Oleh:
MJ1A
2020/2021
Kata pengantar
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada khabibina, Nabi Agung
Muhammad SAW., semoga kita termasuk dalam umat beliau yang mendapatkan syafa’atnya
fii yaumil qiyamah. Aamiin.
Saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang turut andil dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. Ahmad Qodim Suseno, MSI serta
Bapak Muchamad Choirun Nizar, S.HI., S.Hum. M.HI. yang telah membimbing saya dalam
hal penyusunan makalah ini.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saya menharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Saya
berharap makalah ini dapat memberi informasi dan dapat memberikan sudut pandang baru.
Akhirukalam,
Penyusun,
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Toleransi (Arab:tasamuh, as-samahah) adalah konsep modern untuk
menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa,
budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep
agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
agama-agama, termasuk agama Islam. Menurut ajaran Islam, toleransi
bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta,
binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas
semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh
perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah
yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah
( Abu,2006 ).
4
perbedaan ras tersebut pun akan melahirkan perbedaan adat dari satu
wilayah ke wilayah lainnya. Apakah perbedaan suku dan adat tersebut
menjadi pemecah belah Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI)? Yang
jelas, hal tersebut harus menjadi sebuah kebanggaan tersediri sebab
perbedaan yang terjadi selama ini sejak bangsa Indonesia berdiri, Indonesia
semakin kokoh berdiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
kemudian menopang sebuah semangat bersama bahwa kendatipun berbeda-
beda tetap dalam saru bahasa, yakni Bahasa Indonesia ( Nisvilay,2013 ).
Seperti yang kita tahu, setiap akhir tahun terjadi polemik tentang
keberagaman beragama terutama masalah toleransi islam mengenai
perayaan hari natal. Banyak ulama yang berpendapat bahwa mengucapkan
selamat natal boleh dilakukan karena menyangkut toleransi bermasyarakat.
Kita di Indonesia tidak hidup individu tapi sebagai makhluk sosial. Jadi
harus selalu berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat tanpa
membedakan ras, suku, dan terutama agama. Itu salah satu bentuk
penghargaan dari agama islam ke agama yang lain.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Toleransi beragama
Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti
bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul
walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang
lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Dengan demikian
toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan
adanya orang lain yang berbeda ( Sondang,1993 ).
6
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya
sendiri dan agama pihak lain;
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain;
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama
dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern
umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat
beragama dengan pemerintah; dan 6. Kuranngnya saling pengertian
dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat
7
bisa sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang sejalan dengan wahyu.
Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu menerima apa saja
yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan
kerukunan, atau saling memberi dan menerima demi terwujudnya
kebersamaan. Kompromisme tidak dapat diterapkan dalam kehidupan
beragama. Kompromisme dalam beragama akan melahirkan corak
keagamaan yang sinkretik. Nabi Muhamammad pernah diminta kaum
musyrik Makkah untuk mengadakan kompromi agama. Pada waktu-waktu
tertentu, kaum musyrikin ikut melakukan ibadah menurut ajaran Nabi
Muhammad saw, tetapi pada gilirannya Nabi Muhammad saw pun ikut
melakukan ibadah kaum musyrikin ( Depag, 2009 ).
8
6. Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk mengatasi
keterbelakangan bersama;
7. Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga
terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan bersama
8. Saling menghargai, menghormati, tolong - menolong, mengasihi.
Termasuk di dalamnya :
a. Menghormati agama dan iman orang lain;
b. Menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain;
c. Tidak merusak tempat ibadah;
d. Tidak menghina ajaran agama orang lain;
e. Tidak mengucilkan teman yang berbeda agama;
f. Memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini, Toleransi beragama adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sedangkan dalam pandangan islam
toleransi (disebut tasamuh) dapat diartikan sebagai mereka yang berbeda pendapat
hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Salah satu contoh
sikap yang mencerminkan toleransi beragama yaitu saling menghormati hak orang
lain untuk menganut dengan sungguh - sungguh ajaran agamanya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, ‘Ala. 2006. Islam yang Paling Toleran. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. .
11