A. Definisi
Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat
perbandingan nilai tukar antar keduanya. Nilai tukar ini sebenarnya merupakan
semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua
mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs
(exchange rate). Misalnya, kurs valuta asing (dolar AS) adalah US$1 = Rp 678,- berarti
bahwa Rp 678,- dapat ditukar dengan dolar sebanyak US$1 atau sama saja Rp 1,-
dapat ditukar dengan US$ 1/1678.
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal :
1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/Bank. Kurs beli
adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing/bank membeli valuta
asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs tersebut merupakan
keuntungan bagi para pedagang.
2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya.
Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada kurs MT (Mail Transfer) sebab
perintah/order pembayaran dengan menggunakan telegram bagi Bank merupakan
penyerahan valuta asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan penyerahan
dengan penyerahan melalui surat.
3. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran yang
berasal dari bank asing yang sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi daripada
yang belum terkenal.
Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja, tetapi
juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain: eksportir-
importir, bank, pedagang perantara dan bank sentral. Mereka saling berhubungan
sehingga membentuk pasar valuta asing. Eksportir dan importir yang hendak menjual
atau membeli valuta asing menghubungi bank mereka. Bank berusaha mencari/
mempertemukan permintaan dan penawaran valuta asing dari para langganannya.
Kalau usaha ini ternayata tidak bisa banker sebut menghubungi bank yang lain atau
pedagang perantara. Pedagang perantara ini usahanya spesialisasi dalam mata uang
tertentu. Peranan bank sentral sangat besar, terutama dalam usahanya mempengaruhi
kurs dengan cara aktif jual beli valuta asing.
1
1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke
negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan
sistem clearing sepertinya halnya yang dilakukan oleh bank-banak serta para
pedagang.
2. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan
pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valtua asing memberikan
kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.
3. Memungkinkan dilakukannya hedging. Seorang pedagang melakukan hedging
apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di
pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat
perubahan kurs. Hedging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market). Pasar
jangka adalah pasar dimana transaksi jual beli terjadi dengan harga yang disetujui
pada saat ransaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dialkukan di kemudian hari.
Ini berbeda dengan spot market dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi
pada saat yang bersamaan.
C. Spekulasi
Spekulasi adalah tindakan untuk mengambil resiko karena harapan akan
terjadinya perubahan harga. Seorang spekulator valuta asing dapat mengambil posisi
jangka pendek (short position) apabila dia menjual valuta asing di pasar jangka (tanpa
pada waktu itu berutang valuta asing sejumlah yang sama), dengan harapan bahwa dia
dapat membeli dengan kurs spot yang lebih murah pada saat penyerahan valuta asing
utuk kontraknya di pasar jangka. Sebaiknya dia dapat mengambil posisi jangka panjang
(long position) yakni apabila di membeli valuta asing di pasar jangka (tanpa membuat
janji untuk melakukan pembayaran pada saat kontrak selesai dengan kurs spot),
dengan harapan bahwa kurs spot pada waktu kontrak di pasar jangka selesai lebih
tinggi sehingga dia dapat memperoleh keuntungan. Jadi dalam hal spekulasi yang
penting bagi spekulator adalah perbedaan antara kurs forward yang berlaku saat itu
dengan harapan tentang kurs spot pada waktu yang akan datang.
2
control. Di dalam sistem moneter standar emas kurs valuta asing relatif tetap atau
hanya berubah-ubah dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos angkut emas.
1. Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Seperti telah dijelaskan di
muka, bahwa permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi
pembayaran ke luar negeri (impor). Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi
debit dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing
berasal dari exportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran
internsional. Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomous credit
lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya
dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit. Selanjutnya,
transaksi autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga.
Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini, baik dari dalam maupun luar
negeri, akan mempengaruhi permintaan dan penawaran, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kurs valuta asing.
Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain),
maka besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan
akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun).
Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan
mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri
cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun (nilai
mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing).
Dari uraian di atas jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga serta tingkat
bunga secara tidak langsung akan mempengaruhi krus. Secara skematis hubungan
tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut :
Kegiatan Ekonomi
3
ekonomi tersebut, ada faktor-faktor non ekonomi yang dapat mempengaruhi
perubahan kurs, seperti faktor politis dan psykologi. Misalnya, kepanikan yang
terjadi di dalam negeri akan menyebabkan larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs
valuta asing akan naik.
2. Sistem Kurs yang stabil
Sistem kurs bebas seperti tersebut di atas sering menimbulkan adanya tindakan
spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu
banyak negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan
kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara aktif yaitu pemerintah
menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds) dan pasif yaitu
dalam suatu negara yang menggunakan sistem standar emas.
a) Stabilitas Kurs
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut :
Apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli
valuta asing di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah maka
tendensi kurs turun dapat dicegah. Sebaliknya apabila tenensi kurs naik,
maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta
asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
Usaha untuk mencegah kenaikan kurs valuta asing ini bagi pemerintah lebih
sukar, karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Keterbatasan ini
mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk menembalikan
kurs ke tingkat yang dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurunan
kurs lebih mudah dikehendaki. Sedangkan usaha untuk mencegah penurun kurs
lebih mudah dijalankan sebab pembelian valuta asing oleh pemerintah dilakukan
dengan menggunakan cadangan mata uang sendiri. Besarnya cadagan mata
uang asing sendiri di bawah kekuasaan atau pengawasan pemerintah, bahkan
kalau kekurangan pemerintah dapat mencetak uang.
b) Standar Emas
Suatu negara dikatakan memakai standar emas apabila :
1) Nilai mata uangnya di jamin dengan nilai sebeart emas tertentu
2) Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas
3) Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak
terbatas pada harga tertentu (yang sudah ditetapkan pemerintah)
Dalam sistem standar emas kurs mata uang suatu negara terhadap negara
lain ditentukan dengan dasar emas dalam sistem standar emas kurs valuta asing
hanya berubah-ubah di dalam batas-batas di dalam batas-batas yang ditentukan
oleh ongkos angkut emas.
4
3. Pengawasan Devisa (Exchange Control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing.
Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi
pengaruh depresi dari negara lain, terutama dalam hal negara tersebut menghadapi
keterbtasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya. Menghadapi
jumlah valuta asing relatif lebih sedikit dibandingkan dengan permintaannya,
pemerintah perlu mengadakan alokasi di dalam penggunaannya, yakni untuk tujuan-
tujuan yang sesuai dengan program pemerintah. Alokasi dilakukan dengan
menggunakan lisensi impor.
Di dalam pengawasan devisa (exchange control) pemerintah dapat
menetapkan kurs suatu mata uang itu :
a. Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut.
Sistem ini disebut single exchange rate system. Dalam hal ini exhange rate tidak
mempunyai peranan di dalam alokasi devisa untuk berbagai : transaksi,
permintaan serta negara.
b. Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya.
Misalnya :
$1 = Rp 600,00; untuk impor barang-barang yang essensiil.
$1 = Rp. 800,00; untuk impor barang-barang yang essensiil.
Sistem ini disebut exchange rate, sebenarnya didalam sistem ini terdapat
banyak sekali cara penentuan exchange. Bentuknya yang ekstrim ada 2 (dua),
yaitu :
1) Dua atau lebih kurs/exchange rate yang bebas untuk mengalokasi devisia
dengan bebera pengawasan yang tidak ketat.
2) Dua atua lebih kurs resmi (official rate) yang tetap, yang biasanya dilengkapi
dengan sistem lisensi impor serta impor kuota.
Di dalam mengadakan alokasi penggunaan devisa, pemerintah dapat
mengunakan beberapa cara, antara lain :
a) Individual allocation: setiap pemohon devisa (importir) diadakan penelitian
tentang penggunaannya. Apabila pemohon tersebut disetujui lalu diberikan
izin untuk membeli sejumlah tertentu devisa.
b) Exchange quota: untuk setiap kategori impor ditentukan jumlah devisanya
berdasarkan devisa yang akan dibperoleh dari ekspor dalam waktu tertentu.
Apabila devisa sudah tersedia, lal dijual dengan prinsip yang datang dulu
dilayani sampai jatah untuk kategori impor tersebut impor tersebut habis.
c) Waiting list: ini merupakan pelengkap cara b diatas. Setiap surat permohonan
pembelian devisa ditempatkan dlaam daftar menunggu (waiting list) sampai
devisa tersedia.
5
Pada umumnya tujuan suatu negara menjalankan pengawasan devisa
adalah :
a. Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menkan Neraca
Pembayaran Internasional (NPI) yang disequilibrium. Apabila suatu negara tidak
mengehendaki penyeimbangan NPI yang defisit dengan politik deflasi ataupun
devaluasi, maka harus diadakan penekanan terhadap difisit tersebut dengan
cara mengawasi langsung semua transaksi internasional. Cara langsung
pengawasan transaksi internasional dengan pengawasan devisa dilakukan
dengan mengatur cara memperoleh serta penggunaan devisa. Cara lain di
dalam pengawasan devisa adalah melalui kuota impor dan ijin/ lisensi impor.
Dengan cara-cara tersebut disequilibrium didalam NPI dapat ditekan
(suppressed disequilibrium).
b. Melindungi industri di dalam negeri. Dengan pembatasan impor maka
pengawasan devisa mempunyai tujuan utnuk melindungi industri dalam negeri
dari persaingan industri luar negeri.
c. Memperoleh pendapatan bagi Pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
dengan cara menetapkan kurs (exchange rate) yang berbeda antara pembelian
dan penjualan. Kurs pembelian oleh pemerintah ditetapkan lebih besar daripada
kurs penjualan. Perbedaan kurs inilah yang berupakan pendapatan bagi
pemerintah.
d. Tie In Import Arragement : penggunaan devisa untuk impor barang tertentu,
tetapi dengan syarat importir harus juga membeli barang pelengkap atau barang
yang sama hasil produksi di dalam negeri dalam proporsi tertentu.
Jadi, dengan pengawasan devisa maka penggunannya dapat diatur sebaik
mungkin sehingga disequilibrium di dalam NPI pun dapat dikurangi/ditekan.
6
Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs
tersebut haruslah mengalami perubahan pula. Misalnya, kalau harga-harga di Indonesia
naik tiga kali dan di Amerika Serikat hanya dua kali, maka kursnya (kurs PP) akan
menjadi :
1.000,00 3 Rp .1 .500,00
x =
$1 2 $1
Kurs PP yang didasarkan pada perubahan harga inilah yang sering disebut krus PP
dalam arti relatif.
Namun demikian, perhitungan di atas kurang mencerminkan kenyataan kurs yang
terjadi di negara-negara berkembang. Dengan dasar teori PP, kurs di negara
berkembang akan terlalu rendah, sebab bisanya harga barang-barang yang tidak masuk
dalam perdagangan luar negeri (jasa tukang cukur atau dokter, misalnya) terlalu rendah
bila dibanding dengan harga jasa tersebut di negara maju. Padahal, biasanya negara-
negara berkembang mengalami defisit neraca pembayaran (terdapat kelebihan
permintaan valuta asing) seingga tendensi kurs naik. Dengan tidak memperhitungkan
harga jasa-jasa, kurs di negara berkembang akan rendah. Oleh karena itu, sering para
turis dari negara maju merasa bahwa harga-harga makanan, pakaian atau barang-
barang lain yang diperdagangankan secara internasional hampir sama dengan di
negaranya, namun harga jasa dirasa sangat murah di negara berkembang.
8
dalam ekspor dan impor. Perubahan kurs yang kecil saja mungkin dapat
mengakibatkan ketidakstabilan. Sebagai contoh, apabila kenaikan nilai suatu mata
uang dapat mengakibatkan para spekulan berpenghargaaan bahwa nilai mata uang
tersebut terus naik sehingga mereka bahkan menambah pembelian yang akibatnya
harga akan naik terus. Demikian sebaliknya kalau terjadi penurunan harga.
Spekulasi, akhirnya akan menambah ketidakstabilan (destabilizing speculation).
3. Yang setuju : kegiatan spekulasi tersebut justrus malah menstabilkan sebab untuk
memperoleh keuntungan, para spekulan akan menjual pada waktu harga tinggi dan
membeli pada waktu harga rendah. Dengan demikian ini kegiatan spekulasi akan
memperkecil ketidakstabilan (stabilizing speculation)
Akhir perdebatan tersebut masih belum pasti. Meskipun perdebatan tersebut terus
berjalan, perlu dicatat bahwa dalam kenyataannya terdapat pengaturan kurs yang
terletak diantara kedua sistem yang ekstrim tersebut.