0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan21 halaman
Tugas pengantar studi Islam memberikan ringkasan singkat tentang tiga topik utama dokumen tersebut:
1) Pengertian filsafat Islam dan sumbernya dari al-Quran dan hadist
2) Pertumbuhan filsafat Islam di Timur Tengah dan penerjemahan karya Yunani ke bahasa Arab pada zaman Abbasiyah
3) Model penelitian filsafat Islam oleh para ahli seperti M. Amin Abdullah yang menggunakan penelitian kepustakaan
Tugas pengantar studi Islam memberikan ringkasan singkat tentang tiga topik utama dokumen tersebut:
1) Pengertian filsafat Islam dan sumbernya dari al-Quran dan hadist
2) Pertumbuhan filsafat Islam di Timur Tengah dan penerjemahan karya Yunani ke bahasa Arab pada zaman Abbasiyah
3) Model penelitian filsafat Islam oleh para ahli seperti M. Amin Abdullah yang menggunakan penelitian kepustakaan
Tugas pengantar studi Islam memberikan ringkasan singkat tentang tiga topik utama dokumen tersebut:
1) Pengertian filsafat Islam dan sumbernya dari al-Quran dan hadist
2) Pertumbuhan filsafat Islam di Timur Tengah dan penerjemahan karya Yunani ke bahasa Arab pada zaman Abbasiyah
3) Model penelitian filsafat Islam oleh para ahli seperti M. Amin Abdullah yang menggunakan penelitian kepustakaan
Program studi : pendidikan agama Islam Mata kuliah :Pengantar Studi Islam Dosen :Nur Zaini,M.S.I Kelas/semester/tahun : Pai d(madin b)/satu(1)/2021
Tema Metode pengkajian filsafat Islam a.pengertian filsafat Islam b.pertumbuhan dan perkembangan filsafat Islam c.model penelitian filsafat islam
a.pengertian filsafat Islam
Dari segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafa berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanyadan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman – pengalaman manusia.
Kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu islaman
yang berarti patuh, tunduk, berserah diri serta memohon selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, aman dan damai. Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang ajaran – ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran – ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran – ajaran yang mengambil berbagai berbagai aspek itu ialah al- Qur’an dan hadits.
Musa Asy’ari, mengatakan bahwa Filsafat Islam itu pada
dasarnya merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah. Dalam kaitan ini, diperlukan pendekatan historis terhadap Filsafat Islam yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proes dialektik pemikiran yang berkembang melaluikajian – kajian tematik atas persoalan – persoalan yang terjadi pada setiap zaman. Oleh karena itu perlu dirumuskan prinsip – prinsip dasar Fisafat Islam, agar dunia pemikiran Islam terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Lebih lanjut Musa Asy’ari berpenadapat bahwa Filsafat Islam dapatlah diartikan sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak Islam. Islam disini menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islami bukan karena yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab atau segi obyeknya yang membahas mengenai pokok – pokok keislaman.
Amin Abdullah. Dalam hubunganfilsafat Islam ia mengatakan :
“Meskipun saya tidak setuju untuk mengatakan bahwa Filsafat Islam tidak lain dan tidak bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang ditempati begitu saja dengan konsep Filsafat yunani, namun sejarah mencatat bahwa mata rantai yang mengubungkan gerakan pemikiran Filsafat Islam era kerajaan Abbasiyah dan dunia luar di wilayah Islam, tidak lain adalah proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan yunani lewat karya – karya filosof Muslim, seperti al – Kindi (185H/801M-260H/873M). al – farabi (258H/870M- 339H/950M). Ibnu Miskawih (320H/923M-421H/1030M). Ibnu Sina (370H/980M-428H/1037M), al – Ghozali (450H/1058M- 505H/1111M, dan Ibnu Rusyd (520H/1126M-595H/1198M). Filsafat profetik (kenabian), sebagai contoh, tidak dapat kita peroleh dari karya – karya Yunani. Filsafat kenabian adalah trade mark Filsafat Islam. Juga karya – karya Ibnu Bajjah (wafat 533H/1138M), Ibnu Tufail (wafat 581H/1185M) adalah spesifik dan orisinal karya filosof Muslim. Memang al – Qur’an membawa cara yang sama sekali baru untuk melihat Tuhan dan alam, dan juga membahas hokum – hokum yang tidak dapat diredusir dalam filsafat Yunani.
Damardjati Supadjar berpendapat bahwa dalam istilah Filsafat
Islam terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif. Pertama, Filsafat Islam dalam arti Islam filsafat tentang Islam yang dalam bahasa Inggris kita kenal sebagai Philosophy of Islam. Dalam hal ini Islam menjadi bahan telah, obyek material suatu studi dengan sudut pandang atau obyek formalnya, yaitu filsafat. Jadi di sini Islam menjadi genetivus Objectivius. Kemungkinan kedua , ialah Filsafat Islam dalam arti Islamic Philosophy, yaitu suatu filsafat yang Isami. Di sini Islam menjadi genetivus subjektivus,artinya kebenaran Islam terbabar pada dataran kefilsafatan.
Dalam pada itu dijumpai pendapat Ahmad Fuad al – Ahwani
yang mengatakan bahwa Filsafat Islam ialah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam – macam masalah manusia atas dasar ajaran – ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, Filsafat Islam dapat
diketahui melalui lima cirinya sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi sifat dan coraknya, filsafat Islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumberkan al – Qur’an dan hadits. Dengan sifat dan coraknya yang demikian itu, filsafat Islam berbeda dengan filsafat Yunani atau Filsafat Barat pada umumnya yang semata – mata mengandalkan akal pikiran (rasio). Kedua, dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat Islam mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang selanjutnya disebut bidang kosmologi; masalah ketuhanan dan hal – hal lain yang bersifat non materi, yang selanjutnya disebut bidang metafisika ; masalah kehidupan di dunia, kehidupan di akherat masalah ilmu pengetahuan , kebudayaan dan lain sebagainya; kecuai masalah zat Tuhan. Ketiga, dilihat dari segi datangnya filsafat Islam, sejalan dengan perkembangan ajaran Islam itu sendiri, tepatnya ketika bagian dari ajaran Islam memerlukan penjelasan secara rasional dan filosofis. Keempat, dilihat dari segi yang mengembangkan, filsafat Islam dalam arti materi pemikiran filsafatnya, bukan kajian sejrahnya, disajikan oleh orang – orang yang beragama Islam, seperti al – Kindi, al – Farabi, Ibnu Sina, al – Ghozali, Ibnu Rusyd, Ibnu Tufail, Ibnu Bajjah dan sebagainya. Kelima, dilihat dari segi kedudukannya, filsafat Islam sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya seperti fikih, ilmu kalam, tasawuf, sejarah kebudayaan Islam dan pendidikan Islam. b.pertumbuhan dan perkembangan filsafat Islam Wilayah Timur dari pusat pengkajian kebudayaan tepatnya di kota Antioch di Suriah banyak menjadi tempat pelarian para pemikir sebagai efek terjadinya peperangan di Laut Tengah. Di Antioch terdapat sebuah sekolah bernama Edessa yang merupakan pusat dari pengembangan pemikiran Yunani yang eksistensinya dapat terjaga sampai abad VII. Di Kota Edessa terdapat sebuah wilayah bernama Harran yang menjadi wadah untuk menyebarkan ilmu-ilmu Yunani bagi orang-oprang Arab. Sedangkan perkembangan di wilayah Timur yang lain, yaitu Jundisyapur juga menjadi tempat pelarian bagi para filsuf Yunani karena wilayah Edessa ditutup atas perintah dari Kaisar Byzantium karena dinilai bertentangan dengan ajaran kristen. Jadi. Kegiatan filsafat berpindah dari Yunani ke Jundisyapur, dan dimulailah penerjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa Persia. Pada masa Khulafa Rasyidun Filsafat Yunani memang belum dapat berkembang karena masih terfokus pada ekspansi. Begitu pula pada masa Umayyah, terlebih lagi Umayyah justru banyak mendominasi kebudayaan Arabnya. Namun, pada masa Umayyah sebenarnya sudah ada upaya penerjemahan, tapi tidak dapat berkembang dan berjalan karena lebih fokus pada politik. Pada masa Ummayah sudah ada upaya untuk melakukan penerjemahan buku yang disponsori Khalifah Khalid ibn Yazid, buku yang diterjemahkan berkaitan dengan keperluan hidup praktis, seperti kimia. Kemudian masa Umar ibn Abd al-Aziz juga melakukan penerjemahan buku-buku kedokteran, kimia, dan geometri. Riwayat lain mengatakan penerjemahan dimulai masa Khalifah Marwan ibn Hakam tentang ilmu kedokteran. Lalu di simpan di perpustakaan negara sampai Umar ibn Abdul Aziz naik tahta.
Golongan yang banyak tertarik kepada Filsafat Yunani adalah
kaum Mu’tazilah, Abu al-Huzail, al-Nazzam, al-Jahiz, al-Jubba’i yang pengaruhnya dapat dilihat dari pemikiran-pemikiran teologi mereka. Filsafat Yunani baru mendapat perhatian pada masa Abbasiyah. Terlebih lagi pusat pemerintahan dipegang oleh orang-orang Persia, seperti keluarga Baramikah yang sudah lebih dulu mempelajari kebudayaan Yunani.[16]Tepatnya pada masa al-Ma’mun. Pada masanya penerjemahan benar- benar dilakukan secara serius dan besar-besaran. Al-Ma’mun dikenal sebagai orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dalam upayanya melakukan penerjemahan, ia mengutus utusan keseluruh Byzantium untuk mencari naskah atau buku-buku mengenai ilmu apa saja untuk dibawa ke Baghdad. Termasuk karya Aristoteles dan Plato. Penerjemahan tidak hanya menerjemahkan bahasa Yunani, tetapi juga berbahasa Persia dan bahasa Suryani.
Al-Ma’mun mendirikan Bait al-Hikmah sebagai wadah untuk
penerjemahan yang dipimpin oleh Hunain Ibn Ishak, ia merupakan orang Nasrani yang ahli bahasa Yunani, ia dibantu oleh Yahya ibn Masawaih, Sabit ibn Qurra, Qusta ibn Lukas al- Ba’labaki, Ishaq ibn Hunain, dan lain-lain. Bait al-Hikmah tidak saja menjadi penerjemah, tapi juga sebagai pusat pengembangan filsafat dan sains. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tidak hanya di Baghdad, tetapi juga di kota Marwa (Persia Tengah) (menerjemahkan buku dalam bidang matematika dan astronomi), Jundisyapur (menerjemahkan buku yang menyangkut obat-obatan dan kedokteran) dan Haran (menerjemahkan buku filsafat dan kedokteran c.model penelitian filsafat Islam Di bawah ini disajikan berbagai model penelitian filsafat Islam yang dilakukan para ahli dengan tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi pengembangan filsafat Islam selanjutnya 1.Model M. Amin Abdullah Dalam rangka penulisan disertainya, M. Amin Abdullah mengambil bidang penelitiannya pada masalah Filsafat Islam. Hasil penelitiannya ia tuangkan dalam bukunya berjudul the Idea of University Ethical Norm In Ghazali and Kant . Dilihat dari segi judulnya, penelitian ini mengambil metode penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang mengambil bahan – bahan kajianya pada berbagai sumber baik yang ditulis oleh tokoh yang diteliti itu sendiri (sumber primer), maupun sumber yang di tulis oleh orang lain mengetahui tokoh yang ditelitinya itu (sumber sekunder). Bahan – bahan tersebut selanjutnya diteliti keotentikannya secara seksama; diklasifikasikan menurut variabel yang ingin ditelitinya, dalam hal ini masalah etik; bandingkan antara stu sumber dengan sumber lainnya; dideskripsikan (duraikan menurut logika berpikir tertentu), dianalisa dan disimpulkan.
Selanjutnya dilihat dari segi pendekatan yang diguakan, M Amin
Abdullah kelihatannya mengambil pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi antara pemikiran kedua tokoh tersebut (al – Ghozali dan Immanuel Kant), Khususnya dalam bidang etika.
Hasil penelitian Amin Abdullah dalam bidang Filsafat Islam
selanjutnya dapat dijumpai dalam berbagai karyannya baik yang ditulis secara tersendiri, maupun gabungan dengan karya – karya orang lain. Dalam bukunya berjudul Studi Agama Normativitas atau Histirisitas, M. Amin Abdullah mengatakan ada kekaburab dan kesimpangsiuran yang patut disayangkan di dalam cara berpikir kita, tidak terkecuali di lingkungan perguruan tinggi dan kalangan akademis. Tampaknya kita sulit membedakan antara Filsafat dan Sejarah Filsafat; antara Filsafat Islam dan Sejarah Filsafat Islam. Biasanya kita korbankan kajian Filsafat, karena kita selalu dihantui oleh trauma sejarah abad pertengahan, ketika Sejarah Filsafat Islam diwarnai oleh pertentangan pendapat dan perhelatan pemikiran antara al – Ghozali dan Ibnu Sina, yang sangat menentukan jalannya sejarah pemikiran ummat Islam.
Kritik Amin Abdullah tersebut timbul setelah ia melihat
penelitiannya, bahwa sebagian penelitian filsafat Islam yang dilakukan para ahli selam ini berkisar pada masalah Sejarah Islam, dan bukan pada Materi Filsafatnya itu sendiri.
Penelitian yang polanya mirip dengan Amin Abdullah tersebut
dilakukan pula oleh Sheila McDonough dalam karyanya berjudul Muslim Ethics and modernity: A Comparative Study of the Ethical Thougt of Sayyid Ahmad Khan and maulana Mawdudi. Buku tersebut telah diterbitkan oleh Wilfrid laurier University Press, Kanada, pada tahun 1984. Dalam buku tersebut yang dijadikan oleh obyek penelitian adalah Ahmad Khan dan Mawlana Mawdudi yang keduanya adalah orang Pakistan dan telah dikenal di dunia Islam. Penelitian tersebut termasuk kategori penelitian kualitatif, berdasar pada sumber kepustakaan yang ditulis oleh kedua tokoh tersebut atau oleh orang lain megenai tokoh tersebut. Sedangkan corak penelitiannya adalah penelitian deskriptif analitis; sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tokoh dan komparatif studi.Melalui penelitian demikian akan dapat dihasilkan kajian mendalam dalam salah satu bidaangkajian, serta latar belakang pemikiran yang menyebabkan mengapa kedua tokoh tersebuty mengemukakan pendapatnya seperti ini 2.Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan Harun Nasution Dalam bukunya berjudul History of Muslim Philosophy yang diterjemahkan dan disunting oleh M. M. Syarif ke dalam bahasa Indonesia menjadi para Filosof Muslim, Otto Horrassowitz telah melakukan penelitian terhadap seluruh pemikiran filsafat Islam yang berasal dari tokoh – tokoh filosof abad klasik, yaitu al – Kondi, al – Razi, al – Farabi, Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd dan Nasir al – Din al – Tusi. Dari al – Kindi dijumpai pemikiran filsafat tentang Tuhan , keterhinggaan, ruh dan akal. Dari al – Razi dijumpai pemikiran filsafat tentang teologi, moral, metode, metafisika, Tuhan, ruh, materi, ruang, dan waktu. Selanjutnya dari al – Farabi dijumpai pemikiran filsafat tentang logika, kesatuan filsafat, teori sepuluh kecerdasan, teori tentang akal, teori tentang kenabian, serta penafsiran atas al – Qur’an. Selanjutnya dari Ibnu Miskawih dijumpai pemikiran filosafat tentang moral, pengobatan rohani, dan filsafat sejarah. Dalam pada itu dari Ibnu Sina dikemukakan pemikiran filsafat tgentnag wujud, hubungan jiwa dan raga, ajaran kenabian, Tuhan dan dunia. Dari Ibnu7 Bajjah dijumpai pemikiran filsafat tentang materi dan bentuk, psikologi, akal dan pengetahuan, Tuhan, Sumber Pengetahuan, politik, etika, dan tasawuf. Dari Ibnu Tufail dikemukakan pemikiran filsafat tentang akal dan wahyu sebagai yang dapat saling melengkapi yang dikemas dalam novel fiktifnya berjudul Hay Ibnu Yaqzan yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia; tujuan risalah, doktrin tentang dunia, tuhan, kosmologi cahaya, epistomologi, etika, filsafat dan agama. Selanjutnya dari Ibnu Rusyd, dikemukakan pemikiran filsafat tentang hubungan filsafat dari agama, jalan menuju Tuhan, jalan menuju pengetahuan, jalan menuju ilmu, dan jalan menuju wujud. Dalam pada itu dari Nasir al – Din Tusi dikemukakan pemikiran filsafat tentnag akhlak nasiri, ilmu rumah tangga, politik sumber filsafat praktis, psikologi, metafisika, Tuhan, cretio exnihilo, kenabian, baik dan buruk, serta logika. Selain mengemukakan berbagai pemikiran filosofis sebagaimana tersebut diatas, Horrassowitz juga mengmukakan mengenai riwayat hidup serta karya tulis dari masing – masing tokoh tersebut. Untuk mendalami berbagai pemikiran filosof tersebut siulakan anda langsung membaca buku tersebut, karena di sini hanya dikemukakan dari sisi penelitiannya saja.
Dengan demikian jelas terlibat bhawa penelitiannya termasuk
penelitian kualitatif. Sumbernya kajian pustaka. Metodenya deskriptis analitis, sedangkan pendekatannya historis dan tokoh. Yaitu bahwa apa yang disajikan berdasarkan data – data yang ditulis ulama terdahulu, sedangkan titik kajiannya adalah tokoh.
Penelitian serupa itu juga dilakukan oleh Majid Fakhry. Dalam
bukunya berjudul A History of Islamic Philosophy dan diterjemahkan oleh Mulyadi Kartanegara menjadi Sejarah Filsafat Islam, majid Fakhri selain menyajikan hasil penelitiannya tentang ilmu kalam, Mistisisme daqn kecenderungan – kecenderungan moderndan kontemporer juga berbicara tentang filsafat. Khusus dalam bidang filsafat, ia berbicara tentang al – Kindi, Ibnu al – Rawandi, al – Razi, Abu Hayyan al – Tauhidy, Ibnu Miskawaih, Yahya bin ;Adi, Ibnu Massarah, Al – Majrithi, Ibnu bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd, al – Suhrawandi dan Shadr al – Din al – Syirazi. Majid Fakhry selain mengemukakan riwayat hidup dan karya – karya bdari masing – masing tokoh tersebut juga mengmukakan pemikirannya dalam bidang filsafat.
Penelitiannya tersebut nampaknya menggunakan campuran.
Yaitu selain menggunakan pendekatan historis juga menggunakan pendekatan kawasan, bahkan pendekatan substansi. Melalui pendekatan histories, ia mencoba meneliti latar belakang munculnya berbagai pemikiran filsafat dalam islam. Sedangkan dengan pendekatan kawawsan, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang dihasilkan dari berbagai tokoh tersebut. Untuk lebih mendalami materi kajian yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut silakan anda langsung menelaah buku tersebut.
Dalam pada itu Harun Nasution, juga melakukan penelitian
filsafat deangan menggunkan pendekatan tokoh dan pendekatan histories. Bentuk penelitiannya deskriptif dengan menggunakan bahan – bahan bacaan baik yang ditulis oleh tokoh yang bersangkutan maupun penulis lain yang berbicara mengenai tokoh tersebut. Dengan demikian penelitiannya bersifat kualitatif. Melalui pendekatan tokoh, Harun Nasution mencoba menyajikan pemikiran filsafat berdasarkan tokoh yang ditelitinya yang dalam hal ini al – Kindi, al – Farabi, Ibnu Sina, al – Ghozali dan Ibnu Rusyd. Sedangkan dengan pendekatan histories, harun Nasution mencoba menyajikan tentang sejarah timbulnya pemikiran filsafat Islam yang dimulai dengan kontak pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan serta falsafat Yunani. 3.Model Ahmad Fuad Al – Ahwani
Ahmad Fuad Al – Ahwani ntermasuk pemikir modern dari Mesir
yang banyak mengkaji dan meneliti bidang filsafat Islam. Salah satu karyanya dalam bidang filsafat berjudul Filsafat Islam. Dalam bukunya ini ia selain menyajikan sekitar problem filsafat Islam juga menyajikan tentang zaman p;enerjemahan, dan filsafat yang berkembang itu kawasan masyriqi dan maghribi. Di kawasan maghribi ia kemukakan nama al – Kindi, al – farabi, dan Ibnu Sina. Sedangkan di kawasan maghribi kemukakan Ibnu bajjah, Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd. Selain dengan mengemukakan riwayat hidup serta karya dari masing – masing tokoh filosof tersebut, juga dikemukakan tentang jasa dari masing – masing filosof tersebut serta pemikirannya dalam bidang filsafat. Dengan demikian metode penelitian yang ditempuh Ahmad Fuad Al – Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan – bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan penedekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan histories, pendekatan kawasan dan tokoh. Melalui pendekatan histories, ia mencoba menjelaskan latar belakng timbulnya pemikiran filsafat dalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh – tokoh filosof menurut tempat tinggal mereka, danm dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.
Berbagai hasil penelitian yang dilakuakan para ahli mengenal
filsafat Islam tersebut memberi kesabn kapada kita, bahwa pada umumnya penelitian yang diolakukan bersifat penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan – bahan bacaan sebagai sumber rujukannya. Metode yang digunakan umumnya bersifat deskriptif analistis. Sedangkan p- endekatan yang digunakan umumnya pendekatan histories, kawasan dan substansial. Penelitian dan pengkajian filsafat demikian sulit diharapkan dapat melahirkan para filosos. Penelitian tersebut belum berhasil mengangkat dasar pemikiran yang membentuk filsafat itu sendiri. Pengkaji filsafat biasanya terbiasa dengan diskusi dan perbincangan yang begitu mendalam tentang uraian – uraian dan kutipan filosof, hampir seolah – olah kutipan – kutipan filosof itu baru saja dihasilkan dan seolah – olah tidak mengalami kesulitan interprestasi yang melelahkan.
Berdasarkan informasi tersebut, sebenarnya masih terbuka luas
obyek penelitiannya di bidang filsafat Islam, yaitu obyek yang berkenaan dengan cara atau metode yang digunakan oleh para filosof terdahulu untuk kemudian dijadikan sebagai bahan perbenadingan untuk selanjutnya digunakan bagi kepentingan pengembangan pemikiran filsafat lebih lanjut.
Sesungguhnya masih banyak hasil penelitian yang dilakukan
para ahli di bidang filsafat Islam yang tidak dikemukakan seluruhnya di sini. Ahmad hanafi, MA. Misalnya menulis buku berjudul pengantar filsafat Islam. Dalam buku yang merupakan hasil penelitian kepustakaan itu dikemujkakan tentang pemikiran filsafat al – Kindi, al – farabi, Ikhwanusshafa, dan Ibnu Sina. Fazlur Rahman dalam bukunya Islkam juga memuat pembahasan tenatnag filsafat Islam yang didasarkan pada rujukan di bidang keifilsafatan. Fazlur Rahman mengatakan bahwa sistem filsafat Islam yang disusun merupakan suatu kresai mulia dalam kebudayaan Islam. Dalam system itu sendiri terdapat suatu hasil yang mengagumkan baik dalam landasan etosnya maupun dalam struktur aktualnya. Filsafat itu menggambarkan suatu bagian penting yang murni dalam pemikiran manusia, karena ia berada dalam ambang antara masa purba dan masa modern. Namun berhadapan dengan agama Islam, filsafat itu menciptakan suatu situasi yang berabahay untuk dirinya sendiri. Dalam doktrin – doktrin filsafat actual tidak terlalu banyak menerangkan pekerjaan – pekerjaan keduaniaan yang berabhaya, namun dipergunakan dalam beberapa kebijaksanaan putusan agama dan merupakan implikasinya terhadap syari’ah.
Apa yang dikemukakan para peneliti terhadap pemikiran filsafat
Islam tersebut nampak selalu menyajikan tokoh yang dari satu sisi ada tokoh yang bersamaan diteliti, dan ada pula tokoh yang tyidak diangkat oleh peneliti yang satu, namun oleh peneliti lainnya diangkat. Kita tidah tahu persisi mengapa hal ini terjadi. Apakah karena keterbatasan sumber rujukan yang dimiliki masing – masing, atau karena maksud lainnya yang disebabkan karena peneliti tersebut kurang tertarik atau tidak sejalan dengan tokoh filosof yang ditelitinya. Dewasa ini setahap demi setahap pemikiran filsafat Islam atau berpikir secara filosof sudah mulai diterima masyarakat. Berbagai kajian di bidang keagamaan selalu di lihat dari segi pemikiran filosofnya, sehingga makna substansial, hakikat, inti dan pesan spiritual dari setiap ajaran keagamaan tersebut dapat ditangkap dan dihayati dengan baik. Tanpa bantuan filsafat, maka masyarakat akan cenderung terjebak kedalam bentuk ritualistic semata, tanpa tahu apa pesan filosofis yang terkandung dalam ajaran tersebut. Filsafat juga semakin diperlukan dalam situasi yang semakin memadu dan menyatu antara satu bidang pengetahuan dengan pengetahuan lainnya Kesimpulan Simpulan
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
1.Filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam
dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu. 2.perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). ... Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari.. 3.Ada beberapa Model penelitian filsafat Islam antara lain Model M. Amin Abdulla:Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber kepustakaan yang bercorak deskriptif analitis dan menggunakan pendekatan studi tokoh dan komparatif studi khususnya di bidang etika. Model Otto Horrassowitz , Majid Fakhry dan Harun Nasution:Penelitian yang dilakukan ketiganya termasuk penelitian kualitatif dan metodenya adalah deskriptis analitis. Akan tetapi pendekatan yang digunakan Otto H dan Harun Nasution adalah pendekatan historis dan tokoh sedangkan Majid Fakhry menggunakan pendekatan campuran antara historis, kawasan, dan pendekatan substansi. Model Ahmad fuad Al-Ahwani:Penelitian yang dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber kepustakaan yang sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif dan pendekatannya bersifat campuran antara pendekatan historis, kawasan dan tokoh