net/publication/325295133
CITATIONS READS
0 3,385
1 author:
Tri Wahyuningsih
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
4 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Pengelolaan Tambang Pesir Besi di Pantai Glagah Kulon Progo View project
All content following this page was uploaded by Tri Wahyuningsih on 22 May 2018.
Email: triwahyu444@gmail.com
1. Pendahuluan
Dari pembahasan dari latar belakang diatas, penulis ingin mencari tahu
bagiamana penyalahgunaan lingkungan dalam pengolahan tambang pasir
besi di wilayah pantai glagah Kulon Progo. Tulisan ini akan merinci apakah
pengelolaan pasir besi ini mengedepanlan suistebelity development
dengan memunuhi 3 aspek dari lingkungan, sekonomi dan sosialnya.
Kemudian penulis akan menambahkan peran pemeritah dalam mengelola
pasir besi di pantai Glagah ini.
2. TEORI
a. Pertambangan
1. Pengertian pertambangan
Pertambangan menurut Kementrian Tahun 2014 adalah
sebagian atau tahapan kegiatan yang berisikan penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
didalamnya ada eksplorasi, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pengangkatan serta kegiatan pascatambang. Pertambangan itu
sendiri merupakan sektror yang strategis, dimana dibeberapa
daerah pertambangan dijadikan tulang punggung pendapatan
daerah. Sedangkan mineral adalah sebuah senyawa organik yang
terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu dengan
gabungan dan membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun
padu (Hasyim, 2007)
2. Karakter perusahaan pertambangan
a. Ekspoitasi, sebuah usaha mencari, menemukan dan
mengevaluasi bukti pada suatu wilayah tambang dalam
jangka tertentu seperti diatur dalam UU yang berlaku.
b. Pengembangan dan kontruksi, semua kegiatan untuk
mengembangkan bahan cadangan sampai diproduksi
secara komersial. Sedangkan konstruksi adalah fasilitas
untuk melaksanakan dan mengkung sebuah kegiatan
produksi.
c. Produksi, lebih kepada pengangkatan bahan baku galian
yang kemudian di pasarkan dan kemudian di olah.
d. Pengolahan, kagiatan yang ada disuatu daerah yang
kemudian muncul dampak terhadap lingkungan di sekitar
lokasi, meliputi :
1. Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya zat-zat, makhluk
hidup dan komponen lainnya ke dalam lingkungan dan
adanya perubahan tatanan lingkungan sehingga keadaan
lingkungan tersebut menjadi tidak memiliki fungsi yang
baik.
2. Perusakan lingkungan, suatu keadaan dimana lingkungan
menjadi rusak akibat kegiatan makhluk hidup yang tidak
berkesinambungan dan melihat dampak yang ada.
b. Pasir Besi
Pasir besi adalah sejenis pasir yang memiliki warna abu-abu
gelap lebih kehitaman dan memiliki kandungan sejumlah titanium,
siliki, mangan, kalsium dan vanadium. Pasir besi ini lebih banyak
menguntungkan karena cenderung mampu memanas di sinar
matahari langsung. Namun dalam pemanfaatanya masih belum
maksimal. Di indonesia tidak banyak daerah yang memiliki
kandungan Pasir besi, hanya daerah tertentu seperti di Kulon Progo.
Pasir besi tersebut mampu digunakan bahan baku pembuatan
semen. Sedangkan di luar negeri sudah mampu memanfaatkan
pasir besi dan sdiguanakn sebagai bahan baku baja.
c. Lingkungan
Lingkungan atau sering di sebut dalam bahasa Inggris
(Environtment) dalam jurnal Eko Priyono mengatakan bahwa
lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap
makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada
kehidupannya (Purnomo, 2016). Penyebab dari kerusakan
lingkungan biasanya dikarenakan ulah tangan manusia yang
kemudian terjadinya bencana alam.
Upaya dalam menghindari terjadinya bencana dapat
dilakukan dengan cara menurut (Hakim, 2014) adalah :
1. Menanam kembali hutan yang gundul
2. Memperbanyak area hujau
3. Mengatur pembuangan, pengolahan dan daur ulang
sampah
4. Menggunakan konsep “green building” ketika membangun
bangunan.
5. Menghentikan dan menghindari eksploitasi berlebihan
terhadap sumber daya alam.
6. Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku
pencemaran dan pengrusakan lingkungan.
7. Melakukan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
8. Mengajarkan dan mengkampanyekan pola hidup ramah
lingkungan kepada masyarakat.
3. PEMBAHASAN
3.1 Aspek Lingkungan
Pertambangan pasir besi dapat digunakan sebagai aktifitas dalam
memperoleh kebutuhan material bahan bangunan yang diambil dari pesisir
pantai. Aktifitas disini lebih kepada dampak negaif, dimana kebanyakan
aktifitas tambang pasir besi ini akan merusak ekosistem yang ada seperti
terumbu karang, pohon mangrove dan kehidupan laut lainnya. Dampak
yang muncul dari pengolahan tambang pasir besi ini perlu dikaji supaya
damak negatif dapat di minimalisir. Tidak hanya kajian dalam lingkup
ekonomi dan sosial nya saja, tetapi harus memperhatikan lingkungan yang
ada.
Pemerintah daerah kulon progo lebih melihat profit yang diperoleh
dari pertambangan pasir besi, namun tidak melihat dampak yang ada
setelah pengolahan tambang besi ini. Padahal dampak negatif lebih banyak
khusunya bagi masyarakat di area pertambangan tersebut. Belum ada
kebijakan dari pemerintah terkait perbaikan lingkungan ekosistem laut dan
pesisir pantai yang telah dirusak oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab dan hanya mencari keuntungan semata. Hal ini dapat
membuktikan bahwa perjanjian terkait reklamasi lahan hanya perjanjian
diatas kertas putih. Karena pemikiran kebanyakan para kaum kapitalis
adalah mendapatkan untung sebanyak-banyaknya tetapi tidak melihat
kondisi lingkungan untuk kedepannya.
Keadaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah termasuk
kawasan yang sering kali terkena bencana alam. Menurut SER PWNU
Jawa Timur, ada 11 masalah lingkungan yang muncul akibat pertambangan
besi di wilayah peisisr pantai yang akan mengalamin bencana alam dalam
kurun tahun belakangan ini. Jika proses pengolahan tambang Pasir besi ini
terus dilakukan, maka dampak buruk dari proses ini lebih besar daripada
manfaat yang didapatkan oleh masyarakat sekitar pesisis pantai. Ditambah
lagi bahwa di Indonesia belum memiliki tekhnologi canggih terkait proses
tambang besi yang ramah akan lingkungan.
Kejadian yang ada di daerah lain seperti Pulau Ransang, Pulang
Karimun dsb menjadi cermin bagi masyararakat di Kulon Progo. Meskipun
pertambangan ini mendapatkan untung yang besar namun bagi lingkungan
kedeoan sangat berdampak buruk, baik di lingkungan fisik, kimia, sosial
ekonomi maupun kebudayaan. Banyak kontra di berbagai daerah
mengenai pembangunan pengolahan tambang besi ini.
Dampak yang terjadi akibat aktifitas pengolahan tambang pasir besi yaitu:
1. Degradasi lingkungan pesisir dan abrasi pantai
Kabupaten Kulon Progo merupakan area yang kaya akan
gumuk pasirnya, namun memiliki kondisi rawan akan tsunami. Jika
penambangan dilakukan dengan mine coast are maka pesisir ini
beresiko juga mengalami degradasi, padahal keadaan pasir besi ini
seharusnya mampu meredam gelombang air laut ketika terjadi
tsunami. Hal itulah yang kemudian menjadi dampak negatif. Ketika
dilakukan pengolahan tambang pasir besi terus menerus maka akan
terjadi tsunami dan menimbulkan korban jiwa.
2. Air disekitar pesisir pantai menjadi keruh dan mengandung racun,
apabila pengolahan dilakukan dengan terus menerus dengan
mengalirkan limbah air tambang langsung ke sungai maka
ekosistem akan mati. Selain itu juga akan berdampak dengan
kesehatan masyarakat sekitarnya karena pengolahan limbar air
tersebut.
3. Terganggunya peningkatan ekonomi rakyat yang bermata
pencaharian petani, sebagian besar warga kulon progo memiliki
matapencaharian sebagai petani. Namun sekarang ini lahan
mereka terancam karena pengolahan tambang pasir besi sehinga
berpengaruh akan produksi petani dan pendapatan petani.
4. Jika dikelola dalam jangka panjang, akan memicu lahan tersebut
menjadi kritis dan susah untuk dikembalikan kepada fungsi lahan
sebelumnya. (Hidayat, 2016)
4. PERAN PEMERINTAH
Hakim. (2014). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Faktor Recovery
Ekonomi.
Penambangan Pasir Besi dan Bandara Adisutjipto Harus Terealisasi. (2009, maret senin).
Retrieved from Tempointeraktif:
www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/03/30/brk.20090330-167337.id.html
Utami, N. (2009). Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paka Tambang
Galian C Pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C)
di Desa Gumulung, Kecamatan Astanjapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa
Barat. 12.