah 0.5
hektar. Lahan yang dimiliki petani letaknya ada yang terpusat menjadi satu persil
dan ada pula yang terbagi-bagi menjadi beberapa persil. Sebaran luas lahan petani
responden di Desa Gunung Malang tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran luas lahan petani responden di Desa Gunung Malang tahun
2012
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase
1. 0,10 – 0,24 13 37.14
2. 0,25 – 0,49 11 31.43
3. 0,50 – 1,00 10 28.57
4. >1 1 2.86
Jumlah 35 100.00
Pola Tanam
Jagung manis dapat ditanam sepanjang tahun. Sebagian besar petani
menanam jagung manis pada bulan April sampai bulan Juni dan pada akhir tahun
sekitar bulan Oktober sampai Desember. Petani memilih untuk menanam jagung
manis pada bulan April sampai Juni karena pada bulan tersebut tanaman jagung
manis dapat tumbuh dengan baik karena pada musim ini kebutuhan air dan
intensitas panas cukup dan tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan
tanaman jagung yaitu membutuhkan sedikit air dan banyak cahaya matahari.
Sedangkan alasan petani untuk menanam jagung manis pada akhir tahun karena
tergiur oleh tingginya permintaan jagung manis. Pola penanaman jagung manis
dari petani responden dapat dilihat pada Gambar 2.
39
Gambar 3 Pola tanam jagung manis yang dilakukan oleh petani responden di
Desa Gunung Malang pada musim tanam tahun 2012-2013
Sistem Pemasaran
Kegiatan pemasaran jagung manis di Desa Gunung Malang dianggap
sangat mudah oleh petani responden meskipun pemasaran produk jagung manis
masih didominasi oleh tengkulak. Banyak para pembeli terutama tengkulak yang
setiap hari datang ke Desa Gunung Malang untuk membeli jagung manis serta
tanaman lainnya untuk dijual ke pasar. Kemudahan dalam penjualan hasil panen
tersebut membuat petani lebih memilih untuk menjualnya kepada tengkulak,
karena hanya beberapa petani yang memiliki kios atau akses ke pasar.
Petani responden yang menjual hasil panennya kepada tengkulak yaitu
sebanyak 21 orang atau sekitar 60% dari total responden. Petani yang menjual
hasil panennya sendiri merupakan petani yang memiliki kios di pasar induk yaitu
di Pasar Bogor dan Pasar Kemang Bogor, yang memiliki proporsi sebesar 40%
dari total responden. Petani tersebut juga merupakan tengkulak karena selain
menjual hasil panen miliknya sendiri, petani ini juga mengumpulkan hasil panen
dari petani lain. Sebaran sistem pemasaran jagung manis petani responden dapat
dilihat pada Tabel 15.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan jagung manis di Desa Gunung Malang pada umumnya
terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pembersihan lahan, pengolahan
lahan, dan pemberian pupuk dasar. Namun terdapat beberapa perbedaan dalam
tahapan persiapan lahan yang dilakukan oleh petani responden. Perbedaan tersebut
salah satunya yaitu dalam hal kegiatan pengolahan lahan dan pemberian pupuk
dasar. Kegiatan persiapan lahan umumnya terlebih dahulu dilakukan dengan
membersihkan lahan dari rumput, gulma, dan sisa tanaman dari penanaman
sebelumnya. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan agar tanaman jagung manis
dapat tumbuh dengan baik tanpa ada gangguan dari rumput atau gulma. Kegiatan
membersihkan lahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sabit,
cangkul, atau dengan menggunakan herbisida. Namun, tidak ada petani responden
yang menggunakan herbisida dalam melakukan pembersihan lahan.
Tahapan persiapan lahan selanjutnya setelah pembersihan lahan yaitu
kegiatan pengolahan lahan dengan melakukan pencangkulan lahan yang akan
digunakan untuk kegiatan usahatani jagung manis. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperbaiki tekstur tanah agar tanah menjadi gembur kembali dan mencegah
tumbuhnya gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan jagung manis. Namun
beberapa petani responden tidak melakukan kegiatan pengolahan lahan tersebut.
Ketika lahan yang digunakan untuk menanam jagung manis merupakan lahan
yang telah digunakan sebelumnya untuk menanam ubi jalur atau tanaman sayuran
lainnya, maka petani merasa kegiatan pencangkulan lahan tidak perlu dilakukan,
sehingga petani dapat menghemat waktu dan pengeluaran. Alasan petani merasa
tidak perlu untuk melakukan kegiatan pencangkulan lahan yaitu karena lahan yang
telah digunakan sebelumnya untuk menanam ubi jalur atau tanaman sayuran
sudah berbentuk bedengan sehingga tidak perlu dilakukan pencangkulan kembali.
42
Kegiatan pencangkulan lahan perlu dilakukan ketika lahan yang akan digunakan
untuk melakukan penanaman jagung manis merupakan lahan yang telah
digunakan sebelumnya untuk menanam padi.
Kegiatan pencangkulan lahan dilakukan dengan melakukan pembuatan
bedengan. Lebar bedengan lebih kurang 60 cm dan jarak antar bedengan lebih
kurang 50 cm sampai 100 cm, disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki dan
kebiasaan yang dilakukan oleh petani. Setelah melakukan pembuatan bedengan,
dilakukan pemberian lubang di sepanjang bedengan dengan jarak lebih kurang 30
cm. Kegiatan pemberian lubang umumnya dilakukan dengan menggunakan
cangkul atau tugal. Lubang tersebut digunakan untuk meletakkan benih jagung
manis yang akan ditanam. Jarak antar bedengan dapat dilihat pada Gambar 4.
Penanaman
Penanaman jagung manis dilakukan dengan cara membuat lubang tanam
dengan menggunakan cangkul atau tugal. Benih jagung manis ditanam dengan
kedalaman 2-3 cm pada lubang tanam yang telah dibuat. Jumlah benih yang
43
ditanam dalam satu lubang tanam sebanyak satu hingga dua butir per lubang.
Beberapa petani yang menanam benih sebanyak dua butir per lubang bertujuan
untuk mengurangi risiko apabila terdapat tanaman yang mati atau tidak tumbuh
dengan baik.
Proses penanaman jagung manis yang dilakukan oleh petani responden
berbeda-beda. Terdapat beberapa petani yang menggunakan furadan pada saat
melakukan penanaman benih untuk mencegah serangan serangga seperti semut,
yang akan memakan benih jagung manis yang telah ditanam. Petani mencampur
benih jagung manis dengan campuran air dan furadan, kemudian ditanam di
lubang tanam yang telah disiapkan. Namun sebagian besar petani lebih memilih
untuk melakukan penanaman benih secara langsung, tanpa merendamnya dengan
campuran air dan furadan. Setelah benih ditanam, lubang ditutup dengan tanah.
Kegiatan penanaman jagung manis dapat dilihat pada Gambar 5.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk di daerah
sekitar tanaman dengan jarak 5 cm dari pangkal tanaman. Pemupukan dilakukan
sebanyak dua hingga tiga kali. Petani melakukan kegiatan pemupukan dengan
menggunakan pupuk kimia seperti pupuk urea, TSP, dan phonska. Pemupukan
pertama dilakukan pada 7-17 hari setelah tanam (HST). Sebagian besar petani
melakukan pemupukan pertama pada 15 HST karena tumbuhan mulai
membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
Pemupukan kedua dilakukan pada 25-45 HST. Petani umumnya
melakukan pemupukan kedua pada 30 HST ketika tongkol jagung sudah mulai
tumbuh dan tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak.
Pemupukan ketiga umumnya dilakukan pada 50 HST agar dapat menghasilkan
tongkol jagung yang besar. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 6.
44
Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani disesuaikan dengan modal yang
dimiliki, sehingga umumnya petani belum menerapkan dosis yang dianjurkan
dalam melakukan pemupukan jagung manis. Kegiatan pemupukan perlu
dilakukan dengan baik, karena apabila pangkal tanaman terkena pupuk yang
ditaburi, maka akan menyebabkan tanaman keracunan dan dapat membuat
tanaman jagung manis mati.
Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiangan,
pembumbunan, serta pemberantasan hama dan penyakit.
1. Penyiangan
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari rumput atau
gulma yang merugikan yang berada di sekitar tanaman jagung manis, sehingga
tidak mengganggu pertumbuhan jagung manis karena tidak ada persaingan
dalam konsumsi unsur hara dengan tanaman lainnya. Penyiangan dilakukan
dengan menggunakan kored atau cangkul. Petani umumnya melakukan
penyiangan sebanyak satu kali pada saat tanaman berumur 15-30 HST.
Sebagian besar petani melakukan kegiatan penyiangan dan kegiatan
pembumbunan secara bersamaan, yaitu pada saat tanaman berumur 30 HST.
2. Pembumbunan
Kegiatan pembumbunan yaitu kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan
dengan cara meninggikan bedengan. Pembumbunan dilakukan pada saat
tanaman berumur 30 HST. Pembumbunan dilakukan dengan menggunakan
cangkul. Kegiatan pembumbunan ini bertujuan untuk menutup bagian di
sekitar perakaran yang keluar dari permukaan agar batang tanaman tetap
kokoh dan tidak mudah rebah apabila terkena angin, serta untuk
menggemburkan tanah di sekitar tanaman.
Selain itu, musang juga menjadi kendala bagi petani ketika tongkol jagung
manis telah hampir siap panen, karena musang akan memakan tongkol
tersebut. Beberapa petani menggunakan perangkap untuk mengatasi hama
musang. Hama belalang dapat dilihat pada Gambar 9.
Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung manis adalah penyakit bulai.
Penyakit ini belum ada obatnya dan dapat menular ke tanaman lainnya apabila
tanaman yang terserang tidak segera dicabut. Tanaman yang terserang
penyakit bulai harus segera dicabut dan dibakar atau dibuang di tempat yang
jaraknya jauh dari lokasi penanaman. Tanaman jagung manis yang terserang
penyakit bulai akan berwarna kuning dan menyebabkan tanaman tidak dapat
tumbuh dengan baik.
Panen
Jagung manis dapat dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Ciri-ciri
tanaman jagung manis yang telah siap panen yaitu bijinya menguning, rambut
jagung mengering dan menghitam, dan bunga sudah kering (Aldila 2013). Namun,
sebelum dilakukan pemanenan jagung manis, 15-20 hari sebelumnya dapat
dilakukan pemanenan jagung muda (semi). Jagung semi merupakan tongkol
jagung manis yang berusia sangat muda, yang umumnya digunakan sebagai
sayuran. Dalam satu tanaman jagung manis umumnya terdapat dua tongkol. Pada
usia tanaman 55-60 hari setelah tanam, tongkol jagung yang tumbuh harus
disisakan satu tongkol untuk dipanen sebagai jagung manis. Hal ini dilakukan agar
tongkol jagung manis tersebut dapat memperoleh nutrisi yang optimal sehingga
hasilnya menjadi lebih baik.
Pemanenan jagung semi maupun jagung manis dilakukan dengan cara
memetik dengan menggunakan tangan atau ditebas dengan menggunakan sabit,
kemudian dimasukkan ke dalam karung. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
agar kondisi jagung manis tetap segar. Jagung manis yang telah dipanen akan
dipisahkan antara jagung manis yang memiliki kualitas yang kurang baik dengan
jagung manis yang memiliki kualitas yang baik. Jagung manis hasil panen yang
memiliki kualitas kurang baik umumnya akan dikonsumsi sendiri, dibuang, atau
digunakan untuk pakan ternak, sedangkan jagung manis yang memiliki kualitas
yang baik akan langsung dijual dan diangkut ke pasar. Pemanenan jagung manis
tidak boleh lebih dari 80 hari karena jagung akan mengering, keriput, dan rasa
manisnya akan semakin berkurang.
47
Hasil panen jagung manis yang diperoleh petani bervariasi, mulai dari 3.2
ton/ha sampai dengan 10 ton/ha. Rata-rata hasil panen jagung manis petani
responden yaitu sebesar 6.03 ton/ha. Produktivitas jagung manis tersebut masih
dibawah potensial produksi jagung manis yang mencapai 15 ton/ha (Aldila 2013).
Harga jual jagung manis berkisar antara Rp800/kg – Rp3 000/kg. Rata-rata harga
jagung manis yang diterima petani pada musim tanam 2012-2013 sebesar Rp1
490.00/kg. Hasil panen jagung semi yang diperoleh petani bervariasi, mulai dari
166.67 kg/ha sampai dengan 1 800 kg/ha. Rata-rata hasil panen jagung semi
petani responden yaitu sebesar 626.15 kg/ha dengan rata-rata harga jual jagung
semi yang diterima petani sebesar Rp1 477.14/kg.
Penggunaan Lahan
Luas lahan yang digunakan oleh petani untuk melakukan budidaya jagung
manis berbeda-beda. Luas lahan terkecil yang digunakan oleh petani untuk
melakukan budidaya jagung manis seluas 1 000 m2, sedangkan luas lahan tertinggi
mencapai 11 000 m2. Rata-rata penggunaan lahan petani sebesar 3.25 hektar atau
sebesar 3 250 m2. Berdasarkan rata-rata luas lahan yang digunakan oleh petani
responden untuk melakukan budidaya jagung manis, maka dapat disimpulkan
bahwa usahatani petani di Desa Gunung Malang masih tergolong skala kecil
karena penggunaan lahan yang masih di bawah 0.5 hektar. Status kepemilikan
lahan petani terbagi menjadi tiga, yaitu lahan milik sendiri, lahan sewa, dan lahan
sakap atau bagi hasil.
Penggunaan Benih
Penggunaan benih diantara masing-masing petani bervariasi. Adanya
perbedaan dalam penggunaan benih disesuaikan dengan luas lahan dan pola tanam
yang digunakan untuk melakukan budidaya jagung manis. Petani menggunakan
benih antara 3-13 kilogram per hektar dengan rata-rata benih yang digunakan oleh
petani responden sebesar 6.98 kg/ha. Adanya perbedaan jumlah penggunaan benih
yang digunakan oleh petani disesuaikan dengan varietas, jarak tanam, dan pola
tanam yang dilakukan oleh petani.
Petani menggunakan benih jagung manis hibrida varietas Hawai, Talenta,
dan Sweet Boy. Sebagian besar petani menggunakan benih jagung manis varietas
Hawai karena harga benih yang lebih murah dan lebih mudah ditemukan di pasar
dibandingkan dengan benih varietas lainnya. Selain itu, varietas Hawai dianggap
lebih sesuai dengan kondisi alam di Desa Gunung Malang. Sedangkan alasan
petani menggunakan benih Talenta dan Sweet Boy yaitu karena adanya pengaruh
dari pihak lain dan adanya keinginan dari petani untuk mencoba benih baru yang
dapat memberikan hasil yang lebih baik dari varietas Hawai.
Harga benih varietas Talenta dan Sweet Boy lebih mahal daripada harga
benih varietas Hawai. Harga benih varietas Hawai berkisar antara Rp50 000 –
Rp90 000 per kilogram. Harga benih varietas Talenta yaitu Rp280 000/kg dan
48
Sweet Boy Rp80 000/kg. Sebagian besar petani memperoleh benih jagung manis
dari toko pertanian yang berada di Pasar Anyar, Kota Bogor, yaitu Toko Tani
Jaya. Selain itu, beberapa petani lainnya memperoleh benih dari penyuluh
pertanian dan tengkulak.
Penggunaan Pestisida
Pestisida yang digunakan oleh petani dalam budidaya jagung manis yaitu
pestisida padat dan pestisida cair. Petani dapat memperoleh kedua pestisida
tersebut dengan mudah karena banyak tersedia di toko-toko pertanian. Namun
terdapat beberapa petani responden yang tidak menggunakan pestisida sama sekali
di dalam melakukan budidaya jagung manis, karena memiliki prinsip bahwa
penggunaan pestisida hanya akan dilakukan ketika ada hama dan penyakit yang
menyerang.
Pestisida padat yang digunakan oleh petani yaitu furadan. Furadan yang
digunakan adalah Furadan 3GR. Penggunaan furadan dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman berumur 7-15 HST. Pemberian
furadan pada saat tanam bertujuan agar benih jagung manis yang ditanam tidak
dimakan semut. Sedangkan pemberian furadan pada usia 7-15 HST digunakan
sebagai pestisida untuk membunuh ulat dan belalang. Dari 35 total responden,
hanya 1 orang petani yang tidak menggunakan furadan karena keterbatasan modal
dan lebih memilih untuk menggunakan pestisida cair.
Rata-rata penggunaan furadan oleh petani responden mencapai 12.83
kg/ha. Harga furadan berkisar antara Rp10 000/kg – Rp16 000/kg dengan rata-rata
harga yang diterima oleh petani sebesar Rp11 842.86/kg. Selain pestisida padat,
umumnya petani juga menggunakan pestisida cair. Pestisida cair yang digunakan
oleh petani yaitu Decis, Matador, Ripcord, Sidamentrin, Gandasil-D, Antracol,
Curacron, dan Alami. Seluruh pestisida cair tersebut digunakan untuk
mengendalikan hama serangga pada tanaman sayuran. Decis merupakan pestisida
yang paling banyak digunakan oleh petani responden. Pestisida cair ini umumnya
digunakan dengan takaran 1 loki atau sekitar satu tutup botol (20 ml) untuk satu
kali penyemprotan yang dicampur dengan air sebanyak 14 liter, sesuai dengan
ukuran tangki semprot. Pestisida padat yang digunakan oleh petani responden
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Furadan 3R
penggunaan tenaga kerja petani mencapai 75.13 HOK/ha untuk tenaga kerja di
luar keluarga dan 47.27 HOK/ha untuk tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar petani masih banyak menggunakan tenaga
kerja dari luar keluarga untuk melakukan budidaya jagung manis. Secara
keseluruhan, total penggunaan tenaga kerja rata-rata mencapai 122.41 HOK/ha.
Petani di Desa Gunung Malang bekerja selama 5 jam per hari dan
memiliki istilah dugcir (habis bedug ngacir) atau dapat diartikan bahwa kegiatan
petani berakhir pada waktu shalat dzuhur. Umumnya petani mulai bekerja dari
jam tujuh pagi hingga jam dua belas siang. Buruh laki-laki memperoleh upah rata-
rata sebesar Rp27 285.71 per hari, sedangkan buruh perempuan memperoleh upah
rata-rata sebesar Rp16 185.71 per hari untuk 5 jam kerja.
Pembayaran upah tenaga kerja untuk aktivitas pemanenan berbeda dengan
pembayaran upah tenaga kerja untuk aktivitas budidaya lainnya. Sistem
pembayaran upah tenaga kerja untuk aktivitas pemanenan dihitung berdasarkan
hasil panen yang diperoleh petani. Upah untuk kegiatan pemanenan berkisar
antara Rp100/kg - Rp150/kg. Biaya panen yang dikeluarkan oleh petani responden
untuk melakukan kegiatan pemanenan jagung semi sebesar Rp21 857.14,
sedangkan biaya panen untuk jagung manis sebesar Rp214 000.00. Tenaga kerja
yang digunakan merupakan masyarakat sekitar yang tinggal di Desa Gunung
Malang, yang pada umumnya memiliki pengalaman dalam melakukan budidaya
tanaman jagung manis. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani jagung manis
dari petani responden dapat dilihat pada Tabel 16.
usahatani dapat dilihat dari dua sisi, yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai
dan pendapatan usahatani atas biaya total. Pendapatan usahatani atas biaya tunai
merupakan pendapatan usahatani dari seluruh biaya yang benar-benar dikeluarkan
secara tunai oleh petani, sedangkan pendapatan usahatani atas biaya total
merupakan pendapatan usahatani dari seluruh biaya, baik biaya tunai maupun
biaya yang diperhitungkan.
Harga jagung manis yang diterima oleh petani pada musim tanam 2012-
2013 bervariasi, mulai dari Rp800.00/kg hingga Rp3 000/kg. Harga jagung manis
rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp1 490.00/kg dan harga jagung semi rata-
rata sebesar Rp1 477.14/kg. Perbedaan harga yang diterima oleh petani tergantung
pada sistem pemasaran yang dilakukan. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh
53
petani terbagi menjadi dua, yaitu dengan menjual langsung ke pasar atau dengan
menjual ke tengkulak. Harga yang diterima oleh petani yang menjual langsung ke
pasar akan berbeda dengan harga yang diterima oleh petani yang menjual hasil
panennya ke tengkulak, meskipun harga yang diterima oleh petani yang menjual
hasil panennya kepada tengkulak juga bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena
petani menjual jagung manis pada tengkulak yang berbeda-beda dan pada waktu
yang juga berbeda.
Jumlah produksi jagung manis rata-rata yang digunakan untuk konsumsi
oleh petani responden pada musim tanam 2012-2013 sebesar 141.19 kg/ha.
Umumnya petani mengambil hasil panennya untuk digunakan sebagai konsumsi
pribadi dan untuk dibagikan kepada warga-warga yang berada disekitarnya. Rata-
rata penerimaan tunai yang diperoleh petani dari hasil penjualan jagung manis dan
jagung semi sebesar Rp9 903 735.09, dengan penerimaan yang diperhitungkan
sebesar Rp210 367.16. Rata-rata total penerimaan usahatani jagung manis petani
responden yaitu Rp10 114 102.25.
Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa rata-rata produktivitas jagung manis
dari petani responden sebesar 6.17 ton/ha. Rata-rata produktivitas jagung manis
tersebut masih di bawah produktivitas potensial jagung manis secara umum di
Indonesia, yaitu sebesar 12-14 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa
Gunung Malang belum mencapai produktivitas potensialnya.
pupuk kimia mencapai Rp1 096 458.15 atau sebesar 10.94% terhadap total biaya.
Komponen biaya pemupukan terdiri dari biaya pupuk urea, TSP, Phonska, dan
KCl. Biaya pembelian pupuk kimia terbesar adalah untuk pembelian pupuk urea,
yaitu sebesar Rp473 719.67 (4.73%). Biaya pemupukan lainnya secara berturut-
turut dari persentase biaya terbesar yaitu TSP (3.86%), Phonska (2.33%), dan KCl
(0.02%). Adapun besarnya rata-rata pengeluaran usahatani jagung manis dari
petani responden dapat dilihat pada Tabel 19.
pembelian pupuk kandang cukup besar, yaitu mencapai Rp937 135.67 atau
sebesar 9.35% atas total biaya. Komponen biaya tunai lainnya yaitu biaya
pembelian benih. Biaya pembelian benih rata-rata mencapai Rp753 404.50 atau
sebesar 7.52% dari total biaya.
Biaya sewa lahan per hektar untuk satu musim tanam rata-rata mencapai
Rp420 399.74 dengan proporsi sebesar 4.20% atas total biaya. Selain itu,
komponen biaya tunai lainnya yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
pestisida cair rata-rata senilai Rp267 346.41 atau sebesar 2.67% atas total biaya
dan rata-rata biaya untuk pembelian pestisida padat senilai Rp151 933.00 atau
sebesar 1.52% dari biaya total. Pestisida padat yang digunakan adalah Furadan,
yang digunakan untuk mengusir hama ulat dan cacing dengan rata-rata
penggunaan sebesar 12.83 Kg/Ha dengan harga rata-rata sebesar Rp11 842.86/Kg.
Komponen biaya lain dari total biaya selain biaya tunai yaitu biaya yang
diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan pada usahatani jagung manis terdiri
dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan yang
diperhitungkan. Persentase pengeluaran terbesar pada biaya yang diperhitungkan
terhadap total biaya, yaitu pengeluaran terhadap tenaga kerja dalam keluarga.
Total biaya rata-rata untuk tenaga kerja dalam keluarga mencapai Rp2 063 706.55
atau sebesar 20.59% dari total biaya. Penelitian Aldila (2013) dan Putra (2011)
juga menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar dari biaya diperhitungkan adalah
biaya tenaga kerja dalam keluarga.
Jumlah hari kerja dari tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani jagung
manis sebesar 47.27 HOK/Ha. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya melakukan
aktivitas usahatani yang bersifat pemeliharaan, seperti pemupukan, penyiangan,
dan pengendalian hama penyakit. Biaya tenaga kerja dalam keluarga merupakan
biaya yang diperhitungkan karena secara tunai petani tidak mengeluarkan biaya
untuk upah tenaga kerja dalam keluarga, namun tetap perlu diperhitungkan karena
tenaga kerja dalam keluarga juga berhak mendapatkan imbalan dari hasil kerja
mereka.
Biaya diperhitungkan yang memiliki persentase terbesar kedua, yaitu biaya
sewa lahan. Biaya sewa lahan yang diperhitungkan merupakan opportunity cost
yang dapat diterima oleh petani pemilik lahan apabila lahan milik petani tersebut
disewakan. Biaya rata-rata dari sewa lahan yang diperhitungkan per hektar untuk
satu musim tanam di Desa Gunung Malang, yaitu Rp735 714.29 atau sebesar
7.34% dari total biaya.
Biaya diperhitungkan lainnya yaitu biaya penyusutan. Biaya penyusutan
merupakan biaya penyusutan rata-rata dari peralatan usahatani yang digunakan
oleh petani responden. Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus dengan asumsi nilai sisa nol. Rata-rata biaya penyusutan peralatan dari
petani responden sebesar 0.29% atau senilai Rp29 210.71. Total biaya
diperhitungkan dari ketiga komponen tersebut mencapai Rp2 828 631.55 atau
sebesar 28.23% dari total biaya. Rata-rata total biaya usahatani jagung manis
petani responden per hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung
Malang sebesar Rp10 020 555.74.
memperoleh keuntungan dari usahatani jagung manisnya, mulai dari Rp21 400.00
hingga Rp10 891 542.86.
Berdasarkan hasil perhitungan pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya
total, maka usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang menguntungkan
untuk diusahakan. Usahatani jagung manis yang dilakukan oleh petani
memberikan keuntungan meskipun pendapatan yang diperoleh atas biaya total
memiliki nilai yang relatif kecil, tetapi usahatani jagung manis masih dapat
dilaksanakan untuk penanaman musim tanam selanjutnya. Hal ini dikarenakan
biaya tunai yang dikeluarkan untuk sarana produksi masih dapat dipenuhi oleh
penerimaan tunai usahatani. Variasi harga input maupun output dapat merugikan
petani karena akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan dan
pendapatan usahatani yang diperoleh.
Tabel 21 Return to total capital dari usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
No. Keterangan Nilai (Rp)
1. Pendapatan kotor usahatani 10 114 102.25
2. Pengeluaran total usahatani (tanpa TKDK) 7 956 849.19
3. Net farm income 2 157 253.06
4. Nilai tenaga kerja keluarga 2 063 706.55
5. Return to total capital 93 546.51
melakukan kegiatan usahatani. Secara lebih rinci, perhitungan return to land pada
usahatani jagung manis petani responden dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Return to land dari usahatani jagung manis petani responden per hektar
pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
No. Keterangan Nilai (Rp)
1. Pendapatan kotor usahatani 10 114 102.25
2. Pengeluaran total usahatani (tanpa sewa lahan) 8 864 441.72
3. Net farm income 1 249 660.53
4. Bunga modal Pinjaman 24 610.71
5. Net farm earnings 1 225 049.82
6. Nilai sewa lahan 420 399.74
7. Return to land 804 650.08
Tabel 23 Return to family labor dari usahatani jagung manis petani responden per
hektar pada musim tanam tahun 2012-2013 di Desa Gunung Malang
No. Keterangan Nilai (Rp)
1. Net farm income 2 157 253.06
2. Bunga modal pinjaman 24 610.71
3. Net farm earnings 2 132 642.35
4. Bunga modal petani 741 379.23
5. Return to family labor 1 391 263.12
Nilai rata-rata balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga (return to family
labor) dari usahatani jagung manis petani responden sebesar Rp1 391 263.12. Hal
ini menunjukkan bahwa petani responden mendapatkan rata-rata imbalan atau
balas jasa sebesar Rp1 391 263.12 atas dirinya sendiri dan anggota keluarga
lainnya yang ikut membantu dalam kegiatan usahatani jagung manis.
Nilai rata-rata balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga yang diperoleh
petani responden cukup besar. Namun apabila dibandingkan dengan upah
minimum yang berlaku di Kabupaten Bogor, maka nilai rata-rata balas jasa
terhadap tenaga kerja keluarga tersebut menjadi kecil. Upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebesar Rp2 002 000.00. Tingginya
upah minimum yang berlaku di Kabupaten Bogor secara tidak langsung
mempengaruhi tingkat upah buruh tani di Desa Gunung Malang.
Perbedaan nilai yang cukup tinggi antara rata-rata balas jasa terhadap
tenaga kerja keluarga dengan upah minimum yang berlaku di Kabupaten Bogor
dapat meningkatkan keinginan petani untuk meninggalkan kegiatan usahatani dan
beralih untuk bekerja di luar usahatani. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor
penentu lainnya yang membuat petani tetap melakukan kegiatan usahatani
meskipun mengalami kerugian. Kebiasaan (tradisi turun-temurun) yang kuat telah
melekat dalam diri petani sehingga keputusan petani menjadi tidak mudah goyah
ketika mengalami kerugian dalam kegiatan usahataninya.
Tingkat pendidikan dari petani responden juga merupakan salah satu
alasan tidak beralihnya petani ke sektor lain di luar usahatani. Tingkat pendidikan
petani responden di Desa Gunung Malang sebagian besar adalah lulusan sekolah
dasar yaitu sebesar 54.29% dari total responden. Sebagian besar petani dan
masyarakat di Desa Gunung Malang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar
dan tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Rendahnya tingkat pendidikan
membatasi petani untuk masuk ke dalam sektor lain di luar usahatani. Nilai rata-
61
rata balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labor) yang rendah
merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas usahatani jagung manis
petani responden di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor.
Simpulan
jasa terhadap tenaga kerja keluarga merupakan salah satu penyebab rendahnya
produktivitas usahatani jagung manis petani responden di Desa Gunung Malang,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Penerimaan Tunai
Jagung Manis Kg 6 026.06 1 490.00 8 978 826.93
Jagung Semi Kg 626.15 1 477.14 924 908.16
Penerimaan yang
B.
Diperhitungkan
Penerimaan yang
Kg 141.19 1 490.00 210 367.16
diambil untuk Konsumsi
Total Penerimaan Rp 10 114 102.25
2. Pengeluaran
A. Biaya Tunai
a. Pembelian Benih Kg 6.98 108 000.00 753 404.50 7.52%
b. Pupuk Kimia
Urea Kg 228.22 2 075.71 473 719.67 4.73%
TSP Kg 162.05 2 386.86 386 783.61 3.86%
KCl Kg 8.05 251.43 2 023.40 0.02%
Phonska (NPK) Kg 97.36 2 402.86 233 931.47 2.33%
c. Pupuk Kandang Kg 3 016.07 310.71 937 135.67 9.35%
d. Pestisida Cair Rp 267 346.41 2.67%
Pestisida Padat
e. Kg 12.83 11 842.86 151 933.00 1.52%
(Furadan)
f. TKLK HOK 75.13 43 657.14 3 280 165.77 32.73%
Biaya Panen Jagung
g. Rp 21 857.14 0.22%
Semi
Biaya Panen Jagung
h. Rp 214 000.00 2.14%
Manis
i. Pajak Lahan Rp 49 223.81 0.49%
j. Sewa Lahan Rp 420 399.74 4.20%
Total Biaya Tunai Rp 7 191 924.19 71.77%
B. Biaya Diperhitungkan
a. Penyusutan Rp 29 210.71 0.29%
b. TKDK HOK 47.27 43 657.14 2 063 706.55 20.59%
c. Sewa Lahan Rp 735 714.29 7.34%
Total Biaya
Rp 2 828 631.55 28.23%
Diperhitungkan
Total Biaya Rp 10 020 555.74 100.00%
3. Pendapatan
Pendapatan atas Biaya
A. Rp 2 922 178.06
Tunai
Pendapatan atas Biaya
B. Rp 93 546.51
Total
R/C atas Biaya Tunai 1.41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Maret 1991 dari ayah Rito
Prasetyo dan ibu Ester Utami. Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak
penulis Reddy Dwiki Kumara dan adik penulis Kevin Pradipta. Penulis lulus dari
SMA Negeri 71 Jakarta Timur pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Penelusuran
Minat dan Kemampuan (PMDK) pada program Mayor Agribisnis di Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selain itu, penulis juga
mengambil program Minor Komunikasi di Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis menerima beasiswa dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun ketiga. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan pada
organisasi kemahasiswaan di IPB seperti Agrination FEM IPB tahun 2011,
Extravaganza FEM IPB tahun 2011, FEMily Day tahun 2011, dan sekretaris pada
acara fieldtrip Departemen Agribisnis angkatan 46 tahun 2012. Selain itu penulis
juga tercatat sebagai volunteer dalam kegiatan The 19th Tri-U International Joint
Seminar and Symposium 2012 serta aktif di berbagai kepanitiaan dan kegiatan
lainnya di IPB. Penulis juga mengikuti pelatihan bahasa mandarin pada Unit
Pelatihan Bahasa IPB tahun 2012.