Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 1979 - 7362

Mempelajari Sifat Fisik Beras Varietas Padi Cigeulis Dan Inpari – 4 Pada Penggilingan
Padi Mobile
Hastang1, Mursalim1 dan Junaedi Muhidong1
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Penggilingan padi mempunyai peranan yang penting dalam mengkonversi padi menjadi beras
yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan
dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses
penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dimensi (panjang, lebar, tebal) dan
perubahan berat dari gabah menjadi beras utuh, selama proses penggilingan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2015 di Laboratorium Program Studi Keteknikan
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan pengamatan dan
pengukuran pada masing – masing varietas padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa
rata – rata perubahan dimensi dari masing – masing varietas meliputi panjang, tebal, dan tinggi
dari gabah menjadi beras utuh selama proses penggilingan varietas Cigeulis yaitu 9,722 %, 6,778
%, dan 30,29 %. Sedangkan varietas Inpari-4 yaitu 9,845 %, 6,730 % dan 31,66 %. Sedangkan
persentase berat beras utuh, patah dan menir dengan rata- rata persentase yaitu Beras Utuh
40,42%, BP 34,42% dan BM 25,14%. Sedangkan varietas Inpari-4 memiliki rata – rata yaitu BU
39,26 %, 34,88%, 25,84%.

Kata kunci: Penggilingan padi, kadar air, sifat fisik gabah, dimensi

PENDAHULUAN menjadi beras yang siap diolah untuk


dikonsumsi maupun untuk disimpan
Latar Belakang
sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan
Produksi padi selama lima tahun proses penggilingan padi, karakteristik
terakhir meningkat rata-rata sebesar 1,63 fisik padi sangat perlu diketahui karena
% pertahun. Pada tahun 2010 produksi proses penggilingan padi sebenarnya
padi Indonesia berkisar 66,757 juta ton, mengolah bentuk fisik dari butiran padi
kemudian tahun 2012 meningkat lagi menjadi beras putih. Butiran padi yang
mencapai 69,056 juta ton, sedangkan pada memiliki bagian-bagian yang tidak dapat
tahun 2013 menjadi 71,280 juta ton, dimakan atau tidak enak dimakan,
selanjutnya tahun 2014 menurun menjadi sehingga perlu dipisahkan.
70,832 juta ton (Renstra Kementrian Fenomena yang cukup menarik yang
Pertanian 2015 – 2019). Namun demikian ditemui beberapa tahun terakhir ini adalah
peningkatan produksi padi tersebut tidak berkembangnya usaha penggilingan padi
dapat mengimbangi peningkatan jumlah bergerak atau RMU mobile. Dengan cara
penduduk Indonesia yang terus bertambah. ini alat mesin berpindah tempat dari satu
Mengingat besarnya kebutuhan beras desa ke desa lain mendatangi konsumen
tersebut dan semakin menyempitnya lahan yang memerlukan, hal ini akan
pertanian khususnya lahan sawah maka memudahkan petani karena petani tidak
diperlukan teknologi yang mampu perlu membawa hasil panennya ke
memecahkan permasalahan tersebut. penggilingan. Respon masyarakat yang
Penggilingan padi mempunyai peranan baik terhadap RMU Mobile ini mendorong
yang penting dalam mengkonversi padi pertumbuhan populasinya dengan cepat.

Jurnal AgriTechno (Vol. 10, No. 1, April 2017) 1


Kecenderungan berkembangnya Parameter Penelitian
jumlah mesin penggilingan kecil, jika Parameter yang diamati meliputi:
tanpa usaha peningkatan kinerjanya untuk 1. Dimensi sampel meliputi panjang,
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi,
diameter besar dan diameter kecil
menjadi salah satu sebab dari 2. Berat sampel perbiji
kecenderungan penurunan rendemen giling 3. Kadar air basis basah
secara nasional pada kurun waktu 30 tahun 4. Penentuan proporsi sampel beras utuh
terakhir, jika hal ini berlangsung, maka dan beras patah, dan menir.
dikhawatirkan dapat mengancam
ketersediaan beras secara nasional. Prosedur Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian dilakukan dengan prosedur
dilakukan penelitian mengenai sebagai berikut:
karakteristik hasil penggilingan padi RMU a) Melakukan pengamatan pada setiap
mobile sebagai bahan informasi untuk tahapan proses penggilingan padi
meningkatkan kinerja serta efisiensi pada berdasarkan varietas, Cigeulis dan
penggilingan. Inpari – 4 sebanyak 50 kg untuk
Tujuan dan Kegunaan Penelitian masing – masing varietas pada gabah
petani, kemudian gabah tersebut
Tujuan dari penelitian ini untuk dikeringkan dengan cara dijemur di
mengetahui perubahan dimensi (panjang, bawah sinar matahari hingga
lebar, tebal) dan perubahan berat dari mencapai kadar air 10-13 %, Padi
gabah menjadi beras utuh, selama proses yang sudah kering (GKG). Kemudian
penggilingan. ditimbang menggunakan alat
Kegunaan dari penelitian ini sebagai timbangan beras masing-masing 10 kg
bahan informasi untuk peningkatan kinerja untuk setiap varietas. Padi yang sudah
serta efisiensi pada penggilingan padi ditimbang kemudian dimasukkan ke
RMU mobile. dalam mesin penggilingan
berdasarkan varietas masing-masing 3
METODOLOGI PENELITIAN
kali pengambilan.
b) Beras yang diperoleh kemudian
Waktu dan Tempat
dilakukan proses pengukuran dimensi
dan berat beras perbiji. Pengukuran ini
Penelitian ini dilaksanakan pada
dilakukan dengan mengambil sampel
bulan Juni – Agustus 2015 di
dari masing – masing beras
Laboratorium Program Studi Keteknikan
berdasarkan varietas. Sebanyak 30 biji
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
yang diambil secara acak. Beras yang
Fakultas Pertanian, Universitas
sudah dipilih kemudian dilakukan
Hasanuddin, Makassar.
proses pengukuran dimensi
menggunakan alat Mikrometer sekrup
Alat dan Bahan
(ketelitian 0,01 mm) baik dari dimensi
kecil, dimensi besar dan panjang
Alat-alat yang digunakan adalah
beras.
toples, mikrometer sekrup (ketelitian
1. Pengambilan sampel di lapangan
0,01mm), oven, sendok teh, timbangan
a. Mengambil ±100 g untuk
digital.
masing-masing jenis sampel.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
b. Melakukan pengambilan
aluminium foil, plastik kedap udara,
sampel sebanyak 3 kali
sampel (gabah kering giling dan beras
pengambilan untuk masing-
utuh) yang diperoleh dari tempat
masing jenis sampel varietas
penggilingan.

2
c. Membawa sampel ke Analisis Dan Penyajian Data
Laboratorium (Pengolahan Data)
2. Pengukuran dimensi dan berat 1. Dimensi
a. Menyiapkan 30 butir untuk Setelah mengukur dimensi per
masing-masing 3 jenis sampel biji sampel, kemudian dilakukan
pada varietas perhitungan dengan merata-
b. Memasukkan sampel kedalam ratakan, lalu mempersentasekan
plastik kedap udara dan perubahan dimensi. Selanjutnya
memberi kode untuk masing – hasil perhitungan tersebut
masing sampel. ditabelkan.
c. Mengukur panjang, diameter 2. Dimensi dan berat
besar dan diameter kecil untuk Setelah mengetahui berat per
Setiap sampel. Setelah itu biji sampel, selanjutnya dilakukan
mengukur diameter besar dan perhitungan dengan merata-
diameter kecil menggunakan ratakan, lalu mempersentasekan
Mikrometer Sekrup. perubahan berat. Selanjutnya hasil
d. Menimbang berat setiap butir perhitungan tersebut ditabelkan.
sampel menggunakan 3. Kadar air
timbangan digital. Setelah berat kering bahan
3. Penentuan kadar air diukur, kemudian dilakukan
a. Menyiapkan 20 g sampel perhitungan persentase kadar air
kemudian dibagi menjadi 2 basis basah (KAbb). Perhitungan
bagian masing-masing 10 g dilakukan menggunakan persamaan
sampel. (1), selanjutnya hasil perhitungan
b. Menyiapkan wadah yang tersebut ditabelkan.
terbuat dari aluminium foil KAbb
kemudian memasukkan sampel = 𝐴−𝐵
𝐴
𝑋 100 %....................(1)
ke dalam wadah. Keterangan:
c. Memasukkan setiap sampel ke KAbb : kadar air basis
dalam oven dengan suhu basah (%)
105oC selama 72 jam. A : berat awal (g)
d. Mengeluarkan sampel dari B : berat akhir (g)
oven kemudian menyimpan
sampel di dalam toples selama
1 jam.
e. Menimbang berat akhir sampel
untuk mengetahui kadar air
sampel.
4. Penentuan berat beras utuh, beras
patah dan menir hasil sortir
a. Beras utuh, beras patah, dan
menir yang telah disortir
kemudian ditimbang
b. Beras yang sudah disortir lalu
di timbang dan di berikan
masing-masing kode hasil
yang sudah di sortir.

3
Bagan Alir Penelitian Berdasarkan Tabel 5 pabrik penggilingan
dapat dikategorikan sebagai penggilingan
padi berskala kecil (PPK). Suatu
penggilingan padi digolongkan sebagai
penggilingan padi berskala kecil bila
kapasitas penggilingannya tidak lebih dari
1500 kg beras per jam (Departemen
Pertanian, 2001). Menurut data tahun
1990-1997, yang dirilis oleh Departemen
Pertanian RI (1998), lebih dari 50%
penggilingan padi yang ada di Indonesia
tergolong dalam penggilingan padi dengan
skala kecil dan lebih dari 36% adalah Rice
Milling Unit (RMU) yang merupakan
penggilingan padi manual yang terdiri dari
dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit
mesin penyosoh yang dari segi kapasitas
juga termasuk penggilingan padi kecil.
Sifat Fisik Gabah
Sifat fisik gabah kering giling yang
meliputi gadar air gabah. dimensi berupa
panjang, diameter besar dan diameter kecil
gabah dan KAbb, KAbk disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Sifat Fisik Gabah Kering Giling

Gambar 1. Diagram Alir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggilingan Padi
Karakteristik dan kondisi pabrik
penggilingan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kondisi Pabrik Penggilingan Pada Tabel 6. Menunjukkan bahwa
 Merek mesin : Mitsubishi sifat fisik gabah kering giling dari masing–
 Bahan bakar : Solar
masing varietas meliputi hasil rata–rata
 Tahun keluaran : 2008
 Dimensi : 59x38x99 cm dimensi panjang, diameter besar dan
 Kapasitas : 140-180 kg / jam diameter kecil serta kadar air gabah
 Daya : 1500 watt, 220 V (lampiran 2). Dimana rata-rata panjang
 Kecepatan : 1600 rpm
 Berat : 46 kg
gabah varietas Cigeulis 9,722 mm (±)
Tabel 5 menunjukkan kondisi dari 0,765 dan inpari-4 yaitu 9,846 mm (±)
pabrik penggilingan yaitu uraian alat dan 0,557. Tebal beras varietas cigeulis 2,445
mesin yang digunakan beserta tipenya. mm (±) 0,118 sedangkan varietas Inpari

4
yaitu 2,712 mm (±) 0,299. Tinggi beras Tinggi
3 1,721 0,044 1,684 0,038
(mm)
varietas cigeulis 2,301 mm (±) 0,198 dan Berat
Inpari 2,115 mm (±) 0,314. Rata-rata 4 perbiji 0,002 0,001 0,007 0,001
(gram)
KAbb Cigeulis 7,916%, (±) 1,976 dan
KAbb Inpari-4 yaitu 6,260% (±) 0,695.
Pada Tabel 7. Menunjukkan hasil
Sedangkan KAbk Cigeulis 8,533%, (±)
pengukuran rata-rata dimensi meliputi
2,442 untuk Inpari-4 sebesar 6,683%, (±)
panjang beras, tebal, tinggi dan berat
0,799.
perbiji. Dari hasil pengukuran tersebut
Kadar air gabah telah memenuhi
dapat diketahui bahwa varietas ciguelis
standar mutu gabah siap giling. Hal ini
lebih panjang dibandingkan varietas
sesuai dengan Tabel mutu gabah SNI
inpari-4 yaitu varietas cigeulis 6,821 mm
0224-1987-0 yang menyatakan bahwa
(±) 0,182 sedangkan panjang Inpari-4
persen kadar air maksimum untuk gabah
yaitu 6,477 mm, (±) 0,488. Sementara
yaitu 14%. Selain itu dalam standarisasi
hasil pengukuran tebal beras, varietas
mutu, dikenal empat tipe ukuran beras,
inpari-4 lebih unggul dibandingkan
yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm),
varietas cigeulis dimana tebal varietas
panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm),
inpari-4 yaitu 2,233 mm, (±) 0,106
dan pendek (kurang dari 5 mm).
sedangkan varietas cigeulis yaitu 2,219
Sedangkan berdasarkan bentuknya
mm, (±) 0,193. Selanjutnya hasil
(perbandingan antara panjang dan lebar),
pengukuran tinggi beras, varietas cigeulis
beras dapat dibagi menjadi empat tipe,
lebih unggul dibandingkan varietas
yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-
inpari-4 dimana tinggi beras varietas
3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat
cigeulis yaitu 1,721 mm, (±) 0,044
(kurang dari 2). Tinggi rendahnya mutu
sementara varietas inpari-4 hanya 1,684
beras tergantung kepada beberapa faktor,
mm, (±) 0,038. Namun jika dilihat dari
yaitu spesies dan varietas, kondisi
hasil pengukuran berat perbiji kedua
lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu
varietas yang lebih berat adalah varietas
dan cara pemanenan, metode pengeringan,
inpari-4 yaitu 0,007 mm, (±) 0,001
dan cara penyimpanan.
sedangkan berat perbiji varietas cigeulis
Sifat Fisik Beras Pecah Kulit Varietas yaitu 0,002 mm, (±) 0,001.
Cigeulis dan Inpari-4 Terdapat dua tahap dalam proses
Sifat fisik beras pecah kulit varietas penggilingan yaitu husking dan
cigeulis dan inpari-4 meliputi panjang polishing. Husking adalah tahap
beras, tebal, tinggi dan berat perbiji. Dari melepaskan beras yang menghasilkan
hasil pengukuran masing-masing varietas beras pecah kulit (brown rice). Dari
disajikan pada tabel 8. struktur butiran gabah, bagian-bagian
yang akan dilepaskan adalah palea,
Tabel 7. Sifat Fisik Beras Pecah Kulit. lemma, dan glume. Seluruhnya bagian
Sifat Varietas
tersebut dinamakan kulit gabah atau
No. fisik SD Inpari- SD
gabah Cigeulis
(±) 4 (±) sekam. Sebagian besar gabah yang
Panjang dimasukkan ke dalam mesin pemecah
1 Beras 6,821 0,182 6,477 0,488
(mm)
kulit (husker) akan terkupas dan masih
2
Tebal
2,219 0,193 2.233 0,106
ada sebagian kecil yang belum terkupas.
(mm)

5
Butiran gabah yang terkupas akan Sifat Fisik Beras
terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras Sifat fisik beras meliputi panjang
pecah kulit dan sekam. Selanjutnya beras, tebal, tinggi, dan berat perbiji dari
butiran gabah yang belum terkupas harus masing-masing varietas. Sifat fisik beras
dipisahkan dari beras pecah kulit dan disajikan pada tabel 7.
sekam untuk dimasukkan kembali ke
dalam mesin pemecah kulit. Proses Tabel 8. Sifat Fisik Beras Utuh
Varietas
pengupasan akan berjalan baik apabila No Sifat fisik
. beras Cigeuli SD
gabah memiliki kadar air yang sesuai s
SD (±) Inpari-4
(±)
yaitu antara 13-15%. Pada kadar air yang Panjang
0,42
1 Beras 6,778 0,258 6,731
lebih tinggi proses pengupasan akan sulit (mm)
5

karena sekam sulit dipecahkan. 2


Tebal
2,251 0,144 2,281
0,20
(mm) 8
Sebaliknya, pada kadar air yang lebih Tinggi 0,15
3 1,748 0,082 1,748
rendah, butiran padi akan mudah pecah (mm) 8
Berat
atau patah sehingga akan menghasilkan 4 perbiji 0,019 0,001 0,019
0,00
1
banyak beras patah atau menir. Untuk (gram)
mendapatkan kualitas pengupasan yang Pada Tabel 8. Menunjukkan sifat
baik, maka penyetelan mesin pemecah fisik beras utuh dari masing – masing
kulit perlu dilakukan secara tepat. varietas meliputi hasil rata-rata dimensi
Sedangkan polishing adalah proses panjang beras, tebal, tinggi, dan berat
penyosohan beras yang menghasilkan perbiji. Dari tabel tersebut dapat
beras sosoh/beras putih. Mesin yang diketahui bahwa panjang beras varietas
digunakan pada proses ini disebut cigeulis lebih panjang dibandingkan
polisher.Penyosohan dilakukan untuk varietas inpari-4 yaitu panjang beras
membuang lapisan bekatul dari butiran ciegulis 6,778 mm, (±) 0,258 dan
beras. Di samping membuang lapisan panjang beras Inpari-4 yaitu 6,731 mm,
bekatul, pada proses ini juga dibuang (±) 0,425 dan sementara tebal beras
bagian lembaga dari butiran beras. Untuk varietas inpari-4 lebih tebal dibandingkan
mendapatkan hasil yang baik, proses ini varietas cigeulis yaitu 2,251 mm, (±)
biasanya dilakukan beberapa kali, 0,144 dan untuk Inpari-4 yaitu 2,281
tergantung pada kualitas beras sosoh mm, (±) 0,208. Selanjutnya tinggi beras
yang diinginkan. Makin sering proses varietas cigeulis dan inpari-4 memiliki
penyosohan dilakukan, atau makin ukuran yang sama yaitu varietas cigeulis
banyak mesin penyosoh yang dilalui, 1,748 mm, (±) 0,082 dan Inpari-4 yaitu
maka beras sosoh yang dihasilkan makin 1,748 mm, (±) 0,158. Sama halnya
putih dan beras patah yang dihasilkan dengan pengukuran berat perbiji varietas
makin banyak. Setelah beras disosoh cigeulis dan varietas inpari-4 yang
menjadi berwarna putih, selanjutnya memiliki berat yang sama yaitu varietas
beras dapat digosok lagi dengan sedikit cigeulis 0,019 mm, (±) 0,001 dan Inpari-
tambahan uap air agar memiliki 4 yaitu 0,019 mm, (±) 0,001.
permukaan halus dan warna mengkilap. Penelitian ini memperlihatkan bahwa
sifat fisik beras utuh untuk varietas
Cigeulis lebih tinggi sekitar 6,778 mm,
dibandingkan dengan dibandingkan beras

6
pada varietas inpari-4 sekitar 6,731 mm, beras pecah kulit. Dengan data ini dapat
hal ini disebabkan karena Cigeulis diketahui mutu beras berdasarkan
memiliki tingkat keras yang lebih rendah perubahan ukuran beras sebelum
dibandingkan inpari-4 sehingga pada saat penyosohan dan setelah penyosohan.
penggilingan tingkat beras yang patah Menurut Suprihatno (2009), pada saat
dan pecah akan tinggi. Hal ini sesuai beras pecah kulit masuk ke ruang
pernyataan Suprihatno, (2009), Selain penyosoh terjadi pengikisan pada
dipengaruhi oleh kualitas gabah, beras permukaan beras pecah kulit yang
patah juga disebabkan oleh kondisi menimbulkan panas sehingga
penggilingan seperti lamanya proses mengakibatkan tingginya butir menir,
pengilingan dan penyosohan, hal ini juga dengan demikian rendemen semakin kecil.
didukung oleh Asmawati, (2009), bahwa Hal ini juga dikemukakan oleh Harianto
perbedaan tingkat kekerasan yang (2001), bahwa perubahan yang terjadi
terdapat pada beras memiliki kontribusi pada beras ini disebabkan oleh faktor
yang signifikan terhadap tingkat beras kualitas beras terutama derajat sosoh yang
patah hasil penggilingan varietas Cigeulis diinginkan karena semakin tinggi derajat
yang selalu lebih tinggi. Rendemen beras sosoh maka rendemen akan semakin
juga dipengaruhi oleh proses rendah.
penggilingan yang dilakukan dan kondisi Selanjutnya rata-rata perubahan
dari gabah yang digiling. panjang GKG menjadi BU pada varietas
cigeulis dan inpari-4 disajikan pada tabel
Perubahan Dimensi Beras Selama
10
Penggilingan
Tabel 10. Rata-rata Perubahan panjang
Perubahan dimensi beras selama
GKG menjadi BU.
penggilingan pada gabah kering giling
(GKG), beras pecah kulit (BPK) Panjang
Panjang
Perubahan
No. Varietas GKG Panjang GKG
BU (mm)
Tabel 9. Rata-Rata perubahan panjang (mm) menjadi BU (%)

GKG menjadi BPK


Perubaha 1. Cigeulis 9,722 6,778 30,28%
Panjang n Panjang
Panjang
No. Varietas GKG GKG 2. Inpari-4 9,845 6,650 32,49%
BPK(mm)
(mm) menjadi
BPK (%) Berdasarkan Tabel 10. Dapat
1. Cigeulis 9,722 6,821 29,83% diketahui rata-rata perubahan panjang
2. Inpari-4 9,845 6,669 33,99% gabah dari GKG menjadi BU pada
Berdasarkan Tabel 9. Dapat diketahui varietas inpari-4 lebih besar dibandingkan
rata-rata perubahan panjang gabah dari varietas cigeulis. Dimana perubahan
GKG menjadi BPK pada varietas inpari-4 panjang GKG menjadi BU pada varietas
lebih besar dibandingkan varietas cigeulis. cigeulis adalah 30,28% sedangkan pada
Dimana perubahan panjang GKG menjadi varietas inpari-4 adalah 32,49%.
BPK pada varietas cigeulis adalah 29,83% Menurut Harianto (2001), persentase
sedangkan pada varietas inpari-4 adalah gabah yang retak mengakibatkanberas
33,99%. pecah dan menir yang meningkat dan
Didalam melakukan pengukuran penggilingan akan berpengaruh nyata pada
dimensi pada gabah kering giling dan rendemen yang dihasilkan

7
35.00 33.99 32.49
29.83 30.28
Persentase (%) 30.00 Cigeulis Inpari-4
25.00 Be Be Beras Beras Beras Patah
M ras Patah
Cigeulis ras
en Pa
Utuh 35% Menir
Ut 39%
u… ir t… Menir
Beras Utuh
Inpari-4 2… 26%

Gambar 3. Diagram Persentase Berat


Perubahan ukuran dari GKG-…
Beras Utuh, Patah dan Menir pada
Gambar 2. Grafik perubahan dimensi Varietas Cigeulis dan Inpari-4.
beras selama penggilingan
KESIMPULAN
Persentae Berat Beras Utuh, Beras
Kesimpulan
Patah dan Menir pada Varietas Cigulis
Berdasarkan penelitian yang
dan Inpari-4
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
Persentase berat beras utuh, beras a. Rata – rata perubahan dimensi dari
patah dan menir pada varietas cigeulis dan masing – masing varietas meliputi
inpari-4 pada tabel berikut. panjang, tebal, dan tinggi dari gabah
Tabel 11. Persentase berat beras utuh, menjadi beras utuh selama proses
beras patah dan menir penggilingan varietas Cigeulis yaitu
No. Varietas Beras Utuh
Beras
Beras Menir
9,722 %, 6,778 %, dan 30,29 %.
Patah
sedangkan Inpari-4 yaitu 9,845 %,
1 Cigeulis 40,42 % 34,42 % 25,16 %
6,730 % dan 31,66 %. Persentase
2 Inpari-4 39,26 % 34,88 % 25,86 % berat beras utuh, patah dan menir
dengan rata- rata persentase yaitu
Tabel 10. Menunjukkan rata – rata
Beras Utuh Cigeulis 40,42%, BP
persentase berat beras utuh Cigeulis yaitu
34,42% dan BM 25,14%. sedangkan
40,42% dan BP 34,42% dan BM 25,14%
Inpari-4 memiliki rata – rata yaitu BU
Sedangkan varietas Inpari-4 memiliki
39,26 %, 34,88%, 25,84%.
persentase berat beras utuh sebesar 39,26
b. Dari hasil pengukuran kedua varietas
%, BP 34,88% dan BM 25,84%.
maka dapat disimpulkan bahwa hasil
Tinggi rendahnya persentase beras
pengukuran beras dan gabah yang
utuh didalam beras giling sangat
meliputi panjang beras, tebal, tinggi
menentukan mutu fisik beras giling.
dan berat perbiji yang lebih unggul
Semakin tinggi persentase beras utuh, akan
adalah varietas cigeulis. Hal ini
semakin meningkat mutu fisik beras
disebabkan oleh adanya perubahan
giling. Dari hasil penelitian diperoleh rata-
persentase beras utuh, beras pecah
rata persentase beras utuh pada varietas
kulit dan gabah kering giling.
cigeulis yaitu 40,42 %, rata-rata beras
patah besar 34,42%, dan rata-rata beras
DAFTAR PUSTAKA
menir yaitu 25,14%. Sedangkan varietas
Inpari-4 memiliki persentase berat beras
Anggi. 2011. Analisis Kelayakan Teknis
utuh sebesar 39,26 %, beras patah 34,88%
dan Ekonomi Terhadap Mesin
dan beras menir 25,84%.
Penggilingan Padi Keliling (Studi
Kasus Kabupaten Aceh Besar). Aceh
Besar: Skripsi

8
Anonim. 2006. Laporan Pelatihan dan Technology. Minnesota: AACC, Inc.
Pedoman Penanganan Pasca panen pp: 16-74.
Padi, Listyawati. 2007. Kajian Susut Pasca
27-28 Februari 2006. Kerja sama Panen Dan Pengaruh Kadar Air
IRRI – SSFFMP – Balai Pengkajian Gabah Terhadap Mutu Beras Giling
Teknologi Pertanian Sumatera Varietas Ciherang (Studi Kasus Di
Selatan. Hal 9-13. Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Anonim. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Karawang). Instititut Pertanian
Penggilingan Padi Mobile. Chapter Bogor: Skripsi.
II pdf. Universitas Sumatera Utara. Ramadhani. N.F.2011. Model
Asmawati. 2009. Analisis Pengeringan Lapis Tipis Pada Cabai
Kesetimbangan Massa pada Merah Besar Varietas Tombok.
Pabrik Penggilingan Universitas Hasanuddin.
Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Refili. Safrizal. 2010.skripsi Kadar Air
Bantimurung Kab. Maros. Fakultas Bahan. Teknik Pasca Panen Jurusan
Pertanian Universitas Hasanuddin. Teknik Pertanian. Fakultas
Makassar Pertanian. Universitas Syiah Kuala.
Badan Standardisasi Nasional. 1987. Ridwan Thahir , 2005. Peningkatan
Standar Mutu Gabah. SNI 01- Kinerja Penggilingan Padi.
0224-1987. Badan Standardisasi BalaiPenelitiadan Pengembangan
Nasional, Jakarta. Hal: 4. Pertanian,Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Sodha et al., M.S.,N.K. Bansal,and M.A.S.
Standar Nasional Indonesia Beras Malik. 1987. Solar Crop Drying.
Giling. SNI 6128:2008. Badan Volume I. CRS Press, inc. Boca
Standardisasi Nasional, Jakarta. Hal: Raton, Florida.
9. Suprayono dan A. Setyono. 1997. Budi
Damardjati, D.S. 1988. Struktur Daya Padi. Penebar Swadaya,
kandungan gizi beras. Dalam: Jakarta.
Ismunadji, M., S. Partohardjono, Suprihatno, Bambang, Aan A. Darajat,
M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku 1. Satoto, Baehaki S.E, IN. Widiarta,
Balai Penelitian dan Pengembangan Agus Setyono, S. Dewi Indrasari,
Pertanian, Pusat Penelitian dan Ooy S. Lesmana dan Hasil
Pengembangan Pertanian, Pusat Sembirang. 2009. Deskripsi Varietas
Penelitian dan Pengembangan Padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 103- Tanaman Padi. Badan Penelitian dan
159. pengembangan Pertanian.
Hardjosentono, M., Wijato, E Rachlan, Departemen Pertanian.
I.W. Badra, dan R.D. Tarmana. Sugeng H.R. 1998. Bercocok Tanam Padi.
2000. Mesin- Mesin Pertanian. Aneka Ilmu. Semarang.
Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan
Juliano B.O. 1972. The rice caryopsis and Padi. PT Gramedia Utama. Jakarta.
its composition. In: Houston
DF(ed.). Rice, Chemistry and

Anda mungkin juga menyukai