Anda di halaman 1dari 43

KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

PRODUKSI (PPC)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1:
1.Livia Nurul Vika (190130075)
2.Nuraini (190130081)
3.Yolanda Anggreini Sitorus (190130088)
4.Al-Asral (190130090)
5.Afrina Rizki Miranda (190130108)

Dosen Pmbimbing
Ir. Bakhtiar ST., MT., IPM

Jurusan Teknik Industi


Fakultas Teknik
Universitass Malikussaleh
TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Perencanaan dan Pengendalian Produk” ini. Kami juga bersyukur atass
berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan-bahan materi makalah dari internet. Kami telah berusaha
semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang Perencanaan
dan Pengendalian Produksi.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, kerena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami
mohon bantuan dari dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan dan
Pengendalian Produksi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan merupakan
alternatif bacaan yang berguna bagi pembaca lainnya. Kepada sumber yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam
penilisan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya kami
mengucapkan terimakasih.

Lhokseumawe, 09 Oktober 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Pengendalian Produksi .......................... 3
2.2 Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi ..................................... 5
2.3 Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi ................................ 7
2.4 Aliran Proses Produksi ............................................................................. 8
E. Continuous Production .............................................................................. 11
2.5 Rangkaian Proses Produksi .................................................................... 12
2.6 Kerangka Kerja Perencanaan dan Pengendalian Produksi ..................... 14
2.7 Sistem Manufaktur ................................................................................. 23
2.8 Karakteristik Product Planing Control (PPC) ........................................ 29
2.9 Fungsi dan Komponen Perencanaan dan Pengendalian Produksi PPC .. 33
BAB III ................................................................................................................. 38
KESIMPULAN ..................................................................................................... 38
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dunia perindustrian, perencanaan sistem produksi sangat dibutuhkan baik
untuk perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa, karena akan menghasilkan
penentuan-penentuan tindakan atau aktivitas pada periode-periode mendatang.
Dengan adanya perencanaan sistem produksi ini, diharapkan agar proses produksi
dapat berjalan dengan lancar, tepat, akurat serta kondisi dan situasi yang ada di
lapangan. Kelancaran proses produksi dapat mengheamt biaya dan
mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh.
Perencanaan dan Pengendalian Produksi ditunjukkan untuk memberikan
pengertian mengenai masalah perencanaan dan pengedalian produk, serta
memberikan kemampuan mengenai masalah perencanaan dan pengendalian
mengenai masalah yang terkait dengan menggunkan teknik-teknik dasar
peramalan permintaan, penyusunan rencana agregat dan jadwal produksi induk,
manajemen persediaan yang independen, perencanaan kebutuhan material, dan
sebagainya.
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam bidang pengendalian persediaan dan
produksi modern, seseorang harus banyak terlibat dalam perhitungan, teknik
kuantitatif, dan metode yang terkait dalam penyelesaian permasalahan persediaan.
Pekerjaan yang terkandung dalam product planing control (PPC) secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang saling berkaitan, yaitu perencanaan
peroduksi dan pengendalian produksi. Perencanaan produksi dilakukan dengan
tujuan menentukan arah awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan dimasa
yang akan datang, mengenai apa, seberapa banyak, dan kapan harus dilakukan.
Karena perencanaan berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan
disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan
menggunakan beberapa asumsi.
Oleh karena itu, perencanaan tidak akan selalu memberikan sebagaimana yang
diharapkan dalam rencana tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat
harus dievaluasi secara berkala dengan jalan melakukan pengendalian. Pekerjaan

1
pengendalian produksi akan sangat bergantung kepada ada atau tidaknya
penyimpangan dalam pelaksanaaan produksi dibandingkan dengan rencana yang
akan dibuat sebelumnya. Bila penyimpangan yang terjadi cukup besar, maka perlu
diadakan tindakan-tindakan penyesuaian untuk membenahi penyimpangan yang
terjadi. Hasil penyesuaian yang dilakuakan tersebut akan dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana produksi selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tujuan dan konsep dasar product planing control (PPC) ?
2. Bagaimana aliran proses dan rangkaian proses produksi ?
3. Bagaimana kerangka kerja product planing control (PPC) ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tujuan dan konsep dasar product planing control (PPC)
2. Mengetahui aliran proses dan rangkaian proses produksi
3. Mengetahui kerangka kerja product planing control (PPC)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan produk merupakan tindakan antisipasi yntuk masa yang akan
datang sesuai dengan perioda waktu yang direncanakan. Sedangkan pengendalian
produksi merupakan tindakan yang menjamin bahwa semja kegiatan yang
dilaksanakan dalam perencanaan yang telah dilaksanakan dalam perecanaan telah
dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Menurut Vincent Gasperz (1998,p3) produksi merupakan fungsi pokok dalam
setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk
menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi
industri tersebut.
Secara umum, Perencanaan dan Pengendalian Produksi ( Production Planning
and Control , PPC) adalah proses untuk merencanakan dan mengendalikan aliran
material yang masuk, mengalir, keluar dari sistem produksi sehingga permintaan
pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan
biaya produksi yang minimum.
Secara umum perencanaan dan pengendalian produksi merupakan konsep dan
strategi yang sangat penting dalam dunia industri. Keberhasilan dalam
perencanaan dan pengendalian produksi membutuhkan perencanaan produksi
yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang di tetapkan.
Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelolah perencanaan produksi akan
mengakibatkan kegagalan dalam memenuhi target produksi, keterlambatan
pengiriman kepada pelanggan, dan kehilangan kepercayaan pelanggan yang
mengakibatkan reputasi dari perusahaan mengalami penurunan atau menghilang
sama sekali.
Baroto mengatakan perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) pada
industri manufaktur apapun akan memiliki fungsi yang sama. Aktivitas-aktivitas
yang ditangani oleh dapertemen PPC atai PPIC secara umum adalah sebagai
berikut:

3
1. Mengelolah pesanan (order) dari pelanggan
Para pelanggan memasukkan pesananan-pesanan untuk berbagai produk.
Pesanan-pesanan ini dimasukkan dalam jadwal produksi utama, jenis
produksinya make to order
2. Meramalkan permintaan
Perusahaan biasanya berusaha memproduksi secara lebih atau independen
terhadap fluktuasi permintaab. Permintaan ini perlu diramalkan agar
skenario produksi dapat mengantisipasi fluktuasi permintaan tersebut.
Permintaan ini harus dilakukan bila tipe produksinya adalah make to
stock.
3. Mengelolah persediaan
Tindakan pengelolaan persediaan berupa transaksi persediaan, membuat
kebijakan persediaan pesanan, kebijakan kuantitas pesanan produksi,
kebijakan frekuensi dan periode pemesanan, dan mengukur performasi
keuangan dari kebijakan yang dibuat.
4. Menyusun rencana agregat (penyusunan permintaan dengan kapasitas)
Pesanan pelanggan dan ramalan permintaan harus dikompromikan dengan
sumber daya perusahaan (fasilitas, tenaga kerja, keuangan, dan lain-lain.
Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja
untuk mesin dan tenaga kerja (reguler, lembur, dan subkontrak) secara
optimal untuk keseluruhan produk dan sumber daya secara terpadu (tidak
per produk).
5. Membuat jadwal induk produksi (JIP)
JIP adalah suatu rencana terperinci mengenai apa dan berapa unit yang
diproduksi pada satu periode tertentu untuk setiap item produksi. JIP
dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana agregat
ke dalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa). Yang akan di
realisasikan. JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh
dapertemen akan menjadi dasar dalam PPC. JIP ini akan di review secara
periodik atau bila ada kasus. JIP ini akan berubah bila ada hal yang harus
diakomodasikan.
6. Merencanakan kebutuhan

4
JIP yang telah berisi apa dan berapa van-e haris dibuat selanjutnya harus
diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen sub-assembely, dan bahan
pennjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material
bertujuan untuk menentukan apa, berapa dan kapan komponen, sub-
assembely, dan bahan penunjang lainnya yang harus disiapkan. Untuk
membuat perencanaan kebutuhan diperlukan informasi lain berupa
struktur produk (bill of material) dan catatan persediaan. Membuat
penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi
urutan pegerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu
penyelesaian, prioritas pengerjaan, dan lai-lain.
7. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas
produksi. Kemajuan demi tahap dimonitor dan dibuat pealporannya
unntuk dianalisa
8. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas
Bila realisasi tidak sesuai raencana, maka rencana agregat, JIP, dan
penjadwalan dapat diubah atau disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk
jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah
(menambah) kapasitas produksi.

Aktivitas tersebut dalam praktik tidak semua perusahaan melaksanakannya.


Fungsi tersebut berlaku secara umum. Ruang lingkup PPC tersebut perlu
dilakukan dengan tahapan yang sesuai dengan karakteristik produk dan kebijakan
produksi perusahaan agar perencanaan produksi di perusahaan menghasilkan
output yang optimal.

2.2 Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Setiap manajer produksi memikul tanggung jawab untuk melaksanakan
rencana dan tujuan perusahaan. Adapin tujuan umum perusahaan manufaktur
adalah memproduksi scara sukses, ekonomis, tepat waktu, sesuai dengan janji
yang diberikan, dan memperoleh keuntungan. Salah satu yang terpenting dalam
mendukung usaha untuk mencapai tujuan perusahaan manufaktur adalah
Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

5
Apabila tujuan atau rencana tersebut dapat dicapai, maka perusahaan
mencapai kondisi ideal dalam bentuk minimum biaya produksi, harga jual yang
rendah dan bersaing, serta dapat menguasai pangsa pasar secara luas. Secara
umum tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan disamping tercapainya
kelanjutan dan pengembangan usaha. Dengan keuntungan yang diperoleh tersebut
perusahaan akan mampu membayar kompensasi manajemen dan karyawan degan
baik dalam konteks tingkat konpensasi yang memadai dan ketepatan waktu
pembayaran, membayar tagihan dari orang ketiga, misalnya pembayaran sewa
listrik, sewa gedung, pajak, bahan mentah bahan baku, serta bahan pembantu dari
pihak pemasok, memelihara dengan baik peralatan produksi agar dapat berjalan
dengan lancar dan ekonomis, mengganti mesin-mesin dan peralatan lainnya yang
memang sudah saatnya harus diganti dan melakukan perluasan atau ekspansi
perusahaan sehingga dengan demikian perusahaan tersebut betul-bbetul maju dan
berkembang.
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari
Perencanaan dan Pengendalian produksi adalah sebagaai berikut.
1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan
efektif.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal
mungkin
3. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
4. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup luas
5. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk
sebagai fungsi dari waktu.
6. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika
terjadi penyimpangan.
7. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku
yang akan dibeli.
8. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.

6
9. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang
ditentukan
10. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan
tenaga kerja yang terperinci.
11. Merencanakan dan mengendalikan arus bahan-bahan memasuki suatu
proses dan keluar dari pabrik.

Selain dari tujuan yang diaatas tujuan utama dari Perencanaan dan
Pengendalian Produksi adalah pelayanan bagi konsumen, meminimumkan
investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi san
pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitass, pemyimpanan dan
pergerakan material, peralatan, routing dan proses planning, dan sebagainya.

2.3 Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi


1. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang berhubungan dengan hal strategis,
pengambilan keputusan tanggung jawab dan sebagainya. Kegiatan
perencanaan jangka panjang meliputi:
 Kegiatan peramalan usaha
 Perencanaan jumlah produk dan penjualanan
 Perencanaan produksi
 Perencanaan kebutuhan bahan
 Perencanaan finansial
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan ini memiliki jangka waktu enam bulan hingga dua tahun
kedepan. Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan:
 Perencanaan kebutuhan kapasitas
 Perencanaan kebutuhan material
 Jadwal induk produksi
 Perencanaan kebutuhan distribusi

7
3. Perencanaan jangka pendek
Kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan jangka pendek adalah
sebagai berikut:
 Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir
 Perencanaan dan pengendalian input-output
 Penegndalian kegiatan produksi
 Perencanaan dan pengendalian purchase

2.4 Aliran Proses Produksi


Aliran proses produksi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut:
A.Fixe Site (Project)
Pada tipe project, material, tools dan personel di alokasikan pada produk
yang dibuat. Secara ekstrim dikatangan bahwa tidak ada aliran produk pada tipe
ini, tetapi masih terdapat urutan operasi. Kebutuhan khusus/spesial yang
memerlukan kreativitas dan keunikan. Hal ini sulit diotomatiskan pada proses
manufaktur, karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya yang
tinggi dengan perencanaan dan pengendalian yang sulit, sebab berat pada tahap
definisi intial dengan tingkat perubahan-perubahan dan inovasi yang tinggi.
Project (Proyek) merupakan sistem produksi yang biasanya diaplikasikan
pada produk-produk yang agak rumit dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya.
Fungsi-fungsi pada organisasi seperti perencanaan, pembelian, desain, produksi
dan pemasaran harus diintegrasikan dengan baik sesuai dengan urutan tahap dan
waktu penyelesaian sehingga proyek yang bersangkutan dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dengan biaya produksi yang telah ditetapkan. Sistem produksi
Project (Proyek) juga memiliki urutan-urutan operasi untuk menunjang
pencapaian target proyek akhir.
Karakteristik dari sistem produksi Project ini adalah memiliki fleksibilitas
yang tinggi namun volume produksinya sangat rendah. Biasanya unit/produk yang
diproduksi tersebut diletakan di tempat yang tetap (tidak berpindah-pindah) dan
semua sumber daya yang diperlukan akan dibawa ke tempat tersebut.

8
Contoh produksi yang menggunakan sistem produksi Project diantaranya
seperti produksi Kapal, pesawat terbang, bangunan Jembatan, gedung dan Mesin-
mesin besar.

B. Job Sop
Pada proses job shop , man, machine dikelompokkan menjadi stassiun kerja
(semua borr pada satu stasiun kerja, gerinda dan sebagainya). Aliran produkdan
job hanya pada stasiun kerja yang dibutuhkan. Job Shop adalah jenis aliran proses
produksi yang digunakan untuk produk-produk dengan jumlah produksi yang
sedikit tetapi banyak model atau variannya. Produk-produk “custom-made” yang
harus mengikuti desain unik dan spesifikasi khusus dari pelanggan dengan waktu
dan biaya yang ditentukan biasanya menggunakan jenis aliran proses produksi ini.
Tujuan dari Job Shop production ini adalah untuk memenuhi kebutuhan khusus
pelanggan. Pada umumnya, proses produksi dengan Job Shop ini tidak
menggunakan Jalur Produksi (Production Line) khusus untuk mengerjakannya.
Karakteristik beberapa dari proses produksi Job Shop Production adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki ragam produk atau Varian yang banyak dan rendah volume
produksi.
2. Menggunakan fasilitas dan mesin-mesin umum (general).
3. Tenaga kerja yang sangat terampil dan yang dapat menerima tantangan
pekerjaan atas keunikan produk yang dikerjakannya.
4. Memerlukan Persediaan bahan dan peralatan yang banyak.
5. Memerlukan perencanaan yang sangat terperinci terhadap setiap
permintaan dan kebutuhan.
Contoh produk-produk yang menggunakan Job Shop Production diantaranya
seperti Percetakan yang menerima desain poster-poster tertentu dengan jumlah
yang terbatas, pabrik fabrikasi yang menerima pesanan pembuatan peralatan
dengan desain khusus, pabrik pakaian yang membuat seragam dengan desain dan
jumlah yang ditentukan.

9
C. Flow Shop
Flow Shop Production adalah jenis proses produksi yang digunakan untuk
produk-produk yang dirakit atau diproduksi dalam jumlah banyak dan berturut-
turut (continuous). Sistem produksi Flow Shop ini menggunakan jalur produksi
(production line) untuk memproduksi produk-produknya. Semua produk
diproduksi dengan standar dan proses yang sama. Flow Shop Production ini
sering disebut juga dengan Mass Production atau Produksi Massal.
Karakteristik dari Flow Shop production adalah sebagai berikut ini :
1. Memiliki Standarisasi Produk dan urutan proses.
2. Menggunakan Mesin dan peralatan kerja khusus yang memiliki kapasitas
produksi dan tingkat output yang lebih tinggi.
3. Volume produksi yang tinggi.
4. Siklus produksi yang lebih pendek.
5. Perencanaan dan Pengendalian produksi lebih mudah dilakukan.
6. Penanganan material dapat dilakukan secara otomatis.
7. Persediaan material dapat lebih cepat untuk dikonversikan menjadi
penjualan (sales).
Contoh produk-produk yang menggunakan Flow shop production diantaranya
seperti pada produksi pakaian jadi ataupun pada produk elektronik komersil
(Televisi, Smartphone, DVD Player, Laptop).
Flow Shop memiliki 3 tipe yaitu sebagai berikut:
 Small Batch Line Flow
Mempunyai semua karakter flow shop tetapi tidak semua memperoses
produk yang sama secara terus menerus. Memperoses beberapa produk
dengan ukuran batch kecil, dengan kebutuhan setup per-batch. Digunakan
ketika biaya bisa dipertimbangkan, permintaan part rendah, dan non
diskrit. Contohnya yaitu farmasi.
 Large batch (repetitive) line flow
Memproduksi produk diskrit dalam volume besar tetapi tidak kontinu.
 Continius line flow
Merefer pada proses kontinu dan fluida bedak, logam, dan lain lain. Biasa
digunakan pada industri gula, minyak, dan logam lainnya.

10
D. Batch Production
Batch Production adalah sistem produksi yang termasuk repetitive production
(produksi berulang) yang berada diantara sistem produksi Job Shop dan Flow
Shop. Standarisasi produk pada Batch Production lebih baik dan Volume produksi
lebih tinggi jika dibandingkan dengan Job shop namun volume lebih rendah dan
tidak selalu terstandarisasi seperti flow shop (mass production). Metode
produksinya mirip dengan proses produksi dengan sistem Job Shop, perbedaannya
terletak pada jumlah atau volume yang akan diproduksinya yang lebih banyak dan
berulang-ulang.
Dibawah ini merupakan Karakteristik dari Batch Production :
1. Waktu produksi lebih pendek.
2. Tempat dan Mesin lebih fleksibel.
3. Tempat dan Mesin diatur untuk memproduksi produk dalam bentuk batch
dan diubah lagi pengaturannya untuk batch yang berikutnya.
4. Waktu dan biaya produksi lebih rendah dibandingkan dengan Job Shop

E. Continuous Production
Continuous Production adalah sistem produksi yang proses produksinya
berkesinambungan (continuously) terus menerus dan berulang-ulang. Fasilitas
Produksi disusun sesuai dengan urutan operasi dari proses pertamanya hingga
menjadi produk jadi dengan aliran material yang konstan. Jalur produksi
(production line) biasanya dialokasikan hanya untuk satu jenis produk saja.
Karakteristik Continuous Production adalah sebagai berikut ini :
1. Semua Tempat/Pabrik atau Mesin/peralatan kerja didedikasikan khusus
untuk satu jenis produk (tidak memiliki fleksibilitas sama sekali).
2. Material ditangani secara otomatis.
3. Proses operasi mengikuti urutan yang telah ditentukan.
4. Perencanaan dan Pengendalian dilakukan secara rutin.
5. Biaya per unit yang rendah karena volume produksi yang tinggi.
Contoh sistem produksi dengan proses Continuous Production adalah seperti
industri penyulingan minyak dan produk-produk pertambangan lainnya.

11
Tabel 2.1 Karakteristik Aliran Proses

Job shop Batch flow Small batch Large batch continious


line flow flow
Kelebihan Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas
tinggi tinggi tinggi bersaing rendah
Variasi Fleksibilitas Fleksibilitas Fleksibelitas Fleksibilitas Standard
tinggi sedang sedang s rendah
Implikasi Biaya tinggi Biaya tinggi Biaya Otomatis Otomatis
sedang
Permesinan Berfungsi Berfungsi Berfumhsi Berfungsi Berfungsi
umum umum umum khusus khusus
Strategi Make to Assemble to Assemble to Make to Make to
order order order syock stock

2.5 Rangkaian Proses Produksi


Rangkaian atau tahapan produksi secara umum dibagi menjadi empat tahap,
yaitu sebagai berikut:
1. Planning atau Perencanaan
Segala hal yang akan kita lakukan tentunya memerlukan perencanaan,
mulai dari kegiatan yang sangat sederhana sampai keputusan untuk
melakukan hal yang sangat besar dan berpengaruh untuk hidup kita.
Begitu juga dalam tahapan produksi secara umum tentunya sebelum segala
proses yang lain dilakukan, diperlukan suatu rencana agar produksi yang
dilakukan tidak kehilangan arah dan tujuan. Rencana yang telah dibuat
juga akan membantu menanggulangi masalah yang akan terjadi.
Contohnya , perencanaan penentuan produk yang akan dibuat, bahan yang
digunakan, waktu pengerjaan, hingga target hasil produksi. Hal-hal
tersebut adalah beberapa hal penting yang wajib dibuat dalam proses
perencanaan.
Lebih rinci, proses produksi yang pertama ini bertujuan menentukan
produk yang akan dibuat, bahan baku yang diguanaka, biaya proses
produksi, upah tenaga kerja, target jumlah produksi yang dilakukan.

12
2. Routing atau Penentuan Alur
Routing adalah sebuah proses yang digunakan untuk menetapkan dan
menentukan urutan suatu proses produksi. Dalam tahapan ini harus
menentukan alut produksi mulai dari prngolahan bahan baku,
pembentukan, pemolesan, penyelesaian, pengawasan kualitas produk,
sampai melakukan pendistribusian hasil produksi. Tahap ini harus
dilakukan secara tepat dan efisien agar produksi dapat berjalan
sebagaimana semestinya dan sesuai dengan yang seharusnya.
Selain menentukan urutan yang tepat dalam tahapan prioduksi, sebagai
seorang pemimpin, juga harus menentukan tenaga kerja yang tepat untuk
setiap urutan atau alutt yang telah dibuat. Tempatkan tenaga ahli sesuai
dengan bidang keahliannya. Jangan sampai memilih tenaga kerja yang
salah untuk ditempatkan pada suatu alur proses produksi yang tepat. Maka
tingkat keberhasilan produksi semakin besar.
3. Scheduling atau Penjadwalan
Scheduling atau penjadwalan adalah sebuah proses yang bertujuan untuk
menetapkan dan menentukan jadwal setiap alur produksi. Hal ini
dilakukan setelah alurnya rampung dibuat. Penjadwalaqn ini harus dibuat
dengan memperhatikan jam kerja para tenaga kerja dan lama dari setiap
alur produksi. Dalam praktiknya pada tahapan ini akan di buat sebuah
master schedule atau penjadwalan utama yang akan dipecah menjadi
jadwal utama yang lebih rinci dan jelas.
Selama membuat penjadwalan ini , buatlah jadwal yang sesuai dengan
setiap alurnya.akan menjadi semakin baik apabila memberikan sedikit jeda
dalam rentang antara jadwal alur satu dengan alur berikutnya. Waktu jeda
ini dapat berfungsi sebagai waktu yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah apabila terjadi. Dengan adanya jeda waktu ini,
maka rentang jadwal yang ditetapkan tidak akan terganggu sehingga
produksi selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4. Dispacting atau perintah untuk memulai produksi
Tahapan produksi secara umum yang terakhir aalah dispacthing yang
merupakan proses menetapkan dan menentukan proses memberikan

13
sebuah perintah untuk mulai melakukan prduksi. Setelah perencanaan,
penetapan alur, serta penjadwalan dilakukan dengan baik, maka
dispatching dilakukan untuk menjalankan produksi. Dalam dispatching ini
akan dicantumkan hasil tahapan tahapan sebelumnya. Mulai dari bahan
baku, akur produksi, hingga waktu produksi.
Dalam tahapan ini , pastikan produksi sesuai dengan rencana atau tahapan
sebelumnya. Jika terjadi kendala, maka hasil dari tahapan-tahapan
sebelumnya dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Jika tahapan ini mampu dilaksanakan dengan baik, maka dapat dipastikan
bahwa proses produksi akan berhasil.

2.6 Kerangka Kerja Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Sistem perencanaan dan pengendalian produksi terdiri dari beberapa sub-
sistem yang dirancang untuk mencapai secara utuh dua sasaran pokok
perencanaan dan pengendalian produksi yaitu tercapainya kepuasan pelanggan
dan tingginya tingkat utilisasi penggunaan sumber daya produksi. Agar sasaran
tersebut dapat dicapai secara maksimum maka seluruh sub-sistem harus secara
sinergik melakukan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian misalnya
perencanaan dan pengendalian bahan, kapasitas dan proses produksi.
Kerangka dasar sistem perencanaan dan pengendalian produksi yang
terintegrasi dan aliran informasi antar sub-sistem adalah seperti terlihat pada
Gambar 2.1. Kerangka dasar tersebut memperlihatkan dua tipe integrasi yaitu
pertama integrasai antara rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan
rencana operassional atau rencana eksekusi dilantai pabrik dan kedua ialah
integrasi antara unit-unit fungsioanal dalam setiap fase perencanaan.

14
Gambar 2.1 Kerangka dasar PPC

15
Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Rencana jangka panjang yang berjangka waktu paling lama lima tahun,
memuat isu-isu strategik bisnis yang meliputi antara lain penentuan bisnis aapa
yang perlu dikembangkan ke depan, dimana bisnis pemasaran, berapa besar
potensi permintaan pada masing-masing wilayah basis dan perkiraan prospek
distribusi permintaan pada sub-wilayah pasar. Hasil akhir dari perencanaan jangka
panjang ini ialah rencana agregat (agregate Plan).
Rencana jangka menengah yang berjangka waktu paling lama satu tahun
sering dikenal sebagai rencana kerja tahunan memuat omset tahunan yang
merupakan terjemahan rencana jangka panjang ke dalam rencana operasional.
Perencanaan ini meliputi penguraian product group menjadi satu-satuan produk
akhir (individuals end product) yang disusun dalam bentuk rencana induk
produksi (master production schedule atau mps). Rencana induk produksi adalah
suatu daftar yang memuat jumlah masing-masing produk akhir yang akan
dihasilkan per time-bucket. Time bucket biasanya dinyatakan dalam mingguan
sepanjang rentang/jangkauan waktu perencanaan (time horison)yang lamanya
enam sampai dua belas bulan.

Elemen-Elemen Sistem Perencanaan


Secara lebih rinci elemen-elemen atau sub-sistem dari sistem perencanaan dan
pengendalian produksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Businness planning
Penyusunan rencana tentang ruang lingkup bisnis yang akan dibangun atau
ditumbuhkan dimasa yang akan datang (limma tahun kedepan) yang
meliputi jenis produksi yang akan dikembangkan, wilayah pemasaran,
perkiraan volume produksi (dalam satuan kelompok produk) dan nilai
penjualanan. Rencana ini disusun dengan maksud dan tujuan
pengembanagan bisnis melalui penambahan unit kepada produksi baru.
 Demand manajemen
Permintaan pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan adalah kunci
kehidupan setiap bisnis. Supaya permintaan pelanggan tetap terpelihara \,
maka potensi permintaan pelanggan yang harus dikelolah dengan baik.

16
Dengan memperhatikan situasi dan prospek dimasa yang akan datang,
dilakukan peramalan tentang potensi permintaan pelanggan, membuat
perkiraan tetang kemungkinan distribusi dan jadwal permintaan antar
wilayah pemasaran potensial dan kemungkinan permintaan yang telah
disampaikan oleh para pelanggan.
 Marketing planning
Pada masing-masing wilayah pemasaran yang telah duidentifikasi dalam
businness plan, masukan dari demand manajemen kemudian dievaluasi
terutama mengenai produk-produk apa yang akan dinilai paling prospektif,
bagaimana segmen pasar dan saluran distribusi yang akan dibangun,
berapa besar target pangsa pasar yang dapat diharapkan dan perkiraan
prospek penjualan tahunan pada massing-masing segmen. Hasil marketing
planing ini sekaligus memberikan koreksi terhadap business plan.
 Agregate planning
Berdasarkan prospek penjualan penjualan tahunan, dibuat perkiraan
permintaan terhadap produk pertahun di pecah per time-bucket. Biasanya
satu time-bucket adalah satu minggu atau satu bulan. Dengan demikian,
perkiraan tentang jumlah atau volume kelompok produk dalam satu tahun
di break down menjadi permintaan mingguan atau bulanan dengan
memperhatikan flukruasi permintaan dari minggu ke minggu ke sepanjang
rentang waktu perencanaan (planning horizon).
 Resource planning
Untuk menguji kewajaran rencana agregat maka kebutuhan kapasitas
secara agregat dihitung dan dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia.
Kebutuhan kapasitas secara agregat diihitung berdasarkan jumlah
machine-hour yang tersedia untuk mengeksekusi rencana agregat. Apabila
kapsitas tidak memadai maka dipertimbangkan untuk menambah kapasitas
atau mengkoreksi rencana agregat
 Master production scheduling
Kelompok produk dalam rencana agregay dikeloborasi menjadi produk
akhir (end products) untuk setiap time-bucket yang ditunjukkan sebagai
jadawal induk produksi yang merupakan aroll-up kepada rencana agregat

17
iaah sebuah rencana yang memperlihatkan apa dan beraopa banyak
masing-masing produk yang akan dihasilkan pada setiap time bucket
sepanjang planning horizon. Yang dimaksud dengan produk dapat berupa
produk akhir (end product), komponen yang bersifat end item (item yanf
merupakan produk akhir yang siap untul dijual atau disimpan sebagai stok
bebas).
 Rought –cut capacity planning
Sama halnya dengan resourch planning, rought-cut capacity planning
menguji kewajaran jadwal induk produksi (master production sceduling)
dengan membandingkan jumlah machine-hour yang dibutuhkan dengan
machine-hour yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja
mengesksekusi master production schedule. Perencanaan kapasitas ini
dibuat untuk menghasilkan informasi dalam kebijakanpengadaan kapasitas
jangka menengah.
 F A Schedule
Final assembly schedule (jadwal perakitan untuk produk akhir) ialah
penyusunan jadwal operasi tahap akhir setelah semua part dan komponen
selesai dikerjakan. Dalam lingkunganassembly to orser, final assembly
schedule (FAS) mencakup perakitan terhadap pilihan-pilihan terhadap
part, komponen dan sub-assembies yang diambil dan persediaan untuk
dirakit sesuai dengan pesanan pelanggan. Dalam lingkungan makae to
stock, FAS adala jadwal yang dipersiapkan untuk proses operasi perakitan
termassuk pengujian mutu tahap akhir sehingga jadwal induk produksi
dapat dipenuhi.
 Inventory record
Inventory record merupakan suatu file yang berisikan status suatu part,
komponen, sub-assembly atau bahan yang dicatat dan di update setiap kali
terjai transaksi atas item-item tersebut. Masing-masing part, komponen,
sub assembly atau bahan baku memiliki inventory record tersendiri. Data
atau informasi sari inventory record dibutuhkan untuk mengetahui jumlah
bersih (net requirements). Suatu item harus di produksi setelah jumlah

18
kotor (gross requirements) item tersebut diketahui bedasarkan hasil
eksploitas bill of materials terhadap jadwal induk prouksi.
 Material requipments planning
Dengan bantuan bill of materials master production schedule dikolaborasi
ke dalam jadwal kebutuhan bahan yaitu part, komponen, sub assembly.bill
of material adalahh sebuah file komputer yang menjelaskan tata urutan dan
banyaknya item (part atau komponen) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan satu unit produk jadi. Yang dimaksud dengantata urutan
adalah tahapan dari masing-masing part dalam menyusun produk akhir
seperti ditunjukkan dalam product structure tree. Atas dasar tata urut ini,
maka bill of materials sering juga disebut goes imto file.
 Capacity requirements planning
Sama dengan rought-cut capacity requirements planning menguji
kewajiban material requirements scedule dengan membandingkan
kebutuhan kapasitas untuk mengeksekusi master production schedule
dengan kapasitas stasiun kerja yang tersedia. Capacity requirements
planning menghasilkan rencana kapasitas yang cukup rinci.
 Productions activity control
Sub sistem productions activity control (PAC) meliputi pemberian
perintah-perintah keja di lantai pabrik bedasarkan jadwal kebutuhan
bahan, penyusunan productions time-table ( jadwal mulai dan selesai
setiap order yang akan dikerjakan) , penjadwalan operasi dan
penentuanurutan operasi pada setiap stasiun kerja, penentuan rincian
beban kerja setiap stasiun kerja, menjadwal ulang operasi yang mengalami
keterlambatan, pembuatan laporan operasional yang berkaitan dengan atau
berisikan output yang dicapai, progress dan masalah yang dihadapi (order-
order yang terlambat selsesai, jumlah dan jenis part yang cacat pada setiap
stassiun kerja) di lantai pabrik, dan lain lain.
 Purchasing
Fungsi pembelian ( purchasing) meliputi pemilihan vandor, penyampaian
order-order pembelian, penjadwalan vendor dan mengikuti order
pembelian ( follow up ).

19
 Performance measurement
Pengukuran kinrja ( performance measurement ) memberikan informasi
kepada manajemen berdasarkan hasil evaluasi seberapa baik sistem
perencanaaan dan pengendalian beroperasi dalam mencapai tujuan dan
sasarannya. Pengukuran kinerja juga memberikan highlight tentang
permasalahanpada setiap area baik pada sisi perencanaan maupun sisi
pengendalian serta rekomendasi ytindakan yang perlu dilakukan.

Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat merupakan salah satu metode dalam perancanaan
produksi. Dengan menggunakan perencanaan agregat maka perencanaan produksi
dapat dilakukan dengan menggunakan satuan produk pengganti sehingga keluaran
dari perencanaan produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk (individual
produk). Jadi dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk
individual produk melainkan dalam bentuk agregat produk.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan
yaitu dengan melakukan manipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga
kerja, kapasitas atau variabel terkendali lainnya. Jika perubahan dilakukan
terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai
strategi murni (pure strategy). Sebaliknya, strategi gabungan (mixed strategy),
merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh
perencanaan produksi fleksibel.
1. Strategi Perencanaan Agregat Secara Murni (Pure Strategy)
Dikatakan pure strategy, jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel
sehingga terjadi perubahan laju produksi. Beberapa strategi murni yaitu:
a. Mengendalikan jumlah persediaan
Persediaan dapat dilakukan pada saat kapasitas produksi di bawah
permintaan (demand). Persediaan ini selanjutnya dapat digunakan
pada saat permintaan berada di atas kapasitas produksi.
b. Mengendalikan jumlah tenaga kerja
Manajer dapat melakukan perubahan jumalah tenaga kerja dengan
menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan laju

20
produksi yang diinginkan. Tindakan lainnya yang dapat dilakukan
yaitu dengan menambah jam kerja atau lembur.
c. Subkontrak
Subkontak dapat dilakukan untuk menaikan kapasitas perusahaan
pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan dapat dipenuhi.
d. Mempengaruhi demand
Karena perubahan permintaan merupakan factor utama dalam
masalah perencanaan agregat, maka pihak manajemen dapat
melakukan tindakan, yaitu dengan mempengaruhi pola permintaan
itu sendiri.
2. Strategi Perencanaan Agregat Secara Gabungan ( Mixed Strategy )
Setiap pure strategy akan melibatkan biaya yang besar dan sering pure
strategy menjadi tidak layak. Oleh karena itu, kombinasi dari pure strategy
ini menjadi mixed strategy ini lebih sering digunakan. Ketika suatu
perusahaan mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi
yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi
yang bervariasi tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan
yang sedang dihadapinya. Bagian pengendalian produksi dan bagian
pemasaran harus menghasilkan master schedule yang mencakup beberapa
kebijaksanaan perubahan dan prosedur pengoperasian

Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregat ini tetapi
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Dengan pendekatan optimasi:
a. Program Linier
b. Linier Decision Rule
c. Search Decision Rule

2. Dengan pendekatan heuristik:


a. Metode Grafik
b. Metode Koefisien Manajemen
c. Metode Parametric

21
Tidak semua metode ini akan dijelaskan, namun pada prisipnya semua metode
yang akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang
dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.

Metode penjadwalan
Menurut Ginting ada beberapa metode penjadwalan yang digunakan alam
strategi pejadwalan antara lain:
 Metode forward scheduling
Metode forward sceduling adalah metode yang dijadwalkan proses kerja
dalam setiap sumber daya sejak awal produksi dimulai (saat t=0) sampai
kebutuhan produk yang direncanakan selesai. Metode forward sering
dikatakan sebagai penjadwlan operasi yang bergerak searah dengan
pergerakan waktu (searah pergerakan jarum jam). Keunggulan
penggunaan metode forward adalah minimasi flow time sedangkan
kekurangan dari metode forward adalah kemungkinan due date tidak tepat
waktu.
 Metode backward scheduling
Metode backward scheduling adalah metode yang menjadawalkan
produksi mulai dari batas akhir diselesaikannya keseluryhan produk (due
date) kemudian bergerak mundur kebelakang sampai didapatkan waktu
dimuainya produksi. Keunggulan dari metode backward adalah tidak ada
produksi yang terlambat (sesuai dengan due date) sedangkan kekurangan
dari metode ini adalah penjadwalan tidak dapat mendeteksi adanya sumber
daya yang menganggur sehingga uti;itas sumber daya yang ada tiak dapat
digunakan secara maksimum.

22
2.7 Sistem Manufaktur
Pengertian Sistem Manufaktur
Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan akademis, namun
pengertian manufaktur nasih rancu hingga saat ini. Pengertian manufaktur yaitu
sebagai berikut:
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasid dan aktivitas yang
saling berhubungan untulk membuat suatu produk, meliputi:
 Perancangan produk
 Pemilihan material
 Perancangan proses
 Perencanaan produksi
 Produksi
 Inspeksi
 Manajemen
 Pemasaran
2. Produksi (Msnufscturing production) adalah serangkaian proses yang
dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah aktivitas
sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untul membuat produk, yaitu
proses permesinan maupun proses pembentukan lainnya.
4. Rekayasa manufakturr (manufacturing engineering) adalah kegiatan
perancangan, operasi dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem banufaktur (manufacturing system) addalah organisasi yang
melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling berhubungan,
dengan tujuan menjambatani fungsi produksi dengan fungsi-fungsi lain di
luar fungsi produksi, agar tercapai performansi produktivitas total sistem
yang optimal, seperti:
 Produksi
 Ongkos
 Utilitas mesin

23
Aktiviitas mesin manufaktur termasuk perancangan, produksi dan
pengendalian. Fungsi lain di luar sitem manufaktur yaitu:
 Akuntansi
 Keuangan
 Personal

Klasifikasi Sistem Manufaktur


Terdapat beberapa klasifikasi sistem manufaktur adalah:
1. Tipe produksi
Betrand, wortman & Wijingaard (1990) mengklasifikasikan sistem
manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 katagori, yaitu sebgai
berikut:
a. Make to Stock
Pada strategi make to stock (MTS) persediaan dibuat dalam bentuk
produk akhir yang siap di pal. Siklus dimulai ketika oerusahaan
menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku
dan membuatnya untuk disimpan. Komsumen akan memesan
produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan
kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan
tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasikan pada
proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat
persediaan yang dudasarkan pada order yang akan datang, bukan
pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih
besar. Contoh produk nya yaitu:
 Makanan
 Minuman
 Mainan
 Dan lain lain
b. Assembly to Order (ATO)
Strategi Assembly to Order (ATO), semua sub assembly masuk
pada persediaan. Ketika order suatu produk datang, perusahaan
dapat dengan mudah dan cepat merakit komponen menjadi produk

24
jadi. Strategi Assembly to Order (ATO) ini digunakan oleh
perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit
menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai „moderate
risk‟ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada
modul atau part. Contoh produk, yaitu:
 Automobile
 Elektronik
 Komputer komersil
 Restoran fast food yang menyediakan beberapa paket
makanan
 Dan lain lain
c. Make to Order (MTO)
Strategi make to order (MTO) , tidak ada persediaan. Produk
belum dibuat sebelum ad order. Ketika order datang, perusahaan
akan mengenbangkan desain produk beserta wakyu dan biaya yang
diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka
produk akan baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero
risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Contoh
produk yang menggunakan metode MTO adalah sebagai berikut:
 Kapal
 Komputer untuk militer
 Prototype
 Mesin baru
 Dan lain-lain
Opersi lebih di fokuskan pada spesifikasi order dari konsumen
daripada part nya itu sendiri.

Dari penjelasan strategi-strategi manufaktur, makak penggambaran masing-


masing strategi ini dapat kita bandingkan dengan mudah hanya dengan melihat
tabel 2.2 karakteristik berbagai sistem manufaktur, berikut ini.

25
Tabel 2.2 Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur

Karakteristik MTS ATO MTO ETO


Produk Standard Keluarga Tidak punya Customized
produk keluarha total
tertentu produk,
costum ized
Kebutuhan Dapat Tidak dapat
Produk diramalkan diramalkan
Kapasitas Dapat Tidak dapat
direncanakan di rencanakan

Waktu produksi Tidak penting Penting Penting Sangat


bagi penting
pelanggan
Kunci Logistik Perakitan Fabrikasi Seluruh
persaingan akhir akhir proses
Kompleksitas Distribusi Perakitan Manufaktur Engineering
operasi komponen
Ketidakjelasan Terendah Tertinggi
operasi
Fokus Marketing Inovasi Kapasitas Kontrak order
manajemen /distribusi pelanggan
puncak
Fokus Kontrol stock MPS dan Shop floor Manajemen
manajemen order control, proyek
menengah pelanggan pelanggan

d. Sistem manufaktur MTO- Repetitif


Sistem manufaktur make to order (MTO) adalah siste, manufaktur
yang beroperasi berdasarkan pesanan. Sestem manufaktur ini
dibagi menjadi dua yaitu MTO non-repetitif dan MTO repertitif.
Beberapa perbedaan kedua sistem MTO ini yaitu :

26
Tabel 2.3 Perbedaan sistem produksi MTO repetitif & non-repetitif

MTO Repetitif MTO non-repetitif


Karakteristik Pesanan berulang dalam Pesanan tidak berulang
pesanan waktu singkat atau berulang dalam
jangka waktu lama
Tindakan untuk Dilakukan dengan Dilakukan dengan
mengulang meningkatkan efisiensi meningkatkan efisiensi
setup setup dan mengatur setup
orderan yang akan di
proses
Kedua sistem MTO pada umumnya memiliki sistem produksi job
shop, agar bisa mengakomodasikan order dengan ukuran yang
kecil dan dengan spesifikasi setiap order yang berbeda. Akan
tetapi, untuk beberapacsistem manufaktur make to order yang
berperan sebagai sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi
flow shop, karena adanya kesamaan proses dalam sistem order
yang diterima, misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor,
perusahaan pebuat tirai aliumunium untuk jendela rumah dengan
berbagai ukuran, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi
untuk sistem manufaktur make to stock yang cenderung untuk
memproduksi produk-produk dalam jumlah besar dan variasi yang
sedikit. Pada sistem manufaktur MTS, peningkatan performansi
stasiun kerja dilakukan dengan memperbaiki cara kerja yang
dilakukan di setiap stasiun.
Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem produksi flow
shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja yidak hanya
dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan juga dengan
mengatur urutan order-order yang akan di proses. Parameter-
parameter lain yang membedakan sistem MTO repetitif dengan
sistem MTS dapat kita lihat pada tabel 2.4 dibawah ini:

27
Tabel 2.4 Perbedaan Antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif Flow Shop
Dan Make To Stock Flow Shop

MTO Repetitif Flow MTS Flow Shop


Shop
Respon terhadap Memperkecil waktu Mencari juadamlah
fluktasi demand penyelesaian inventori yang sesuai

Persediaan produk Tidak ada (siklus Ada


jadi pemesanan besar)

Saat mulai proses Jika ada pemesanan Sesuai hasil peramalan


produksi

Jumlah yang di Tergantung jumlah Sesuai hasil perencanaan


produksi pesanan produksi

Perrencanaan Perencanaan kapasitas Perencaanaaan jumlah


produksi yang di produksi

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem produksi


untuk sistem manufajtur make to order (MTO) dapat berupa job
shop maupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan
pengertian setiap order. Sistem make to order (MTO) repetitif
memiliki sistem produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya
tidak mengikuti produksi flow shop diterapkan jika urutan
pengerjaan setiap order akan di proses di stasiun kerja tertentu
untuk sistem manufaktur make to otder (MTO) repetitif job sho[
akan relatif lebih kompleks dibandingkan sistem manufaktur make
yto order (MTO) repetitif flow shop.

28
2.8 Karakteristik Product Planing Control (PPC)
Berikut ini merupakan karakteristik dari perencanaan dan pengendalian
produksi (Product planning control, PPC), adalah sebagai berikut:
1. Berjangka waktu
Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks. Proses tersebut
memerlukan keterlibatan macaqm-macam tingkat keterampilan tenaga
kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara
terus menerus dalam jangaka waktu yang sangat lama.
Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola permintaan, tersedianya
bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintah,
persaingan, dan lain lain, selalu menunjukkan pola yang tidak menentu
dan akan selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu
berubah dari waktu kewaktu. Oleh karena itu suatu perusahaan tidak
mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan
selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan
sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena
perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya,
maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana
produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa
dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup
periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut
sudah di capai.
Dalam perencanaan produksi, terdapat tiga jenis perencanaan berdasarkan
periode waktu yang dicakup oleh perencanaan tersebut, yaitu:
 Perencanaan Produksi Jangka Panjang
 Perencanaan Produksi Jangka Menengah
 Perencanaan Produksi Jangka Pendek
2. Berjenjang
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan
digunakan untuk selamanya. Perancanaan produksi harus dilakukan secara
bertahap dan berjenjang. Artinya, perencanaan produksi akan bertingkat
dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level

29
rendah, di mana perencanaan produksi pada level yang lebih rendah adalah
merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka,
maka dapat dijelaskan secara lebih mendalam sebagai berikut:
Pemilihan jenis perancangan produksi yang tepat bagi suatu perusahaan
bergantung kepada beberapa faktor, yaitu faktor eksternal berupa pangsa
pasar yang diraih, struktur ekonomi, dan lainnya serta faktor internal
berupa ide manajemen dalam menghadapi tantangan ke
depan, ketersediaan tenaga ahli dan pelaksanaanya, dan lainnya. Yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis perencanaan produksi
tersebut adalah untuk berapa lama perencanaan produksi tersebut
disiapkan. Dalam hubungannya dengan horizon waktu perencanaan, maka
perencanaan produksi dapat dibagi menjadi perencanaan produksi jangka
panjang, perencanaan produksi jangka menengah, dan perncanaan
produksi jangka pendek. Masing-masing tipe perencanaan produksi
tersebut akan berbeda dalam macam informasi yang menjadi inputnya,
jangkauan keterbatasan yang dimiliki, serta jumlah variabel yang dapat
dikontrol oleh pihak manajemen.
3. Terpadu
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti :
 Bahan Baku
 Mesin Dan Peralatan
 Tenaga Kerja
 Waktu
Kesemua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang
direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan
atas perkiraan. Masing-masing faktor tidak direncanakan sendiri-sendiri
sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang
dimiliki perusahaan, tetapi dibuat dengan mengacu pada satu rencana
terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait
dengan rencana-rencana lain yang berpengaruh langsung terhadap rencana

30
produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan
material, dan sebagainya.
Keterpaduan tersebut tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara
vertikal. Hal tersebut berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada
rencana jangka menengah dan rencana jangka menengah harus terpadu
dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya.
4. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan
masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka
harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana
baru tersebut harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana
sebelumnya. Hal yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan, yang
telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut merupakan
kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.
5. Terukur
Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu
dimonitor untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana
yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan,
maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang harus diukur,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya
penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi yang bisa
dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin dan lain-lain. Jika
dalam realisasinya nanti tidak memenuhi target produksi, maka dengan
mudah dapat diukur berapa besar penyimpangan tersebut, sehingga
hasilnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan menyusun rencana
berikutnya Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi
akan selalu dimonitor untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari
rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang
harus diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan
ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target

31
produksi yang bisa dinyatakan dalam satuan unit produk, kilogram, lusin
dan lain-lain. Jika dalam realisasinya nanti tidak memenuhi target
produksi, maka dengan mudah dapat diukur berapa besar penyimpangan
tersebut, sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
menyusun rencana berikutnya.
6. Realistis
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada
di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang
realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada
saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi dibuat terlalu muluk
tanpa memperhitungkan kondisi yang ada padaperusahaan, maka
perencanaan yang dibuat tidak akan berguna karena target produksi yang
ditetapkan sudah pasti tidak dapat dicapai. Selain itu penyimpangan
pelaksanaannya tidak akan dapat diketuahui karena pelaksanaanya tidak
akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat rencana yang
realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana uuntuk berusaha
mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.
7. Akurat
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi yang akurat
tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang
dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan.
Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi akan
berakibat fatal terhadap rencana produksi yang disusun. Demikian pula
perhitungan yang dilakukan dalam penetuan nilai variabel produksi
berdasarkan nilai parameter produksi harus dilakukan seteliti mungkin,
sehigga tidak akan terjadi kesalahan yang sama
8. Menantang
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal tersebut
bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan
mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan
target yang dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

32
Product planning control seringkali disebut pula dengan istilah PPC.
Istilah ini sebenarnya memiliki makna yang sama dengan perencanaan dan
pengendalian produksi. Perencanaan dan pengendalian produksi pada
dasarnya merupakan sebuah proses yang dilakukan baik oleh sebuah
organisasi maupun oleh sebuah perusahaan untuk merencanakan dan
mengendalikan seluruh aliran material yang masuk dan keluar pada sistem
produksi yang terjadi di perusahaan terkait.
Dengan adanya aktivitas ini maka permintaan pasar akan suatu produk
bisa dipenuhi. Bahkan pemenuhan produk yang diminta oleh pasar ini bisa
dilakukan dalam jumlah yang tepat. Oleh karena itu perencanaan dan
pengendalian produksi ini haruslah dilakukan di tiap perusahaan terutama
pada industri manufaktur. Namun tentunya segala hal yang berkaitan
dengan PPC ini haruslah dipahami dengan benar. Termasuk pula segala
komponen atau aspek yang ada di dalamnya serta apa saja yang harus
dilakukan dalam proses PPC ini agar PPC bisa optimal.

2.9 Fungsi dan Komponen Perencanaan dan Pengendalian Produksi PPC


A. Fungsi Perencanaan Dan Pengendalian Produksi
Ada beberapa fungsi perencanaan dan pengendalian produksi yaitu sebagai
berikut:
 Mengelolah pesanan
Fungsi pertama dari product planning control adalah sebagai
pengelola pesanan. Dalam hal ini perusahaan bisa melakukan
perencanaan dan pengendalian produksi berdasarkan pada hasil
survey mengenai kebutuhan dan permintaan pasar. Maka sebelum
melakukan aktivitas produksi tentunya seluruh pesanan atau
permintaan bisa diketahui secara lebih pasti. Maka setiap
permintaan dari konsumen bisa dipenuhi oleh perusahaan. Dalam
hal ini barang yang diproduksi bisa sesuai jumlahnya dengan
permintaan pasar dan konsumen.

33
 Memperkirakan permintaan
Adanya hasil survey mengenai pengelolaan pesanan juga bisa
membuat perusahaan untuk melakukan perkiraan mengenai jumlah
permintaan dari konsumen. Dengan adanya perkiraan mengenai
permintaan ini maka jumlah produksi barang bisa sesuai. Maka
tidak akan ada barang yang kelebihan dalam proses produksi.
Sebab barang yang kelebihan dan tertimbun bisa saja menimbulkan
kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu perkiraan jumlah
permintaan perlu diadakan.
 Merencanakan aktivitas produksi
Fungsi selanjutnya dari product planning control adalah untuk
melakukan perencanaan mengenai aktivitas produksi. Suatu
aktivitas produksi memang harus direncanakan dengan tepat
sehingga proses produksi bisa dilangsungkan dengan benar.
Aktivitas produksi sebaiknya direncanakan mulai dari perencanan
bahan mentah sampai dengan pengawasan stock barang yang siap
untuk dipasarkan. Dengan demikian seluruh proses produksi bisa
berjalan dengan langkah dan tahapan yang tepat.
 Mempersiapkan kebutuhan produksi
Dengan adanya perencanaan dan pengendalian produksi maka
segala kebutuhan produksi bisa diprediksi dan diperkirakan secara
lebih tepat. Jadi segala hal yang berkaitan dengan produksi
nantinya bisa dipersiapkan sejak awal. Tentu saja hal ini akan
menghindarkan proses produksi dari segala macam kendala yang
mungkin saja timbul. Dengan adnaya PPC maka diharapkan agar
proses produksi tidaklah sampai mengalami hambatan dalam
proses pelaksanaannya. Oleh karena itu perencanaan dan
pengendalaina haruslah ada di setiap aspek dalam aktivitas
produksi. Lebih tepatnya lagi dimulai dari aktivitas pengadaan
bahan baku hingga proses persiapan barang untuk dikirimkan ke
konsumen.

34
 Memonitor aktivitas produksi
Aktivitas produksi juga sudah tentu harus dimonitor agar bisa
berjalan secara optimal. Melalui pengawasan inilah maka nantinya
segala hambatan dalam proses produksi bisa diatasi. Dengan
adanya aktivitas monitor inilah maka nantinya setiap aspek dalam
proses produksi bisa teratasi dengan baik. Di dalam perencanaan
aktivitas monitor sebaiknya dilakuakn pula pelibatan dengan
berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Maka nantinya
aktivitas monitor bisa dialkukan dengan berdasar pada kebijakan
atau peraturan yang ada.
 Mengevaluasi kegiatan
Hal terakhir yang merupakan fungsi dari PPC adalah melakukan
evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
proses produksi. Maka akhirnya bisa dilihat apakah proses
produksi sudah berjalan sesuai dengan perencaan awal ataukah
belum. Jiak memang aktivitas produksi belum sesuai dengan
perencanaan awal maka bisa dialkukan suatu perbaikan agar proses
produksi semakin maksimal.

B. Komponen Perencanaan Dan Pengendalian Produksi (PPC)


Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh perushaan dalam
perencanaan dan pengendalian produksi (PPC), yaitu sebagai berikut:
 Riset pasar
Salah satu hal yang perlu untuk dilakukan dalam menerapkan PPC
adalah melakukan riset pasar. Dengan melakukan riset pasar maka
nantinya akan diperoleh hasil yang antara lain berupa respon pasar
atau permintaan pasar akan suatu produk. Maka perusahaan bisa
menggunakan hasil riset pasar tersebut untuk menyelenggarakan
proses produksi. Melalui hasil riset pasar yang telah didapatkan
maka perusahaan bisa memperkirakan atau meramalkan kebutuhan
pasar terhadap produk yang akan diproduksi. Jadi jumlah produksi

35
bisa disesuaikan dengan permintaan pasar agar jumlahnya tidak
kurang dan tidak berlebih.
 Desain produk
Komponen lainnya dari PPC yaitu desain produk. Desain produk
juga perlu diperhatikan secara lebih baik agar selalu menarik.
Maka dari itu desain produk harus direncanakan dengan baik.
Sebab pada dasarnya desai dari suatu produk bisa membuat
konsumen menjadi semakin tertarik dengan ptoduk yang dilihat.
Maka peluang bagi timbulnya keinginan untuk membeli produk
bisa semakin meningkat. Oleh karena itu perancangan desain
produk haruslah diusahakan secara maksimal agar bisa membuat
produk selalu tampak menarik. Oleh karena itu desain produk
haruslah masuk ke dalam bagian perencanaan agar bisa membuat
usaha atau bisnis berjalan lancar.
 Proses produksi
Hal selanjutnya yang juga harus direncanakn dengan matang ada
lah proses produksi. Dalam hal ini setiap perusahaan haruslah
mengerti benar tentang alur proses produksi. Selain itu apa yang
akan dilakukan pada proses produksi dan bagaimana metode atau
sistem yang digunakan. Selain itu perusahaan juga harus memiliki
perencanaan yang matang tentang bahan mentah atau bahan baku
yang akan digunakan. Tidak hanya bahan mentah atau bahan baku
saja tetapi juga seluruh sarana pendukung proses produksi juga
perlu dipikirkan secara matang. Jadi seluruh proses produksi
haruslah dilakukan dengan perencanan dan di bawah kontrol agar
bisa memenuhi permintaan pasar.
 Pemasaran
Komponen terakhir dalam product planning control adalah aspek
pemasaran. Aspek pemasaran juga perlu dikelola dengan baik.

36
Sebab pada dasarnya pemasaran merupakan hal yang dilakukan
tepatnya setelah proses produksi selesai. Artinya batang yang telah
diproduksi akan menjadi barang yang siap dipakai dan siap
dipasarkan. Oleh karena itu aktivitas pemasaran sebaiknya bisa
mendukung proses penyampaian produk ke konsumen.

37
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka kita bisa menarik kesimpulan dari materi
perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah sebagai berikut:
1. Secara umum perencanaan dan pengendalian produksi merupakan konsep
dan strategi yang sangat penting dalam dunia industri. Keberhasilan dalam
perencanaan dan pengendalian produksi membutuhkan perencanaan
produksi yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang di
tetapkan.
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan usaha manajemen
untuk merencanakn dasar proses produksi dan aliran bahan, sehingga
menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktunya, dengan biaya
seminimal mungkin, serta mengatur dan menganalisis organisasi dan
koordinasi bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan, tenaga manusia dan
tindakan-tindakan lain yang dibutuhkan.
Tujuan utama dari Perencanaan dan Pengendalian Produksi adalah
pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi pada persediaan,
perencanaan kapasitas, pengesahan produksi san pengesahan pengendalian
produksi, persediaan dan kapasitass, pemyimpanan dan pergerakan
material, peralatan, routing dan proses planning, dan sebagainya.
2. Aliran proses produksi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
sebagai berikut:
 Fixe site (Project)
 Job shop
 Flow shop
 Flow shop dibagi menjadi 3 yaitu:
 Small Batch Line Flow
 Large batch (repetitive) line flow
 Continius line flow

38
 Batch production
 Continious production
Rangkain atau tahapan perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) dibagi
menjadi 4 yaitu:
 Planning atau Perencanaan
 Routing atau Penentuan Alur
 Scheduling atau Penjadwalan
 Dispacting atau perintah untuk memulai produksi
3. Sistem perencanaan dan pengendalian produksi terdiri dari beberapa sub-
sistem yang dirancang untuk mencapai secara utuh dua sasaran pokok
perencanaan dan pengendalian produksi yaitu tercapainya kepuasan
pelanggan dan tingginya tingkat utilisasi penggunaan sumber daya
produksi. Agar sasaran tersebut dapat dicapai secara maksimum maka
seluruh sub-sistem harus secara sinergik melakukan fungsi-fungsi
perencanaan dan pengendalian misalnya perencanaan dan pengendalian
bahan, kapasitas dan proses produksi.
Kerangka dasar tersebut memperlihatkan dua tipe integrasi yaitu pertama
integrasai antara rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan
rencana operassional atau rencana eksekusi dilantai pabrik dan kedua ialah
integrasi antara unit-unit fungsioanal dalam setiap fase perencanaan.

39
DAFTAR PUSTAKA

https://bougenvillesmkn1.blogspot.com/2019/08/nama-bougenville-devi-rosalina-
dina.html
https://markey.id/blog/marketing/tahapan-produksi
https://www.academia.edu/14708881/BAB_V_Sistem_Perencanaan_dan_Pengen
dalian_Produksi_5_1_Funsi_Perencanaan_dan_Pengendalian
https://www.academia.edu/24594249/PENGANTAR_PERENCANAAN_DAN_P
ENGENDALIAN_PRODUKSI
https://www.academia.edu/24594249/PENGANTAR_PERENCANAAN_DAN_P
ENGENDALIAN_PRODUKSI
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://e-
journal.uajy.ac.id/6823/3/TI206341.pdf&ved=2ahUKEwjDw7iXzbzzAhVyzjgGH
Vu2Am8QFnoECDIQAQ&usg=AOvVaw3H9zgGWOzmIkXlgV5sB6Co
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ppic1908.blogs
pot.com/2016/07/konsep-dasar-perencanaan-
produksi.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiUuNTrsrrzAhUUdCsKHaXkCzUQF
noECAQQAQ&usg=AOvVaw3IJTAWIB6zdxBKFwEc_ru_
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.polte
kapp.ac.id/id/eprint/110/8/Nisa%2520Meilasani_160101021_BAB%2520II.pdf&
ved=2ahUKEwi94rrq-
LrzAhVadCsKHY_jDUsQFnoECCkQAQ&usg=AOvVaw3xhMfwJScamqz45Qd
Kc86A
https://www.jojonomic.com/blog/product-planning-control/
https://www.jojonomic.com/blog/product-planning-control/

40

Anda mungkin juga menyukai