Anda di halaman 1dari 17

Tugas

“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”
“PENYULUH ATAU EDUKASI PADA PASIEN TBC”

OLEH

WA ODE FIKI ASTUTI


J1A121330

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena denganrahmat
, karunia, serta taufik dan hidayahnya dapat menyelesaikan tentang“Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Kesehatan Masyarakat“ dengan baik meskipunbanyak
kekurangan didalamnya. ini dapat berguna dalam rangka menambahwawasan
serta pengetahuan kita mengenai “Pemberdayaan Masyarakat
DalamK e s e h a t a n Masyarakat”. Saya, juga menyadari
s e p e n u h n y a b a h w a d i d a l a m makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, sayaberharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah sayabuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpasaran yang membangun.S e m o g a m a k a l a h s e d e r h a n a
i n i d a p a t d i p a h a m i b a g i s i a p a p u n y a n g membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kamimaupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapatkesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya mohon maaf apabila terdapatkesalahan kata-kata yang kurang
berkena

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertulis di
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu
diusahakan peningkatannya secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai
investasi dalam pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Nurbeti, M. 2009). Perhatian terhadap permasalah kesehatan terus dilakukan terutama
dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat,
menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan
upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan
preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah
pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan
peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini
sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan” (Supardan, 2013). Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan
agar menjadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang
berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan
mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan
(Nurbeti, M. 2009). Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan
(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan
agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013). Pengertian Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan
masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri (Nurbeti, M. 2009).
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi
kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi global
promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui tentang manajemen
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
2. Apa tujuan Pemberdayaan masyarakat?
3. Apa Model/bentuk pemberdayaan masyarakat?
4. Apa langkah dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat?
5. Apa kegiatan teknis dalam pemberdayaan masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui apa tujuan Pemberdayaan masyarakat
3. Untuk mengetahui apa Model/bentuk pemberdayaan masyarakat
4. Untuk mengetahui apa langkah dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
5. Untuk mengetahui apa kegiatan teknis dalam pemberdayaan masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau
p r o s e s u n t u k menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali,mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan merekasendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau prosesuntuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara danmeningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Sulistiyani (2009) menjelaskan lebih rinci bahwa secara
etimologis p e m b e r d a y a a n b e r a s a l d a r i k a t a d a s a r " d a y a "
y a n g b e r a r t i k e k u a t a n a t a u kemampuan. Bertolak dari pengertian
tersebut, maka pemberdayaan dimaknaisebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian
daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki dayakepada pihak yang
kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertianpemberdayaan yang
dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa padahakekatnya
pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh
ataumemberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakatlemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis,
menetapkan kebutuhan danpotensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus
memilih alternatif pemecahnyad e n g a n mengoptimalkan
sumberdaya dan potensi yang dimiliki s e c a r a mandiri
(Nurbeti, M. 2009).G e r a k a n p e m b e r d a y a a n m a s y a r a k a t m e r u p a k a n
s u a t u u p a y a d a l a m peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat
hidup, martabat danderajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti
peningkatan kemampuandan kemandirian masyarakat agar dapat
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan (Nurbeti, M. 2009).G e r a k a n pemberdayaan masyarakat
j u g a m e r u p a k a n c a r a u n t u k menumbuhkan dan mengembangkan
norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar
berperan serta secara aktif (Supardan, 2013).B i d a n g p e m b a n g u n a n b i a s a n y a
m e l i p u t i 3 ( t i g a ) s e k t o r u t a m a , y a i t u ekonomi, sosial (termasuk di
dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang
lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam duakonsep yaitu
masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayahgeografi yang
sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerahpertokoan atau
sebuah kampung di wilayah pedesaan (Nurbeti, M. 2009).Hikmat (2001) menyebutkan
pemberdayaan dalam wacana pembangunanselalu dihubungkan dengan konsep
mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan.Pada dasarnya, pemberdayaan
diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.Isbandi Rukminto Adi (2008)
menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan
pembangunan bangsa secara keseluruhan.Dalam arti sempit istilah pengembangan
masyarakat di Indonesia seringdipadankan dengan pembangunan masyarakat
desa dengan mempertimbangkandesa dan kelurahan berada pada tingkatan yang
setara sehingga pengembanganmasyarakat (desa) kemudian menjadi dengan
konsep pengembangan masyarakatlokal

2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoadmojdo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan
dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.
Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan
kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan
merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan
hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai
dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh
sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga
melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi
kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan
dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan. Timbulnya kemauan atau kehendak
ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek,
dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan
untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini
disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan
ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau
berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan
sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang
mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung
tindakan tersebut. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan
kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan
makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan
secara mandiri dengan mengenali potensi-potensi masyarakat setempat. Mampu
memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan
melakukan tindakan pencegahan. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis
dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya.

2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan :Menumbuh kembangkan potensi masyarakat. Di dalam masyarakat
terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program – program
kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi
sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi
geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi
sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
Mengembangkan gotong royong masyarakat. Potensi masyarakat yang ada tidak
akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari
masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong
royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan
pada para tokoh masyarakat sebagaipe nggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
Menggali kontribusi masyarakat. Menggali dan mengembangkan potensi masing
– masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan
terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi
masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga,
pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk
menunjang usaha kesehatan. Menjalin kemitraan Jalinan kerja antara berbagai
sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat,
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati.
Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah
sangat penting peranannya. Desentralisasi Upaya dalam pemberdayaan
masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal
untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala
bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni
masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam
pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah :
Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota
masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan
pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut. Memotivasi masyarakat untuk
bekerjasama atau bergotong-royong dalam melaksanakan kegiatan atau program
bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya,
masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka
petugas provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota
masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap
program atau upaya tersebut

2.4 Model atau bentuk dalam pemberdayaan Masyarakat

Program Pemberdayaan Masyarakat dilakukan secara bertahap.


Pemberdayaan yang dilakukan meliputi;

• Peningkatan Sarana dan Prasarana

Mulai dari renovasi atau dibangunnya puskesmas atau pusat kesehatan


masyarakat yang memadai. Artinya disediakan pula tenaga medis yang
professional, alat yang memadai, serta fasilitas kesehatan yang lengkap. Selain
tenaga medis yang berasal dari luar, bisa pula memberdayakan masyarakat sekitar
untuk membantu di bagian-bagian yang memang layak untuk mereka isi sesuai
minat dan bakatnya.

• Promosi dan Penyuluhan Program Kesehatan

Kesadaran masyarakat di Desa masih sangat minim. Contoh nyata yang


bisa kita temui adalah seperti tentang kesadaran mencuci tangan sebelum makan
atau sesudah BAB. Selain itu mereka pun masih sering mengabaikan penyakit-
penyakit lain yang bisa menular pada anggota keluarga atau masyarakat di
sekitarnya. Dan yang lebih parah tentang ibu yang memiliki bayi kerap diberikan
makanan padahal usianya masih di bawah 6 bulan. Pentingnya penyuluhan agar
life style masyarakat desa bisa berubah dan memiliki pengetahuan yang mumpuni
tentang hal tersebut. Pemerintah desa bia bekerja sama dengan PKK yang ada di
desa untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan tersebut.

2.5 Langkah-langkah dalam pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang


dilakukan sebagai berikut “Soekanto, 1987:63”.

1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu pertama,
penyimpangan petugas yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker dan kedua penyiapan lapangan yang
pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.
2. Tahapan Pengkajian “Assessment”
Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat dilakukan secara individual
melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas
harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan “feel
needs” dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program Atau Kegiatan
Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan “exchange agent” secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah
yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap Pemfomalisasi Rencana Aksi
Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping
itu juga petugas membantu memformalisasikan gagasan mereka ke dalam
bentuk tertulis terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal
kepada penyandang dana.
5. Tahap Pelaksanaan “Implemantasi” Program Atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran
masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan
program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas dan
masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat dilapangan.
6. Tahap Evaluasi
Eveluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebainya dilakukan
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan
dalam jangka waktu pendek biasanya membentuk suatu sistem komunitas
untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat
membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera
berhenti.

2.6 Kegiatan Teknis Dalam Pemberdayaan Masyarakat


2.6.1 Penyuluhan atau Edukasi Pola Hidup Sehat pada Pasien TBC
2.6.1.1 Pengertian Penyakit TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang menyerang paru dan
organ lainnya seperti kelenjar, tulang, kulit disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang paling mematikan
dan merenggut nyawa lebih banyak dari orang yang meninggal karena AIDS.
Menurut Word Health Organization(WHO) 1 dari 3 penduduk di dunia menderita
TB dan sekitar 10% diantaranya akan jatuh sakit(WHO, 2018).Tuberkulosis
merupakan salah satu penyumbang kematian terbanyak di dunia. Setiap tahun
angka kejadian TB terus meningkat. Terdapat 10,0 juta kasus TBpada tahun 2017
dan terjadi 1,3 juta kematian yang diakibatkan oleh TB. Tahun 2017 5,8 juta kasus
TB ditularkan oleh pria3,2 juta wanita dan 1,0 juta ditularkan oleh anak-anak.
Kejadian TB di dunia 90% terjadi pada orang dewasa (usia ≥15 tahun). Proporsi
kasus TB terbesar terjadi wilayah Asia Tenggara (44%) sedangkan proporsi kasus
terkecil Eropa (2,7%). Indonesia sendiri berada pada peringkat ketiga (8%)
sebagai penyumbang angka TB di dunia(WHO, 2018).

2.6.1.2 Penyebab Penyakit TB Paru


Penyebab TB paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman yang berbentuk batang tahan asam dengan ukuran panjang 1 – 4/mm dan
tebal 0.3 – 0.6/mm yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar matahari. Kuman ini dapat ditularkan ketika seorang penderita TB paru aktif
batuk, bersin, atau berbicara, sehingga keluarlah droplet dan jatuh ke tanah, lantai,
udara, atau tempat lainnya (Somantri, 2008). Menurut Muttaqin Arif (2012)
menguapnya droplet bakteri ke udara yang dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberculosis yang terkandung dalam droplet terbang ke udara.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang yang sehat maka orang itu dapat berpotensi
terkena tuberculosis.

2.6.1.3 Klasifikasi TB Paru


Klasifikasi Tuberculosis Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberculosis (2011) Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis
memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : BTA positif
atau BTA negatif;
3. Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah
diobati.
4. Status HIV pasien. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
Saat ini sudah tidak dimasukkan dalam penentuan definisi kasus (Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberculosis, 2011). Berdasarkan organ tubuh
(anatomical site) yang terkena 1)Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah
tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. 2)Tuberkulosis extra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian,kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis 1)Tuberkulosis paru BTA
positif Kriteria diagnsotik TB paru BTA positifharus meliputi: sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, satu spesimen
dahak 11 hasilnya BTA positif dan foto thoraks dada menunjukkan gambaran
tuberculosis, satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
TB positif, satu atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya
BTA negative dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2)Tuberculosis paru BTA negatif : Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB
paru BTA positif. Kriteria diagnsotik TB paru BTA negatif harus meliputi: paling
tidak 3 jenis specimen dahak SPS hasilnya negative, foto thoraks abnormal sesuai
dengan gambaran tuberculosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotic
non OAT, bagi pasien dengan HIV negative, ditentukan (dipertimbangkan) oleh
dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya :
1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif.
2. Kasus yang sebelumnya diobati (1)Kasus kambuh (Relaps) adalah pasien
tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). (2)Kasus setelah putus
berobat (Default ) adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif.
3. Kasus setelah gagal (Failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan.
4. Kasus pindahan (Transfer in) adalah pasien yang dipindahkan ke register
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
5. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
seperti tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya, pernah diobati
tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya, atau kembali diobati dengan
kasus BTA negative
2.6.1.4 Pengobatan TB Paru
Pengobatan tuberculosis mencakup tujuan pengobatan, panduan OAT di
Indonesia, pengobatan TB, efek samping obat TB, jenis dan dosis obat TB
(Kemenkes RI, 2011).
1. Tujuan Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
2. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia Paduan OAT yang digunakan
oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia (sesuai
rekomendasi WHO dan ISTC) disediakan dalam bentuk paket, berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) yang terdiri dari kombinasi 2 atau 4
jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Paduan ini dikemas
dalam satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan. Sedangkan paket Kombipak adalah paket obat lepas yang
terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang
dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. Jumlah
tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
2.6.1.5 Faktor Resiko Penularan Tuberculosis
Menurut Smeltzer & Bare (2015), individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
1. Individu yang kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.
2. Individu immunosupresif (misal lansia, pasien kanker, mereka yang dalam
terapi kotikosteroid, atau mereka yang terinfeksi HIV).
3. Penggunaan obat-obat IV dan alkoholisme. individu yang kurang
mendapat perawatan kesehatan yang memadai (tunawisma, tahanan, etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa
muda antara usia 15 sampai 44 tahun).
4. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silicosis, dan malnutrisi).
5. Individu yang tinggal di daerah yang perumahan sub standar kumuh dan
padat penduduk.
6. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi).
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan


masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi
kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh,
dan untuk” masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat.


http://kesmasode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html
diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib
Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-
masyarakatbidang-kesehatan.html Diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul
20:00 wib
Suriatman, SKM. 2005. Konsep Pemberdayaan Manyarakat.
http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-
sebuahtinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-
promkes2005/ Diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib
Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan
Konsep Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes, 2005).
http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-
sebuahtinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-
promkes2005/ diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul 20: 00 wib.

Anda mungkin juga menyukai