Anda di halaman 1dari 18

Obsessive-compulsive

Berdekatan dengan phobia adalah obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive). Obsesif menyangkut soal


pikiaran, sedangkan kompulsif menyangkut tindakan dan obsesif-kompulsif menyangkut pikiran dan
tindakan. Obsesif adalah suatu pikiran yang terus menerus secara patologis muncul dalam diri
seseorang, sedangkan kompulsif adalah tindakan yang didorong impuls yang berulang kali dilakukan.
Obsesif adalah pikiran, bayangkan (image) gagasan, atau impuls-impuls yang menetap (terus-menerus),
yang dirasakan individu mengganggu hingga kesadarannya kehilangan control dan secara perilaku atau
tindakan mental dimana individu merasa harus melakukannya (Susan Noelan-Hoeksama,2004).

Obsesif-kompulsif menggambarkan peranan dimana seseorang memikirkan sesuatu hal yang ia


kehendaki secara terus menerus, atau yang menyebabkan dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat
ritualistic. Tindakan ini bersifat irrasional, tetapi ia tidak dapat mengendalikannya.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) diklasifikasikan sebagai sebuah gangguan anxiety karena orang
dengan OCD mengalami kecemasan sebagai hasil pikiran-pikiran mereka yang bersifat obsesif dan ketika
mereka tidak dapat menangani perilaku kompulsif mereka. Gangguan ini dapat menyerang anak-anak
ataupun orang yang baru menginjak dewasa. OCD sering dimulai ketika seseorang masih dalam usia
muda, puncak usia dari permulaan serangan bagi laki-laki adalah antara 6 hingga 15 tahun dan
perempuan adalah dalam usia 20 hingga 29 tahun (rapport, 2000). OCD cendrung berubah menjadi
gangguan yang kronis jika tidak segera diobati atau ditangani. Pikiran-pikiran obsesif dirasakan sangat
menyiksa (distressing) bagi orang-orang dengan OCD. Sesuatu yang menarik bagi munculnya perilaku
obsesif dapat menjadi urusan besar berkaitan dengan waktu dan dapat menjadi hal yang berbahaya,
misalnya terlalu lama dan sering mencuci tangan, menyebabkan luka dan berdarah.

Sebanyak 66% dari penderita OCD juga secara siqnifikan sangat depresi (Foa & Frangklin, 2001).
Serangan panic, berbagai bentuk phobia, dan penyalahgunaan zat adalah hal yang lazim dalam OCD.

Antara 1-3% orang akan mengembangkan OCD di beberapa waktu dalam kehidupan mereka (Hewlett,
2000; Robins dkk,1984). Di Amerika Serikat, orang-orang Eropa yang tinggal di Amerika menunjukkan
kelaziman yang lebih tinggi terhadap OCD bila dibandingkan dengan orang-orang Afrika atau Hispanik di
Amerika (Hewlett, 2000). Kelaziman terhadap OCD ini tampak dalam perbedaan kultur atau kebudayaan
yang sangat besar, yang telah diteliti, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Meksiko,Inggris, Norwegia,
Hongkong, India, Mesir, Jepang dan korea (Escobar, 1993; Insel, 1984; Kim 1993). Meskipun beberapa
penelitian menemukan sedikit lebih tinggi jumlah OCD pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, hal
tersebut tampil signifikan (Edelmann, 1992; Karno & Golding, 1991, Rasmussen & Tsuang 1984, 1986).

Berikut ini adalah simtom-simtom OCD yang terkenal.

Simtom dari gangguan obsesif kompulsif ( obsessive-compulsive disorder “OCD”) DSM IV

Gangguan obsesi-kompulsif diklasifikasikan sebagai gangguan kecemasan tetapi berbeda dengan


gangguan kecemasan lainnya dalam banyak cara atau tetapi berbeda dengan gangguan kecemasan
lainnya dalam banyak cara atau tampilan.

Orang harus menunjukan salah satu dari obsesi atau kompulsi, dimana mereka mengakui bahwa mereka
sangat berlebihan (eksesif) atau tidak masuk akal (unreasonable). Obsesi digambarkan sebagai:

1. Pikiran yang diulang-ulang dan menetap atau terus-menerus, impuls, atau bayangan (images)
yang dialami sebagai hal yang bersifat mengganggu dan tidak pantas. Hal tersebut menimbulkan
anxiety atau distress.
2. Pikiran-pikiran, impuls-impuls atau bayangan (images) tersebut adalah hal yang tidak mudah
menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan dalam masalah kehidupan nyata.
3. Pikiran-pikiran, impuls-impuls atau bayangan (images) yang mereka coba abaikan atau mereka
suppress atau untuk dinetralisir dengan pikiran atau tindakan lainnya.
4. Pikiran-pikiran obsesif, impuls-impuls,atau bayangan (images) yang mereka akui adalah hasil
dari pikiran mereka sendiri.

Kompulsi digambarkan sebagai :

1. Pengulangan perilaku (seperti mencuci tangan, keteraturan, memeriksa) atau tindakan mental
(mental ads), seperti berdoa, menghitung, atau mengulang kata-kata secara diam-diam yang
mereka merasa dikendalikan untuk menampilkan dalam respon terhadap sebuah obsesi atau
sesuai dengan aturan yang harus ditampilkan denga sangat rigid (kaku).
2. Perilaku atau tindakan mental dengan maksud pencegahan atau pengurangan distress atau
pencegahan kejadian mental ini, atau salah satunya tidak dihubungkan dengan cara-cara yang
realistic dengan apa yang mereka bangun untuk mencegah atau mengurangi atau
menyelesaikan sikap berlebihan.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi abnormal. Refika aditama. Bandung.

Sejumlah gangguan obsesif kompulsif diawali dengan sebuah impuls yang tak dapat ditolak-biasanya
impuls yang akan sangat merugikan orang yang dikenainya. Sebagai contoh, parafilia seperti pedofilia
(ketertarikan seksual pada anak-anak), gangguan makan, dan gangguan terkait-substansi di bab ini
sering dimulai dengan godaan atau kenginginan yang destruktif namun sulit ditolak. DSM-IV-TR
memasukan lima gangguan pengendalian impuls tambahan (yang disebut impulse control disorders not
elsewhere classified (gangguan pengendalian impuls yang tak tergolongkan) yang tidak dimasukkan
dalam kategori-kategori lainnya-yaitu: intermitten explosive disorder, kleptomania, pyromania,
pathological gambling, dan trichotillomania (scott, Hilty, dan Brook, 2003)

Gangguan eksplosif intermiten

Penderita intermitten explosive disorder (gangguan ekplosif intermiten) memiliki episode-episode


dimana orang bertindak berdasarkan atas impuls-impuls agresif yang menghasilkan tindakan-tindakan
penyerangan serius atau perusakan harta benda (American Psychiatric Association, 2000). Ledakan-
ledakan agresif cukup sering terlihat dalam populasi secara umum. Meskipun anda telah menyisihkan
pengaruh gangguan-gangguan lain (misalnya, gangguan kepribadian antisocial, gangguan kepribadian
ambang, gangguan psikotik, Alzheimer’s disease) atau penggunaan substansi dalam tindakan semacam
itu, gangguan eksplosif jarang sekali didiagnosis. Penelitian mengenai gangguan ini masih berada pada
tahap awal, dan difokuskan pada pengaruh neurotransmitter seperti serotonin dan norepinefrin sebaik
penelitian mengenai kadar testoteron, beserta interaksi mereka dengan pengaruh-pengaruh psikososial
(stress, kehidupan keluarga yang terdisrupsi, parenting style (gaya asuh orang tua) pengaruh-pengaruh
ini sedang diteliti untuk mendapatkan penjelasan tentang asal muasal gangguan ini (Scott, Hilty, dan
Brook,2003). Intervensi-intervensi kognitif-behavioral (misalnya, membantu orang itu untuk
mengidentifikasi dan menghindari pemicu” ledakan agresif) pendekatan-pendekatan yang mendasar diri
pada model penanganan obat tampak-nya paling efektif untuk individu-individu ini, meskipun barus
sedikit studi terkontrol dilakukan untuk itu (McEl-roy dan Arnold, 2001)

Kleptomania
Kisah aktris kaya raya Winona Ryder yang mencuri barang dagangan senilai 5.500 dolar dari saks Fifth
Avenue di Beverly Hills, California, terdengar cukup membingungkan. Mengapa mengambil risiko
membahayakan kariernya yang bernilai multijuta dolar hanya Karena pakaian yang dapat dibelinya
dengan sangat mudah. Apakah kasusnya adalah sebuah kasus kleptomania-

Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian modern telah
menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada awal tahun 1980-an, gangguan obsesif kompulsif
dianggap sebagai gangguan yang jarang dan berespon buruk terhadap terapi. Sekarang diketahui bahwa
gangguan obsesif kompulsif adalah sering ditemukan dan sangat responsive terhadap terapi

Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu (intrusive). Suatu kompulsi
adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau
menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan
kecemasan seseorang. Tetapi, jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan
adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari
obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-ditonik. Gangguan obsesif-kompulsif
dapat dapat merupakan gangguan yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat
menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan, aktifitas social yang biasanya, atau hunbungan dengan teman anggota keluarga.

Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2 sampai
3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif kompulsif ditemukan pada
sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan
obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering yang keempat setelah fobia, gangguan
berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif berat. Penelitian epidemiologis di eropa, asia, dan
afrika telah menegakkan angka tersebut melewati ikatan cultural.

Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama mungkin terkena; tetapi, untuk remaja, laki-laki lebih
sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata memiliki
onset usia yang agak lebih awal (rata-rata sekitar usia 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata sekitar
22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira duapertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25
tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Gangguan obsesif-
kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa anak-anak, pada beberapa kasus dapat
pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif kompulsif
dibandingkan orang yang menikah mencerminkan kesulitan yang dimiliki pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan
lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih, walaupun tersediannya jalur ke
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan sebagian besar variasi tersebut, ketimbang perbedaan
prevalensi antara ras-ras.

Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain.
Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia social adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis
psikiatrik komorbid lainya pada pasien dengan gangguan alcohol, fobia spesifik, gangguan panic, dan
gangguan makan.

Etiologi

Factor biologis

Neurotransmiter. Banyak uji coba klinis yang telah terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa
suatu diregulasi serotonin adalah terlihat didalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari
gangguan. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang
mempengaruhi system neurotransmitter lain. Tetapi, apakah serotonin terlibat di dalam penyebab
gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini. Penelitian klinis telah mengukur konsentrasi
metabolit serotonin. Sebagai contohnya, 5-hydroxyindoleactic acid (5-HIAA) di dalam cairan
serebrospinalis, dan afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang
berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan berbagai temuan
pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa peneliti telah
mengatakan bahwa system neurotransmitter kolinergik dan dopaminergik pada pasien gangguan obsesif
kompulsif adalah dua bidang penelitian riset untuk di masa depan.

Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional, sebagai contohnya,
tomografi emisi positron (PET, positron emission tomography) telah menemukan peningkatan aktifitas
(sebagai contohnya, metabolism dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnuya
kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Terapi farmakologis dan
perilaku telah dilaporkan membalikan kelainan tersebut. Data dari penelitian pencitraan otak fungsional
adalah konsisten denagn data dari penelitian pencitraan otak struktural. Baik tomografi computer (CT)
dan pencitraan resonansi magnetic (MRI, magnetic resonance imaging) telah menemukan adanya
penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obesif kompulsif. Baik
penelitian pencitraan otak fungsional maupun structural juga konsisten dengan pengamatan bahwa
prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien
gangguan obsesif kompulsif. Satu penelitian MRI baru-baru ini melaporakan peningkatan waktu yang
konsisten dengan lokasi kelainan yang ditemukan pada penelitian PET.

Genetika. Data genetic yang ada tentang gangguan obsesif kompulsif adalah konsisten dengan hipotesis
bahwa penurunan gangguan obsesif kompulsif memiliki suatu komponen genetika yang bermakna.
Tetapi, data tersebut belum membedakan pengaruh cultural dan efek perilaku pada transmisi gangguan.
Penelitian kesesuaian pada anak kembar sesara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang
lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigoti. Penelitian
keluarga pada gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat
pertama pasien gangguan obsesif kompulsif juga menderita gangguan.

Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian elektroensefalogram (EEG) tidur dan
penelitian neuroendokrin telang menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara
gangguan depresif san gangguan obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelaianan EEG nonspesifik yang lebih
tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah
menemukan kelainan yang mirip dengan yang terliat pada gangguan depresif, seperti peneurunan
latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin juga telah menemukan beberapa
kemiripan dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi pada dexamethasone-supression test pada
kira-kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormone pertumbuhan pada infuse clonidine
(catapres)

Factor perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus yang relative netral menjadi
disertai dengan ketakutan atau kecemasan melallui proses pembiasaan responden dengan
memasangkannya dengan peristiwa yang secra alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan.
Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu
menimbulkan kecemasan atau gangguan

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu
menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif
dalam perilaku kompulsi atau ritualistic dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara
bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan
(kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari.
Teori belajar memberikan konsep yang berguna untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena
obsesif-kompulsif, sebagai contohnya, kemampuan gagasan yantyk menimbulkan kecemasan adalah
tidak selalu menakutkan bagi dirinya sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif.

Factor psikososial

Factor kepribadian, gangguan obsesif kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-
kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid; dengan demikian, sifat kepribadian tersebut tidak
diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15
sampai 35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbis

Factor psikodinamika. Sigmud freud. Menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan
(undoing), dan pembentukan reaksi.

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek dan impuls yang
mencetuskan kecemasan. Di bahwa kondisi pada umumnya seseorang mengalami secara sadar afek dan
khayalan dari suatu gagasan yang mengandung emosi (emotion-laden), terlepas apakah ini berupa
fantasia tau ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan
darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan di keluarkan dari kesadaran. Jika isolasi
berhasil seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki
afek yang berhubungan dengannya.

Meruntuhkan (undoing), karena adanya ancaman terus menerus bahwa impuls mengkin dapat lolos dari
mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi pertahanan sekunder adalah diperlukan untuk
melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam keluar kesadaran. Tindakan kompulsif
menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensive yang ditujukan untuk menurunkan
kecemasan dan megendalikan impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi
pertahanan sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang di
nyatakan oleh katanya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha
untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau
impuls obesesional yang menakutkan.

Pembentukan reaksi (reaction formation). Baik isolasi maupun meruntuhkan adalah tindakan
pertahanan yang terlibat erat dalam mengahasilkan gejala klinis. Pembentukan gejala menyebabkan
pembentukan sifat karakter. Bukannya gejala. Seperti yang diungkapkan istilahnya, pembentukan reaksi
melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan
dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat salah sangat dilebih-lebihkan dan
tidak sesuai.

Factor psikodinamika lainnya. Pada teori psikoanalisis klasik, gangguan obsesi kompulsif dinamakan
neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase
psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan
tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka mundur dari posisi
oedipal dan berregresi ke stadium emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase
anal. Ambivalensi adalah dihubungkan dengan menyelesaikan fusi yang halus antara dorongan seksual
dan agresif yang karakteristik dari fase oedipal. Adanya benci atau cinta secara bersama-sama kepada
orang yang sama menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragua-raguan dan kebimbangan.

Suatu cirri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah derajat dimana mereka
terpaku dengan agresi atau kerbersihan, baik secara jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan
yang terletak di belakangnya. Dengan demikian, psikogenesis gangguan obsesif kompulsif mungkin
terletak pada gangguan pada dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan denga fase
perkembangan anal-sadistik.

Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam karakteristik kehidupan impuls.
Hal ini adalah siri yang penting pada anak normal selama fase perkembangan anal sadistic; yaitu, anak
merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin
ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang
melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan
Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls;
yaitu, fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah
pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar
terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang
peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran bagi pasien gangguan
obsesif kompulsif.

Diagnosis

Walaupun criteria diagnosis untuk gangguan obsesif-kompulsif di dalam Diagnostic and Stastistical
Manual od Mental Disorder edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) banyak yang dipertahankan di dalam
edisi keempatnya (DSM-IV), telah dibuat modifikasi DSM-IV tentang obsesi dan kompulsi. Bilamana
DSM-III-R tentang obsesi sebagai pikiran dan kompulsi debagai tindakan, DSM-IV memperkenalkan
pengamatan klinis bahwa pikiran ( yaitu, tindakan mental) dapat merupakan obsesi atau kompulsi,
tergantung apakah dia menyebabkan peningkatan kecemasan (obsesi) dan penurunan kecemanasan
(kompulsi). DSM-IV juga memperbaharui defenisi obsesi untuk menghindar dari istilah ‘ego-distonik’ di
dalam edisi ketiganya (DSM-III) dan kata ‘tanpa perasaan’ (senseless) di dalam edisi ketiga yang di revisi
(DSM-III-R), keduanya memiliki arti yang kurang jelas dan sulit untuk operasionalisasi. DSM-IV juga
menghilangkan defenisi DSM-III-R tentang kompulsi sebagai bertujuan atau disengaja, karena pasien
seringkali melaporkan bahwa kompulsi adalah tidak bertujuan atau tidak disengaja. DSM-IV
memungkinkan klinisi menyebutkan bahwa pasien memiliki gangguan obsesif kompulsif tipe tilikan
buruk umumnya tidak mengenali sifat obsesi dan kompulsinya yang berlebih-lebihan.

Kriteria Diagnositik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif

A. Salah satu obsesi atau kompulsi :


Obsesi seperti yang di defenisikan oleh (1), (2), (3), dan (4) :
(1) Pikiran, impuls atau baying-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu
saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan
penderitaan yang jelas.
(2) Pikiran, impuls, atau baying-bayangan tidak semata-mata kekawatiran yang berlebihan
tentang masalah kehidupan yang nyata
(3) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan-
bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain
(4) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau baying-bayangan obsesional adalah keluar
dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

Kompulsi seperti yang didefenisikan oleh (1) dan (2) :

(1) Perilaku ( misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental
(misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang
dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau
menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku.
(2) Perilaku atau tindakan mental ditunjukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan
atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan; tetapi perilaku atau tindakan
mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistic dengan apa mereka anggap
untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau
kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : ini tidak berlaku bagi anak-anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; mengahbiskan waktu
(mengahabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara bermakna menganggu rutinitas normal
oran, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau hubungan social yang biasanya
D. Jika terdapat gangguan aksis I lainya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya ( misalnya,
preokupasi dengan makanan jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada penampilan jika
terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius
penggunaan zat; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau
perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresi berat)
E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi)
atau kondisi medis umum.

Sebutkan jika :
Dengan tilikan buruk; jika, selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari
bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

Gambaran klinis.

Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif seringkali pergi ke dokter lain dibandingkan dokter psikiatrik.
Pasien dengan obsesi maupun kompulasi merupakan sekurangnya 75 persen dai pasien terkena.
Beberapa peneliti dan klinisi percaya bahwa angka tersebut mungkin sangat mendekati 100 persen jika
pasien diperiksa secara cermat untuk adanya kompulsi mental di samping kompulsi perilaku. Sebagai
contohnya, suatu obsesi tentang melakukan seseorang anak mungkin diikuti oleh suatu kompulsi mental
untuk mengulangi doa tertentu dalam jumlah tertentu. Tetapi, beberapa peneliti dan klinisi percaya
bahwa beberpa pasien memang hanya memiliki pikiran obsesif dan tidak memiliki kompulsif. Pasien
tersebut kemunginan memiliki pikiran yang berulang terhadap tindakan seksual atau agresif yang dicela
oleh pasien.

Obsesi dan kompulsi memiliki cirri tertentu secara umum : (1) Suatu gagasan atau impuls yang
memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan terus menerus ke dalam kesadaran seseorang. (2) suatu
perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral dan seringkali
menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal. (3) Obsesi dan
kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien); yaitu, ia dialami sebagai asing bagi pengalaman seseorang
tentang dirinya sendiri sebagai makluk psikologis. (4) tidak perduli bagaimana jelas dan memaksanya
obsesi atau kompulsi tersebut, orang biasanya menyadari sebagai mustahil dan tidak masuk akal. (5)
orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu dorongan yang kuat untuk
menahanya. Tetapi, kira-kira dari separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil dari semua
pasien percaya bahwa kompulsi adalah irasional. Kadang-kadang obsesi dan kompulsi mejadi pegangan
(overvalued) bagi pasien. Sebagai contohnya, pasien mungkin bertahan bahwa kebersihan kompulsif
adalah benar secara moral. Kendatipun mereka kehilangan pekerjaan karena waktu yang digunakan
untuk membersihkan.

Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa dan pada anak-anak dan remaja.
Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi
gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang sering ditemukan adalah
suatu obsesi akan kontaminasi, diikuti oleh mencuci atau disertai oleh penghindaran obsesif terhadap
objek yang kemungkinan terkotaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari (sebagai
contohnya, feses, urin, debu, atau kuman). Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit
tangannya dengan mencuci tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak
mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan adalah respon emosional
yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan kejijikan yang obesif juga sering
ditemukan. Pasien ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi
adalah ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan.

Pola kedua yang tersering adalah obsesi keragu-raguan, diiukuti oleh pengecekan yang kompulsi. Obsesi
seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak menguci
pintu). Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk
memeriksa kompor, sebagai contohnya. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri (self-doubt)
yang obsesional, saat mereka selau merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu.

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran obesional yang mengganggu tanpa
suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau
agresi yang berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh pasien.

Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau ketepatan yang dapat
menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harafiah mengahbiskan waktu berjam-jam untuk
makan atau mencukur wajahnya. Penumpukan obsesi dan kompulsi religious adalah sering pada pasien
obsesif kompulsif. Trichotillomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku mungkin merpakan
kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif.

Pemeriksaan status mental

Pada pemeriksaan status mental. Pasien gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan depresif. Gejala
tersebut ditemukan pada kira-kira 50 persen dari semua pasien. Beberapa pasien gangguan obsesif-
kompulsif memiliki sifat karakter yang mengarahkan pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
memiliki sifat karakter yang mengarahkan pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tetapi
sebagian besar tidak. Pasien gangguan obsesif-kompulsif, khususnya laki-laki, memiliki angka hidup
membujang yang lebih tinggi daripada rata-rata. Jumlah percekcokan perkawinan yang lebih tinggi
daripada biasanya juga ditemukan pada pasien.
Seorang mahasiswa berusia 20 tahun di perguruan tinggi Midwestern melapor pada dokter penyakit
dalamnya bahwa ia memiliki kesulitan dalam belajar, karena lebih dari enam bulan belakangan, ia
menjadi semakin asyik dengan pikiran yang tidak dapat dihalaunya. Ia menghabiskan waktu berjam-jam
setiap malamnya untuk membangkitkan kembali pikiran tentang peristiwa di siang hari. Khususnya
interaksinya dengan teman-teman dan guru, dalam pikirannya tidak henti-hentinya membenarkan tiap
dan semua penyesalan. Ia menyamakan kejadian tersebut seperti memutar videotape setiap peristiwa
secara berulang-ulang didalam pikirannya, berkata padanya jika ia telah melakukan hal dengan baik dan
menceritakan pada dirinya hal yang benar pada tiap langkah di jalan. Ia dapat melakukan hal tersebut
sambil duduk di bangkunya, yang seharusnya belajar; ia seringkali melihat jam setelah suatu periode
perenungan dan menemukan bahwa, mengejutkan, waktu telah berlalu dua sampai tiga jam. Penurunan
prestasinya mencemaskan dirinya.

Pasien berkata, pada pertanyaan lebih lanjut, bahwa ia melakukan ritual berdandan selama dua jam jika
bersiap pergi dengan teman-teman. Mencukur, mandi, menyisir rambut, mengenakan pakaian,
semuanya membutuhkan kesempurnaan. Disamping itu, selama beberapa tahun ia telah terganggu oleh
takhyul tertentu, yang selanjutnya mendominasi hidupnya sehari-hari. Takhyul tersebut berupa
menghindari gedung tertentu saat berjalan di kampus, selalu duduk di temapt duduk kelima kelasnya,
dan menyusun buku dan pensil dengan susunan tertentu di mejanya sebelum belajar

Diskusi. Pasien tidak mengalami perenungan tentang peristiwa si siang hari menurut pengendalian
sadarnya, dan ia berusaha untuk mengabaikan dan menekan hal tersebut. Kemenduaan tentang apakah
pikiran tersebut adalah obsesi yang sesungguhnya atau semata-mata pikiran; obsesional mungkin
merupakan kepentingan diagnostic dalam membedakan gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
kecemasan umum. Di mana perenungan sering kali ditemukan pada kasus ini, pasien menunjukkan
tanda kompulsi yang jelas, perilaku berulang yang dilakukan menurut aturan tertentu atau dalam cara
yang stereotipik yang tidak memberikan fungsi yang berguna dan tidak menyenangkan.

Diagnosis banding

Kondisi medis

Persyaratan diagnostic DSM-IV tentang ketegangan personal dan gangguan fungsional membedakan
gangguan obsesif-kompulsif dari pikiran dan kebiasaan berlebihan yang umumnya atau ringan.
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan
Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsy lobus temporalis, dan kadang-kadang, komplikasi trauma dan
pascaensefalitik

Gangguan tourette. Gejala karakteristik dari gangguan tourette adalah tik motorik dan vocal yan sering
dan hampir setiap hari terjadi. Gangguan tourette dan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset usia
yang sama dan gejala yang mirip. Kira-kira 90 persen pasien dengan gangguan tourette memiliki gejala
kompulsif, dan sebanyak dua pertiga memenuhi criteria diagnostic untuk gangguan obsesif kompulsif.

Kondisi psikiatrik

Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif-kompulsif adalah


skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, dan gangguan depresif. Gangguan obsesif-
kompulsif biasanya dapat dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh
kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tilikan pasien terhadap gangguan mereka. Gangguan kepribadian
obsesif kompulsif tidak memiliki derajat gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan
obsesif kompulsif. Fobia adalah dibedakan dengan tidak adanya hubungan gangguan obsesif kompulsif
saja tidak memenuhi criteria diagnostic untuk gangguan depresif berat.

Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif kompulsif adalah
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan kemungkinan gangguan impuls lainnya, seperti
kleptomania dan berjudi patologis pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang
(sebagai contohnya, permasalahan tentang tubuhnya) atau perilaku yang berulang (sebagai contohnya,
mencuri). Beberapa kelompok penelitian telah meneliti gangguan tersebut, hubungannya dengan
gangguan obsesif kompulsif, dan responnya terhadap berbagai pengobatan.

Perjalanan penyakit dan prognosis

Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-
kira 50 sampai 70 persen pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stress,
seperti kehamilan, masalah seksual, atau kematian seorang sanak saudara. Karena banyak pasien tetap
merahasiakan gejalanya, mereka seringkali terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang untuk
perhatian psikiatrik, walaupun keterlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan
kesadaran akan gangguan tersebut diantara orang awam dan professional. Perjalanan penyakit biasanya
lama tetapi bervariasi; beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi dan pasien
lain mengalami perjalanan penyakit yang konstan.

Kira-kira 20 sampai 30 persen dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan depresif berat,
dan bunuh diri adalah resikobagi semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis
yang buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menagan) pada kompulsi yang aneh (bizarre). Perlu
perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya
gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh
penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang
episodic. Isi obesisional tampaknya tidak berhubungan tidak berhubungan dengan prognosis.

Terapi

Dengan mengumpulkan bukti-bukti bahwa gangguan obsesif kompulsif adalah sangat ditentukan oleh
factor biologis, teori psikoanalitik klasik telah ditinggalkan. Selain itu karena gejala gangguan obsesif
kompulsif tampaknya sangat tahan terhadap psikoterapi psikodinamika dan psikoanalisis, terapi
farmakologis dan perilaku menjadi sering. Tetapi, factor psikodinamika mungkin cukup bermanfaat
dalam mengerti apa yang mencetuskan eksaserbasi gejaa dan dalam mengobati berbagai bentuk
penolakan pengobatan, seperti ketdakpatuhan terhadap pengobatan.

Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif secara terus menerus menolak menggunakan medikasi dan
menolak melakukan tugas pekerjaan rumah dan aktifitas yang dianjurkan lainnya yang diberikan oleh
ahli terapai perilaku. Gejala obsesif-kompulsif sendiri tidak peduli bagaimana beratnya didasarkan
secara biologis, mungkin memiliki arti psikologis penting yang menyebabkan pasien enggan
mengungkapkannya. Suatu penggalian psikodinamika terhadap penolakan pasien terhadap pengobatan
dapa menyebabkan peningkatan kepatuhan

Penelitian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmako terapi atau terapi perilaku atau
kombinasinya adalah efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif
kompulsif. Keputusan tentang terapi pada pertimbangan dan pengalaman klinis dan pada penerimaan
pasien terhadap berbagai modalitas.

Farmakoterapi

Kemajuan farmakoterapi dalam gangguan obsesif kompulsif telah dibuktikan dalam banyak uji coba
klinis. Manfaat tersebut ditingkatkan oleh pengamatan bahwa penelitian menemukan angka respon
placebo adalah kira-kira 5 persen. Persentasi tersebut adalah rendah, dibandingkan dengan sering
ditemukan pada penelitian obat antidepresan dan ansiolitik

Data yang tersedia menyatakan bahwa obat semuanya digunakan untuk mengobati gangguan depsresif
atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanyanya. Efek awal biasanya
terlihat setelah sampai enam minggu penobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8 sampai 16
minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat
antidepresan adalah masih kontoversial, sebagian bermakna pasien dengan gangguan obesif-kompulsif
yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya mengalami relaps jika terapai
obat dihentikan.

Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin (sebagai contohnya, clomipramine
(anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI,Serotonin Spesific reuptake inhibitor),
seperti fluxentine (Prozac) dan selanjutnya pindah ke strategi farmakologis lain jika obat spesifik
serotonin adalah tidak efektif.

Clomipramine. Obat standar untuk pengobtan gangguan obsesif-kompulsif adalah clomipramine, suatu
gangguan depresif. Kemanjuran clomipramine dalam gangguan obsesif kompulsif didukung oleh banyak
uji coba klinis. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelim tidur dan dapat
ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua samapi tiga hari, sampai dosis maksimum 250
mg sehari atau tampaknya efek samping yang membatasi dosis. Karena clomipramine adalah suatu obat
trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping yang biasanya dari obat tersebut termasuk sedasi,
hipotensi, disfungsi seksual, dan efek samping antikolinergik (sebagai contohnya, mulut kering)

Inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin. SSRI yang sekarang tersedia di Amerika Seikat adalah
fluoxentine, sertraline (Zoloft), dan paroxentine (Paxil). Beberapa uij coba klinis telah menunjukkan
manfaat fluoxentine dan sertraline dalam gangguan obsesif kompulsif, dan paroxentine mungkin uga
efektif. Fluvoxamine, SSRI yang lain, masih belum tersedia si Amerika Serikat tetapi telah terbukti efektif
dalam mengobati gangguan obsesif kompulsif. Penelitian tentang fluoxentine dalam gangguan obsesif-
kompulsif telah menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapetik.
Walaupun SSRI adalah disertai dengan overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan
efek samping gastrointestinal, SSRI sebagai suatu kelompok adalah ditoleransi dengan demikian,
kadang-kadang digunakan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.
Obat lain. Jika pengobatan dengan clomipramine atau suatu SSRI adalah tidak berhasil, banyak ahli
terapi memperkuat obat pertama dengan menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapt dicoba
dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamine oksidase (MAOI,
monoamine oksidase inhibitior), khususnya phenelzine (Nardil). Obat farmakologis yang kurang adalah
buspirone (BuSpar), fenfluramine (Pondimin), tryptophan, dan clonazepam (klonopin)

Terapi perilaku

Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku adalah sama efektifnya denga
farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif, dan beberapa data menyatakan bahwa efek
bermanfaat adalah berlangsung lama dengan terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi
mempertimbangkan terapi perilaku untuk gangguan obsesif kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan
pada situsi rawat inapp maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-
kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran,
pembanjiran, terapi impolsi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan
perbaikan.

Psikoterapi

Tanpa adanya penelitian yang adekuat tentang psikoterapi berorientasi-tilikan untuk gangguan obsesif-
kompulsif, tiap generalisasi yang sah tentang manfaatnya adalah sukar untuk dibuat walaupun terdapat
laopran anekdoktal tentang kebrhasilan tersebut. Ahli analisis individual telah melihat secara jelas dan
berlangsung selamanya perubahan yang lebih baik pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif, khususnya jika mereka mampu untuk datang dengan impuls agresif terletak dibelakang sifat
karakter pasien. Tampaknya, ahli analisis dan dokter psikiatrik berorientasi-tilikan telah mengamati
gejala perbaikan yang bermakna pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif di dalam perjalanan
analisis atau psikoterapi tilikan yang panjang

Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan obsesif kompulsif yang,
walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk berkerja dan membuat
penyesuaian. Dengan kontak yang kontinu dan teratut dengan orang professional yang tertaik, simpatik,
dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal
tersebut gejala mereka akan menyebabkan gangguan bagi mereka. Kadang-kadang, jika ritual dan
kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi, adalah perlu untuk merawat
pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stress lingkungan
eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat ditoleransi.

Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien. Tiap usaha psikoterapetik
harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui perlengkapan dukungan emosional,
penetraman, penjelasan, dan nasihat tentang bagaimana mengangani dan berespon terhadap pasien.

Terapi lain

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurukan percek-cokan
perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk
kebaikan pasien.

Terapi kelompok adalah sangat berguna sebagai system pendukung bagi beberapa pasien

Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektokonvulsif (ECT) dan bedahpsiko
(Psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT adalah tidak seefektif bedah-psiko tetapi kemungkinan
harus dicoba sebelum pembedahan, prosedur bedah-psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan
obsesif-kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam menobati 25 sampai 30 persen pasien yang
tidak responsive terhadap pengobatan yang lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah-psiko adalah
perkembangan kejang, yang hamper selalu dikendalikan dengan pengobatan dengan phenytoin
(dilantin). Beberapa pasien yang tidak berespon dengan bedah psiko daja dan yang tidak berespon
terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum operasi menjadi beresponterhadap farmakoterapi
atau terapi perilaku setelah bedah-psiko.

Anda mungkin juga menyukai