Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN MATERNITAS
“ Ruang Bersalin”

Oleh :
Kartika Ulfa Alfiah 22221064
Kiky Rizky Apriany 22221065
Larisa 22221066
Lestari Ningsih 22221067
M. Ikhlas Kesatria 22221076
Mutiara Fransiska 22221077
Nila Wahyuni 22221079
Nira Kurnia Wati 22221080

Pembimbing Akademik : Marwan RG, S.Kep., Ns., M.Kep


Pembimbing Akademik : Yuniza, S.Kep,.Ns,. M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
KASUS

Ny. R usia 23 tahun dengan kehamilan cukup bulan datang ke ruang VK pada
tanggal 17 Desember 2021 pukul 17.30 WIB dengan keluhan nyeri perut mau
melahirkan. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua. Pasien
mengatakan takut dengan kehamilannya yang sekarang karena pernah keguguran
pada kehamilan pertamanya G2P0A1. HPHT pasien pada tanggal 02 Maret 2021.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan hasil kesadaran compos
mentis dengan GCS 15. Pasien tampak cemas, pasien tampak selalu ingin
mengeran dan meringis kesakitan. TD: 110/80 mmHg, N: 80 kali/menit, T: 35°C,
RR: 23 kali/menit, TFU: 3 Jbpx, DJJ: 135 kali/menit, ketuban pecah (+),
dilakukan pemeriksaan serviks 3 cm, gerakan janin (+), terdapat HIS: 3x/10 menit
dengan durasi 20-30 detik dan terpasang IVFD RL 2 kali induksi, terpasang
oksigen, injeksi cefzolin 2 gr. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
Hemoglobin: 10,6 g/dL, Eritrosit: 3,64 juta/uL, Leukosit: 14,3 juta/uL, Trombosit:
278 ribu/mm³, Hematokrit: 33%.

Step 1 : Klasifikasi Istilah


Klarifikasi istilah yang belum diketahui dalam kasus dan mencari istilah yang
belum diketahui.
1. Injeksi Cefzolin? (Ikhlas)
Jawab : Nira
Obat antibiotik untuk mengurangi infeksi bakteri
2. IVFD RL X 2 Induksi? (Nira)
Jawab : Larisa
Serangkaian pemberian cairan melalui intravena
3. Hematokrit? (Lestari)
Jawab : Ikhlas
Sel darah merah dalam darah
4. His? (Kartika)
Jawab : Kiky
Kontraksi rahim
5. Leukosit dan Trombosit? (Larisa)
Jawab : Lestari
Leukosit Sel darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan Trombosit Sel
darah yang berfungsi untuk pembekuan darah
6. Eritrosit? (Kiky)
Jawab : Nila
Sel darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen
7. 3 Jbpx? (Nila)
Jawab : Mutiara
3 jari dibawah prosesus xipoideus, atau 3 jari dibawab pusar
8. Hb? (Mutiara)
Jawab : Kartika
Protein dalam sel darah merah

Step 2 : Identifikasi Masalah


Mendefiniskan masalah berdasarkan kasus dari berbagai pandangan terhadap
skenario dengan bentuk pertanyaan.
1. Mengapa pada pasien tersebut diberikan cefzulin 2 gr? (Lestari)
2. Masuk pada kala dan fase apa pada kasus tersebut? (Nila)
3. Berapa HPL pada kasus tersebut? (Larisa)
4. Apa diagnosa utama pada kasus tersebut? (Mutiara)
5. Apa Dampak KPD? (Ikhlas)
6. Apa Penyebab KPD? (Kiky)

Step 3 : Menjawab Identifikasi Masalah


1. Mengapa pada pasien tersebut diberikan cefzulin 2 gr? (Lestari)
Jawab: Kiky
Untuk mengurangi resiko infeksi
2. Masuk pada kala dan fase apa pada kasus tersebut? (Nila)
Jawab: Mutiara
Kala 1: fase laten (0-3 cm), fase aktif (4-8 cm), fase transisi (9-pembukaan
lengkap), kontraksi dirasakan setiap 10 menit selama 20-30 detik
3. Berapa HPL pada kasus tersebut? (Larisa)
Jawab: Kartika
HPHT : 1 Desember 2020, HPL : (Tanggal+7), (Bulan-2), (Tahun +1) = 8
Oktober 2021
4. Apa diagnosa utama pada kasus tersebut? (Mutiara)
Jawab : Larisa
Nyeri Akut, Infeksi, Ansietas
5. Apa Dampak KPD? (Ikhlas)
Jawab : Lestari
Infeksi genitalia pada ibu
6. Apa Penyebab KPD? (Kiky)
Jawab : Nira
Volume cairan ketuban berlebih

Step 4 :
Analisis masalah, review step 2 dan 3 dengan diskusi interaktif membuat peta
konsep yang berisi kesimpulan keseluruhan.

Kehamilan (37 – 42 minggu)

Tanda – tanda Inpartu

Proses Persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan plasenta Post partum


Partum
Partus Resiko perdarahan Resiko
Nyeri perdarahan
Kerja jantung Defisit volume cairan
meningkat Resiko infeksi

Kelelahan
(O2 menurun)

Gangguan respirasi
Step 5 : Learning Outcome
Merumuskan learning objective berdasarkan kesepakatan kelompok dengan
persetujuan dosen tutor. Minimal tujuan khusus harus dicapai.

1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep KPD ? (Larisa)


2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Askep Pada Ny.R dengan KPD ? (Nila)

STEP 6:
Self study, mahasiswa belajar mandiri dengan mencari sumber berdasarkan tujuan
belajar yang sudah disepakati kelompok.

Step 7 : Hasil Reporting berdasarkan Lerning Objective


1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep KPD ? (Larisa)
Jawab: Lestari Ningsih
A. Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan
korion) tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban
pada kehamilan preterm. Berdasarkan usia kehamilan apabila keadaan
tersebut terjadi pada usia kehamilan ≥ 37 minggu disebut premature rupture
of membrane (PROM), sedangkan jika usia kehamilan < 37 minggu disebut
dengan preterm premature rupture of membrane (PPROM). 1,5 Ketuban
pecah dini terjadi pada 6-20% dari seluruh kehamilan, dimana kurang lebih
dua pertiga dari pasien dengan ketuban pecah sebelum kehamilan 37 minggu
akan bersalin dalam waktu 4 hari dan kurang lebih 90% akan bersalin dalam
waktu satu minggu (Ayu indah, 2018).
B. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2018)
yaitu sebagai berikut:
1. Multipara dan Grandemultipara
2. Hidramnion
3. Kelainan letak: sungsang atau lintang
4. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
5. Kehamilan ganda
6. Pendular abdomen (perut gantung)
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37
minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.

Tambahan
Jawab : Nila Wahyuni
C. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).
D. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini
sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput
terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion
di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012). Selaput
ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan struktur,
jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya
selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of exteme
altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012).
Tambahan
Jawab : Kartika Ulfa Alfiah
E. Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan
oleh beberapa faktor meliputi :
1) Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap
kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi persalinan. Usia
untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan
mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkuarng kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerima kehamilan (Sudarto, 2016).
2) Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya.
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi
terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
3) Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang
telah mengalalmi kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah
melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah
melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih
berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara
mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari
menyatakan semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya infeksi
amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya.
KPD lebih sering terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi
reproduksi, berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang
sudah membuka satu cm akibat persalinan yang lalu (Nugroho, 2010).
4) Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan
zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persendian zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri
lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama
dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus,
terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat
bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini (Manuaba, 2009).
5) Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih
dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida,
amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan
ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003).
6) Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.
7) Serviks yang Inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otototot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
8) Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

Tambahan
Jawab : Nira Kurnia Wati
F. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti,
2017) yaitu: a. Prognosis Ibu Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada
ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas,
dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. b.
Prognosis Janin Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian
makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,
enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy,
hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat,
hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor
APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal
ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat),
morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016).

Tambahan
Jawab : Kiky Rizky Apriany
G. Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta
dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini
dilakukan secara konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu
rawat di rumah sakit (Prawirohardjo, 2009). Masalah berat pada ketuban
pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu karena mempertahankannya
memerlukan waktu lama. Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat
dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan dalam induksi
makan akan disetai infeksi yang diikuti histerektomi. Pemberian
kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah reseptor pematangan
paru, menambah pematangan paru janin. Pemberian batametason 12 mg
dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan masa
kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat diulang apabila setelah satu
minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi
uterus dapat diberikan apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi
korioamninitis. Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik profilaksis
(Manuaba, 20008). Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm
atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
Apabila janin hidup serta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi sujud.
Dorong kepala janin keatas degan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala
janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik. Apabila
terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat rujukan atau
ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin prokain 1,2
juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral. Pada kehamilan kurang 32
minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tidah baring, diberikan sedatif
berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan
glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan
pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan
33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi
persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin
meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari 5 cm atau
ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013).
Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu
induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat
diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
(Khafidoh, 2014).

Tambahan
Jawab : M. Ikhlas Kesatria P
H. Pemeriksaan Diagnostik 
1. Ultrasonografi Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan
ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada
amniosintesis.
2. Amniosintesis Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk
evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin Membantu dalam mengevaluasi janin
4. Protein C-reaktif  Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan
peringatan korioamnionitis

2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Askep Pada Ny.R dengan KPD ? (Nila)


Jawab : Mutiara Fransiska

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk
berhubungan tindakan tanda infeksi mengetahui
dengan ketuban keperawatan selama 2. Pantau tanda-tanda
pecah dini 3×24 jam  keadaan umum infeksi yang
diharapkan pasien pasien muncul
tidak menunjukan 3. Bina 2. Untuk melihat
tanda-tanda infeksi hubungan saling perkembangan
dengan kriteria hasil: percaya melalui kesehatan pasien
1. Tanda-tanda komunikasi 3. Untuk
infeksi tidak tidak terapeutik memudahkan
ada. 4. Berikan perawat
2. Tidak ada lagi lingkungan yang melakukan
cairan ketuban nyaman untuk pasien tindakan
yang keluar dari 5. Kolaborasi 4. Agar istirahat
pervaginaan. dengan dokter untuk pasien terpenuhi
3. DJJ normal memberikan obat 5. Untuk proses
4. Leukosit kembali antiseptik sesuai penyembuhan
normal terapi pasien
5. Suhu tubuh
normal (36,5-
37,5ºC)
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk
nyaman: nyeri tindakan tanda Vital pasien mengetahui
berhubungan keperawatan selama 2. Kaji skala keadaan umum
dengan 3×24 jam  di nyeri pasien
ketegangan otot harapkan  nyeri (1-10) 2. Untuk
rahim berkurang atau nyeri 3. Ajarkan pasien mengetahui
hilang dengan teknik relaksasi derajat nyeri
kriteria hasil : 4. Atur posisi pasien dan
Tanda-tanda vital pasien menentukan
dalam batas normal. 5. Berikan tindakan yang
TD:120/80 mm Hg, lingkungan yang akan dilakukan
N: 60-120 X/ menit. nyaman dan batasi 3. Untuk
1. Pasien tampak pengunjung mengurangi 
tenang dan rileks nyeri yang
2. Pasien dirasakan pasien
mengatakan nyeri 4. Untuk
pada perut memberikan rasa
berkurang nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
dapat beristirahat
3. Defisiensi Setelah dilakukan 1.Kaji apa pasien tahu 1. Untuk
pengetahuan tindakan tentang  tanda-tanda mengetahui
berhubungan keperawatan selama dan gejala normal tentang
dengan 3×24 jam  di selama kehamilan pemahaman
pengakuan harapkan pasien 2.Ajarkan tentang apa pasien untuk
persalinan memahami yang harus tindakan
premature pengetahuan tentang dilakukan jika tanda selanjutnya
penyakitnya dengan KPD muncul 2. Mencegah
criteria hasil : kembali terjadinya hal-hal
1. Pasien terlihat 3.Libatkan keluarga yang tidak
tidak bingung lagi agar memantau diinginkan terjadi
2. Pengetahuan kondisi pasien yang bisa
Pasien dan membahayakan
keluarga dapat ibu-janin
bertambah 3. Untuk membantu
merencanakan
tindakan
berikutnya
4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
berhubungan tindakan kecemasan pasien tingkatan
dengan keperawatan selama 2. Dorong pasien kecemasan yang
persalinan 3×24 jam  di untuk istirahat total dialami pasien
premature dan harapkan ansietas 3. Berikan 2. Untuk
neonatus pasien teratasi suasana yang tenang mempercepat 
berpotensi lahir dengan kriteria hasil: dan ajarkan proses
premature 1. Pasien tidak cemas keluarga untuk penyembuhan
lagi memberikan 3. Untuk
2. Pasien sudah dukungan memberikan rasa
mengetahui emosional pasien. nyaman dan
tentang penyakit menurunkan
kecemasan pasien

Anda mungkin juga menyukai