Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam
suatu variabel (Hadi, 2002).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).
1. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu daerah adalah
cuaca, iklim, kondisi tanah, sistem bercocok tanam, dan kesehatan lingkungan.
2. Faktor lingkungan biologi misalnya adanya rekayasa genetika terhadap tanaman dan produk
pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pangan dan gizi. Selain itu adanya interaksi
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi yaitu infeksi akan mempengaruhi status
gizi dan mempercepat malnutrisi.
4. Faktor lingkungan budaya. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat
pantangan, takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan
menjadi rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang
terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga.
5. Lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu
daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan oleh masyarakat.
Misalnya kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan yang memiliki pola konsumsi pangan dan
gizi yang berbeda. Selain status gizi juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, ketegangan
dan tekanan sosial dalam masyarakat.
6. Lingkungan politik. Ideologi politik suatu negara akan mempengaruhi kebijakan dalam hal
produksi, distribusi, dan ketersediaan pangan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBANTU TERCAPAINYA STATUS GIZI YANG BAIK
Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain (Barasi,
M.E, 2007: 90) :
1. Aktivitas fisik
Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin asupan makanan
yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang menunjang hidup mandiri dan
kemampuan menyediakan makanannya sendiri.
2. Interaksi sosial
Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka terhadap
makanan.
3. Pemilihan makanan
Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua kelompok makanan
dalam jumlah yang sesuai.
A. Antropometri
B. Klinis
C. Biokimia
D.Biofisik
A. Antropometri
1. Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
3. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang
sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat
badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Current Nutrirional Status).
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu.
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya,
seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat
berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan
tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan.
5. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
berat
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan pada
beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah garis
ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan metabolisme
yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan
perbedaan distribusi lemak tubuh.
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi, median sama
dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah
itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999
Kategori
Cut of point*)
Gizi Lebih >120%
Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9%
Gizi Kurang 60% - 69,9%
Gizi Buruk <60%
Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
2). Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil.
Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya
dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas
gizi buruk dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk
meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
B. Klinis
1. Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut,
dan organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2. Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
C. Biokimia
1. Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine,
tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2. Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi.
D.Biofisik
1. Pengertian
Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
2. Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
B.Statistik Vital
C.Faktor Ekologi
2. Penggunaan
Dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga,
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi
B.Statistik Vital
1. Pengertian
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2. Penggunaan
C.Faktor Ekologi
1. Pengertian
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis,
dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
2. Penggunaan
Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.
1). Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin
melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropometri. Apabila ingin
melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode
penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah
tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi.
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang
diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkatan
hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan
makanan , maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin
mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah biokimia. Jika ingin
membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti berat badan dan tinggi badan,
sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu pula apabila membutuhkan informasi
tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya menggunakan pengukuran faktor ekologi.
Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan akurasi yang
berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan pembesaran
kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan
paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini.
Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang
sangat tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang
mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas
tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya
fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri
relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan
biokimia.
6). Tenaga
7). Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode yang akan
digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, dan tahunan. Apabila kita ingin
menilai status gizi disuatu masyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya
dengan menggunakan metode antropometri.
8). Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai
status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode
lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian
status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi. (2009), Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi, Ketersediaan dan
Produksi Pangan. http:/ anianaharani.blogspot.com diakses pada 17 Pebruari 2011
2. Andrews, G, (2010), Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita: EGC. Jakarta
5. Baziad, Ali. (2003), Menopause dan Andropause: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
12. Nursalam. (2008), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Salemba Medika. Jakarta
14. Prasetyo, Iin. (2008), Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Menopause Dini di Desa
Kuncen, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. http://digilib.unimus.ac.id diakses pada
tanggal 7 Pebruari 2011
19. Tirtawinata, T.C. (2006), Makanan Dalam Prespektif Al Qur’an dan Ilmu Gizi: FKUI. Jakarta