Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat

merasakan dampaknya dalam hidup. Kita sering menemukan negara maju


yang memiliki kualitas pendidikan yang sangat baik, sehingga
mempengaruhi sumber daya manusia yang dihasilkannya.

Menurut Boud, D., Cohen, dan J. Sampson (Keppell, 2006), “Peer teaching
is one method to encourage meaningful learning which involves students teaching
and learning from each other”. Artinya tutor teman sebaya merupakan salah satu
metode untuk mendorong pembelajaran yang bermakna yang melibatkan peserta
didik melakukan pengajaran dan belajar dari satu sama lain. Menurut Suherman
dalam Anggorowati (2011), tutor sebaya adalah sekelompok peserta didik yang
telah tuntas terhadap materi pelajaran, memberikan bantuan kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Menurut Winarno Surakhmad (1994:53), tutor sebaya
merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling
menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.
Peserta didik yang terlibat tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga
belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah
dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta didik juga mengembangkan
kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami
apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan melalui tutor sebaya
kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik
melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka
menggunakan bahasa yang lebih akrab.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya (peer
learning) adalah metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif dimana
peserta didik ada yang berperan sebagai pengajar (biasanya siswa yang lebih pandai
dari siswa yang lain) dan peserta didik yang lain berperan sebagai
pembelajar, baik pada usia yang sama atau pengajar berusia lebih tua dari
pembelajar, untuk membantu belajar dalam tingkat kelas yang sama, untuk

1
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,
berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna,
karena penjelasan yang diberikan menggunakan bahasa yang lebih akrab.

2.2 Manfaat Peer Learning


Dengan tutor sebaya, pembaca yang lemah dapat mengambil manfaat dari
perhatian yang tak terbagi. Guru sering tidak mempunyai cukup waktu untuk
memberikan bantuan individu seperti ini kepada tiap peserta didik. Namun, strategi
ini harus dijelaskan dengan seksama kepada tutor sebaya, apa yang harus mereka
lakukan. Tutor harus mengetahui harapan mereka. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2010:397), tutor sebaya sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi anak didik
secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepada
setiap anak didik untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Dengan
strategi ini anak didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta. Melatih
tutor sebaya menurut Dossuwanda dapat dilakukan melalui.
1) Memperkenalkan buku yang menarik minat baca.
2) Menunda koreksi kesalahan dengan memberi kesempatan peserta didik selesai
mencoba mengoreksinya sendiri.
3) Mendiskusikan materi bacaan setelah dibaca.
4) Mengecek kinerjanya sendiri sebagai guru, dan kemajuan teman sebaya dengan
melengkapi kartu laporan melalui ceklis.

2.3 Tujuan Peer Learning


1. Mengembangkan kemampuan belajar.
2. Mengevaluasi hasil kerja.
3. Menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
4. Mendorong belajar mandiri.
5. Mengurangi angka putus sekolah.
6. Memberi dukungan kepada siswa.

2.4 Prinsip Pembelajaran Peer Learning

2
Prinsip-prinsip kunci yang muncul dari studi yang dilakukan Sampson et al. untuk
keberhasilan pelaksanaan peer learning adalah sebagai berikut.
1. Mengikuti konteksdi mana strategi peer learning yang akan diterapkan.
2. Fokus pada hasil belajar dan tujuan pembelajarandan mencocokannya pada
strategi peer learning.
3. Memastikan keselarasan antara strategi peer learning dan tugas-tugas yang
dinilai.
4. Mempersiapkan staf dan siswa untuk pendekatan belajar yang berbeda, peran
dan tanggung jawabnya.
5. Memperkenalkan strategi peer learning dan mengelola proses pelaksanaannya.
6. Menciptakan kondisi yang positif saat pembelajaran (Sampson et al. 1999).
Menurut Lakey (2010) bahwa dalam pembelajaran, guru hendaknya
proaktif pembuka percakapan untuk meringankan suasana, mengatur pasangan
teman atau kelompok dukungan kecil. Semakin cepat kelompok mulai berbagi
tugas membangun dan memperkuat kelompok. Hal tersebut lebih baik bagi
kelompok.

2.5 Tahapan Pembelajaran Peer Learning


1) Mengatur bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik.
2) Mengindetifikasi topik untuk pelajaran yang akan diberikan berdasarkan
kebutuhan peserta didik tahun ini.
3) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
4) Setiap kelompok memilih satu topik untuk didiskusikan dan disertai dengan
lembar kegiatan.
5) Guru bekerja dengan kelompok untuk memastikan bahwa beberapa
ketrampilan dasar dipelajari.
6) Pembelajaran harus mempunyai ICT.
7) Sebesar 50% dinilai dari proses pembelajaran dan lembar kegiatan serta
bagaimana mereka meningkatkan pembelajaran dan 50% dinilai dari cara
mereka mempresentasikan hasil diskusi.
8) Mempersiapkan waktu untuk masing-masing kelompok mempresentasikan
didepan kelas.

3
9) Guru mengatur kelompok-kelompok peserta didik untuk melatih mereka
mengajar dikelas.
10) Siapkan lembar komentar untuk memungkinkan peserta didik untuk
memberikan kritik yang membangun kepada kelompok.
Menurut Miller et al., (1994), tahapan pembelajaran peer learning adalah
sebagai berikut.
1. Membuat persiapan.
2. Menjalankan program.
3. Pengayaan dan ekstensi. Dalam langkah pertama, membuat persiapan sebelum
pembelajaran dengan metode pembelajaran peer learning adalah sebagai
berikut.
a. Format bimbingan, guru harus mempertimbangkan karakteristik
siswa, sumber daya yang tersedia, dan tujuan dari pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Memilih rekan, perserta didik dapat dipasangkan oleh guru, baik secara
acak, atau dengan pertimbangan khusus bagi peserta didik dengan perilaku
atau berprestasi, peserta didik bergiliran mempresentasikan, masing-masing
menghabiskan 5 sampai 10 menit.
c. Melatih tutor, melatih tutor dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
d. Mengatur suasana pembelajaran, mengatur suasana belajar memerlukan
peran guru dalam penjadwalan.
4. Dalam langkah kedua, dijalankan program antara lain.
a) Pre-test.
b) Latihan.
c) Tes.
5. Dalam langkah ketiga, dilakuan pengayaan dan ekstensi yaitu praktik
tambahan memberikan pengayaan dan perluasan kegiatan yang berkaitan
dengan topik pembelajaran.

4
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Peer Learning
Menurut Suharsimi Arikunto (1988:64) kelebihan metode tutor sebaya
antara lain, menyampaikan informasi lebih mudah sebab bahasanya sama, kesulitan
lebih terbuka, suasana yang rileks menghilangkan rasa takut, mempererat
persahabatan, ada perhatian terhadap perbedaan karaktersitik, konsep mudah
dipahami, serta siswa tertarik untuk bertanggung jawab dan mengembangkan
kreatifitas. Sedangkan kelemahan metode tutor sebaya yaitu, kurang serius dalam
belajar, jika siswa punya masalah dengan tutor ia akan malu bertanya, sulit
menentukan tutor yang tepat, tidak semua siswa pandai dapat jadi tutor.
Munthe, dkk (2019) dalam penelitiannya yang berjudul, “Manfaat dan
Kendala Penerapan Tutor Sebaya untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Lentera
Harapan Mamit” menyebutkan kendala yang dihadapi saat menerapkan metode
tutor sebaya adalah sebagai berikut.
1. Sulit untuk menentukan tutor yang berpatokan pada nilai tes sebelum tindakan,
karena nilai siswa sering naik turun, sehingga membutuhkan masukan di luar
nilai-nilai yang sudah sebagai bahan pertimbangan. Misalnya: siswa A yang
ditunjuk sebagai tutor, ternyata mendapatkan nilai tes pertama rendah di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), namun pada tes kedua siswa mendapatkan
nilai di atas KKM. Dengan demikian, untuk mengambil keputusan siapa yang
menjadi tutor, maka perlu meminta masukan dan pertimbangan dari guru
lainnya. Serta dapat juga mempertimbangkan dari nilai latihan atau tugas-tugas
lainnya saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, tidak otomatis menjadi tutor,
karena harus mempertimbangkan kemampuan membimbingn dan memimpin
siswa-siwa lainnya untuk bisa memfasilitasi proses pembelajar dan berdiskusi
dapat berjalan dengan baik.
3. Sulit untuk mengelola waktu dengan baik, karena banyak langkah yang harus
diterapkan. Misalnya: pada langkah ketiga yang sudah dipilih
diimplementasikan dalam penerapan tutor sebaya, yaitu memberikan pelatihan
kepada tutor. Pada langkah ini, harus dijelaskan lebih banyak materi kepada
tutor, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Perlu memastikan setiap

5
tutor sudah memahami materi yang akan didiskusikan dalam kelompoknya
masing-masing.
Hasil temuan penelitian yang dilakukan tentang kendala penerapan tutor
sebaya tersebut, sangat relevan seperti yang dipaparkan oleh Lopez, Purba, dan
Indriani (2016: 90), yaitu saat mempelajari materi pelajaran yang sulit, maka
pelatihan tutorial bagi para tutor harus dilakukan secara intens. Dengan demikian,
guru harus siap dan rela menyediakan waktu lebih untuk melatih tutor. Disamping
itu, perlu ada penambahan cakupan materi pelajaran yang akan dipelajari dalam
kelompok, agar kegiatan tutorial dapat berjalan lebih interaktif dan efektif.
Demikian juga yang dipaparkan oleh Djamarah (2010, hlm.26-27) bahwa
kekurangan dari penerapan tutor sebaya diantaranya: siswa yang dibantu (tutee)
merasa hanya berhadapan dengan tema sendiri (tutor), sehingga kurang serius
dalam belajar. Sementara, bagi guru, saat menerapkan tutor sebaya kesulitan untuk
menentukan tutor yang tepat untuk masing-masing kelompok.

Anda mungkin juga menyukai