Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ ISTIRAHAT DAN TIDUR, PENYAKIT JANTUNG DAN PENGOBATANNYA “

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Leni Marlena
2. Epilasari

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


KONVERSI

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada allah SWT atas segala rahmat dan karunianya yang
telah diberikan kepada seluruh ciptaannya, shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang telah diberikan Allah
SWT, sehingga makalah yang berjudul “istirahat dan tidur, penyakit jantung dan
pengobatannya”. Penyusunan proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
ulangan tengah semester pada mata ajar kewirausahaan. Dalam penulisan makalah ini saya
mengalami banyak kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu
pengetahuan yang saya miliki. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Saya sebagai penulis makalah ini menyadari bahwasannya masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

19 Oktober 2021

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur untuk dapat mempertahankan
status kesehatan pada tingkat yamg optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki
berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat
penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh dan memperbaiki
kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah
energi yang diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari hari terpenuhi. Selain itu orang yang mengalami
kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau
kebutuhan paling dasar manusia dari piramida kebutuhan dasar. Kebutuhan untuk
istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas maupun
kebutuhan dasar lainnya. Pada kondisi istirahat dan tidur tubuh melakukan proses
pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang
optimal (Kozier, 2008). Setiap sesesorang mempunyai kebutuhan tidur yang berbeda-
beda, pola tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang baik terhadap kesehatan.
Kebutuhan tidur pada seseorang yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan, namun dalam keadaan sakit pola tidur seseorang biasanya
terganggu (Asmadi, 2008). Tidur sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, seseorang
yang mempunyai jam tidur terbatas dan sering terbangun mempunyai resiko empat
kali lebih banyak mengalami serangan jantung, yang disebabkan karena jantung
bekerja lebih berat jika individu kekurangan waktu tidurnya (Augner, 2011).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi aktivitas
sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-
tanda vital (Potter & Perry, 2010). Kurang tidur dapat mempengaruhi konsentrasi dan
merusak kemampuan untuk melakukan memori, belajar, pertimbangan logis, dan
penghitungan matematis. Gangguan tidur dapat mengakibatkan mutu hidup menurun
misalnya, kegiatan yang 2 melibatkan gangguan tidur dapat menyebabkan kelelahan
pada siang hari dan mempengaruhi status fungsional dan mutu hidup (Nancy W,
2008).
Berdasarkan Diagnoctic and Statistical Manual of Mental Disorder- IV (DSM-
IV), tahun 2014 sekitar 20-49% populasi dewasa Amerika Serikat pernah mengalami
gejala gangguan tidur. Di perkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami
kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan
tidur setiap tahun cenderung meningkat (Riskedas, 2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur yang salah
satunya adalah melakukan aktivitas fisik (Potter & Perry, 2010). Aktivitas fisik
merupakan gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor resiko
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan
kematian secara global (Taylor, 2009). Aktivitas fisik sangat baik bagi kesehatan,
khususnya jantung.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan sistem metabolisme tubuh dan
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit jantung.
Penderita penyakit jantung disaran untuk tetap melakukan aktivitas namun dengan
porsi yang lebih sedikit dan program yang teratur. Aktivitas fisik yang teratur dapat
mempercepat pemulihan organ jantung. Aktivitas fisik seringkali dianggap sebagai
pendekatan non farmakologis yang dapat memiliki efek yang baik terhadap kualitas
tidur individu (Wang & Youngstedt, 2014). Aktivitas fisik sangat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang, semakin besar aktivitas fisik yang dilakukan maka semakin
besar kebutuhan untuk tidur (Nadesul, 2009). Aktivitas yang teratur, gaya hidup yang
baik merupakan faktor penting untuk dapat meningkatkan kesehatan jantung. Kualitas
tidur yang buruk dapat menyebabkan kerugian kesehatan yang dapat menimbulkan
penyakit jantung. Gangguan pola tidur dapat meningkatkan resiko penyakit jantung
dan menyebabkan kematian jantung secara mendadak. Kondisi seperti ini
menyebabkan adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom dengan meningkatkan
dominasi aktivitas simpatis dari para modulasi parasimpatis (Augner, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013 tentang aktivitas fisik
menunjukkan bahwa 30% orang dewasa tidak aktif beraktivitas fisik, 45% kurang
aktif dan 3 hanya 25% aktif. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), pada tahun 2013 ditemukan bahwa di 22 provinsi yang ada di Indonesia,
terdapat penduduk yang memiliki prevalensi aktivitas fisik tergolong kurang aktif,
dan data tersebut berada di atas rata-rata penduduk yang ada di seluruh Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dengan adanya 5 daerah tertinggi dengan penduduk yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang aktif, yaitu Provinsi DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%),
Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh (37,2%.) Aktivitas fisik yang
kurang merupakan faktor yang mempengaruhi penyakit jantung. Menurut WHO
(World Health Organization) tahun 2010 aktivitas fisik telah teridentifikasi sebagai
salah satu faktor utama ke empat untuk kematian global (6% kematian secara global)
salah satunya adalah penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan
tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi dan pembakaran energi.
Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau
olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu
(PUSDATIN, 2014). Aktivitas fisik yang kurang identik dengan obesitas, sehingga
menyebabkan otot jantung tidak bisa bergerak dengan baik sehingga resiko penyakit
jantung pun semakin meningkat (Hermawati & Dewi, 2014).
Perawat dapat membantu klien untuk memperoleh waktu istirahat dan tidur
yang cukup dengan menyediakan lingkungan yang nyaman, aman dan tenang.
Berbagai terapi seperti menggososk punggung, mandi air hangat, minum susu hangat
dan obat tertentu juga dapat meningkatkan kuantitas tidur.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian istirahat dan tidur ?
2. Bagaimana fisiologi tidur ?
3. Apa saja jenis jenis tidur ?
4. Apa fungsi dan tujuan tidur ?
5. Factor yang mempengaruhi kebutuhan tidur ?
6. Masalah kebutuhan tidur ?
7. Macam-macam gangguan tidur ?
8. Apa pengertian penyakit jantung ?
9. Apa saja gejala penyakit jantung ? 4
10. Apa penyebab penyakit jantung ?
11. Apa saja faktor risiko penyakit jantung ?
12. Apa saja jenis pemeriksaan penyakit jantung ?
13. Apa saja pencegahan penyakit jantung ?
14. Apa saja pengobatan penyakit jantung ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui fisiologi tidur
3. Untuk mengetahui jenis jenis tidur
4. Untuk mengetahui tujuan tidur
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
6. Untuk mengetahui macam-macam gangguan tidur
7. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung
8. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung
9. Untuk mengetahui penyebab penyakit jantung
10. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit jantung
11. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penyakit jantung
12. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit jantung
13. Untuk mengetahui pengobatan penyakit jantung
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. Dengan istirahat yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Istirahat juga bisa diartikan dengan
bersantai, menyegarkan diri atau diam, melepaskan diri dari apapun yang
membosankan, menyakitkan atau menjengkelkan. Status aktifitas tubuh dalam
keadaan menurun, keadaan tenang, rileks, bebas dari cemas dan takut.
Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
keadaan yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur
merujuk kepada perubahan status kesadaran individu dimana tingkat kesadaran
individu menurun, aktivitas fisik yang minimal dan secara umum melambatnya
proses fisiologi tubuh. Tidur juga merupakan sebuah proses alamiah, proses
fisiologi yang terjadi pada makhluk hidup dan merupakan proses pemulihan
antar aktivitas. Oleh karena itu, tidur menjadi bagian penting pada siklus
kehidupan dan setiap gangguan yang terjadi pada saat tidur jelas akan
berdampak pada kesehatan. Tidur juga dikatakan suatu proses yang sangat
penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini
bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan
begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali.
B. Fisiologi Tidur Fisiologi tidur
merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral yang secara
bergantian agar mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu
aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang rnengatur
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk tidur. Tidur yang tidak adekuat dan
kualitas tidur yang tidak baik dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi
dan psikologis. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah,
lemah, 6 proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan
ketidakseimbangan tanda-tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi,
cemas.
Pola tidur terbagi atas dua, yakni :
a. Pola tidur biasa (Non REM)
Pola tidur biasa Non – REM (Non Rapid Eye Morement). Pada keadaan ini,
sebagian besar organ tubuh berangsur – angsur menjadi kurang aktif, pernapasan
teratur, otot mulai berlelaksasi, mata dan muka diam tanpa gerak. Fase Non – REM
berlangsung ± 1 jam, dan pada fase ini biasanya orang masih bias mendengarkan
suara disekitarnya, sehingga akan mudah terbangun dari tidurnya.
b. Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye Morement).
Pada fase ini, akan terjadi gerakan – gerakan mata secara cepat, denyut jantung dan
pernapasan yang naik turun, sedangkan otot – otot mengalami pengendoran
(relaksasi total). Proses relaksasi total ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan
penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung
selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi – mimpi, mengigau, atau
bahkan mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung selama ± 6-8 jam, kedua
pola tidur tersebut (REM dan Non - REM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6
siklus.
C. Jenis Jenis Tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi kedalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan
oleh menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis yang disebut dengan
tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat
lambat atau disebut juga tidur non rapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat isyarat dalam otak meskipun kegiatan
otak mungkin tidak tertekan secara berarti. Disebut dengan tidur paradox atau disebut
juga dengan tidur rapid eye movement (REM).
1. Tidur Gelombang Lambat
Jenis tidur ini dikenal tidur yang dalam, istirahat penuh atau juga dikenal dengan tidur
nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat sehingga
menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bias juga disebut
dengan tidur gelombang delta, dengan ciri ciri yaitu betul betul istirahat penuh,
tekanan darah menurun, 7 frekuensi nafas menurun pergerakan bola mata melambat,
mimpi berkurang dan metabolism turun. Perubahan selama proses tidur gelombang
lambat adalah melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak
berada pada setiap tahap tidur. Yaitu pertama, kewaspadaan penuh dengan gelombang
beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah. Kedua, istirahat tenang yang
diperlihatkan pada gelombang alfa. Ketiga, tidur ringan karena terjadi perlambatan
gelombang alfa kejenis teta atau delta yang bervoltase rendah; dan keempat, tidur
nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan
kecepatan 1 sampai 2 per detik. Tahapan tidur jenis gelombang lambat
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri yaitu rileks,
masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari
samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun
segera pada tahap ini berlangsung selama lima menit.
b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan
ciri yaitu mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas
menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek
dan berakhir 10 sampai 15 menit.
c) Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan
proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi system saraf
parasimpatis dan sulit untuk bangun.
d) Tahap IV
Tahap IV merupaka tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
sekresi lambung menurun, serta tonus otot menurun.
2. Tidur Paradoks
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5 sampai 20
menit , rata rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi pada selama 80 sampai 100
menit. Akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat
bahkan jenis tidur ini tidak ada. Cara tidur paradox adalah sebagai berikut :
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis
d. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi titik teratur
e. Pada saat perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat
atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism meningkat
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,
memori dan adaptasi
D. FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak di ketahui akan tetapi diyakini bahwa
tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dll. Energy disimpan selama
tidur sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara
umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur yaitu pertama, efek pada system saraf
yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseibangan diantara
berbagai susunan saraf. Dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi tubuh selama tidur terjadi penurunan. Kebutuhan tidur manusia
bergantung pada tingkat perkembangan.
Kebutuhan tidur tiap orang memang tidak sama. Namun, orang dewasa
umumnya membutuhkan waktu tidur selama 7–9 jam setiap hari agar organ dalam
tubuh bisa berfungsi dengan baik. Orang yang tidur kurang dari 6 jam dalam sehari
bisa dikatakan mengalami kurang tidur. Dan menurut sebuah hasil studi di Spanyol,
mereka yang kurang tidur berisiko lebih tinggi terserang penyakit jantung
dibandingkan mereka yang cukup tidur.
Kurang tidur juga sering dikaitkan dengan beberapa faktor pemicu penyakit
jantung, seperti gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, peradangan, dan obesitas.
Perlu 9 diingat bahwa tidur berperang penting dalam kemampuan tubuh untuk
memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah dan jantung. Inilah mengapa orang
yang kurang tidur lebih rentan mengidap penyakit jantung. Selain aterosklerosis,
penyakit jantung yang bisa dialami oleh pengidap insomnia atau kurang tidur, antara
lain gangguan irama jantung aritmia gagal jantung, dan serangan jantung.
Berikut tabel kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia menurut kemenkes RI:
E. FAKTOR MEMPENGARUHI KEBUTUHAN TIDUR
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain :
a. Stress
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali
mengarah frustasi apabila tidur. Stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri
manusia. Mengalami keadaan tidak normal secara terus-menerus akan merusak
kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh. Salah satu
dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress juga menyebabkan
seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur,
atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan
tidur buruk.
b. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial
untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat tidur mempengaruhi
kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi tidur. Suara yang rendah lebih sering
membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras
membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4. Kebisingan merupakan suara atau
bunyi yang mengganggu tidur. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis. Pada umumnya bising bernada
tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba.
Bising dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur, dan
sesak nafas. Hal ini karena adanya rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
c. Diet
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang
baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Makan besar, berat
dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna
dan mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari
mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat
tersebut secara drastik adalah strategi penting yang digunakan untuk
meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia. Selain susu,
makanan lain yang sering menyebabkan alergi penghasil insomnia di antara anak-
anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur,
ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi. Perbaikan tidur
yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika makanan tertentu yang
menyebabkan masalah telah dihilang dari diet. Kehilangan atau peningkatan berat
badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badanya, maka
periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi.
Kehilangan berat badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan
tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet semi puasa (semistarvation) yang popular
di dalam kelompok masyarakat yang sadar berat badan.
d. Obat-obatan dan Substansi Lain
Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai satu
efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan.
Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek samping mediksi yang umum. Berikut
daftar obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik; mengganggu
dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya memberikan peningkatan
kualitas sementara, sering kali menyebabkan “rasa mengembang” sepanjang siang
hari perasaan mengantuk yang berlebihan, bingung, penurunan energi,
memperburuk apnea tidur pada lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia
(terbangun dari tidur pada malam hari untuk buang air kecil. Anti depresan dan
stimulant; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM), menurunkan total waktu
tidur. Alkohol; mempercepat mulanya tidur, mengganggu tidur Rapid Eye
Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam hari dan menyebabkan
kesulitan untuk kembali tidur. Kafein; mencegah seseorang tertidur, dapat
menyebabkan seseorang terbangun di malam hari. Penyekat-beta; menyebabkan
mimpi buruk, insomnia, dan terbangun dari tidur. Benzodiazepine; meningkatkan
waktu tidur, meningkatkan kantuk di siang hari. Narkotika; menekan tidur Rapid
Eye Movement (REM) menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang
hari.
e. Latihan Fisik
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur
yang mengistirahatka, khususnya kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan
yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat
tubuh mendingin dan mempertahankan suatu kelelahan yang meningkatkan
relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang
meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur.
f. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (misal:
kesulitan bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau depresi) dapat
menyebabkan masalah tidur. Penyakit jantung sering dikarakteristikkan dengan
episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur dapat
mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur.
Faktor yang mempengaruhi tidur pada CHF diantaranya 12 nyeri, kecemasan,
lingkungan, kelebihan cairan, pengobatan, nokturia, dan Paroxysmal Nocturnal
Dyspnea.
g. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja
bergantian dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam)
sering mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal
tubuh di atur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada
pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur 3 sampai 4 jam karena jam tubuh
mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan
mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan
bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada
malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan lain
dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi: kerja berat yang tidak
biasanya, terlibat dalam aktifitas social pada larut malam, dan perubahan waktu
makan malam.
F. Macam-macam Gangguan Tidur
Gangguan tidur biasanya muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur, sering terbangun
atau bangun terlalu awal. Perubahan normal terjadi secara bertahap sehingga masih
menyisakan waktu untuk beradaptasi. Namun, saat ini orang-orang beranggapan
bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur. Padahal masih banyak
gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti narkolepsi, sleep apnea, restless legs
syndrome (RLS), parasomnia, dan REM behavior disorder (RBD).
Gangguan tidur pada malam hari dapat mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah, yakni : insomnia; gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau
ketika terjaga di tengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
Menurut Thorpy (1994) dalam Potter & Perry (2005), gangguan tidur telah
diklarisifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu :
a. Disomnia : Gangguan tidur intrinsik, seperti : Insomnia psikofisiologis,
Narkolepsi, Sindrom apnea tidur obstruktif, gangguan gerakan ekstremitas
periodic dan gangguan tidur ekstrinsik, seperti :Higiene tidur yang adekuat,
Sindrom tidur yang adekuat, gangguan tidur tergantung hipnotik, gangguan tidur
tergantung alcohol 13
b. Parasomnia: gangguan terjaga seperti berjalan dalam tidur, gangguan transisi
tidur (bicara dalam tidur), Parasomnia biasanya berkaitan dengan tidur REM,
seperti : mimpi, menggeretakkan gigi, ngompol Gangguan tidur merupakan
keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan
kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang di inginkan. Gangguan tidur karena adanya tekanan pola tidur
jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan
tidur yang kronis.secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang
cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti
pelupa, konfusi dan disorientasi.
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah.
2. Hypersomnia
Hypersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada
umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan
adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat,
ginjal, hati dan gangguan metabolisme.
3. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur, seperti somnambulism (sleepwalking/berjalan-jalan dalam tidur) yang
banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
Somnambulism ini dapat menyebabkan cedera.
4. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau
biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresis dibagi menjadi 2 jenis
yaitu enuresis nokturnal, merupakan mengompol diwaktu tidur, dan enuresis
diural adalah mengompol pada saat bangun tidur. Enuresis nokturnal umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM. 14
5. Apnea Tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi
mendengkur yang disertai dengan keadaaan apnea dapat menjadi masalah.
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara
dihidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid,
amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat
mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas.
Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen
dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,
misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat
sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan gangguan neurologis.
7. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar
kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang pernah
mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Penyakit Jantung
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di mana
kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan
dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010). Gagal
jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan, dan
kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru,
hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan
peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari
kedua gambaran tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun
kanan sering terjadi secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).
2. Gejala Penyakit Jantung
CHF menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya:
1. dipsnea, ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
(PND), asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering
dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan
menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya berbagai gejala
klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan
dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya adalah tidur
seperti adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas,
letargi dan gangguan tidur. Menurut Potter & Perry (2005)
2. Usia, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian, kecemasan, keletihan dan
pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi respon dan persepsi nyeri.
Gangguan tidur adalah simptom yang paling sering dilaporkan pada pasien CHF
dan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktor yang berhubungan dengan gangguan
tidur pada kelompok ini multidimensional seperti karakteristik demografi (jenis
kelamin, umur), perjalanan penyakit CHF, beberapa masalah kesehatan (nyeri,
depresi), simptom dari CHF, medikasi, stress dan kecemasan (Nancy & Kathy,
2012). Pasien dengan CHF juga sering merasa cemas, ketakutan dan depresi.
Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan
ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakit
meningkat dan manifestasinya memburuk, terjadi stres (ketegangan) sampai
mengalami kecemasan yang berat dan hal ini apabila dibiarkan akan mengganggu
status mental seseorang (Hidayat, 2007).
3. Penyebab Penyakit Jantung
Penyebab penyakit jantung ada banyak. meskipun begitu menunjukkan bahwa
tekanan darah tinggi, kolesterol dan trigliserida tinggi, diabetes, kegemukan,
kebiasaan merokok, serta peradangan pada pembuluh darah merupakan faktor
utama yang melukai dinding arteri, sehingga menyebabkan penyakit jantung. Saat
arteri rusak, plak akan lebih mudah menempel pada arteri dan lambat laun
menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan menghambat aliran darah kaya
oksigen ke jantung. Jika plak ini pecah, trombosit akan menempel pada luka di
arteri dan membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri. Hal ini dapat
menyebabkan angina semakin parah. 16 Ketika bekuan darah cukup besar, maka
arteri akan tertekan yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
4. Faktor Risiko Penyakit Jantung
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi penyakit jantung meliputi:
 Usia lanjut. Semakin tua, arteri akan semakin menyempit dan rapuh.
 Pria lebih memiliki risiko terkena penyakit jantung daripada wanita.
 Apabila ada anggota keluarga yang mengidap gangguan jantung, maka
risiko penyakit jantung meningkat.
 Merokok. Nikotin dapat menyebabkan penyempitan arteri sementara
karbon monoksida menyebabkan kerusakan pembuluh.
 Memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan/atau kadar lemak darah yang
tinggi.
 Memiliki trauma mental atau stres psikologis berat jangka waktu panjang.
5. Jenis Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner
Beberapa jenis pemeriksaan untuk penyakit ini, meliputi:
 Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan
pada irama jantung.
 Ekokardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan
berefek pada fungsi jantung.
 Stress test
Jika seseorang memiliki faktor risiko, dokter akan menyarankan stress test.
Pada pemeriksaan ini, ia akan diminta untuk berjalan atau bersepeda statis
sementara dokter akan mengukur aktivitas jantung dengan EKG.
6. Pencegahan Penyakit Jantung
Penyakit ini merupakan penyebab nomor satu dari serangan jantung dimana
pada beberapa orang dapat menyebabkan kematian, penyempitan pada pembuluh
darah koroner membuat darah tidak dapat diantar menuju otot jantung dengan
semestinya. Arteri yang 17 sempit, karena timbunan plak yang mengeras akan
membuat suplai oksigen ke jantung terhambat, akibatnya jantung mengalami
kontraksi mendadak yang memicu serangan jantung.
Berikut beberapa tips berguna untuk mencegah penyakit jantung:
 Pola makan sehat
Terapkan menu makan yang kaya serat dan cukup nutrisi, perhatikan pula
cara pengolahannya, sebaiknya hindari makanan yang diolah dengan cara
digoreng di dalam banyak minyak, sebaliknya olah makanan dengan cara
ditumis, direbus, ataupun dikukus. Jika harus mengolah makanan dengan
cara menggoreng, sebaiknya gunakan minyak zaitun daripada minyak
goreng, sebab minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang rendah.
Hindari makanan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi,
misalnya seafood – kandungan kolesterol tinggi di dalamnya dapat
membahayakan jantung. Pilih produk makanan yang rendah lemak atau
bahkan tanpa lemak. Konsumsi susu, keju, ataupun mentega yang rendah
lemak. Selain lemak, hindari juga makanan yang mengandung gula yang
tinggi, misalnya soft drink. Konsumsi karbohidrat secukupnya karena
secara alami tubuh akan memproses karbohidrat menjadi gula dan lemak.
Mengonsumsi oat atau gandum dapat membantu menjaga kesehatan
jantung.
 Berhenti Merokok
Siapapun tahu bahwa rokok berdampak negatif untuk kesehatan jantung,
karena itu, hentikan kebiasaan merokok segera agar jantung tetap sehat.
 Hindari Stres
Saat seseorang mengalami stres, otak memerintah tubuh untuk
mengeluarkan hormon kortisol untuk mengatasinya, tapi jika hormon ini
diproduksi berlebihan dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku.
Hormon norepinephrine juga akan diproduksi oleh tubuh untuk mengatasi
stres, tapi jika diproduksi berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
 Hipertensi
Tekanan darah tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung,
sebab tekanan darah yang berlebihan dapat melukai dinding arteri dan
memungkinkan kolesterol LDL memasuki arteri dan berakibat pada
meningkatnya timbunan plak. 18
 Obesitas
Jaga pola makan agar tidak berlebihan, sehingga terhindar dari
kegemukan. Seseorang dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena serangan jantung koroner. Selain
itu, obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terkena
tekanan darah tinggi dan diabetes. Diabetes merupakan salah satu faktor
yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner selain dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
 Olahraga Teratur
Lakukan olahraga kardio, seperti jogging, berjalan kaki, renang, ataupun
bersepeda. Jenis olahraga tersebut dapat menguatkan kerja otot jantung
dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
 Konsumsi antioksidan
Radikal bebas yang berasal dari polusi udara, asap rokok, dan asap
kendaraan bermotor dapat menyebabkan endapan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan penyumbatan, radikal bebas dalam tubuh dapat
dihilangkan lewat konsumsi antioksidan, di mana antioksidan bekerja
menangkap radikal bebas dalam tubuh dan membuangnya. Antioksidan
bisa diperoleh dari berbagai macam sayuran dan buah. •
 Istirahat yang cukup
Istirahat yang cukup dengan tidur yang teratr dapat meningkatkan
kesehatan jantung yang lebih optimal dan sehat.
7. Pengobatan Penyakit Jantung
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit jantung meliputi:
 Obat-obatan penurun kolesterol, termasuk statin, niasin, dan fibrat. Obat-
obatan ini membantu mengurangi kadar kolesterol darah, sehingga
mengurangi jumlah lemak yang menempel pada pembuluh.
 Aspirin: Obat ini atau pengencer darah lainnya membantu untuk
melarutkan darah yang tersumbat, dan mencegah risiko stroke atau infark
miokard. Namun dalam beberapa kasus, aspirin mungkin bukan pilihan
yang baik. Beritahu dokter jika keluarga atau kerabat mengidap gangguan
pembekuan darah.
 Beta blockers: Obat ini menurunkan tekanan darah dan mencegah risiko
infark miokard.
 Nitrogliserin dan inhibitor enzim yang mengubah angiotensin: Obat ini
dapat membantu mencegah risiko infark miokard.
Operasi:
 Pemasangan stent untuk memperlebar arteri yang menyempit.
 Bedah koroner seperti operasi bypass jantung adalah pengobatan yang
paling umum untuk penyakit jantung. Dokter juga dapat melakukan
angioplasty jika diperlukan.
Ramuan Tradisional:
 Ramuan untuk penyakit ini berasal dari bahan berikut ini: 30 gram akar
tebu hitam dan 1/2 liter air. Ambilah akar tebu dan cucilah sampai bersih.
Kemudian rebuslah 1/2 liter air hingga mendidih, lalu masukkan akar tebu
hitam yang sudah dicuci. Biarkanlah dulu kirakira selama 10 menit.
Setelah itu endapkan akar tebu dalam sebuah gelas, setelah mengendap
minumlah airnya.
 Selanjutnya ada 20 gram gula aren, akar kemangi dan daun kemangi (
masing-masing 25 gram), 50 gram biji kemangi. Ambilah daun, akar dan
bii kemangi tersebut ditumbuk sampai halus. Kemudian seduhlah dengan
segelas air panas dan saringlah. Hasil saringannya dibubuhi gula aren dan
diaduk rata.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. Dengan istirahat yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Secara umum, 20 istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Istirahat juga bisa diartikan dengan bersantai,
menyegarkan diri atau diam, melepaskan diri dari apapun yang membosankan,
menyakitkan atau menjengkelkan. Status aktifitas tubuh dalam keadaan menurun,
keadaan tenang, rileks, bebas dari cemas dan takut.
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan
mekanisme serebral yang secara bergantian agar mengaktifkan pusat otak untuk dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem yang rnengatur tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
tidur. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang tidak baik dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologis. Dampak fisiologi
meliputi penurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, proses penyembuhan
lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakseimbangan tanda-tanda vital.
Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas.
Kebutuhan tidur tiap orang memang tidak sama. Namun, orang dewasa
umumnya membutuhkan waktu tidur selama 7–9 jam setiap hari agar organ dalam
tubuh bisa berfungsi dengan baik. Orang yang tidur kurang dari 6 jam dalam sehari
bisa dikatakan mengalami kurang tidur. Dan menurut sebuah hasil studi di Spanyol,
mereka yang kurang tidur berisiko lebih tinggi terserang penyakit jantung
dibandingkan mereka yang cukup tidur.
Kurang tidur juga sering dikaitkan dengan beberapa faktor pemicu penyakit
jantung, seperti gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, peradangan, dan obesitas.
Perlu diingat bahwa tidur berperang penting dalam kemampuan tubuh untuk
memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah dan jantung. Inilah mengapa orang
yang kurang tidur lebih rentan mengidap penyakit jantung.
Selain aterosklerosis, penyakit jantung yang bisa dialami oleh pengidap
insomnia atau kurang tidur, antara lain gangguan irama jantung aritmia gagal jantung,
dan serangan jantung. Hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan tidur yaitu penyakit,
latihan dan kelelahan, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan dan motivasi dalam
diri seseorang. Adapun masalah kebutuhan tidur yaitu insomnia, hypersomnia,
parasomnia, anuresis, apnea tidur dan mendengkur, narkolepsi dan mengigau.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, saya berharap pembaca dapat dimudahkan dalam
memahami tentang istirahat dan tidur. Dan di dalam makalah ini penyusun menyadari
banyak kekurangan oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan
oleh penyusun guna perbaikan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, heni.(2012). faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan tidur pasien post operasi di rsd hm ryacudu kotabumi(Volume
III,April)(http://ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/137/
129) diakses pada tanggal 23/5/2017 jam 9:31 PM
Dr. Saputra, Lyndon. (2013). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Samarinda:
Binarupa Aksara Publisher
Hidayat, A. Aziz Alimul & uliyah, Musrifatul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia (ed.2). Jakarta: Salemba Medika.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2010). Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC.
Nancy & Kathy.(2012). Sleep disorder in patients with heart failure.Jurnal.Millikin
University.http://www.aahfn.org/index.php/online
_courses_test1/count_track?id=3.
Potter&Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, Volume 1. EGC; Jakarta
Rosdahl, Caroline Bunker & Kowalski, Mary T. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Dasar (vol. 1). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai