Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325295133

Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Pengolahan Pertambangan Pasir Besi


di Pantai Glagah Kulon Progo

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 3,385

1 author:

Tri Wahyuningsih
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Pengelolaan Tambang Pesir Besi di Pantai Glagah Kulon Progo View project

All content following this page was uploaded by Tri Wahyuningsih on 22 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Pengelolaan Tambang Pasir
Besi di Pantai Glagah Kulon Progo

Oleh : Tri Wahyuningsih

Goverenment Affairs And Administration

Email: triwahyu444@gmail.com

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keadaan lingkungan untuk sekarang ini patut di perhatikan, dimana


masalah yang dihadapi manusia untuk tahun terakhir ini adalah terkait
dengan kerusakan lingkungan. Akibat dari kerusakan lingkungan itu sendiri
bisa berdampak untuk generasi masa depan. Kerusakan lingkungan sering
kali dikarenakan ulah tangan manusia bahkan dari instrumen perusak
lingkungan yang lain. Kejadian tersebut sering kali menimbulkan rasa kesal
akan keadaan lingkungan yang kian hari makin rusak oleh golongan yang
tidak bertanggung jawab. Dan biasanya golongan tersebut tidak menyadari
dampak dari lingkungan yang dirusak.

Fokus utama yang menjadi perhatian dikalangan lokal maupun


internasional adalah terkait dengan masalah lingkungan. Keseriusan dari
dampak lingkungan ini lah yang kemudian melahirkan beberapa konsep
untuk beberapa negara terkait dengan perencanaan pengolahan
lingkungan yang baik, efiesiensi, efektif serta berkelanjutan. Menurut
Brundtland dalam (Purnomo, 2016) pembangunan berkelanjutan adalah
proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang
berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang
harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Ada 3 aspek dalam
menunjang sustainable development yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi.
Konsep ini muncul sebagai acuan dalam mengolah sebuah pembangunan
dan tetap mengedepankan generasi yang akan datang. Konsep ini juga
bertujuan untuk melihat kebutuhan sekarang tanpa merusak kebutuhan
yang akan datang.

Manusia sadar maupun tidak sadar terkadang memberikan dampak


rusak bagi lingkungan. Bahkan kaum bawah hingga kaum elit pun bisa
melakukan kerusakan bagi lingkungan. Contoh saja penambangan pasir
yang dilakukan kaum wirausaha dan memanfaatkan pasir dengan cara
mengeruk sebanyak-banyaknya demi keuntungan pribadi maupun
perusahaan tanpa memperhatikan dampak yang akan datang dan
masyarakat di sektiar. Mereka hanya mementingkan personal maupun
perusahaan dalam mencari keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini yang
kemudian dapat menghancurkan lingkungan sekitar dan ekosistem yang
ada

Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang


terkenal dan memiliki berbagai kekayaan lingkungan dan alam yang sangat
berlimpah. Kekayaan lingkungan tersebut dimanfaatkan masyarakat sekitar
dan pemerintah untuk membangun berbagai wisata. Selain itu Yogyakarta
terkenal dengan keindahan alamnya, namun seiring berjalannya waktu
kekayaan dan keindahan di DIY akan semakin teriris dan beralih fungsi
menjadi pusat perekonomian bagi kaum inverstor - investor, baik lokal
maupun luar. Perubahan tersebut bisa dikarenakan oleh para pengusaha
yang ingin memanfaatkannya dengan mencari keuntungan belaka. Salah
satu kawasan yang di perhatikan para investor adalah kawasan pantai
selatan, kawasan ini terkenal dengan kandungan pasirnya yang
mengandung besi yang berlimpah. Lebih sempitnya adalah Pantai Glagah
yang terletak di desa Temon, Kulon Progo menjadi salah satu lokasi yang
terancam akan ekosistem lingkungannya karena banyak pihak yang akan
mengambil alih keuntungan dari kandungan pasir besi tersebut.
Pasir besi adalah salah satu sumber daya mineral yang mengandung
Fe203, SIO2,Mg0 dan ukuran beton 80-200 mesh sangat berpotensi
digunakan sebagai penganti semen dalam produk beton yang
berkelanjutan (Utami, 2009) . Pasir besi ini jika diolah mampu
menghasilkan bahan pembuatan semen. Penelitian membuktikan bahwa
kegunaan pasir besi sebesar 80% dapat memberikan kekuatan lebih pada
beton sebanyak 28,41% jika dibandingkan dengan beton normal. Hal ini
dapat terjadi dikarenakan sifat filler dan kimiawi pasir besi yang
mengandung sio2 sehingga memperkuat semen sebagai bahan pengikat.
(Utami, 2009)

Pertambangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 2009 Pasal 1 tentang pertambangan mineral dan batubara adalah
seluruh atau sebagian tahapan sebuah kegiatan dalam rangka pengelohan
dan pembongkaran yang meliputi eksplorasi, pengembangan, konstruksi,
produksi, dan pengolahan. Pertambangan merupakan sektor yang strategis
dimana di beberapa daerah kegiatan ini menjadi salah satu tulang
punggung untuk pendapatan daerah . ekploitasi, pembongkaran dsb
kemudian diangkut dari suatu endapan mineral berdasarkan ketentuan
secara efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan Tekhnologi mekanik
dan alat lain yang mendukung kinerja dengan tekhnologi yang semakin
berkembang (Sulton, 2011)

Perkembangan pembangunan di dalam sektor pertambangan adalah


mendapatkan sumberdaya mineral dan energi yang digunakan sebaik-
baiknya, dalam artian adalah mampu menghemat dalam menggunakan
sehingga mampu berguna untuk kepentingan kesejateraan masyarakat.
Hal tersebut karena sumberdaya mineral dapat digolongkan sebagai
sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Oleh sebab itu, pengguna harus
memperhatikan kelestarian lingkungan yang nantinya dapat digunakan di
generasi yang akan datang (Sulton, 2011).
Salim (dalam Sulton 2011) mengemukakan pandanganya terkait
paradigma baru kegiatan Perindustrian tambang adalah lebih mengacu
kepada sebuah cara maupun strategy pertambangan yang tetap
memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan yang meliputi: pertama,
Penyelidikan secara umum. kedua, Ekspolrasi yang terbagi menjadi dua
bagian yaitu eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi secara rinci. ketiga,
Studi kelayakan yang terdiri dari studi kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan termasuk di dalamnya adalah studi tentang AMDAL, keempat,
Persiapan produksi. kelima, Kegiatan pernambangan seperti
pembongkaran, penimbunan, pengangkutan, pemuatan dll. Keenam.
Melakukan reklamasi dan tata kelola lingkungan. Ketujuh, Pengolahan.
Kedelapan Melakukan ekstraksi atau pensterilan hasil tabang. Kesembilan
Pemasaran. Sepuluh, Penyelesaian.

Dari pembahasan dari latar belakang diatas, penulis ingin mencari tahu
bagiamana penyalahgunaan lingkungan dalam pengolahan tambang pasir
besi di wilayah pantai glagah Kulon Progo. Tulisan ini akan merinci apakah
pengelolaan pasir besi ini mengedepanlan suistebelity development
dengan memunuhi 3 aspek dari lingkungan, sekonomi dan sosialnya.
Kemudian penulis akan menambahkan peran pemeritah dalam mengelola
pasir besi di pantai Glagah ini.

2. TEORI
a. Pertambangan
1. Pengertian pertambangan
Pertambangan menurut Kementrian Tahun 2014 adalah
sebagian atau tahapan kegiatan yang berisikan penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
didalamnya ada eksplorasi, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pengangkatan serta kegiatan pascatambang. Pertambangan itu
sendiri merupakan sektror yang strategis, dimana dibeberapa
daerah pertambangan dijadikan tulang punggung pendapatan
daerah. Sedangkan mineral adalah sebuah senyawa organik yang
terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu dengan
gabungan dan membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun
padu (Hasyim, 2007)
2. Karakter perusahaan pertambangan
a. Ekspoitasi, sebuah usaha mencari, menemukan dan
mengevaluasi bukti pada suatu wilayah tambang dalam
jangka tertentu seperti diatur dalam UU yang berlaku.
b. Pengembangan dan kontruksi, semua kegiatan untuk
mengembangkan bahan cadangan sampai diproduksi
secara komersial. Sedangkan konstruksi adalah fasilitas
untuk melaksanakan dan mengkung sebuah kegiatan
produksi.
c. Produksi, lebih kepada pengangkatan bahan baku galian
yang kemudian di pasarkan dan kemudian di olah.
d. Pengolahan, kagiatan yang ada disuatu daerah yang
kemudian muncul dampak terhadap lingkungan di sekitar
lokasi, meliputi :
1. Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya zat-zat, makhluk
hidup dan komponen lainnya ke dalam lingkungan dan
adanya perubahan tatanan lingkungan sehingga keadaan
lingkungan tersebut menjadi tidak memiliki fungsi yang
baik.
2. Perusakan lingkungan, suatu keadaan dimana lingkungan
menjadi rusak akibat kegiatan makhluk hidup yang tidak
berkesinambungan dan melihat dampak yang ada.

b. Pasir Besi
Pasir besi adalah sejenis pasir yang memiliki warna abu-abu
gelap lebih kehitaman dan memiliki kandungan sejumlah titanium,
siliki, mangan, kalsium dan vanadium. Pasir besi ini lebih banyak
menguntungkan karena cenderung mampu memanas di sinar
matahari langsung. Namun dalam pemanfaatanya masih belum
maksimal. Di indonesia tidak banyak daerah yang memiliki
kandungan Pasir besi, hanya daerah tertentu seperti di Kulon Progo.
Pasir besi tersebut mampu digunakan bahan baku pembuatan
semen. Sedangkan di luar negeri sudah mampu memanfaatkan
pasir besi dan sdiguanakn sebagai bahan baku baja.

c. Lingkungan
Lingkungan atau sering di sebut dalam bahasa Inggris
(Environtment) dalam jurnal Eko Priyono mengatakan bahwa
lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap
makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada
kehidupannya (Purnomo, 2016). Penyebab dari kerusakan
lingkungan biasanya dikarenakan ulah tangan manusia yang
kemudian terjadinya bencana alam.
Upaya dalam menghindari terjadinya bencana dapat
dilakukan dengan cara menurut (Hakim, 2014) adalah :
1. Menanam kembali hutan yang gundul
2. Memperbanyak area hujau
3. Mengatur pembuangan, pengolahan dan daur ulang
sampah
4. Menggunakan konsep “green building” ketika membangun
bangunan.
5. Menghentikan dan menghindari eksploitasi berlebihan
terhadap sumber daya alam.
6. Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku
pencemaran dan pengrusakan lingkungan.
7. Melakukan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
8. Mengajarkan dan mengkampanyekan pola hidup ramah
lingkungan kepada masyarakat.
3. PEMBAHASAN
3.1 Aspek Lingkungan
Pertambangan pasir besi dapat digunakan sebagai aktifitas dalam
memperoleh kebutuhan material bahan bangunan yang diambil dari pesisir
pantai. Aktifitas disini lebih kepada dampak negaif, dimana kebanyakan
aktifitas tambang pasir besi ini akan merusak ekosistem yang ada seperti
terumbu karang, pohon mangrove dan kehidupan laut lainnya. Dampak
yang muncul dari pengolahan tambang pasir besi ini perlu dikaji supaya
damak negatif dapat di minimalisir. Tidak hanya kajian dalam lingkup
ekonomi dan sosial nya saja, tetapi harus memperhatikan lingkungan yang
ada.
Pemerintah daerah kulon progo lebih melihat profit yang diperoleh
dari pertambangan pasir besi, namun tidak melihat dampak yang ada
setelah pengolahan tambang besi ini. Padahal dampak negatif lebih banyak
khusunya bagi masyarakat di area pertambangan tersebut. Belum ada
kebijakan dari pemerintah terkait perbaikan lingkungan ekosistem laut dan
pesisir pantai yang telah dirusak oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab dan hanya mencari keuntungan semata. Hal ini dapat
membuktikan bahwa perjanjian terkait reklamasi lahan hanya perjanjian
diatas kertas putih. Karena pemikiran kebanyakan para kaum kapitalis
adalah mendapatkan untung sebanyak-banyaknya tetapi tidak melihat
kondisi lingkungan untuk kedepannya.
Keadaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah termasuk
kawasan yang sering kali terkena bencana alam. Menurut SER PWNU
Jawa Timur, ada 11 masalah lingkungan yang muncul akibat pertambangan
besi di wilayah peisisr pantai yang akan mengalamin bencana alam dalam
kurun tahun belakangan ini. Jika proses pengolahan tambang Pasir besi ini
terus dilakukan, maka dampak buruk dari proses ini lebih besar daripada
manfaat yang didapatkan oleh masyarakat sekitar pesisis pantai. Ditambah
lagi bahwa di Indonesia belum memiliki tekhnologi canggih terkait proses
tambang besi yang ramah akan lingkungan.
Kejadian yang ada di daerah lain seperti Pulau Ransang, Pulang
Karimun dsb menjadi cermin bagi masyararakat di Kulon Progo. Meskipun
pertambangan ini mendapatkan untung yang besar namun bagi lingkungan
kedeoan sangat berdampak buruk, baik di lingkungan fisik, kimia, sosial
ekonomi maupun kebudayaan. Banyak kontra di berbagai daerah
mengenai pembangunan pengolahan tambang besi ini.

Dampak yang terjadi akibat aktifitas pengolahan tambang pasir besi yaitu:
1. Degradasi lingkungan pesisir dan abrasi pantai
Kabupaten Kulon Progo merupakan area yang kaya akan
gumuk pasirnya, namun memiliki kondisi rawan akan tsunami. Jika
penambangan dilakukan dengan mine coast are maka pesisir ini
beresiko juga mengalami degradasi, padahal keadaan pasir besi ini
seharusnya mampu meredam gelombang air laut ketika terjadi
tsunami. Hal itulah yang kemudian menjadi dampak negatif. Ketika
dilakukan pengolahan tambang pasir besi terus menerus maka akan
terjadi tsunami dan menimbulkan korban jiwa.
2. Air disekitar pesisir pantai menjadi keruh dan mengandung racun,
apabila pengolahan dilakukan dengan terus menerus dengan
mengalirkan limbah air tambang langsung ke sungai maka
ekosistem akan mati. Selain itu juga akan berdampak dengan
kesehatan masyarakat sekitarnya karena pengolahan limbar air
tersebut.
3. Terganggunya peningkatan ekonomi rakyat yang bermata
pencaharian petani, sebagian besar warga kulon progo memiliki
matapencaharian sebagai petani. Namun sekarang ini lahan
mereka terancam karena pengolahan tambang pasir besi sehinga
berpengaruh akan produksi petani dan pendapatan petani.
4. Jika dikelola dalam jangka panjang, akan memicu lahan tersebut
menjadi kritis dan susah untuk dikembalikan kepada fungsi lahan
sebelumnya. (Hidayat, 2016)

3.2 Aspek Sosial


Kepedulian dari lingkup masyarakat kemudian lahirlah komunitas yaitu
WTT (Wahana Tri Tunggul) sama dengan namanya, komunitas ini memiliki
tiga komponen masyarakat di dalamnya. Unsur tersebut adalah lingkup
petani, pemilik lahan dan penggarap lahan. Mereka adalah orang-orang
yang menolak perngolahan pertambangan pasir besi ini. Mereka menuntut
kepada pemerintah, tuntutan tersebut adalah ketika pemprov
menyampaikan visi misinya dari Bupati terkait konflik yang hampir 5 tahun
belum terselesaikan. Pemprov menawarkan penyelesaian nya lewat jalur
mediasi, namun dengan waktu yang lama belum menemukan titik temu
antara warga, investor dan pemerintah. Selain itu iming-iming dari
pemerintah yang akan memperkerjakan para petani namun hanya
omongan belaka, karena pemerintah menganggap bahwa pendidikan para
petani rendah. Dari beberapa dampak lingkungan yang terjadi, kemudian
muncul dampak sosial yang terjadi dari pengolahan tambang pasir besi.
Dampak sosial yang terjadi adalah:
1. Tergesernya kepentingan rakyat maka akan memicu muculnya konflik
masyarakat dengan perusahaan tambang.
Menurut Wasisto Raharjo, kepentingan yang ditarik ulur yang
memicu adanya konflik antara pemerintah provinsi dengan masyarakat.
Tidak hanya tambang besi yang dijadikan isu namun juga konflik agraria.
Kemudian dapat di petakan bahwa munculnya konflik di kulon progo dan
konflik agraria. Jika konflik pasir besi lebih kepada perebutan kontestasi
mineral antara penambang pasir besi dan petani sekitar. Sedangkan
konflik agraria, perebutan hak milik antara petani dengan pemerintah.
(Hidayat, 2016)
2. Beralihnya metapencaharian petani menjadi pekerja tambang sehingga
kebiasaan petani harus beralih dengan terbiasanya bekerja secara fisik
dan harus mendaptkan hasil yang maksmial, bukan lagi masalah
bercocok tanam.

3.3 Aspek Ekonomi


Dalam pengolahan Pasir besi di Yogyakarta ini menuai banyak pro
dan kontra, seperti yang diungkapkan Gubernur Provinsi DIY ketika di
wawancarai oleh Tempo. Beliau memaparkan bahwa proyek ini dalam
jangka panjang akan menghasilkan perekonomian yang tinggi. Namun
banyak juga yang beranggapan bahwa Gubernur Provinsi DIY ini lebih
disebabkan karena kepentingan ekonomi dan politik. (Penambangan Pasir
Besi dan Bandara Adisutjipto Harus Terealisasi, 2009).
Pertanyaan besar bagi masyarakat, apakah pendirian mega proyek
pabrik penambangan pasir besi di pesisir pantai mampu menaikan
perekonomian masyarakat sekitar, atau mungkin memperkaya kaum
kapitalis?. Sudah hampir puluhan tahun, petani di sekitar penambangan ini
menggarap sawah dikawasan ini, namun tentang kepemilikannya belum
jelas. Kebijakannya bahwa tanah disana terangnya milik negara dan
pemerintah juga mengkalim bahwa tanah di daerah pesisir selatan milik
keraton dan pakualaman. Dilihat dari indikatornya bahwa pembangunan
tambang ini sangat menggiurkan, karena proyek ini besar dan bisa untung
besar. Namun di lapangan berbeda, karena perekonomian pertambangan
ini hanya untuk kaum elitis saja. Karena transaksi publik yang terjadi hanya
dilakukan dalam kekuasaan semata, sehingga hanya mensejahterakan
kaum elit tidak mensejahterakan kaum petani dan nelayan. Dampak dari
aspek ekonomi adalah:
1. Meningkatnya pendapatan daerah hasil pengelolaan tambang pasir
besi bagi pemerintah. Hasil dari pengolahan pasir besi yang
digunakan untuk bahan pembuatan semen ini berpotensi dengan
nilai jual yang tinggi sehingga keuntungan dari pemerintah maupun
swasta jika mampu mengelola tambang pasir besi ini dengan baik.
2. Menambah hasil pendapatan bagi petani yang bekerja di tambang
besi ini.
3. Membuka lahan jual pedagang kecil di daerah pengolahan tambang
besi.

4. PERAN PEMERINTAH

Pemerintah Kulon Progo bekerja sama dengan PT Jogja Magasa


Iron (JMI) yang merupakan sebuah perusuhaan patungan dengan
perusahaan asal Australia (Indo Mines Limited). Investasi ini diharapkan
untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan peluang kerja serta
meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat. Investasi ini
disetujui karena jika proyek ini berhasil maka indonesia akan mengurangi
impor bahan baku baja (diperoleh dari data instansi pertambangan Pemda
Kulon Progo).
Pemerintah kabupaten Kulon Progo melakukan sosialisasi dengan
tahapan pertama. Tahapan ini awal dengan cara menyebarkan surat
edaran kepada Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo. kemudian diberikan
kepada pemerintah Desa dan mengarahkan kepada masyarakat langsung
kepada penambang pasir besi di area pesisir pantai glagah. (Widodo, 2009)
Untuk sosialisasi tahap kedua, dengan cara pengambilan sempel
besi untuk mengetahui kandungan biji untuk di tambang. Namun dalam
pelaksanaan tahap ini menuai banya pro dan kontra masyarakat, sehingga
dibutuhkan informasi yang jelas terkait AMDAL. Sosialisasi Pemkab juga
dilakukan melalui face to face dengan masyarakatnya dengan alat bantu
LCD, brosur, maupun majalah. Namun cara ini belum mampu
meimplementasikan dengan baik, sehingga Pemkab melakukan sosialisasi
melalui individual, yaitu kepada tokoh masyarakat yang memerlukan.
Meskipun terkendala oleh waktu namun lebih komperehensif dengan cara
ini. (Widodo, 2009)
Sosialisasi beberapa tahap yang dilakukan oleh Pemkab Kulon
Progo dengan di bantu beberapa elemen diharapkan mampu berjalan
dengan rencana kerja, yaitu menyampaikan dan langsung berasa efeknya
dari masyarakat. Sehingga tidak ada lagi pertentangan antara pemerintah
dengan masyarakat.
KESIMPULAN

Masalah lingkungan merupakan masalah yang dapat berdampak


untuk keberlangsungan di masa depan. Seperti masalah yang terjadi di
Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo pantai Glagah. Saat
dibangun menuai banyak pro dan kontra, antara pihak pemerintah dengan
masyarakat khusunya petani dan nelayan di sekitar pantai. Karena dampak
untuk kedepannya akan mempengaruhi ekosistem dan kehidupan ekonomi
yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Dari ketiga aspek sustainable development, pembangunan tambang
pasir besi yang akan di pakai sebagai bahan pembuatan semen ini terbilang
tidak sustainable. Karena dilihat dari ke tiga aspek yaitu, ekonomi,
lingkungan dan sosial sangat berpengaruh. Jika dari aspek ekonomi,
masyarakat sekitar akan kehilangan pekerjaan sebagai petani. Dari aspek
sosial masih adanya konflik antara masyarakat dengan pemerintah terkait
dengan hak milik tanah. Sedangkan dari aspek lingkungan jelas jika terus
terusan di ekpolitasi akan berdampak pada kondisi alam sekitar. Seperti
perusakan ekosistem bawah laut.
Pemerintah sudah semestinya berhenti dari jeratan kaum kapitalis
dan beranjak memperdulikan masyarakat yang tidak di untungkan dengan
kegiatan-kegiatan yang menguntungkan kalangan elitis saja. Kebijakan
pemerintah akan sangat menentukan bagaimana masyarakat di Indonesia
khususnya di jogja akan dibentuk maka dari itu kebijakan yang ada harus
simetris dan berjalan lurus dengan upaya mensejahterakan masyarakat.
Segala aktivitasnya tidak lain adalah untuk masyarakat semata.
Segala elemen baik dari elemen masyarakat, LSM, peerintah,
Perusahaan harus tetap berjalan berdampingan untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan bukanya ada beberapa pihak yang membelot dan memilih
jalur untuk merusak lingkungan demi sesuatu yang tidak sebanding
harganya, sinergisitas antar elemen adalah kunci untuk menjaga bumi agar
tetap dalamkondisi yang nyaman bagi para penguninya
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dalam tulisan dan mohon maaf sebesar- besarnya apabila ada
kata-kata yang tidak pantas. Terimakasih juga terucapkan bagi segala
elemen yangudah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini dan
harapanya tulisan ini dapat menginspirasi bersama. Mohon apabila ada
kritik dan saran disampaikan. Trimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi. 2012. Hukum Pertambangan. Jakarta: Sinar Grafika

Hakim. (2014). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Faktor Recovery
Ekonomi.

Hasyim, D. (2007). Hukum Lingkungan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.


Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Hidayat, T. (2016). Perencanaan Pengelolaan Tambang Pasir Besi di Kabupaten Kulon


Progo dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
(JIAP), 108-109.

Penambangan Pasir Besi dan Bandara Adisutjipto Harus Terealisasi. (2009, maret senin).
Retrieved from Tempointeraktif:
www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/03/30/brk.20090330-167337.id.html

Purnomo, E. P. (2016). Implementasi CRS( C o r p o r a t e S o cial R e s p o n sibilit y )


PT.AgungPerdana DalamMengurangi DampakKerusakan Lingkungan (StudyKasus
DesaPadangLoang, Seppangdan DesaBijawangKec. UjungLoeKab. Bulukumba).
Journal of Governance and Public Policy, 213.

Sulton, A. (2011). Dampak Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Golongan Terhadap


Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. 18.

Utami, N. (2009). Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paka Tambang
Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C)
di Desa Gumulung, Kecamatan Astanjapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa
Barat. 12.

Widodo, H. B. (2009). PERAN HUMAS PEMERINTAH DAERAH DALAM KASUS


PENAMBANGAN PASIR BESI DI KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 193.

Yunianto, B. (2009). Kajian Permasalahan Lingkungan Dan Sosial Ekonomi Rencana


Penambangan Dan Pengolahan Pasir Besi Di Pantai Selatan KulonProgo. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara, 5(13).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai