Mempelajari Sifat Fisik Beras Varietas Padi Cigeulis Dan Inpari – 4 Pada Penggilingan
Padi Mobile
Hastang1, Mursalim1 dan Junaedi Muhidong1
Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Penggilingan padi mempunyai peranan yang penting dalam mengkonversi padi menjadi beras
yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan
dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses
penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dimensi (panjang, lebar, tebal) dan
perubahan berat dari gabah menjadi beras utuh, selama proses penggilingan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2015 di Laboratorium Program Studi Keteknikan
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan pengamatan dan
pengukuran pada masing – masing varietas padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa
rata – rata perubahan dimensi dari masing – masing varietas meliputi panjang, tebal, dan tinggi
dari gabah menjadi beras utuh selama proses penggilingan varietas Cigeulis yaitu 9,722 %, 6,778
%, dan 30,29 %. Sedangkan varietas Inpari-4 yaitu 9,845 %, 6,730 % dan 31,66 %. Sedangkan
persentase berat beras utuh, patah dan menir dengan rata- rata persentase yaitu Beras Utuh
40,42%, BP 34,42% dan BM 25,14%. Sedangkan varietas Inpari-4 memiliki rata – rata yaitu BU
39,26 %, 34,88%, 25,84%.
Kata kunci: Penggilingan padi, kadar air, sifat fisik gabah, dimensi
2
c. Membawa sampel ke Analisis Dan Penyajian Data
Laboratorium (Pengolahan Data)
2. Pengukuran dimensi dan berat 1. Dimensi
a. Menyiapkan 30 butir untuk Setelah mengukur dimensi per
masing-masing 3 jenis sampel biji sampel, kemudian dilakukan
pada varietas perhitungan dengan merata-
b. Memasukkan sampel kedalam ratakan, lalu mempersentasekan
plastik kedap udara dan perubahan dimensi. Selanjutnya
memberi kode untuk masing – hasil perhitungan tersebut
masing sampel. ditabelkan.
c. Mengukur panjang, diameter 2. Dimensi dan berat
besar dan diameter kecil untuk Setelah mengetahui berat per
Setiap sampel. Setelah itu biji sampel, selanjutnya dilakukan
mengukur diameter besar dan perhitungan dengan merata-
diameter kecil menggunakan ratakan, lalu mempersentasekan
Mikrometer Sekrup. perubahan berat. Selanjutnya hasil
d. Menimbang berat setiap butir perhitungan tersebut ditabelkan.
sampel menggunakan 3. Kadar air
timbangan digital. Setelah berat kering bahan
3. Penentuan kadar air diukur, kemudian dilakukan
a. Menyiapkan 20 g sampel perhitungan persentase kadar air
kemudian dibagi menjadi 2 basis basah (KAbb). Perhitungan
bagian masing-masing 10 g dilakukan menggunakan persamaan
sampel. (1), selanjutnya hasil perhitungan
b. Menyiapkan wadah yang tersebut ditabelkan.
terbuat dari aluminium foil KAbb
kemudian memasukkan sampel = 𝐴−𝐵
𝐴
𝑋 100 %....................(1)
ke dalam wadah. Keterangan:
c. Memasukkan setiap sampel ke KAbb : kadar air basis
dalam oven dengan suhu basah (%)
105oC selama 72 jam. A : berat awal (g)
d. Mengeluarkan sampel dari B : berat akhir (g)
oven kemudian menyimpan
sampel di dalam toples selama
1 jam.
e. Menimbang berat akhir sampel
untuk mengetahui kadar air
sampel.
4. Penentuan berat beras utuh, beras
patah dan menir hasil sortir
a. Beras utuh, beras patah, dan
menir yang telah disortir
kemudian ditimbang
b. Beras yang sudah disortir lalu
di timbang dan di berikan
masing-masing kode hasil
yang sudah di sortir.
3
Bagan Alir Penelitian Berdasarkan Tabel 5 pabrik penggilingan
dapat dikategorikan sebagai penggilingan
padi berskala kecil (PPK). Suatu
penggilingan padi digolongkan sebagai
penggilingan padi berskala kecil bila
kapasitas penggilingannya tidak lebih dari
1500 kg beras per jam (Departemen
Pertanian, 2001). Menurut data tahun
1990-1997, yang dirilis oleh Departemen
Pertanian RI (1998), lebih dari 50%
penggilingan padi yang ada di Indonesia
tergolong dalam penggilingan padi dengan
skala kecil dan lebih dari 36% adalah Rice
Milling Unit (RMU) yang merupakan
penggilingan padi manual yang terdiri dari
dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit
mesin penyosoh yang dari segi kapasitas
juga termasuk penggilingan padi kecil.
Sifat Fisik Gabah
Sifat fisik gabah kering giling yang
meliputi gadar air gabah. dimensi berupa
panjang, diameter besar dan diameter kecil
gabah dan KAbb, KAbk disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Sifat Fisik Gabah Kering Giling
Penggilingan Padi
Karakteristik dan kondisi pabrik
penggilingan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kondisi Pabrik Penggilingan Pada Tabel 6. Menunjukkan bahwa
Merek mesin : Mitsubishi sifat fisik gabah kering giling dari masing–
Bahan bakar : Solar
masing varietas meliputi hasil rata–rata
Tahun keluaran : 2008
Dimensi : 59x38x99 cm dimensi panjang, diameter besar dan
Kapasitas : 140-180 kg / jam diameter kecil serta kadar air gabah
Daya : 1500 watt, 220 V (lampiran 2). Dimana rata-rata panjang
Kecepatan : 1600 rpm
Berat : 46 kg
gabah varietas Cigeulis 9,722 mm (±)
Tabel 5 menunjukkan kondisi dari 0,765 dan inpari-4 yaitu 9,846 mm (±)
pabrik penggilingan yaitu uraian alat dan 0,557. Tebal beras varietas cigeulis 2,445
mesin yang digunakan beserta tipenya. mm (±) 0,118 sedangkan varietas Inpari
4
yaitu 2,712 mm (±) 0,299. Tinggi beras Tinggi
3 1,721 0,044 1,684 0,038
(mm)
varietas cigeulis 2,301 mm (±) 0,198 dan Berat
Inpari 2,115 mm (±) 0,314. Rata-rata 4 perbiji 0,002 0,001 0,007 0,001
(gram)
KAbb Cigeulis 7,916%, (±) 1,976 dan
KAbb Inpari-4 yaitu 6,260% (±) 0,695.
Pada Tabel 7. Menunjukkan hasil
Sedangkan KAbk Cigeulis 8,533%, (±)
pengukuran rata-rata dimensi meliputi
2,442 untuk Inpari-4 sebesar 6,683%, (±)
panjang beras, tebal, tinggi dan berat
0,799.
perbiji. Dari hasil pengukuran tersebut
Kadar air gabah telah memenuhi
dapat diketahui bahwa varietas ciguelis
standar mutu gabah siap giling. Hal ini
lebih panjang dibandingkan varietas
sesuai dengan Tabel mutu gabah SNI
inpari-4 yaitu varietas cigeulis 6,821 mm
0224-1987-0 yang menyatakan bahwa
(±) 0,182 sedangkan panjang Inpari-4
persen kadar air maksimum untuk gabah
yaitu 6,477 mm, (±) 0,488. Sementara
yaitu 14%. Selain itu dalam standarisasi
hasil pengukuran tebal beras, varietas
mutu, dikenal empat tipe ukuran beras,
inpari-4 lebih unggul dibandingkan
yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm),
varietas cigeulis dimana tebal varietas
panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm),
inpari-4 yaitu 2,233 mm, (±) 0,106
dan pendek (kurang dari 5 mm).
sedangkan varietas cigeulis yaitu 2,219
Sedangkan berdasarkan bentuknya
mm, (±) 0,193. Selanjutnya hasil
(perbandingan antara panjang dan lebar),
pengukuran tinggi beras, varietas cigeulis
beras dapat dibagi menjadi empat tipe,
lebih unggul dibandingkan varietas
yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-
inpari-4 dimana tinggi beras varietas
3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat
cigeulis yaitu 1,721 mm, (±) 0,044
(kurang dari 2). Tinggi rendahnya mutu
sementara varietas inpari-4 hanya 1,684
beras tergantung kepada beberapa faktor,
mm, (±) 0,038. Namun jika dilihat dari
yaitu spesies dan varietas, kondisi
hasil pengukuran berat perbiji kedua
lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu
varietas yang lebih berat adalah varietas
dan cara pemanenan, metode pengeringan,
inpari-4 yaitu 0,007 mm, (±) 0,001
dan cara penyimpanan.
sedangkan berat perbiji varietas cigeulis
Sifat Fisik Beras Pecah Kulit Varietas yaitu 0,002 mm, (±) 0,001.
Cigeulis dan Inpari-4 Terdapat dua tahap dalam proses
Sifat fisik beras pecah kulit varietas penggilingan yaitu husking dan
cigeulis dan inpari-4 meliputi panjang polishing. Husking adalah tahap
beras, tebal, tinggi dan berat perbiji. Dari melepaskan beras yang menghasilkan
hasil pengukuran masing-masing varietas beras pecah kulit (brown rice). Dari
disajikan pada tabel 8. struktur butiran gabah, bagian-bagian
yang akan dilepaskan adalah palea,
Tabel 7. Sifat Fisik Beras Pecah Kulit. lemma, dan glume. Seluruhnya bagian
Sifat Varietas
tersebut dinamakan kulit gabah atau
No. fisik SD Inpari- SD
gabah Cigeulis
(±) 4 (±) sekam. Sebagian besar gabah yang
Panjang dimasukkan ke dalam mesin pemecah
1 Beras 6,821 0,182 6,477 0,488
(mm)
kulit (husker) akan terkupas dan masih
2
Tebal
2,219 0,193 2.233 0,106
ada sebagian kecil yang belum terkupas.
(mm)
5
Butiran gabah yang terkupas akan Sifat Fisik Beras
terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras Sifat fisik beras meliputi panjang
pecah kulit dan sekam. Selanjutnya beras, tebal, tinggi, dan berat perbiji dari
butiran gabah yang belum terkupas harus masing-masing varietas. Sifat fisik beras
dipisahkan dari beras pecah kulit dan disajikan pada tabel 7.
sekam untuk dimasukkan kembali ke
dalam mesin pemecah kulit. Proses Tabel 8. Sifat Fisik Beras Utuh
Varietas
pengupasan akan berjalan baik apabila No Sifat fisik
. beras Cigeuli SD
gabah memiliki kadar air yang sesuai s
SD (±) Inpari-4
(±)
yaitu antara 13-15%. Pada kadar air yang Panjang
0,42
1 Beras 6,778 0,258 6,731
lebih tinggi proses pengupasan akan sulit (mm)
5
6
pada varietas inpari-4 sekitar 6,731 mm, beras pecah kulit. Dengan data ini dapat
hal ini disebabkan karena Cigeulis diketahui mutu beras berdasarkan
memiliki tingkat keras yang lebih rendah perubahan ukuran beras sebelum
dibandingkan inpari-4 sehingga pada saat penyosohan dan setelah penyosohan.
penggilingan tingkat beras yang patah Menurut Suprihatno (2009), pada saat
dan pecah akan tinggi. Hal ini sesuai beras pecah kulit masuk ke ruang
pernyataan Suprihatno, (2009), Selain penyosoh terjadi pengikisan pada
dipengaruhi oleh kualitas gabah, beras permukaan beras pecah kulit yang
patah juga disebabkan oleh kondisi menimbulkan panas sehingga
penggilingan seperti lamanya proses mengakibatkan tingginya butir menir,
pengilingan dan penyosohan, hal ini juga dengan demikian rendemen semakin kecil.
didukung oleh Asmawati, (2009), bahwa Hal ini juga dikemukakan oleh Harianto
perbedaan tingkat kekerasan yang (2001), bahwa perubahan yang terjadi
terdapat pada beras memiliki kontribusi pada beras ini disebabkan oleh faktor
yang signifikan terhadap tingkat beras kualitas beras terutama derajat sosoh yang
patah hasil penggilingan varietas Cigeulis diinginkan karena semakin tinggi derajat
yang selalu lebih tinggi. Rendemen beras sosoh maka rendemen akan semakin
juga dipengaruhi oleh proses rendah.
penggilingan yang dilakukan dan kondisi Selanjutnya rata-rata perubahan
dari gabah yang digiling. panjang GKG menjadi BU pada varietas
cigeulis dan inpari-4 disajikan pada tabel
Perubahan Dimensi Beras Selama
10
Penggilingan
Tabel 10. Rata-rata Perubahan panjang
Perubahan dimensi beras selama
GKG menjadi BU.
penggilingan pada gabah kering giling
(GKG), beras pecah kulit (BPK) Panjang
Panjang
Perubahan
No. Varietas GKG Panjang GKG
BU (mm)
Tabel 9. Rata-Rata perubahan panjang (mm) menjadi BU (%)
7
35.00 33.99 32.49
29.83 30.28
Persentase (%) 30.00 Cigeulis Inpari-4
25.00 Be Be Beras Beras Beras Patah
M ras Patah
Cigeulis ras
en Pa
Utuh 35% Menir
Ut 39%
u… ir t… Menir
Beras Utuh
Inpari-4 2… 26%
8
Anonim. 2006. Laporan Pelatihan dan Technology. Minnesota: AACC, Inc.
Pedoman Penanganan Pasca panen pp: 16-74.
Padi, Listyawati. 2007. Kajian Susut Pasca
27-28 Februari 2006. Kerja sama Panen Dan Pengaruh Kadar Air
IRRI – SSFFMP – Balai Pengkajian Gabah Terhadap Mutu Beras Giling
Teknologi Pertanian Sumatera Varietas Ciherang (Studi Kasus Di
Selatan. Hal 9-13. Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Anonim. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Karawang). Instititut Pertanian
Penggilingan Padi Mobile. Chapter Bogor: Skripsi.
II pdf. Universitas Sumatera Utara. Ramadhani. N.F.2011. Model
Asmawati. 2009. Analisis Pengeringan Lapis Tipis Pada Cabai
Kesetimbangan Massa pada Merah Besar Varietas Tombok.
Pabrik Penggilingan Universitas Hasanuddin.
Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Refili. Safrizal. 2010.skripsi Kadar Air
Bantimurung Kab. Maros. Fakultas Bahan. Teknik Pasca Panen Jurusan
Pertanian Universitas Hasanuddin. Teknik Pertanian. Fakultas
Makassar Pertanian. Universitas Syiah Kuala.
Badan Standardisasi Nasional. 1987. Ridwan Thahir , 2005. Peningkatan
Standar Mutu Gabah. SNI 01- Kinerja Penggilingan Padi.
0224-1987. Badan Standardisasi BalaiPenelitiadan Pengembangan
Nasional, Jakarta. Hal: 4. Pertanian,Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Sodha et al., M.S.,N.K. Bansal,and M.A.S.
Standar Nasional Indonesia Beras Malik. 1987. Solar Crop Drying.
Giling. SNI 6128:2008. Badan Volume I. CRS Press, inc. Boca
Standardisasi Nasional, Jakarta. Hal: Raton, Florida.
9. Suprayono dan A. Setyono. 1997. Budi
Damardjati, D.S. 1988. Struktur Daya Padi. Penebar Swadaya,
kandungan gizi beras. Dalam: Jakarta.
Ismunadji, M., S. Partohardjono, Suprihatno, Bambang, Aan A. Darajat,
M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku 1. Satoto, Baehaki S.E, IN. Widiarta,
Balai Penelitian dan Pengembangan Agus Setyono, S. Dewi Indrasari,
Pertanian, Pusat Penelitian dan Ooy S. Lesmana dan Hasil
Pengembangan Pertanian, Pusat Sembirang. 2009. Deskripsi Varietas
Penelitian dan Pengembangan Padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 103- Tanaman Padi. Badan Penelitian dan
159. pengembangan Pertanian.
Hardjosentono, M., Wijato, E Rachlan, Departemen Pertanian.
I.W. Badra, dan R.D. Tarmana. Sugeng H.R. 1998. Bercocok Tanam Padi.
2000. Mesin- Mesin Pertanian. Aneka Ilmu. Semarang.
Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan
Juliano B.O. 1972. The rice caryopsis and Padi. PT Gramedia Utama. Jakarta.
its composition. In: Houston
DF(ed.). Rice, Chemistry and