Anda di halaman 1dari 9

BAB 6

PASAR VALUTA ASING

A. Definisi
Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat
perbandingan nilai tukar antar keduanya. Nilai tukar ini sebenarnya merupakan
semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua
mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs
(exchange rate). Misalnya, kurs valuta asing (dolar AS) adalah US$1 = Rp 678,- berarti
bahwa Rp 678,- dapat ditukar dengan dolar sebanyak US$1 atau sama saja Rp 1,-
dapat ditukar dengan US$ 1/1678.
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal :
1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/Bank. Kurs beli
adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing/bank membeli valuta
asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs tersebut merupakan
keuntungan bagi para pedagang.
2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya.
Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada kurs MT (Mail Transfer) sebab
perintah/order pembayaran dengan menggunakan telegram bagi Bank merupakan
penyerahan valuta asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan penyerahan
dengan penyerahan melalui surat.
3. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran yang
berasal dari bank asing yang sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi daripada
yang belum terkenal.
Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja, tetapi
juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain: eksportir-
importir, bank, pedagang perantara dan bank sentral. Mereka saling berhubungan
sehingga membentuk pasar valuta asing. Eksportir dan importir yang hendak menjual
atau membeli valuta asing menghubungi bank mereka. Bank berusaha mencari/
mempertemukan permintaan dan penawaran valuta asing dari para langganannya.
Kalau usaha ini ternayata tidak bisa banker sebut menghubungi bank yang lain atau
pedagang perantara. Pedagang perantara ini usahanya spesialisasi dalam mata uang
tertentu. Peranan bank sentral sangat besar, terutama dalam usahanya mempengaruhi
kurs dengan cara aktif jual beli valuta asing.

B. Fungsi Pasar Valuta Asing


Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu
kelancaran lalu lintas pembayaran internasional, yaitu sebagai berikut:

1
1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke
negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan
sistem clearing sepertinya halnya yang dilakukan oleh bank-banak serta para
pedagang.
2. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan
pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valtua asing memberikan
kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.
3. Memungkinkan dilakukannya hedging. Seorang pedagang melakukan hedging
apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di
pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat
perubahan kurs. Hedging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market). Pasar
jangka adalah pasar dimana transaksi jual beli terjadi dengan harga yang disetujui
pada saat ransaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dialkukan di kemudian hari.
Ini berbeda dengan spot market dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi
pada saat yang bersamaan.

C. Spekulasi
Spekulasi adalah tindakan untuk mengambil resiko karena harapan akan
terjadinya perubahan harga. Seorang spekulator valuta asing dapat mengambil posisi
jangka pendek (short position) apabila dia menjual valuta asing di pasar jangka (tanpa
pada waktu itu berutang valuta asing sejumlah yang sama), dengan harapan bahwa dia
dapat membeli dengan kurs spot yang lebih murah pada saat penyerahan valuta asing
utuk kontraknya di pasar jangka. Sebaiknya dia dapat mengambil posisi jangka panjang
(long position) yakni apabila di membeli valuta asing di pasar jangka (tanpa membuat
janji untuk melakukan pembayaran pada saat kontrak selesai dengan kurs spot),
dengan harapan bahwa kurs spot pada waktu kontrak di pasar jangka selesai lebih
tinggi sehingga dia dapat memperoleh keuntungan. Jadi dalam hal spekulasi yang
penting bagi spekulator adalah perbedaan antara kurs forward yang berlaku saat itu
dengan harapan tentang kurs spot pada waktu yang akan datang.

D. Sistem Kurs Valuta Asing


Sifat kurs valuta asing ssangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual
beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan
berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila
pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan
mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah di dalam
batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu.
Pemerintah dapat juga menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. Dalam hal kurs
tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini disebut exchange

2
control. Di dalam sistem moneter standar emas kurs valuta asing relatif tetap atau
hanya berubah-ubah dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.
1. Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Seperti telah dijelaskan di
muka, bahwa permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi
pembayaran ke luar negeri (impor). Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi
debit dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing
berasal dari exportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran
internsional. Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomous credit
lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya
dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit. Selanjutnya,
transaksi autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga.
Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini, baik dari dalam maupun luar
negeri, akan mempengaruhi permintaan dan penawaran, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kurs valuta asing.
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain),
maka besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan
akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun).
Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan
mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri
cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun (nilai
mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing).
Dari uraian di atas jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga serta tingkat
bunga secara tidak langsung akan mempengaruhi krus. Secara skematis hubungan
tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut :

Kegiatan Ekonomi

Pendapatan Permintaan Kurs


Harga dan dan Penawaran Valuta
Tingkat Bunga Valuta Asing Asing

Kebijaksanaan Pemerintah Faktor-faktor


(Fiksal dan Moneter) Psikologi

Kebijaksanaan pemerintah (kenaikan pengeluaran misalnya) akan menaikkan


pendapatan dan harga. Kenaikan pendapatan dan harga ini akan menyebabkan
impor naik, yang berarti akan menaikkan permintaan valuta asing. Akibat selanjutnya,
kurs valuta asing akan naik (depresi mata uang sendiri). Di samping faktor-faktor

3
ekonomi tersebut, ada faktor-faktor non ekonomi yang dapat mempengaruhi
perubahan kurs, seperti faktor politis dan psykologi. Misalnya, kepanikan yang
terjadi di dalam negeri akan menyebabkan larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs
valuta asing akan naik.
2. Sistem Kurs yang stabil
Sistem kurs bebas seperti tersebut di atas sering menimbulkan adanya tindakan
spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu
banyak negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan
kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara aktif yaitu pemerintah
menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds) dan pasif yaitu
dalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.
a) Stabilitas Kurs
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut :
Apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli
valuta asing di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah maka
tendensi kurs turun dapat dicegah. Sebaliknya apabila tenensi kurs naik,
maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta
asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah lebih
sukar, karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini
mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk menembalikan
kurs ke tingkat yang dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan
kurs lebih mudah dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurun kurs
lebih mudah dijalankan sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan
dengan menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besarnya cadagan mata
uang asing sendiri di bawah kekuasaan atau pengawasan pemerintah, bahkan
kalau kekurangan pemerintah dapat mencetak uang.
b) Standar Emas
Suatu negara dikatakan memakai standar emas apabila :
1) Nilai mata uangnya di jamin dengan nilai sebeart emas tertentu
2) Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas
3) Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak
terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah)
Dalam sistem standar emas kurs mata uang suatu negara terhadap negara
lain ditentukan dengan dasar emas dalam sistem standar emas kurs valuta asing
hanya berubah-ubah di dalam batas-batas di dalam batas-batas yang ditentukan
oleh ongkos angkut emas.

4
3. Pengawasan Devisa (Exchange Control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing.
Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi
pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tersebut menghadapi
keterbtasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya. Menghadapi
jumlah valuta asing relatif lebih sedikit dibandingkan dengan permintaannya,
pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya, yakni untuk tujuan-
tujuan yang sesuai dengan program pemerintah. Alokasi dilakukan dengan
menggunakan lisensi impor.
Di dalam pengawasan devisa (exchange control) pemerintah dapat
menetapkan kurs suatu mata uang itu :
a. Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut.
Sistem ini disebut single exchange rate system. Dalam hal ini exhange rate tidak
mempunyai peranan di dalam alokasi devisa untuk berbagai : transaksi,
permintaan serta negara.
b. Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya.
Misalnya :
$1 = Rp 600,00; untuk impor barang-barang yang essensiil.
$1 = Rp. 800,00; untuk impor barang-barang yang essensiil.
Sistem ini disebut exchange rate, sebenarnya didalam sistem ini terdapat
banyak sekali cara penentuan exchange. Bentuknya yang ekstrim ada 2 (dua),
yaitu :
1) Dua atau lebih kurs/exchange rate yang bebas untuk mengalokasi devisia
dengan bebera pengawasan yang tidak ketat.
2) Dua atua lebih kurs resmi (official rate) yang tetap, yang biasanya dilengkapi
dengan sistem lisensi impor serta impor kuota.
Di dalam mengadakan alokasi penggunaan devisa, pemerintah dapat
mengunakan beberapa cara, antara lain :
a) Individual allocation: setiap pemohon devisa (importir) diadakan penelitian
tentang penggunaannya. Apabila pemohon tersebut disetujui lalu diberikan
izin untuk membeli sejumlah tertentu devisa.
b) Exchange quota: untuk setiap kategori impor ditentukan jumlah devisanya
berdasarkan devisa yang akan dibperoleh dari ekspor dalam waktu tertentu.
Apabila devisa sudah tersedia, lal dijual dengan prinsip yang datang dulu
dilayani sampai jatah untuk kategori impor tersebut impor tersebut habis.
c) Waiting list: ini merupakan pelengkap cara b diatas. Setiap surat permohonan
pembelian devisa ditempatkan dlaam daftar menunggu (waiting list) sampai
devisa tersedia.

5
Pada umumnya tujuan suatu negara menjalankan pengawasan devisa
adalah :
a. Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menkan Neraca
Pembayaran Internasional (NPI) yang disequilibrium. Apabila suatu negara tidak
mengehendaki penyeimbangan NPI yang defisit dengan politik deflasi ataupun
devaluasi, maka harus diadakan penekanan terhadap difisit tersebut dengan
cara mengawasi langsung semua transaksi internasional. Cara langsung
pengawasan transaksi internasional dengan pengawasan devisa dilakukan
dengan mengatur cara memperoleh serta penggunaan devisa. Cara lain di
dalam pengawasan devisa adalah melalui kuota impor dan ijin/ lisensi impor.
Dengan cara-cara tersebut disequilibrium didalam NPI dapat ditekan
(suppressed disequilibrium).
b. Melindungi industri di dalam negeri. Dengan pembatasan impor maka
pengawasan devisa mempunyai tujuan utnuk melindungi industri dalam negeri
dari persaingan industri luar negeri.
c. Memperoleh pendapatan bagi Pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
dengan cara menetapkan kurs (exchange rate) yang berbeda antara pembelian
dan penjualan. Kurs pembelian oleh pemerintah ditetapkan lebih besar daripada
kurs penjualan. Perbedaan kurs inilah yang berupakan pendapatan bagi
pemerintah.
d. Tie In Import Arragement : penggunaan devisa untuk impor barang tertentu,
tetapi dengan syarat importir harus juga membeli barang pelengkap atau barang
yang sama hasil produksi di dalam negeri dalam proporsi tertentu.
Jadi, dengan pengawasan devisa maka penggunannya dapat diatur sebaik
mungkin sehingga disequilibrium di dalam NPI pun dapat dikurangi/ditekan.

E. Teori Purchasing Power Parity (PP)


Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang bernama Gustav
Casssel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang
lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di saming-
masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori purchasing power parity, yakni
interpertasi absolut dan relatif.
Menurut interpertasi absolut purchasing power parity, perbandingan nilai satu mata
uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing
negara. Sebagai contoh harga 1 kg gandung di Amerika Serikat adalah $1 dan di
Indonesia $1 = Rp. 1.000,00. Jadi kurs didasarkan pada perbandingan purchasing
powernya yakni :
Rp.1 .000,00/kg
PP= 1.000
$ 1/kg

6
Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs
tersebut haruslah mengalami perubahan pula. Misalnya, kalau harga-harga di Indonesia
naik tiga kali dan di Amerika Serikat hanya dua kali, maka kursnya (kurs PP) akan
menjadi :
1.000,00 3 Rp .1 .500,00
x =
$1 2 $1
Kurs PP yang didasarkan pada perubahan harga inilah yang sering disebut krus PP
dalam arti relatif.
Namun demikian, perhitungan di atas kurang mencerminkan kenyataan kurs yang
terjadi di negara-negara berkembang. Dengan dasar teori PP, kurs di negara
berkembang akan terlalu rendah, sebab bisanya harga barang-barang yang tidak masuk
dalam perdagangan luar negeri (jasa tukang cukur atau dokter, misalnya) terlalu rendah
bila dibanding dengan harga jasa tersebut di negara maju. Padahal, biasanya negara-
negara berkembang mengalami defisit neraca pembayaran (terdapat kelebihan
permintaan valuta asing) seingga tendensi kurs naik. Dengan tidak memperhitungkan
harga jasa-jasa, kurs di negara berkembang akan rendah. Oleh karena itu, sering para
turis dari negara maju merasa bahwa harga-harga makanan, pakaian atau barang-
barang lain yang diperdagangankan secara internasional hampir sama dengan di
negaranya, namun harga jasa dirasa sangat murah di negara berkembang.

F. Pasar Euro Dolar


Euro dolar adalah deposito bank yang dinyatakan dengan dolar Amerika Serikat
pada bank-bank di luar Amerika Serikat (sebagian besar di Eropa). Deposito ini dapat
dimiliki oleh orang Amerika ataupun orang lain. Dua sifat pokok euro dolar adalah :
pertama, merupakan kewajiban jangka pendek untuk membayar dengan dolar dan
kedua, merupakan kewajiban dari bank-bank di luar Amerika Serikat. Lokasi bank (di
luar Amerika Serikat) sangat penting, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap
peraturan-peratuarn tentang kegiatan bank tersebut yang ditentukan oleh penguasa
moneter setempat.
Euro dolar pertama-tama timbul ketika pada permulaan tahun 1960-an Uni Soviet
menjual emas di London untuk membeli gandum dari Amerika Serikat. Sementara
menungggu pembayaran gadumnya, Uni Soviet menyimpan hasil penjualan emasnya
dalam bentuk deposito dolar di London. Pertimbangannya, dolar merupakan mata uang
yang relatif aman pada saat itu serta menghemat ongkos sebab pembayaran pembelian
gandum nantinya dengan dolar. Sebab lain timbulnya euro dolar adalah peraturan
pemerintah Amerika tentang pembayaran tertinggi bunga deposito (Regulation Q).
tingkat bunga di Inggris melebihi tingkat bunga tertinggi tersebut, sehingga banyak
deposito di Amerika di transfer ke Inggris. Disamping itu, fungsi dolar sebagai mata
uang pokok dalam lalu lintas pembayaran internasional menyebabkan deposito deposito
di bank dinyatakan dengan dolar.
7
Dengan adanya euro dolar tersebut maka transaksi pembayaran internasional
dapat dilakukan dengan lebih efisien serta dalam waktu yang relatif singkat. Kerugian
yang timbul adalah euro dolar ini dapat bertambah melalui proses yang sama seperti
penciptaan uang di dalam sistem perbankan dalam negeri, maka dapat mengurangi
kekurangan penguasa moneter untuk mengambil kebijaksanaan. Kerugian lain euro
dolar dapat menambah ketidakstabilan dalam lalu lintas pembayaran internasional.

G. Argumen Pro dan Kontra Kurs Yang Berubah-ubah


Suatu sistem kurs yang berubah-ubah menghendaki lepasnya Bank Sentral di
dalam campur tangan pasar valuta asing. Sistem ini menimbulkan banyak perdebatan
tentang keuntungan dan kerugiannya dibandingkan dengan sistem kurs yang stabil.
Perdebatan yang sering timbul antara lain :
1. Yang setuju : mengatakan bahwa keuntungan/manfaat sistem kurs yang berubah-
ubah adalah naiknya efisiensi di dalam alokasi faktor-faktor produksi. Kurs tidak laina
dalah harga, dan di dalam pasar bebas harga akan berperan mengatur alokasi faktor
produksi di dalam masyarakat secara efisien. Disamping itu, sistem urs yang
berubah-ubah akan mengurangi/menghilangkan beban pemerintah untuk mengatasi
ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran akan selalu seimbang. Proses
penyeimbangannya melalui perubahan kurs, sehingga pemerintah tidak perlu
menyediakan dana untuk menyeimbangkan.
Yang kontra : mengatakan bahwa kurs yang berubah-ubah akan menyebabkan
ketidakstabilan di dalam lalu lintas pembayaran internasional sehingga dapat
mengurangi volume perdagangan. Terutama bagi negara yang sangat tergantung
pada perdagangan luar negeri, perubahan kurs yang selalu terjadi akan
mengakibatkan perubahan harga-harga di dalam negeri. Akibat selanjutnya,
kepercayaan masyarakat terhadap mata uang serta efisiensi alokasi faktor produksi
dapat turun.
2. Yang setuju : ketidakstabilan di dalam lalu lintas pembayaran serta turunnya volume
perdagangan tersebut diatas adalah alasan yang terlalu dibesar-besarkan. Secara
teoritis kurs yang berubah-ubah relatif lebih stabil sebab pasar valuta asing biasanya
sangat kompetitif dan permintaan dan penawarannya sangat elastis terhadap harga.
Dalam keadaan demikian ini, hanya diperlukan perubahan kurs yang sangat kecil
saja untuk menyeimbangkan pasar apabila terdapat ketidakseimbangan sebagai
akibat terjadinya perubahan permintaan atau penawaran. Untuk pasar valuta asing
yang elastis permintaan dan penwarannya lebih besar (elastis), penurunan harga
relatif kecil. Dengan demikian tingkat elastisitas yang tinggi biasanya harga-harga
lebih stabil dibandingkan dengan pasar yang elastisitasnya rendah.
Yang kontra : penyesuaian harga yang cepat seperti di atas ini sangat bertentangan
dengan keterlambatan waktu antara perubahan harga/kurs dengan perubahan di

8
dalam ekspor dan impor. Perubahan kurs yang kecil saja mungkin dapat
mengakibatkan ketidakstabilan. Sebagai contoh, apabila kenaikan nilai suatu mata
uang dapat mengakibatkan para spekulan berpenghargaaan bahwa nilai mata uang
tersebut terus naik sehingga mereka bahkan menambah pembelian yang akibatnya
harga akan naik terus. Demikian sebaliknya kalau terjadi penurunan harga.
Spekulasi, akhirnya akan menambah ketidakstabilan (destabilizing speculation).
3. Yang setuju : kegiatan spekulasi tersebut justrus malah menstabilkan sebab untuk
memperoleh keuntungan, para spekulan akan menjual pada waktu harga tinggi dan
membeli pada waktu harga rendah. Dengan demikian ini kegiatan spekulasi akan
memperkecil ketidakstabilan (stabilizing speculation)
Akhir perdebatan tersebut masih belum pasti. Meskipun perdebatan tersebut terus
berjalan, perlu dicatat bahwa dalam kenyataannya terdapat pengaturan kurs yang
terletak diantara kedua sistem yang ekstrim tersebut.

H. Wilayah Moneter Optimum (Optimum Currency Areas)


Beberapa negara asing mengadakan pengaturan bersama mengenai sistem kurs
yang berlaku diantara mereka. Seperti yang dilakukan oleh 6 (enam) negara Eropa
(Belgia, Perancis, Italia, Luxemburg, Netherland dan Jerman Barat). Mereka
menetapkan kurs tetap diantara anggota, dan berubah-ubah terhadap mata uang
negara lain (bukan anggota) secara bersama-sama (jointernasionaly float). Kelompok
negara semacam ini sering disebut dengan Optimum Currency Areas. Meskipun tidak
ada aturan-aturan khusus untuk keanggotaan kelompok semacam ini, namun
beberapa petunjuk/ukuran dapat dipakai. Sangat ideal apabila negara anggota
kelompok mempunyai koordinasi kebijaksanaan fiskal dan moneter yang baik serta
mobilitas faktor produksi yang lancar diantara negara anggota. Disamping itu,
sebagian besar transaksi perdagangan dilakukan diantara anggota sendiri.
Alasan yang mendorong dibentuknya currency area adalah bahwa dengan sistem
kurs yang tetap, maka ketidakpastian ekonomi dapat dikurangi. Hal ini akan mendorong
para produsen untuk beroperasi secara optimal karena meluasnya pasar. Demikian
juga, alokasi faktor produksi menjadi lebih efisien dalam wilayah pemasaran yang
lebih luas, fluktuasi harga diantara negara anggota akan saling menutup. Namun
demikian, kerugian yang timbul adalah bahwa masing-masing negara kehilangan
kebebasannya untuk mengambil kebijaksanaan fiskal dan moneter secara sendiri-
sendiri terlepas dari pengaruhnya terhapa negara anggota yang lain. Setiap negara
apabila hendak melakukan kebijaksaaan fiskal dan moneter harus mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap negara anggota yang lain.

Anda mungkin juga menyukai