Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah rancang bangun
sistem ekonomi islam.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada saat ini sangat di pengaruhi oleh globalisasi yang sangat tinggi
dan berkembang begitu cepat. Globalisasi ini berkembang begitu cepat sehingga masuk
dalam geografis, kebudayaan, dan kemajuan bagsa-bangsa, sehingga pendidikan terkena
dampak juga dengan adanya globalisasi, dan ini tidak dapat dicegah lagi oleh Negara
maupun masyarakat. Hal tersebut kemudian berpengaruh juga terhadap lembaga
pendidikan seperti perguruan tinggi sebagai produksi sumber daya manusia berkualitas
agar dapat mengikuti arus perkembangan yang semakin pesat.
Pada zaman sekarang banyak sekali perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
yang menawarkan berbagai jurusan atau program studi. Hal ini wajar mengingat banyak
lulusan SMA/SMK yang berminat meneruskan ke perguruan tinggi. Sebagai masyarakat
yang memilih untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ini akan
menghadapkan berbagai pilihan dan permasalahan. Masyarakat akan dihadapkan dengan
adanya berbagai macam pilihan perguruan tinggi, program studi atau biasa yang disebut
dengan jurusan, dan berbagai pertimbangan yang harud dipikirikan. Dalam memilih
jurusan disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan serta program awal sebelum
masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Seperti pekerjaan yang akan dituju setelah
lulus dari jurusan tersebut.
Jurusan atau Program Studi Pendidikan Ekonomi adalah jurusan tertua yang ada
di Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI (FPEB UPI) yakni berdiri sejak tahun
1958. Fakultas ini memiliki empat program studi pendidikan yaitu: Pendidikan Ekonomi,
Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Manajemen Bisnis, dan Pendidikan Manajemen
Perkantoran, serta tiga program studi nonkependididkan yaitu: Akuntansi, Manajemen,
dan Ilmu Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Struktur Jurusan Pendidikan Ekonomi se-Bandung
2. Perilaku Jurusan Pendidikan Ekonomi se-Bandung
3. Kinerja Jurusan Pendidikan Ekonomi se-Bandung
4. Pengaruh Struktur Terhadap Perilaku dan Kinerja
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
Mengetahui struktur, perilaku, dan kinerja dalam program studi pendidiksn
ekonomi se-Bandung
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Ekonomi.
b. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan
yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
pengetahuan yang lebih luas mengenai struktur, perilaku, dan kinerja yang
Ekonomi.
BAB II
Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
1. Jasa Perguruan Tinggi
a. Pengertian Jasa Perguruan Tinggi dan Pendidikan Tinggi
Kata jasa saat ini memiliki banyak arti. Menurut Kotler dalam Tjiptono (2005) jasa
adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapt ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu. Di
dalam jasa, selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jas, meskipun pihak-
pihak yang terlibat tidak enyadari. Jasa juga bukan barang, jasa dalah suatu proses atau aktivitas-
aktivitas, dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud.
UU No. 12 tahun 2012 menjelaskan bahwa “Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program
magister, program doctor, dan program profesi serta program spesialis, yang diselenggarakan
oleh pergeruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia”.
1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
2) Dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan
perdaban dan kesejahteraan umat manusia.
3) Terwujudnya pengabdian kepada masyarakta berbasis penalaran dan karya penelitian
yang bermanfaat dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Dari pendapat diatas dapt disimpulkan bahwa jasa pendidikan tinggi merupakan tindakan
yang dotawarkan oleh suatu lembaga/institusi di bidang pendidikan dan pengajaran guna
memajukan kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Pada sektor jasa, strategi pemasaran jasa juga mutlak untuk digunakan untuk
meningkatkan jumlah dan daya beli konsumen. Buchari Alma (2008: 13) menyatakan bahwa
apabila produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya, dalam hal ini adalah jasa
pendidikan, disebabkan karena mutunya tidak senangi oleh konsumen, tidak memberikan nilai
tambah bagi peningkatan pribadi individu, layanannya tidak memuaskan, nama produk jasa tidak
akan laku. Akibatnya lembaga pendidikan (perguruan tinggi) sepi peminat bahkan terancam
tutup. Dan apabila ditutup, maka akan menimbulkan bencana pada sebuah masyarakat.
Fandy Tjiptono, (2014: 28-34) mengemukakan bahawa terdapat lima karakteristik jasa,
antara lain:
Ada catatan yang perlu diperhatikan sesuai dengan pembahasn di dalam penelitian ini,
yaitu mengenai jasa pendidikan di perguruan tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatiakan
dalam karakteristik jasa pada perguruan tinggi (Rambat Lupiyoadi & Hamdani, 2008: 148),
antara lain:
1) Perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni dimana pembelian jasa
yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana pendukung semata. Seperti ruangan
kelas, kursi meja, buku-buku, dan sebagainya.
2) Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran penggunaan jasa (mahasiswa). Jadi,
disini pelanggan yang mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk mendapatkan
jasa yang diingainkan. Meskipun salam perkembangannya ada juga yang
menawarakan program universitas terbuka, kuliah jarak jauh (distance learning), dan
lain-lain.
3) High Contact System, kontak antara pemberi dan penerima jasa terbilang tinggi.
Pelanggan dan penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa
berlangsung. Dengan kata lain, untuk menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian
dari sistem jasa tersebut.
4) Hububgan dengan pelanggan adalah hubungan keanggotaan, dimana pelanggan telah
menjadi anggota lemabaga pendidikan tersebut. System pemberian jasanya secara
terus-menerus dan teratur sesuai dengan kerikulum yang di tetapkan.
Keberdaan jurusan Pendidikan Ekonomi memiliki sejarah panjang, dimulia sejak tahun
1958 dengan nama jurusan Ekonomi dan Hukum dibawah naungan Perguruan Tinggi Pendidikan
Guru (PTPG). Pada tahun 1960 jurusan Ekonomi dan Hukum dikembangkan menjadi dua
jurusan, yaitu jurusan Ekonomi dan jurusan Hukum. Tahun 1962 jurusan Ekonomi berubah nama
menjadi jurusan EKPA (Ekonomi Keuangan Perniagaan dan Asministrasi) dibawah FKPS
(Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial) IKIP Bandung. Tahun 1965 jurusan EKPA
dikembangkan menjadi tiga jurusan, yaitu jurusan Ekonomi Umum (Ekum). Jurusan Ekonomi
Perusahaan (Ekper), dan jurusan Administrasi di bawah Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS).
Selanjutnya, seiring dengan perubahan FKIS menjadi FPIPS (Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial) tahun 1983, ketiga jurusan tersebut digabung menjadi satu jurusan, yaitu
jurusan Pendidikan Dunia Usaha yang memiliki empat program studi yaitu program studi
Pendidikan Akuntansi, program studi Pendidikan Tata Niaga, program studi Tata Perkantoran,
dan program studi Koperasi. Pada tahun 1995 jurusan Pendidikan Dunia Usaha berubah nama
menjadi jurusan Pendidikan Ekonomi, dengan program studi Pendidikan Akuntansi, Pendidikan
Tata Niaga, Pendidikan Administrasi Perkantoran, dan Pendidikan Ekonomi & Koperasi.
Pada tahun 1980an, jurusan mengadakan perubahan kurikulum, yaitu menjadi kurikulum
bisnis dengan program sarjana muda (120 SKS). Kemudian pada tahun 1986 jurusan membuka
program sarjan penuh dengan 160 SKS, pada masa itu program sarjana muda ditutup, mahasiswa
sarjan muda berpindah/dialihkan ke program sarjan penuh. Seiring dengan perkembangan
kebutuhan pendidikan tinggi pada tahun 1990an jurusan melakukan perubahan nama menjadi
Program Studi Pendidikan Akuntansi. Pengembangan fasilitas dan pendidikan terus dilakukan
hingga sekarang. Pada tahun 2012, melalui keputusan BAN-PT No.032/BAN-PT/Ak-
XV/S1/X/2012 prorgam studi mendapatkan akreditas A dengan nama Program Studi Pendidika
Ekonomi. Hal ini menjadi perubahan nama menjadi Program Studi Pendidikan Ekonomi hingga
sekarang. Dengan visi yang dimilikinya yaitu, pusat pendidikan calon guru bidang studi ekonomi
berwawasan nasional dan global dilandasi nilai kesundaan dan islam yang mendukung
pencapaian visi Unpas dan visi FKIP Unpas tahun 2021.
2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat dipelajari dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan manajerial
dan pendekatan holistik. Berdasarkan kedua pendekatan tersebuat, mempelajari perilaku
konsumben lebih mengarah pada pemuas kebutuhan konsumen secara individual. Perubahan
perilaku konsumen dimungkinkam deangan mengubah stimulus dan proses yang menghasilkan
respon.
Schiffman dan Kanuk dalam Ujang Suwarman (2014: 289) mendefinisikan suatu
keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative, sehingga jika
konsumen tidak memiliki alternative, bukanlah suatu situasi melakukam keoutusan. Menurut
Philip Kotelr dan Armstrong, Gary (2008: 171) keputusan konsumen merupakan sikap seseorang
untuk membeli atau menggunakan suatau barang atau jasa yang telah diyakini akan memberikan
kepuasan dan kesediaannya menanggung resiko yang mungkin ditimbulkan. Keputusan
konsumen dilakukan tidak secara tiba-tiba, melinkan melalui tahapan-tahapan yang dilalui
seseorang ketika melakukam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan diartikan
sebagai proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative sesuai dengan kepentingan-
kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu piliham yang dianggap menguntungkan.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009: 185) mengenalkan model lina tahap
pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Seperti pada gambar berikutnya
1) Pengenalan Masalah
Proses pembeliam dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah ayua
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau ekternal. Dengan rangsangan
internal, salah satu dari kebutuhan normal seorang, naik ke tingkat maksimum dan
menjadi dorongan atau kebutuhan bias timbul akibat rangsangan ekternal.
2) Pencariam Informasi
Tingkat keterlibatan pencarian konsumen dapat dibagi dua, yaitu keadaan
pencarian yang paling rendah disebut dengan perhatian tajam dimana pada tingkat ini
seseorang hanya menjadi resepti terhadap informasi tentang sebuah produk. Pada
tingkat berikutnya seseorang dapat memasuki pencarian informasi aktif dimana
konsumen mencari bahan bacaan, menelpon teman, melakukan kegiatan online, dan
mengunjungi took untuk mempelajari produk tersebut. Adapun dinamika pencarian
kpnsumen yaitu melalui pengumpulan informasi dan kemudian mempelajari pesaing
dan fitur mereka.
3) Evaluasi Alternatif
Konsep dasar untuk memahami proses evaluasi yaitu: pertama konsumen
berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu
dari solusi produk. Ketiga,konsumen melihat masing-masing produk sebagai
sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang
diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.
4) Keputusan Pembeli
Hubungan antara evaluasi alternative dengan keputusan pembeli sangat
terintegrasi. Bahkan jika konsumen membentuk evaluasi merk, ada dua factor umum
yang dapat mengintervensi antara maksud pembeli dan keputusan pembelian. Yang
pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua adalah situasional yang tidak
diantisipasi yang mungkin muncul untuk mengubah niat pembelian.
5) Perilaku pasca pembelian
Setelah pemebelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan
melihat fitur mengkhatirkan tertentu atau mendengarkan hal-hal menyenangkan
tentang merk lain dan wasapada terhadap informasi yang mendukung keputusan. Jika
konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan kobsumen tidak
dilakukan secara tiba-tiba melainkan melaui tahapan pembelian yang dilalui dari
berbagai pilihan alternative deangan menetapkan sautu pilihan kebutuhan yang
dianggap terbaik.
4. Keputusan Mahasiswa
Keputusan konsumen, yang diasumsikan sebagai keputusan mahasiswa merupakam
salahsatu faktor penting bagi keberadaan perguruan tinggi. Keputusan yang dipilih mahasiswa
dalam menempuh pendidikan tinggi adaah kunci bagi keberlangsungan siklus sebuah perguruan
tinggi karena mahasiswa merupakan asset pendidikan tinggi.keputusan yang diambil mahasiswa
pada prinsipnya merupakan konsumen dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagi
tempat untuk menuntut ilmu.
Keputusan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi pada jurusan yang diinginkan
merupakan suatu keputusan dimana mahasiswa sebelumnya telah melakukan pertimbangan-
pertimbangan bagi masa depannya, baik dampak positif maupun negative. Keputusan tersebut
merupakan bagain dai suatu upaya pemecahan masalah yang mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan baik dari segi jangka pendek maupun jangka panjang.
Mengacu pada tahap pengambilan keputusan pembelian, maka dapat disimpulkan bahwa
keputusan mahasiswa dalam penelitian ini merupakan tahapan yang dilalui dari berbagai pilihan
alternative dengan menetapkan tahapan suatu pilihan kebutuhan yang dianggap terbaik yaitu
menempuh pendidikan pada jurusan Pendidikan Ekonomi di UPI, UNLA ataupun di UNPAS.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian ex post facto. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2015: 55) penelitian ex post facto meneliti hubungan sebab akibat yang
tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh penelliti. Penelitian
hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan, atau kejadian yang telah
berlangsung atau telah terjadi.
Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
kuantitatif. Dikatakan kuantitatif karena data penelitian yang digunakan berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2007: 13), yaitu mengolah data dan diperoleh angka-
angka untuk menggambarkan tentang pengaruh struktur di Program Studi Pendidikan Ekonomi
terhadap perilaku dan kinerja mahasiswa yang berkuliah disana.
B. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam
penilitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas di
wilayah Bandung.
C. Sampel
Menurut (Sugiyono, 2007: 117), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representatif (mewakili). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa
program studi Pendidikan Ekonomi seluruh Universitas di Bandung.
Dalam menentukan besarnya sampel, kami menggunakan Nomogram Harry King
dalam (Sugiyono, 2007: 129-130). Dengan taraf kesalahan 5% atau dengan kepercayaan sampel
terhadap populasi 95% maka jumlah sampel yang diambil (0,27 x 928 x 1,195) = 299,419 orang
dibulatkan menjadi 300 mahasiswa. Perhitungan jumlah sampel untuk tiap Universitas mengacu
pada buku Sugiyono (2010: 103-104), dengan rumus sebagai berikut:
nD
P= xS
nT
Keterangan :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN DI INDONESIA
Perkembangan kompleksitas perekonomian pada abad ini menjadi hal yang dikejar-
kejar manusia. Hasrat untuk mendapatkan kecukupan dan bahkan kelebihan ekonomi merupakan
tolok ukur kesuksesan manusia. Selain karena kebutuhan manusia semakin meningkat dengan
perkembangan teknologi, terdapat juga budaya populer prestise agar tidak terlihat miskin
ataupun sederhana. Layaknya rantai makanan dalam kelompok manusia, kita berlomba-lomba
dalam mencapai kemapanan ekonomi dalam arena kapitalisasi.
Sejak kecil, prospek masa depan kita sudah diarahkan sesuai dengan cita-cita, meskipun
banyak yang tidak memilikinya juga. Hal ini merupakan langkah awal penuntutan kita agar dapat
bersaing di masa depan dalam usaha mencapai kecukupan ekonomi. Pendidikan yang sesuai
dengan bakat dinilai dapat menyukseskan kita dalam arena persaingan ekonomi. Untuk itu, di
ranah pendidikan formallah sebagian besar harapan peluang sukses dalam perekonomian
diletakkan. Pada kenyataannya memang benar, budaya peradaban kita saat ini menuntut hal
tersebut. Sebuah rasionalisasi yang tidak mudah diubah hanya dengan revolusi.
Sistem pendidikan Indonesia memang digunakan sebagai sarana pencerdasan anak
bangsa sejak awal masa kebangsaan. Anak bangsa yang memiliki kesempatan memperoleh
pendidikan cenderung akan memiliki posisi penting di dalam masyarakat, karena pada zaman
awal kenegaraan masihlah sedikit yang menekuni dunia pendidikan. Hal ini mengakibatkan,
kesempatan untuk memperoleh pendidikan ini digunakan sesuai dengan keadaan waktu itu, yaitu
mencari cendekiawan dan ahli dari negeri sendiri untuk mengalihkan imperialisasi dari ahli luar
negeri. Meskipun, asal-usul adanya cendekiawan dalam negeri masih di bawah kekuasaan orang
asing.
Saat ini, setelah milenium 2000, dunia pendidikan di Indonesia berkembang dengan
banyaknya wadah-wadah infrastruktur pendidikan. Menjamur, dan berkembang sesuai dengan
upaya pembangunan bangsa. Program-program pemerintah untuk menggalakkan pendidikan
merupakan angin segar dalam era kekinian. Namun, setelah mengetahui harapan terbesar
mencukupi ekonomi adalah dengan pendidikan, masyarakat dengan segala upaya pun ingin
masuk ranah pendidikan dan mengejar status pendidikannya. Nantinya, status pendidikan inilah
yang akan digunakan sebagai alat untuk menciptakan uang. Dengan bermodalkan catatan legal
hitam di atas putih dari instansi, siapa pun berhak mendapatkan kesempatan posisi dalam
jabatan. Selanjutnya, muara yang sama juga akan mengalir pada ekonomi.
Kembali lagi pada masalah kecenderungan persaingan. Menjamurnya instansi pendidikan
yang dapat mengeluarkan catatan legal hitam di atas putih, akan memunculkan kembali bentuk
upaya segala cara agar dapat memilikinya. Dalam hal ini, masalah-masalah di dalam dunia
pendidikan dalam era industrialisasi muncul. Masyarakat memiliki kecenderungan agar dapat
memiliki gelar pendidikan untuk bekerja mencari uang. Tidak peduli bagaimana pola persaingan
secara pendidikan, yang terpenting adalah mendapatkan catatan hitam di atas putih instansi
pendidikan yang nantinya akan berguna untuk proses mendapatkan pekerjaan. Layaknya robot-
robot yang diprogram untuk mengikuti keinginan situasi, gejala kolektif ini tidak akan ada
bedanya dengan pola kehidupan sebelumnya secara nilai.
Dengan mengatasnamakan pendidikan, industrialisasi dapat muncul dimana pun selama
manusia membutuhkan uang untuk hidup. Bahkan jika melihat kondisi ini, sebuah perubahan
pencerdasan pun tidak begitu dipahami nilainya, karena uanglah yang membuat kita bersaing,
bukan dalam pendidikan. Industri pendidikan ini hanyalah contoh nyata bahwa dalam dunia
pendidikan ini juga bukanlah tempat sebenarnya mencari ilmu. Hal ini dikarenakan peradaban
kita saat ini menuntut agar perkembangannya didasarkan kepada industri pendidikan, masih
dengan uang sebagai bahan bakarnya. Pada dasarnya, ilmu tercipta dalam usaha manusia mencari
kebutuhan hidup, seperti modal dan uang.
B. Analisis Struktur Jurusan Pendidikan Ekonomi di Universitas se-Bandung Raya
C. Analisis Berdasarkan Jumlah Universitas
Tabel 1
Universitas Jumlah
Universitas Pendidikan Indonesia 1
Universitas Pasundan 1
Universitas Langlangbuana 1
Sember : data sekunder november 2019
1. Memiliki tujuan pendidikan, Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih
khusus, bahwa ia harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk
memberikan kontribusi pada pendidikan.
2. Memenuhi aspek legal-formal, Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka
perlu adanya pemenuhan atas pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan pendidikan
itu diakui dan secara sah berlaku untuk sebuah wilayah. Maka, kebijakan pendidikan
harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hirarki konstitusi yang berlaku di
sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.
Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang legitimat.
3. Memiliki konsep operasional, Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang
bersifat umum, tentunya harus mempunyai manfaat operasional agar dapat
diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk memperjelas pencapaian
tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan akan kebijakan pendidikan
adalah fungsi pendukung pengambilan keputusan.
4. Dibuat oleh yang berwenang, Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di
bidangnya yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan
kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan. Para administrator
pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dan para politisi yang berkaitan langsung
dengan pendidikan adalah unsur minimal pembuat kebijakan pendidikan.
5. Dapat dievaluasi, Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang
sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan,
sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan
pendidikan memiliki karakter dapat memungkinkan adanya evaluasi terhadapnya secara
mudah dan efektif.
6. Memiliki sistematika, Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem jua, oleh
karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin
diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki efektifitas, efisiensi dan
sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan pendidikan itu tidak bersifat pragmatis,
diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktof yang hilang atau saling
berbenturan satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar
pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan hukum secara internal. Kemudian,
secara eksternal pun kebijakan pendidikan harus bersepadu dengan kebijakan lainnya;
kebijakan politik; kebijakan moneter; bahkan kebijakan pendidikan di atasnya atau
disamping dan dibawahnya.
Tabel 2
n Universitas Pangsa
o
1 Universitas Pendidikan Indonesia 402
.
2 Universitas Pasundan 415
.
3 Universitas Langlangbuana 111
.
Sumber : data Sekunder, DIKTI , november 2019
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa pangsa pasar jurusan Pendidikan Ekonomi di
Universitas se-Bandung Raya ditempati oleh 3 Universitas dengan pangsa pasar tertinggi
dikuasai oleh Universitas Pasundan. Jika diklasifikasikan struktur pasar berdasarkan pangsa
pasar maka jurusan Pendidikan Ekonomi di Universitas se-Bandung Raya termasuk kedalam
struktur pasar oligopoli, karena ketiga Universitas tersebut memiliki pangsa pasar yang hampir
sama .
E. Analisis Berdasarkan Keragaman Produk
Tabel 3
Dari hasil analisis keragaman produk ketiga universitas diatas, hampir semua uiversitas
mengeluarkan jenis produk yang sama, yaitu sebagai Tenaga pendidik, Wirausaha dan Pegawai
Bank. Tetapi ada perkembangan jurusan yang pesat kini hadir ekonomi pembangunan yang lebih
mempelajari ekonomi secara lebih luas.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. keputusan mahasiswa dalam penelitian ini merupakan tahapan yang dilalui dari
berbagai pilihan alternative dengan menetapkan tahapan suatu pilihan kebutuhan
yang dianggap terbaik yaitu menempuh pendidikan pada jurusan Pendidikan
Ekonomi di UPI, UNLA ataupun di UNPAS.
2. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian ex post facto. Penelitian ex post
facto meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi
perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh penelliti. Penelitian hubungan sebab
akibat dilakukan terhadap program, kegiatan, atau kejadian yang telah
berlangsung atau telah terjadi.
3. Pendidikan Ekonomi di Universitas se-Bandung Raya ditempati oleh 3
Universitas dengan pangsa pasar tertinggi dikuasai oleh Universitas Pasundan.
Jika diklasifikasikan struktur pasar berdasarkan pangsa pasar maka jurusan
Pendidikan Ekonomi di Universitas se-Bandung Raya termasuk kedalam struktur
pasar oligopoli, karena ketiga Universitas tersebut memiliki pangsa pasar yang
hampir sama .
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, maka dapat
disampaikan beberapa saran yaitu Pihak jurusan harus terus menjaga dan
meningkatkan kredibilitas jurusan Pendidikan Ekonomi baik yang bersifat
akademis maupun non akademis agar peminat jurusan pendidikan ekonomi
semakin banyak di wilayan Bandung Raya.