Anda di halaman 1dari 83

MAKALAH LAPORAN KASUS

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK

“Asuhan Keperawatan pada Anak M Usia 1 Tahun 2 Bulan dengan Pneumothoraks di


Ruang HCU Anak RSUP M.Djamil Padang”

Disusun Oleh :

PUTRI DWI RUSMAYANTI

2141312036

Kelompok Q

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahiwabarrakatuh

Alhamdulillahirrabbila’lamin, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat


Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam penulis
ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing akademik dan


pembimbing klinik RSUP Dr.M.Djamil Padang yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara moril
maupun materil.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat nantinya.
Sebagai penyusun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Atas segala masukan tersebut penulis mengucapkan
terima kasih.

Padang, 11 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

5.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

5.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

5.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4

2.1 Definisi Pneumothorax ................................................................................... 4

2.2 Etiologi Pneumothorax ................................................................................... 4

2.3 Manifestasi Klinis........................................................................................... 5

2.4 Klasifikasi Pneumothorax .............................................................................. 5

2.5 Komplikasi ..................................................................................................... 7

2.6 Penatalaksanaan Medis ................................................................................... 7

2.7 WOC ............................................................................................................... 8

2.8 Ringkasan Riwayat Keperawatan ................................................................... 9

BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 38

5.1 Penutup ......................................................................................................... 41

5.2 Saran ............................................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 42

Lampiran 1. Denver II
Lampiran 2. Status Nutrisi (WHO, NCHS/CDC)
Lampiran 3. SAP Aroma Therapy
Lampiran 4. SAP Terapi Bermain
ii
BAB I
PENDAHULUAN

5.1 Latar Belakang

Pneumotoraks adalah kondisi adanya udara di rongga pleura. Kondisi ini


relatif umum dan dapat terjadi dalam berbagai penyakit dan pada individu dari
segala usia. Pneumotoraks ditandai dengan dispnea dan nyeri dada yang berasal
dari paru-paru maupun dinding dada yang disebabkan oleh adanya udara pada
rongga pleura yang diikuti pecahnya bula (Aulia, 2015). Pneumothorax
merupakan kasus kegawatan paru-paru. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
(Papagiannis, 2015) yang menyatakan studi kasus di Amerika Serikat melaporkan
kejadian pneumothorax spontan primer berdasarkan jenis kelamin pria sebesar 7,4
dari 100.000 pertahun dan 1,2 dari 100.000 pertahun untuk wanita. Pneumotorax
spontan sekunder berdasarkan jenis kelamin pria sebesar 6,3 dari 100.000
pertahun dan pada wanita 2,0 dari 100.000 pertahun.

Jumlah penumothorax di Indonesia berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000


per tahun. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, kasus pneumotorak di RSUP
M.Djamil Padang periode Januari 2007 sampai Desember 2011 sebanyak 62,3%
dimana orang dengan penyakit dasar terbanyak adalah TB Paru. Angka mortalitas
pneumothoraknya pun tinggi yaitu sebanyak 33,7% dengan penyebab kematian
terbanyak gagal napas (45,8%) (Muttaqien 2019).

Hasil uraian prevalensi pneumothorak yang di alami negara Amerika


Serikat dan Indonesia menimbulkan beberapa dampak yang dialami penderita
salah satunya yaitu dampak fisik. Dampak fisik yang dialami penderita
pneumothorax bervariasi sesuai tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai
dengan dispnea, sianosis, takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada
berasal dari paru-paru akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala

1
gawat pernapasan, tachycardia, dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya
pneumothorax yang tegang (Arteaga, 2018).

Penjelasan mengenai dampak pneumothorax yaitu dibutuhkannya


penanganan segera untuk mencegah memperluasnya masalah penderita. Selain
tindakan medis, penderita membutuhkan perawatan yang diberikan secara
komperensif yaitu Asuhan keperawatan meliputi penanganan secara kebutuhan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan langsung pada klien
(Jobson, 2016).

Munculnya masalah keperawatan pada pasien pneumothorax pada ketegori


aktual ialah ketidakefektifan pola napas. Menurut (Prem, Sahoo, & Adhikari,
2012) teknik pursed lips breathing dapat menurunkan sesak nafas. Diagnosa
intolerasi aktivitas diberikan teknik manajemen energi dimana menurut (Belfer &
Reardon, 2019) efektif melatih energi dengan masalah sesak napas. Diagnosa
nyeri menggunakan teknik guided imagery berhasil untuk mengontrol nyeri.
Diagnosa risiko infeksi akibat pemasangan WSD (Water Seal Drainase) menurut
(Dissemond, Augustin, & Sabine, 2013), pemberian perawatan luka dapat
mencegah terjadinya infeksi pada luka. Diagnosa potensial pada pasien
pneumothorax ialah defisit perawatan diri.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melalukan analisis asuhan


keperawatan pada pasien pneumothorax pada anak di ruang HCU anak RSUP
M.Djamil Padang.

5.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa
Pneumothorax?”

2
5.3 Tujuan Penulisan

a) Mahasiswa mampu memahami konsep teoritis penyakit pneumothorax.


b) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap anak dengan
pneumothorax.
c) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa, luaran dan intervensi
keperawatan pada anak dengan pneumothorax.
d) Mahasiswa mampu memberikan implementasi keperawatan pada anak
dengan pneumothorax.
e) Mahasiswa mampu membuat tindakan keperawatan pada anak dengan
pneumothorax.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumothorax

Pneumotoraks adalah adanya udara yang terdapat antara pleura visceralis


dan cavum pleura. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat
leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat
ditimbulkan oleh karena adanya robekan pleura visceralis sehingga saat inspirasi
udara yang berasal dari alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumotoraks
jenis ini disebut sebagai closed pneumotorax. Apabila kebocoran pleura visceralis
berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat
keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama
semakin banyak sehingga mendorong mediastum kearah kontralateral dan
menyebabkan terjadinya tension pneumotorax (Pratama, 2014).

2.2 Etiologi Pneumothorax

Menurut Alsegaf (2004), dalam Pratama, (2014) Terdapat beberapa jenis


pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:

1) Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya.

2) Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang


mendahuluinya.

3) Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada dada.


Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru atau benturan pada
kecelakaan motor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari
tindakan medis tertentu (misal torakosentesis).
Pada bayi, pneumotoraks lebih lazim terjadi pada laki-laki daripada
4
perempuan, dan pada bayi cukup bulan dan bayi lewat bulan dari pada bayi
prematur. Insidennya bertambah pada bayi- bayi dengan penyakit paru, seperti
aspirasi mekonium dan penyakit membran hialin; pada mereka yang menerima
resusitasi kuat atau yang sedang mendapat bantuan ventilasi, terutama jika
tekanan inspirasi tinggi atau bila menggunakan tekanan akhir ekspirasi yang
ditingkatkan terus menerus (Behrman, 2000).

2.3 Manifestasi Klinis

1. Dispnea (jika luas)


2. Nyeri pleuritik hebat
3. Trakea menjauhi sisi yang terkena pneumotorak
4. Takikardia
5. Sianosis (jika luas)
6. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
7. Perkusi hipersonor di atas pneumotoraks
8. Perkusi meredup diatas paru yang kolaps
9. Suara napas berkurang.

2.4 Klasifikasi Pneumothorax

A. Berdasarkan penyebabnya pneumotoraks dapat dibagi menjadi dua yaitu:


1. Pneumotoraks spontan, yaitu pneumothorax yang terjadi secara tiba-tiba.
Pneumothorax ini dapat dikalsifikasikan dalam 2 jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks ini disebabkan oleh ruptur kista kecil udara subpleural
di apeks (“blebs”) tetapi jarang menyebabkan gangguan fisiologis
yang signifikan. PSP merupakan jenis paling sering pada
pneumotoraks (prevalensi 8/10/tahun pada orang dengan tinggi
badan >1,9 m).

5
b. Pneumotoraks spontan sekunder (SP)
SP dihubungkan dengan penyakit respirasi yang merusak arsitektur
paru, paling sering bersifat (misalnya penyakit paru obstruktif
kronik/PPOK, asma), fibrotik atau infektif (misalnya pneumonia), dan
kadang-kadang gangguan langka atau herediter (misalnya sindrom
Marfan, fibrosis kistik). Insidensi SP meningkat seiring bertambahnya
usia dan memberatnya penyakit paru penyebab.
2. Pneumotoraks traumatik (iatrogenik)
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat trauma, baik trauma penetrasi
maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru. Pneumotoraks jenis ini juga dapat diklasifikasikan lagi
kedalam dua jenis, yaitu: Pneumotoraks traumatik non-iotrogenik: terjadi
karena jejas kecelakaan misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma
dan pneumotoraks traumatik iotrogenik: terjadi akibat komplikasi dari
tindakan medis.

B. Berdasarkan jenis fistulanya, maka diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu:


1. Pneumotoraks tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan
didalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun
berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya.
2. Pneumotoraks terbuka (open pneumothorax)
Yaitu pneumotoraks yang terdapat hubungan antararongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka
pada dada).
3. Pneumotoraks ventil (tension pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin
lama makin tambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
bersifat ventil.
6
2.5 Komplikasi

Menurut Corwin, (2009) ada 2 komplikasi pada pneumotoraks yaitu:

1) Tension pneumotorax dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,


akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun.
Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya.

2) Pneumotoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian


dapat terjadi. Menurut Williams, (2013) komplikasi pneumotoraks
adalah gangguan paru dan gangguan sirkulasi yang fatal.

2.6 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pneumotoraks bergantung pada jenis pneumotoraks


yang dialami, derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit
yang terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi tindakan dekompresi
yaitu membuat hubungan antara rongga pleura dengan linggungan luar dengan
cara:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah
negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara
lainnya yaitu melakukan penusukan ke rongga plura memakai tranfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udaraa luar melaui kontraventil:
1. Penggunaan pipa Water Sealed Drainage (WSD)
2. Pengisapan Kontinu (continuous suction)
3. Pencabutan Drain: apabila paru telah mengembang maksimal dan
tekanan intrapleura sudah negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum
dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam.
Apabila paru tetap megembang penuh, drain dapat dicabut.

7
c. Tindakan Bedah
Pembukaan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang tersebut dijahit.

2.7 WOC

8
2.8 Ringkasan Riwayat Keperawatan

a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, kepercayaan, suku bangsa, bahasai\ yang
dipakai, status pendidikan, asuransi kesehatan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sesak nafas seringkali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Kaji apkah ada
riwayat trauma yang mengenai rongga dada.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyan pakah klien pernah menderita TB paru dimana
seringterjadi pada pneumothoraks spontan.
d. Rriwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang menyebabkan pneumothoraks, seperti asma, TB paru, dll.
e. Pengkajian psikososial
Perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya dan
perilaku pasien pada tindakan yang dilakukan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pernapasan
 Inpeksi: peningkatan usaha nafas serta penggunaan otot bantu
pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris,
iga melebar, rongga dada asimetris, batuk yang produktif dengan
sputum purulen. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
 Palpasi: vokal fremitus menurun pada sisi yang sakit, pergerakan
dinding dada yang tertinggal pada sisi yang sakit, terjadinya
pelebaran ruang iga pada sisi yang sakit atau bisa saja normal.
 Perkusi: pada sisi yang sakit; hipersonor sampai timpani dan
9
tidak bergetar, batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat
apabila tekanan intrapleura tinggi.
 Auskultasi: suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi
yang sakit, pada posisi duduk semakin ke atas letak cairan maka
akan semakin sempit sehingga suara nafas terdengar atmfosir.
2) Blood: perlu memonitor statu kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
3) Brain: kaji kesadaran, GCS.
4) Bladder: pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan. Monitor adanya oliguria yang merupakan tanda awal
shock.
5) Bowel: biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
akibat sesak nafas.
6) Bone: gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik akibat
kelemahan.

g. Rencana Asuhan Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan nafas
Pola nafas Setelah dilakukan intervensi(I.01011):
tidak efektif 3x24 jam diharapkan: Aktivitas:
b.d hambatan - Penggunaan otot bantu Observasi
nafas cukup menurun - Monitor pernafasan
upaya nafas - Frekuensi nafas cukup - Monitor bunyi nafas
membaik - Monitor sputum
- Kedalaman nafas cukup Terapeutik
menurun - Pemberian terapi oksigen
Edukasi:
- Anjurkan ibu untuk sesekali
memposisikan anak pada
posisi semi fowler atau
fowler
Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
tidur b.d Setelah dilakukan intervensi Aktivitas:
10
perawatan di 3x24 jam diharapkan: Observasi
rumah sakit - Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi pola aktivitas dan
- Keluhan sering terjaga tidur
- Identifikasi faktor
menurun
pengganggu tidur
- Keluhan pola tidur berubah Terapeutik :
menurun - Moifikasi lingkungan
- Keluhan tidak puas tidur - Batasi waktu tidur siang
menurun - Terapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot auto
genik atau cara
nonfarmakologi lainnya.

Risiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)


b.d Setelah dilakukan intervensi Aktivitas:
imunosupresi 3x24 jam diharapkan: Observasi
 Tidak terdapat kemerahan  Monitor tanda dan gejala
pada lokasi insersi infeksi lokal dan sistemik
 Tidak terdapat Terapeutik
pembengkakan pada lokasi  Berikan perawatan kulit pada
insersi area insersi
 Tidak dilaporkan adanya  Pertahankan teknik aseptik
nyeri pada pasien
 Kadar sel darah putih Edukasi
dalam batas normal  Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan tanda memeriksa
kondisi kulit
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.

11
BAB III
LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Putri Dwi Rusmayanti


NIM : 2141312036
Tempat Praktek : RSUP M.Djamil Padang (Ruang HCU anak)
Tanggal Pengkajian : 1 November 2021
Tanggal klien masuk : 27 Oktober 2021
No.RM : 01.11.74.08

I. Identitas Data

Nama Anak : An. M


BB / TB : 8,1 kg / 72 cm
TTL : Napar, 22 Agustus 2020
Umur : 1 Tahun 2 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Anak : Belum sekolah
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Nama Ibu : Ny. M
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Alamat : Napar, Payakumbuh
Diagnosa Medis : Spontan pneumothoraks dextra e.c pneumonia

II. Keluhan Utama


Alasan masuk RS: Pasien masuk melalui IGD RSUP M.Djamil Padang
dengan keluhan sesak nafas sejak 10 hari yang lalu, sesak tidak berkurang
dan semakin meningkat sejak 4 hari sebelum dibawa ke RS.
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
a. Jumlah kunjungan : 4 kali
12
b. Pemeriksaan kehamilan : bidan di puskesmas Napar
c. Riwayat gestasi : G3P3A0H3
d. HPHT : ibu tidak ingat
e. Kenaikan BB selama hamil : 14 kg
f. Komplikasi hamil : tidak ada

g. Masalah selama hamil : ibu mengatakan tidak


mengalami masalah selama kehamilan, selama ibu melakukan
pemeriksaan ke bidan, hasil dari pemeriksaan selalu normal dan
tidak terdapat masalah.

h. Komplikasi obat : tidak ada


i. Obat yang didapat : tablet Fe sebanyak 60 tablet
yang dikonsumsi setiap hari.
j. Riwayat hospitalisasi : tidak pernah dirawat di rumah
sakit selama kehamilan
k. Kehamilan : direncanakan.

2. Intranatal

a. Tanggal persalinan : 22 Agustus 2020


b. BBL / PBL : 4000 gram/ 51 cm
c. Usia gestasi saat hamil : 37 minggu
d. Komplikasi persalinan : tidak ada
e. Tempat persalinan : Rumah Sakit
f. Penolong persalinan : Dokter
g. Jenis Persalinan : sectio caesarea
h. Presentasi lahir : letak lintang

3. Posnatal

Ny.M mengatakan setelah melahirkan kondisi anak baik namun ASI ibu
tidak keluar sehingga anak mendapatkan susu formula yang disarankan
oleh rumah sakit.
13
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 November 2021 pukul 14.30


WIB, pasien tampak rewel, gelisah, menangis dan sedikit sesak. Pasien
terpasang NGT, nasal kanul 2L/menit, pasien terpasang WSD (water
sealer drainage) pada ICS V dextra dengan undulasi (+), bublle (+),
produksi (-). Tampak adanya penggunaan otot bantu nafas, retraksi
epigastrium dan tidak tampak pernapasan cuping hidung. Tampak gerakan
dinding dada sebelah kanan sedikit menurun dibanding dengan dada
sebelah kiri.

V. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang diderita sebelumnya : An.M pernah dirawat pada usia
3 bulan selama 5 hari karena sesak nafas dan mendapatkan obat
antibiotik dan nebulasi. Anak juga pernah mengalami riwayat penyakit
TEN 2 bulan yang lalu dimana dicurigai akibat paracetmol dan
ambroxol.
2. Pernah dirawat di RS : pernah
3. Obatan – obatan yang pernah dikonsumsi : obat antibiotik, nebulasi,
paracetamol, ambroxol.
4. Alergi : alergi pada obat ceftriaxone,
paracetmol dan ambroxol.
5. Kecelakaan : Tidak pernah
6. Riwayat Imunisasi : Hepatitis B (0 bulan)

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny.M mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
yang sama. Riwayat TB dan COVID-19 tidak ada. Ayah pasien
meninggal saat umur 34 tahun dengan riwayat penyakit yang tidak
diketahui.

14
VII. Genogram

Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
X : Meninggal

VIII. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Kemandirian dan bergaul :

Ny.M mengatakan anaknya sudah bisa melakukan beberapa hal secara


mandiri seperti minum sendiri dengan menggunakan dot. Ny.M juga
mengatakan An.M senang bermain dengan anak tetangga yang sebaya
dengannya.

2. Motorik kasar :
Ny.M mengatakan anak sudah bisa berdiri dari duduk tanpa bantuan,
dapat berjalan dengan baik, terkadang anak juga berjalan mundur tanpa
terjatuh, menirukan gerakan seperti menari-nari saat mendengar musik dan
bermain bola di rumah bersama abang-abangnya.

3. Motorik halus :

Ny.M mengatakan An.M suka mencoret dinding rumah apabila


menemukan alat tulis seperti pena atau pensil milik abangnya. Ibu
15
mengatakan anak juga dapat mengambil barang atau mainan yang
ditunjuk saat berada di rumah.

4. Kognitif dan bahasa :


Saat dilakukan pengkajian, anak sudah mengerti beberapa kata, seperti kata
“bunda”, “halo”, “tidak”, “udah”. Kadaang juga tampak anak mengoceh
dengan ibu nya.

IX. Riwayat Sosial


1. Yang mengasuh klien : Keluarga sendiri (ibu)
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Ny.M mengatakan An.M
memiliki kedekatan dengan keluarga.
3. Hubungan dengan teman sebaya : Ny. M mengatakan An.M
senang bermain dengan anak-anak tetangga yang sebaya dengannya
4. Pembawaan secara umum : Ny. M mengatakan An.M
merupakan anak periang, membuat tertawa orang-orang sekitarnya dengan
kelucuannya. An.M tampak baik-baik saja dari segi fisik tidak mengalami
kecacatan.
5. Lingkungan rumah : Ny.N mengatakan sumber air
untuk minum dan keperluan sehari-hari menggunakan air PDAM. Untuk
pengolahan sampah di rumah, sampah langsung dibuang ke tempat
pembuangan sampah. Rumah merupakan bangunan semi permanen.

X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Keadaan : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : 15 (E4M6V5)
d. BB / TB : 8,1 kg / 72 cm
e. Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
16
Nadi : 150 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
Tekanan darah : 107/48 mmHg
2. Kepala
a. Lingkar kepala : 46 cm
b. Rambut
- Kebersihan : Rambut terlihat bersih, tidak ada lesi maupun
benjolan dikulit kepala.
- Warna : Hitam
- Tekstur : Rambut halus
- Distribusi rambut : Rambut pendek, tipis dan lurus.
- Kuat / Mudah tercabut : Rambut kuat dan tidak mudah tercabut.
3. Mata
- Simetris : Mata simetris kiri dan kanan
- Sclera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Pupil : Isokor
- Palpebra : tidak ada udema
4. Telinga
- Simetris : Telinga simetris kiri dan kanan
- Serumen : Tidak ada
- Pendengaran : Baik
5. Hidung
- Septum simetris : Simetris kiri dan kanan
- Sekret : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Tidak tampak pernapasan cuping hidung
6. Mulut
- Kebersihan : Mulut dan gigi bersih
- Warna bibir : Tidak sianosis
17
- Kelembapan : Lembab
- Lidah : Bersih
- Gigi : Gigi susu (2 gigi seri bawah) dan tidak ada
caries gigi
7. Leher
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
8. Dada

- Inspeksi : Gerakan dinding dada kanan tampak sedikit tertinggal


dibanding dengan dada kiri, tampak penggunaan otot
bantu nafas, adanya retraksi epigastrium, terpasang WSD
di ICS V dextra dengan undulasi (+), bubble (+),
produksi (-), frekuensi pernafasan: 45x/i.

- Palpasi : vokal fremitus melemah pada dada kanan dibandingkan


dengan dada kiri

- Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan hipersonor pada


lapang paru kanan

- Auskultasi : vesikuler, suara nafas menurun pada ICS II dextra,


rhonki (-/-), wheezing (-/-).

9. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5
- Perkusi : pekak, batas jantung normal
- Auskultasi : BJ 1= BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
10. Abdomen
- Inspeksi : Perut simetris, tidak ada pembengkakan pada
abdomen, tidak membuncit

18
- Palpasi : Tidak ada oedema, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas
tidak ada, pembesaran hepar tidak ada
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Bising usus normal (7x/menit).
11. Punggung : Tidak ada kelainan pada punggung, tidak ada luka dan
lesi.
12. Ekstremitas : tonus otot normal, akral teraba hangat, CRT < 2 detik,
jumlah jari lengkap, tidak ada lesi.
13. Genetalia : Tidak ada kelainan
14. Kulit
- Warna : kuning langsat
- Turgor : baik
- Integritas : terdapat bekas makula pada wajah, lengan dan leher.
- Termogulasi : kulit teraba hangat
- Tidak terdapat sianosis.

XI. Pengkajian Fokus


Pada pasien dengan pneumothorax maka pengkajian fokus pada
pemeriksaan fisik yaitu bagian dada terutama pada thorax, dimana pada
pemeriksaan An.A didapatkan hasil :

- Inspeksi : Gerakan dinding dada kanan tampak sedikit tertinggal


dibanding dengan dada kiri, tampak penggunaan otot
bantu nafas, adanya retraksi epigastrium, terpasang WSD
di ICS V dextra dengan undulasi (+), bubble (+),
produksi (-), frekuensi pernafasan: 45x/i.

- Palpasi : vokal fremitus melemah pada dada kanan dibandingkan


dengan dada kiri

- Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan hipersonor pada


lapang paru kanan
19
- Auskultasi : vesikuler, suara nafas menurun pada ICS II dextra,
rhonki (-/-), wheezing (-/-).

- Pada pemeriksaan kulit: tidak ditemukan adanya tanda-tanda sianosis.

- Tidak ditemukan adanya tanda-tanda takikardi (HR: 140x/I = normal).

XII. Pengkajian Keluarga


Ny. M mengatakan ia cemas dan stress karena memikirkan penyakit yang
diderita oleh anaknya. Ibu merasa sedih dan kasihan melihat anaknya yang
masih berusia 1 tahun tapi sudah menanggung rasa sakit. Ibu mengatakan
untuk selalu berusaha ikhlas atas penyakit yang diderita oleh anak dan
meyakini bahwa semua ini adalah kehendak Allah.
Ibu tampak selalu berada di samping anaknya dan memantau kondisi
An.M. Ibu selalu berusaha agar anak tetap merasa tenang. Sesekali ibu
tampak menangis melihat kondisi anak. Ibu merupakan orang tua tunggal
karena suami sudah meninggal saat An.M masih berada didalam
kandungan. Tapi ibu selalu berusaha untuk tetap ikhlas dan kuat.

XIII. Pemeriksaan Pertumbuhan


1) Status Gizi

Usia : 14 bulan
BB saat ini : 8,1 kg
TB saat ini : 72 cm
BB standar usia: 9,05 kg
TB standar usia: 74 cm

a) Sesuai PMK No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri


Anak

 Indeks BB menurut Umur (BB/U)


1. Ambang batas (Z score) : - 2 SD sd + 1 SD

20
2. Katergori : berat badan normal
 Indeks TB menurut Umur (TB/U)
1. Ambang batas (Z score) : -3 SD sd <- 2 SD
2. Katergori : pendek
 Indeks BB menurut TB (BB/TB)
1. Ambang batas (Z score) : -2 SD sd +1 SD
2. Katergori : gizi baik

b) Grafik CDC 2000

 Status gizi berdasarkan CDC yaitu BB berdasarkan Usia

= BB actual / BB ideal x 100%

= 8,1 kg / 10,8 kg x 100 %

= 75 %

Interpretasi : Gizi kurang

 Status gizi berdasarkan CDC yaitu TB berdasarkan Usia

= TB actual / TB ideal x 100%

= 72 cm / 73 cm x 100%

= 98,6 %

Interpretasi : Gizi baik

 Status gizi berdasarkan CDC yaitu BB berdasarkan TB

= BB actual/BB Sesuai Grafik TB x 100%

= 8,1 kg / 9,15 kg x 100%

= 88,5 %

Interpretasi : Gizi sedang.

21
2) Pemeriksaan Cairan
- Intake cairan (tanggal 1-11-2021)
 Infus : 33 cc (IVFD Kaen 1B)
 Minum : 800 cc (MC 8x100cc)
 Air metabolisme : 64,8 cc
 Total : 897,8 cc
- Output (tanggal 1-11-2021)
 Muntah :-
 Urine : 640 cc (pampers)
 IWL : 234,9 cc
 Total : 874,9 cc
- Balance cairan : input cairan – output cairan
= 897,8 cc - 874,9 cc = + 22,9 cc
- BAK saat sakit:
Frekuensi 4-5x sehari, bewarna kuning pucat, bau khas urine dengan
banyaknya 640 cc.
- BAB saat sakit :
Frekuensi 1x sehari dengan konsistensi lunak, bewarna kuning pucat,
dengan banyaknya ±200 gr.

3) Pemeriksaan Spiritual

An.M belum bisa mengikuti gerakan sholat dan berdoa. Ibu mengatakan anak
sudah bisa mengucapkan bismillah ketika ingin makan walaupun pengucapannya
tidak terlalu jelas.

22
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : 26 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
APTT 26.6 Detik 20.5-27.7
PT 10.5 Detik 9.1-12.3
Hematologi
Hemoglobin 9.9 g/dL 10.4-16.0
Leukosit 10.88 10^3/mm^3 6.0-18.0
Eritrosit 3.81 10^6/µL 3.40-5.20
Trombosit 541 10^3/mm^3 150-450
Hematokrit 31 % 38.0-48.0
Retikulosit 2.17 % 0,5-1.5
MCV 81 fL 78.0-102.0
MCH 26 Pg 25.0-35.0
MCHC 32 % 32.0-36.0
CDW-CV 16,8 % 11.5-14.5
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 1-4
Neutrofil Batang 0 % 0.0-5.0
Neutrofil Segmen 45 % 18.0-38.0
Limfosit 48 % 45-75
Monosit 7 % 2-11
Kimia Klinik
Total protein 7.3 g/dL 6.6-8.7
Albumin 4.0 g/dL 3.8-5.0
Globulin 3.3 g/dL 1.3-2.7
Kalsium 9.6 mg/dL 8.1-10.4
Ureum Darah 24 mg/dL 10-50
Kreatinin Darah 0.4 mg/dL 0.6-1.2
Elektrolit
Natrium 138 Mmol/L 136-145
Kalium 4.7 Mmol/L 3.5-5.1
Klorida 107 Mmol/L 97-111
Imunologi
Anti HIV (Rapid test) Non reaktif Non reaktif

23
b. Pemeriksaan diagnostic : foto thoraks
Hasil: tension pneumothorax

24
5) Kebutuhan Dasar

No Jenis Kebutuhan Kebutuhan Seharusnya Sebelum Sakit Saat Sakit


kebutuhan kalori pada anak Ny.M mengatakan An.M makan
An.M hanya mendapatkan diet:
usia 1-3 tahun ±1.125 3x sehari dengan pola teratur.
Pagi : MC 8x100 cc/NGT
kkal/hari
- Nasi (±150 gr) = 195 kkal
- ½ telur rebus = 77 kkal
- Protein : 26 gr
- ¼ mangkuk sayur = ± 25
- Karbohidrat: 155 gr kkal
- Lemak : 44 gr - 200 cc susu formula
(Morinaga) = 124 kkal
- serat : 16 gr
Siang :
- Nasi (±100 gr) = 130 kkal
1. Makan - ½ telur rebus = 77 kkal
- ¼ mangkuk sayur = ± 25
kkal
- 200 cc susu formula
(Morinaga) = 124 kkal
Malam :
- Nasi (±100 gr) = 130 kkal
- Ikan suir = ± 69 kkal
- ¼ mangkuk sayur = ± 25
kkal
- 200 cc susu formula

25
(Morinaga) = 124 kkal

Total kalori dalam sehari :


1.125 kkal
Kesimpulan : kalori anak
tercukupi sesuai usia
(Permenkes No.75 Tahun 2013)
Kebutuhan cairan pada anak An.M meminum air putih 5-6x An.M hanya mendapatkan diet:
usia 1-3 tahun : 1200 ml /hari dan minum susu formula MC 8x100 cc/NGT
3x/hari. An.M tidak
mendapatkan ASI karena sejak
lahir ASI ibu tidak keluar
2. Minum sehingga hanya dibantu dengan
susu formula (BMT).

Total intake cairan: ± 1100 cc/


hari

Kebutuhan tidur pada anak Ny.M mengatakan An.M Ny.M mengatakan An.M
usia 1-3 tahun adalah 11-14 biasanya pada malam hari mulai sering rewel, gelisah dan sulit
jam per hari tidur jam jam 9 malam dan untuk tidur. Tidur malam ± 4
terbangun jam 5/6 pagi. Pola jam dan sering terbangun pada
3. Tidur tidur An.M 8-9 jam/malam. malam hari. Pada siang hari
An.M biasanya tidur siang ± 2 juga tampak anak jarang tidur
jam. dan lebih sering menangis.

26
Idealnya mandi pada usia Ny.M mengatakan An.M Ny.M mengatakan badan
toddler adalah sebanyak 2x dimandikan 2x/hari yaitu pagi An.M hanya di lap-lap saja
4. Mandi sehari dan sore menggunakan air biasa oleh ibu dengan kain basah.
(tidak menggunakan air hangat).

BAK: jumlah urine normal Ny.M mengatakan anaknya - BAK: frekuensi 4-5x sehari,
yaitu: 1 cc/ kgBB/ jam BAK kurang lebih 5-7 kali bewarna kuning pucat, bau
sehari. BAB An.M 1x/hari. khas urine dengan
Pada An.M dengan BB 8,1 Tidak ada kelainan pada BAK banyaknya 640 cc.
kg maka urine normal dalam dan BAB anak. - BAB: frekuensi 1x sehari
5. Eliminasi 24 jam yaitu 192,24 cc dengan konsistensi lunak,
BAB: pada usia toddler bewarna kuning pucat,
normalnya BAB sekitar 4x dengan banyaknya ±200 gr.
dalam seminggu

Anak usia toddler biasanya Ny.M mengatakan An.M aktif Ny.M mengatakan selama
lebih sering bermain di dalam kesehariannya. An.M dirawat di RS An.M tidak
rumah dengan mainannya sering bermain di rumah dengan dapat bermain dan hanya
6. Bermain seperti balok-balok, kubus, mainannya. berada diatas tempat tidur.
bola berwarna-warni.

27
6) Ringkasan Riwayat Keperawatan

Alasan masuk RS: Pasien masuk melalui IGD RSUP M.Djamil Padang
dengan keluhan sesak nafas sejak 10 hari yang lalu, sesak tidak berkurang dan
semakin meningkat sejak 4 hari sebelum dibawa ke RS.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 November 2021: Pasien berinisial


An.M dengan usia 14 bulan berjenis kelamin laki-laki dengan BB: 8,1 kg,
TB: 72 cm, TD: 107/48 mmHg, HR: 150x/menit, RR: 45x/menit dan T:
36,7°C. Pasien tampak rewel, gelisah, menangis dan sedikit sesak. Pernafasan
cuping hidung (-).

Pasien terpasang NGT, nasal kanul 2L/menit, WSD (water sealer drainage)
pada ICS V dextra dengan undulasi (+), bublle (+), produksi (-).Tampak
adanya pengunaan otot bantu nafas dan retraksi epigastrium. Tampak gerakan
dinding dada sebelah kanan sedikit menurun dibanding dengan dada sebelah
kiri. Pada palpasi paru didapatkan hasil: vokal fremitus melemah pada dada
kanan dibandingkan dengan dada kiri. Pada perkusi paru didapatkan
hipersonor pada lapang paru kanan. Pada Auskultasi paru didapakan bunyi
nafas vesikuler dan suara nafas menurun pada ICS II dextra, ronki (-/-),
whezing (-/-).

Pola tidur anak terganggu, Ny.M mengatakan An.M sering rewel, gelisah dan
sulit untuk tidur. Tidur malam ± 4 jam dan sering terbangun pada malam hari.
Pada siang hari juga tampak anak jarang tidur dan lebih sering menangis.

7) Analisa Data

Data Patofisiologi Problem

DS : Infeksi saluran nafas Pola nafas tidak


- Ny.M mengatakan anaknya efektif
Spontan pneumothoraks
sedikit sesak
28
- Ny.M mengatakan anaknya
Udara di ruang pleuara
rewel dan sering menangis

Akumulasi udara di rongga dada


DO :
- RR: 45x/menit Kolaps paru
- Pasien tampak sedikit sesak
Penurunan ekspansi paru
- Tampak adanya penggunaan
otot bantu nafas Ketidakefektifan pola nafas
- Tampak adanya retraksi
epigastrium.
- Tampak gerakan dinding dada
sebelah kanan sedikit menurun
- Suara nafas menurun pada ICS
II dextra
- vokal fremitus melemah pada
dada kanan

DS: Gangguan rasa nyaman Gangguan pola


tidur
- Ny.M mengatakan An.M sulit Gangguan frekuensi tidur
tidur dimalam hari karena
Frekuensi tidur menurun
rewel dan gelisah.
Ketidakpuasan tidur
- Ny.M mengatakan An.M
sering terbangun dimalam hari Gangguan pola tidur
dan menangis

DO:
- An.M tampak menangis
- An.M tampak sering rewel,
gelisah dan menangis
- An.Y tampak sulit tidur
29
DS: Pneumothoraks Risiko infeksi
- Ny.M mengatakan anaknya
Udara di ruang pleura
sedikit sesak

Akumulasi udara di rongga dada


DO:
(tekanan +)
- Anak terpasang WSD (water
Kolaps paru
sealer drainage) pada ICS V
dextra dengan undulasi (+), Insersi WSD
bublle (+), produksi (-) sejak 2
hari yang lalu. Risiko infeksi

8) Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
2. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman
3. Risiko infeksi b.d insersi pemasangan WSD

9) Asuhan Keperawatan
Hari, tgl SDKI SLKI SIKI
Senin/ Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan nafas
1-11-2021 Pola nafas Setelah dilakukan intervensi (I.01011):
tidak efektif 3x24 jam diharapkan: Aktivitas:
b.d - Penggunaan otot bantu Observasi
nafas cukup menurun - Monitor pernafasan
hambatan - Frekuensi nafas cukup - Monitor bunyi nafas
upaya nafas membaik - Monitor sputum
- Kedalaman nafas cukup Terapeutik
menurun - Pemberian terapi oksigen
Edukasi:
- Anjurkan ibu untuk sesekali
memposisikan anak pada posisi
semi fowler atau fowler
Senin/ Gangguan Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
1-11-2021 pola tidur Setelah dilakukan intervensi Aktivitas:
30
b.d 3x24 jam diharapkan: Observasi
gangguan - Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi pola aktivitas dan
rasa nyaman - Keluhan sering terjaga tidur
- Identifikasi faktor pengganggu
menurun
tidur
- Keluhan pola tidur berubah Terapeutik :
menurun - Moifikasi lingkungan
- Keluhan tidak puas tidur - Batasi waktu tidur siang
menurun - Terapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot auto
genik atau cara nonfarmakologi
lainnya.

Senin/ Risiko Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)


1-11-2021 infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Aktivitas:
insersi 3x24 jam diharapkan: Observasi
pemasangan  Tidak terdapat kemerahan
 Monitor tanda dan gejala
WSD
pada lokasi insersi infeksi lokal dan sistemik
 Tidak terdapat Terapeutik
pembengkakan pada lokasi  Berikan perawatan kulit pada
insersi area insersi
 Tidak dilaporkan adanya  Pertahankan teknik aseptik pada
nyeri pasien
 Kadar sel darah putih Edukasi
dalam batas normal  Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan tanda memeriksa
kondisi kulit
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan.

31
10) Catatan Perkembangan

No. Dx Hari, tgl Implementasi Evaluasi Paraf


Senin/
D.0005 1-11- - Memonitor pernafasan per 3 jam S: Dwi
2021  15.00 : RR: 46x/i, nafas cepat - Ibu mengatakan sesak anak sedikit
dan dangkal berkurang
 18.00 : RR: 45x/i, nafas cepat - Ibu mengatakan kadang-kadang
dan dangkal sudah memposisikan anak pada
 21.00 : RR: 43x/i, nafas cepat posisi fowler
O:
- Memonitor bunyi nafas/ 3 jam
 15.00 : tidak ada bunyi nafas - RR: 43x/menit
tambahan - Bunyi nafas: vesikuler, rhonki (-),
 18.00 : tidak ada bunyi nafas wheezing (-)
tambahan - Tidak terdapat produksi sputum
 21.00 : tidak ada bunyi nafas - Anak masih terpasang nasal kanul
tambahan 2L/menit
A:
- Memonitor sputum per 3 jam
- Gangguan pola nafas belum teratasi
 15.00 : tidak terdapat sputum
 18.00: tidak terdapat sputum P:
 21.00 : tidak terdapat sputum - Intervensi dilanjutkan
Evaluasi dilakukan pada jam 20.40
- Mengobservasi terapi oksigen
yang diberikan; nasal kanul
2L/menit
 20.00 : pasien terpasang
nasal kanul 2L/i, kepatenan
oksigen bagus, tidak ada
sumbatan jalan nafas

- Mengajarkan dan menganjurkan


ibu untuk sesekali
memposisikan anak pada posisi
semi fowler atau fowler
 17.00 : ibu paham dan
mengerti terkait anjuran yang
diberikan oleh perawat

Senin/ - Mengkaji pola tidur anak S:


D.0055 1-11-  14.30, hasil: anak tidur ± - Ny.M mengatakan An.M belum Dwi
32
2021 hanya 4 jam dalam memulai tidur malamnya
sehari - Ny.M mengatakan sudah
memberikan aroma terapi lavender
- Mengkaji faktor pengganggu O:
tidur - Rewel dan gelisah pada anak tampak
 14.30, hasil: pengganggu sedikit berkurang
tidur anak karena sesak dan - An.M tampak lebih tenang
tidak nyaman akibat alat-alat A:
yang terpasang, seperti nasal - Masalah belum teratasi
kanul, NGT, WSD P:
- Intervensi dilanjutkan
- Menjelaskan pentingnya tidur Evaluasi dilakukan pada jam 20.30
cukup selama sakit
 19.00, hasil: ibu paham
terkait penjelasan yang
diberikan oleh perawat

- Mengajarkan ibu cara relaksasi


hirup aroma terapi lavender
 19.00, hasil: ibu paham dan
mengerti terkait penjelasan
yang diberikan oleh perawat

Senin/ - Memonitor tanda dan gejala S:


D.0142 1-11- infeksi lokal - Ny.M mengatakan sudah paham Dwi
2021  16.35, hasil: tidak terdapat terkait tanda gejala infeksi
O:
tanda gejala infeksi lokal - Tidak terdapat tanda gejala infeksi
pada lokasi insersi WSD
- Menjelaskan pada ibu terkait - Tampak diit MC yang diberikan
tanda dan gejala infeksi pada telah dihabiskan oleh anak
lokasi insersi WSD A:
- Masalah teratasi
 16.40, hasil: ibu paham
P:
terkait tanda gejala infeksi - Intervensi tetap dilanjutkan
pada lokasi insersi Evaluasi dilakukan pada jam 20.30

- Menganjurkan ibu untuk


memastikan diit MC yang
diberikan habis agar asupan
nutrisi anak tercukupi
 16.50, hasil: diit habis

33
Selasa/
D.0005 2-11- - Memonitor pernafasan/ 3 jam S: Dwi
2021  15.00 : RR: 43x/i, nafas - Ibu mengatakan sesak anak sedikit
sedikit cepat berkurang
 18.00 : RR: 43x/i, nafas - Ibu mengatakan kadang-kadang
sedikit cepat memposisikan anak pada posisi
 21.00 : RR: 42x/i, nafas fowler
sedikit cepat
O:
- Memonitor bunyi nafas/ 3 jam - RR: 42x/menit
 15.00 : vesikuler, tidak ada - Bunyi nafas: vesikuler, rhonki (-),
nafas tambahan wheezing (-)
 18.00 : vesikuler, tidak ada - Tidak terdapat produksi sputum
suara nafas tamabahan - Anak masih terpasang nasal kanul
 21.00 : vesikuler, rhonki (-), 2L/menit
wheezing (-)
A:
- Memonitor sputum - Gangguan pola nafas belum teratasi
 20.40 : tidak ada produksi P:
sputum - Intervensi dilanjutkan
Evaluasi dilakukan pada jam 20.40
- Mengobservasi terapi oksigen
yang diberikan; nasal kanul
2L/menit
 20.40, hasil: kepatenan
oksigen baik, tidak ada
sumbatan jalan nafas

- Mengevaluasi pemberian posisi


semi fowler dan fowler
 17.00, hasil: ibu pasien rutin
memberikan posisi fowler

Selasa/ - Mengkaji pola tidur anak S:


D.0055 2-11-  15.00 , hasil: tidur anak - Ny.M mengatakan An.M sedikit Dwi
2021 sedikit lebih lama dari hari lebih lama tidur malamnya: ± 5 jam
sebelumnya yaitu ± 5 jam/24 O:
jam - Rewel dan gelisah pada anak tampak
sedikit berkurang
- Mengevaluasi pemberian aroma - An.M tampak lebih tenang
terapi untuk relaksasi A:
 15.05, hasil: ibu memberikan - Masalah belum teratasi
aroma terapi saat jam tidur P:
34
anak sudah tiba - Intervensi dilanjutkan
Evaluasi dilakukan pada jam 20.30

Selasa/ - Memonitor tanda dan gejala S:


D.0142 2-11- infeksi lokal - Ny.M mengatakan paham terkait Dwi
2021  16.35, hasil: tidak terdapat tanda gejala infeksi yang sudah
dijelaskan oleh perawat
tanda gejala infeksi lokal
O:
- Tidak terdapat tanda gejala infeksi
- Menjelaskan pada ibu terkait pada lokasi insersi WSD
tanda dan gejala infeksi pada - Tampak diit MC yang diberikan
lokasi insersi WSD telah dihabiskan oleh anak
A:
 16.40, hasil: ibu paham
- Masalah teratasi
dan mengerti terkait tanda P:
dan gejala infeksi pada - Intervensi tetap dilanjutkan
lokasi insersi
Evaluasi dilakukan pada jam 20.30
- Menganjurkan ibu untuk
memastikan diit MC yang
diberikan habis agar asupan
nutrisi anak tercukupi
16.50, hasil: diit habis

Rabu/
D.0005 3-11- - Memonitor pernafasan/ 3 jam S: Dwi
2021  15.00 : RR: 42x/i, nafas - Ibu mengatakan sesak anak
sedikit cepat berkurang
 18.00 : RR: 40x/i, nafas O:
sedikit cepat - RR: 39x/menit
 21.00 : RR: 39x/i, tampak - Bunyi nafas: vesikuler, rhonki (-),
tidak sesak
wheezing (-)
- Memonitor bunyi nafas/ 3 jam - Tidak terdapat produksi sputum
 15.00 : vesikuler, tidak ada - Anak masih terpasang nasal kanul
nafas tambahan 2L/menit
 18.00 : vesikuler, tidak ada A :
suara nafas tamabahan - Gangguan pola nafas teratasi sebagian
 21.00 : vesikuler, rhonki (-), P :
wheezing (-)
- Intervensi dilanjutkan
- Memonitor sputum Evaluasi dilakukan pada jam 20.40
35
 20.40 : tidak ada produksi
sputum

- Mengobservasi terapi oksigen


yang diberikan; nasal kanul
2L/menit
 20.40, hasil: kepatenan
oksigen baik, tidak ada
sumbatan jalan nafas

Rabu/ - Mengkaji pola tidur anak S:


D.0055 3-11-  15.00 , hasil: tidur anak - Ny.M mengatakan An.M sudah Dwi
2021 sedikit lebih lama dari hari lebih tenang saat diberikan aropa
sebelumnya yaitu ± 6 jam/24 terapi lavender dna tidurnya sudah
jam lebih lama dibanding hari
sebelumnya
- Mengevaluasi pemberian aroma O:
terapi untuk relaksasi - Rewel dan gelisah pada anak tampak
15.05, hasil: ibu memberikan berkurang
aroma terapi saat jam tidur - An.M tampak lebih tenang
anak sudah tiba A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
Evaluasi dilakukan pada jam 20.30

Rabu/ - Memonitor tanda dan gejala S:


D.0142 3-11- infeksi lokal - Ny.M mengatakan sudah paham Dwi
2021  16.35, hasil: tidak terdapat terkait tanda gejala infeksi
O:
tanda gejala infeksi lokal - Tidak terdapat tanda gejala infeksi
pada lokasi insersi WSD
- Mengevaluasi apakah ibu - Tampak diit MC yang diberikan
masih mengingat tanda gejala telah dihabiskan oleh anak
infeksi yang sudah dijelaskan A:
- Masalah teratasi
oleh perawat pada hari-hari
P:
sebelumnya - Intervensi tetap dilanjutkan
 16.40, hasil: ibu masih Evaluasi dilakukan pada jam 20.30
mengingat dengan baik
terkait tanda gejala infeksi

- Mengingatkan ibu untuk


memastikan diit MC yang
36
diberikan habis agar asupan
nutrisi anak tercukupi
16.50, hasil: diit habis

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Pneumothorax adalah kondisi adanya udara di rongga pleura. Kondisi ini


relatif umum dan dapat terjadi dalam berbagai penyakit dan pada individu dari
segala usia. Pneumotoraks ditandai dengan dispnea dan nyeri dada yang berasal
dari paru-paru maupun dinding dada yang disebabkan oleh adanya udara pada
rongga pleura yang diikuti pecahnya bula. Pada bayi, pneumotoraks lebih lazim
terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Selain itu, pneumothorax juga lebih
lazim terjadi pada bayi cukup bulan dan bayi lewat bulan dibandingkan dengan
bayi prematur (Aulia, 2015). Hal ini sesuai dengan kasus pneumothorax yang
ditemukan di ruang rawat HCU anak dengan An.M, berjenis kelamin laki-laki,
usia 14 bulan, dengan kelahiran cukup bulan (37 minggu).

Dalam kasus ini, An.M mengalami spontan pneumothorax dextra e.c


pneumonia. Disini dapat dilihat bahwa kejadian pneumothorax dapat disebabkan
akibat adanya riwayat penyakit pneumonia. Pneumothorax e.c pneumonia ini
dikategorikan sebagai pneumothorax spontan sekunder. Hal ini sejalan dengan
etiologi pneumothorax, bahwa salah satu penyebab dari pneumothorax spontan
sekunder adalah berhubungan dengan penyakit paru yang mendasarinya. Dimana
patogenesis pneumothorax ini umumnya terjadi akibat komplikasi asma, fibrosisi
kistik, TB paru serta pneumonia (Santoso, 2015).

Saat dilakukan pengkajian, Ny.M mengatakan An.M dibawa ke RS dengan


keluhan sesak nafas sejak 10 hari dan sesak meningkat sejak 4 hari sebelum
dibawa ke RS. Dari pengkajian tampak adanya pengunaan otot bantu nafas dan
retraksi epigastrium. Tampak gerakan dinding dada sebelah kanan sedikit
menurun dibanding dengan dada sebelah kiri. Pada palpasi paru didapatkan hasil:
vokal fremitus melemah pada dada kanan dibandingkan dengan dada kiri. Pada
perkusi paru didapatkan hipersonor pada lapang paru kanan. Pada Auskultasi paru
didapakan bunyi nafas vesikuler dan suara nafas menurun pada ICS II dextra,

38
ronki (-/-), whezing (-/-). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arteaga (2018), bahwa dampak fisik yang dialami penderita pneumothorax
bervariasi sesuai tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea,
sianosis, takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru
akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala gawat pernapasan,
tachycardia dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya pneumothorax yang
tegang.

Pneumothorax merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam


kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena pasien yang mengalami
pneumothorax dapat mengalami keadaan gawat nafas sehingga dibutuhkan
penanganan segera untuk mencegah memperluasnya masalah penderita. Selain
tindakan medis, penderita membutuhkan perawatan yang diberikan secara
komperensif yaitu Asuhan keperawatan meliputi penanganan secara kebutuhan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan langsung pada klien
(Jobson, 2016).

Pada kasus ini, penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu


pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas. Hal ini sejalan dengan
penelitian Prem, Sahoo & Adhikari, (2012), bahwa munculnya masalah
keperawatan pada pasien pneumothorax pada ketegori aktual ialah
ketidakefektifan pola napas. Menurut (Prem, Sahoo, & Adhikari, 2012) teknik
pursed dapat menurunkan sesak nafas. Namun, pada kasus ini penulis melakukan
intervensi manajemen jalan nafas dengan pemasangan nasal kanul dengan oksigen
2L/i. Hal ini dilakukan karena pasien masih berusia 14 bulan sehingga sulit untuk
mengajarkan teknik pursed lips breathing. Dari hasil pengimplementasian selama
3x24 jam didapatkan perkembangan yang baik dimana sesak pasien berkurang
dengan RR: 39x/i.

Diagnosa yang kedua yaitu gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman.
Pada pasien anak dengan usia 14 bulan adanya alat-alat yang terpasang seperti

39
nasal kanul, selang NGT, infus yang terpasang dan selang WSD akan mengganggu
kenyamanan anak. Dari kasus ini tampak tidur An.M sangat kurang dimana dalam
sehari anak hanya tidur ± 4 jam. Padahal seharusnya kebutuhan tidur pada anak
usia toddler (1-3 tahun) yaitu 11-14 jam dalam sehari. Disini penulis meemberikan
intervensi dukungan tidur dimana setelah pengimplementasian selama 3x24 jam,
jam tidur pasien lebih lama dari sebelumnya yaitu ± 6 jam.

Diagnosa keperawatan yang ketiga yang ditegakkan penulis yaitu risiko


infeksi b.d insersi pemasangan WSD (water seal drainase). Dimana intervensi
yang diberikan yaitu pencegahan infeksi. Hal ini sejalan dengan menurut
Dissemond, Augustin & Sabine (2013), bahwa pemberian perawatan luka dapat
mencegah terjadinya infeksi pada luka.

40
BAB V
PENUTUP

5.1 Penutup

Pneumotoraks adalah kondisi adanya udara di rongga pleura. Kondisi ini


relatif umum dan dapat terjadi dalam berbagai penyakit dan pada individu dari
segala usia. Pneumotoraks ditandai dengan dispnea dan nyeri dada yang berasal
dari paru-paru maupun dinding dada yang disebabkan oleh adanya udara pada
rongga pleura yang diikuti pecahnya bula (Aulia, 2015).
Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien pneumothorax
yaitu ketegori aktual ialah ketidakefektifan pola napas. Menurut (Prem, Sahoo, &
Adhikari, 2012) teknik pursed lips breathing dapat menurunkan sesak nafas.
Diagnosa intolerasi aktivitas diberikan teknik manajemen energi dimana menurut
(Belfer & Reardon, 2019) efektif melatih energi dengan masalah sesak napas.
Diagnosa nyeri menggunakan teknik guided imagery berhasil untuk mengontrol
nyeri. Diagnosa risiko infeksi akibat pemasangan WSD (Water Seal Drainase)
menurut (Dissemond, Augustin, & Sabine, 2013), pemberian perawatan luka
dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka. Diagnosa potensial pada pasien
pneumothorax ialah defisit perawatan diri.

5.2 Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan mengenai “Asuhan


keperawatan pada anak M usia 14 bulan dengan Pneumotorax di ruangan HCU
RSUP Dr. M.Djamil Padang”. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kritik atau saran yang
membangun penulis harapkan untuk sperbaikan makalah kami selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Air Langga University Pres. (2018). Gawat Darurat Medis Dan Bedah (1st ed.; A. N.
Hidayati, ed.). Surabaya: pusat penerbit dan percetakan Universitas Airlangga
(UAP).

Amanda, A. P., & Wijayanti, O. (2015). Pneumotoraks pada Tuberkulosis.


Indonesian Journal of Nursing Research, 2(4), 191–194.

Arteaga, A. A. (2018). Iatrogenic pneumothorax during hypoglossal nerve stimulator


implantation. Elsevier, 1(1), 2. Retrieved from
www.elsevier.com/locate/amjoto

Bobbio, A., & Dechartres, A. (2015). Epidemiology of spontaneous


pneumothorax:gender- related differences. Respiratory Epidemiology, 12(1),
653–658. https://doi.org/doi:10.1136/thoraxjnl-2014-206577

Darmawan, A. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien


Pneumotoraks Di Ruang Intensive Care Unit Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Karya Tulis Ilmiah, 1(1).

Marques, M., & Beatriz, M. (2017). Relaxation Therapy with Guided Imagery for
Postoperative Pain Management. The American Society for Pain Management
Nursing, 1–10. https://doi.org/1524-9042/$36.00

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2017). Pneumothoraks. PPDI, 1(1)

Santoso, Imam Aji. (2015). Asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumothorax.
Banyumas: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

42
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) TERAPI BERMAIN
PADA ANAK M USIA 14 BULAN DI RUANG HCU ANAK
RSUP M.DJAMIL

Oleh:
PUTRI DWI RUSMAYANTI
NIM. 2141312036

KELOMPOK Q

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Satuan Acara Penyuluhan (Edukasi)

Pokok Bahasan : Terapy modalitas (Massage dan Aromaterapy)


Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : HCU Anak
Hari/ Tanggal : Kamis, 4 November 2021
Pukul : 10.00 WIB
Alokasi waktu : 20 menit
Pertemuan ke :1

A. Tujuan Instruksional
 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan edukasi diharapkan keluarga pasien dapat
mengetahui dan memahami tentang terapy massage dan aromaterapy
 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan edukasi diharapkan keluarga pasien dapat
menjelaskan kembali:
1. Definisi
2. Teknik dasar massage dan mekanisme kerja aromaterapi
3. Teknik dasar massage dan manfaat aroma terapi
4. Tujuan massage dan jenis-jenis aromaterapy
5. Kontraindikasi massage dan bentuk-bentuk aromaterapi
6. Indikasi massage dan cara penggunaan aromaterapy
B. Sub Pokok Bahasan
1) Definisi
2) Teknik dasar massage dan mekanisme kerja aromaterapi
3) Teknik dasar massage dan manfaat aroma terapi
4) Tujuan massage dan jenis-jenis aromaterapy
5) Kontraindikasi massage dan Bentuk-bentuk aromaterapi
6) Indikasi massage dan cara penggunaan aromaterapy
7) Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien Metode Media


Pembukaan 3 menit  Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan
edukasi dan
 Menyebutkan materi/ memperhatikan
pokok bahasan yang akan
disampaikan

Pelaksanaan 10 menit  Mejelaskan materi  Menyimak dan leaflet


edukasi secara berurutan memperhatikan
dan teratur
 Materi:
- Definisi
- Teknik dasar massage
dan mekanisme kerja
aromaterapi
- Teknik dasar massage
dan manfaat aroma
terapi
- Tujuan massage dan
jenis-jenis
aromaterapy
- Kontraindikasi
massage dan Bentuk-
bentuk aromaterapi
- Indikasi massage dan
cara penggunaan
aromaterapy

Evaluasi 5 menit  Mempersilahkan kepada  Bertanya, Tanya


penderita untuk bertanya menjawab jawab
 Meminta pertanyaan, dan
pesertamenjelaskan dan demonstrasi
menyebutkan kembali:
- Definisi
- Teknik dasar massage
dan mekanisme kerja
aromaterapi
- Teknik dasar massage
dan manfaat aroma
terapi
- Tujuan massage dan
jenis-jenis
aromaterapy
- Kontraindikasi
massage dan Bentuk-
bentuk aromaterapi
- Indikasi massage dan
cara penggunaan
aromaterapy

 Demonstrasi terapy
massage
 Meminta peserta untuk
mendemonstrasikan
terapy massage
 Memberi pujian atas
keberhasilan peserta
menyimpulkan materi

Penutup 2 menit  Mengucapkan terimakasih  Menjawab salam


dan salam
MATERI PENYULUHAN

A. Terapy Massage
1. Definisi
Terapi pijat adalah manipulasi manual dari jaringan lunak tubuh untuk tujuan
membangun dan mempertahankan kesehatan yang baik dan meningkatkan
kesejahterahan.

2. Teknik Dasar Massage


1) Effleurage yaitu gosokan pada kulit tanpa terjadi gerakan otot bagian dalam
2) Petrisage yaitu manipulasi pada otot, dimana mengangkat dan meremas otot secara
pelan dan hati-hati.
3) Friction adalah manipulasi pada otot dengan gerakan putar/lingkaran pada satutitik
dengan menggunakan palmar jari-jari, ibu jari dan bagian distal ulnar pergelangan
tangan.
4) Vibrasiyaitu manipulasi pada otot dengan gerakan ritmik dari lengan bawah
5) Tapotement adalah manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang melibatkan
pergelangan jari-jari yang rileks dan digerakkan dengan cepat bergantian kanan-
kiri.

3. Tujuan Massage
1) Tujuan Terapi
Massage dengan tujuan terapi dapat memberikan pengaruh yang baik tehadap
keadaan patologi dan postrauma.

2) Tujuan Kecantikan
Massage dengan tujuan kesehatan dapat menormalkan fungsi organ, serta berguna
dalam menghindari penyakit dan kelainan. Selain itu juga menyempurnakan
pembagian zat zat makanan keseluruh tubuh. Menyempurnakan proses pencernaan
dan pembuangan sisa sisa sampah tubuh.

3) Tujuan Kesehatan
Massage dengan tujuan kesehatan dapat menormalkan fungsi organ, serta berguna dalam
menghindari penyakit dan kelainan. Selain itu juga menyempurnakan pembagian zat zat
makanan keseluruh tubuh. Menyempurnakan proses pencernaan dan pembuangan sisa sisa
sampah tubuh.

4) Tujuan Olahraga
Massage dengan tujuan olahraga dapat mempertahankan tubuh, memperbaiki atau
menghilangkan akibat kelelahan olahraga.
4. Kontraindikasi Massage
1. Tumor (bengkak), colour (hematoma/ memar)
2. Dolor (suhu panas tubuh) dikarenakan demam tinggi/ infeksi.
3. Fraktur
4. Varises
5. Penyakit kulit
6. Penyakit jantung
7. Diabetes
8. Epilepsy (memerlukan nasehat dokter)
9. Massage sebaiknya dilakukan 1 jam setelah makan
10. Pasien yang menderita penyakit menular

5. Indikasi Massage
Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipiulasi
massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
tubuh. Indikasi massage adalah:

1. Tubuh dalam keadaan yang sangat lelah

2. Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat
batas sehingga otot-otot menjadi kaku dan timbul rasa nyri pada area persendian
serta gangguan pada persarafan.
6. SOP massage

Pengertian :
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/ tulang. Tindakan
masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi

1. Tujuan 1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase.

2. Meningkatkan relaksasi.

2. Alat dan Bahan 1. Minyak untuk masase

2. Handuk

3. Prosedur Kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2. Cuci tangan.

3. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeriselama


5-10 menit.

4. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan


dan jari dengan tekanan halus.
 Teknik masase dengan gerakan tangan selang - seling
(tekanan pendek, cepat, dan bergantian tangan) dengan
menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan
tekanan ringan. Dilakukan bila nyeri terjadi dipinggang.
 Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan
bila nyeri terjadi pada daerah sekitar bahu.

 Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan


menggunakan ibu jari dan gerakan memutar. Masase ini
dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah punggung dan
pinggang secara menyeluruh.

 Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila


nyeri terjadi di daerah punggung dan pinggang
 Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara
horizontal.

 Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujungjari,


digunakan pada akhir masase daerah pinggang.

5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan.

4. Evaluasi dan 1. Evaluasi respon klien sesudah dilakukan terapi massage


dokumentasi
2. Catatat dan dokumentasi
B. Terapy Aromaterapy
1. Definisi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni
untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat,
menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.

2. Mekanisme Kerja Aromaterapi


Mekanisme kerja aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua system fisiologis
yaitu system sirkulasi tubuh dan system penciuman.

3. Manfaat Aromaterapi
1) Merelaksasi tubuh, menyegarkan pikiran dan memperbaiki mood
2) Sebagai placebo dalam penyembuhan penyakit/ mengurangi dampak dari penyakit
3) Antioksidan
4) Imunomodulator
5) Antiinflamasi dan analgesic

4. Jenis-jenis Aromaterapy
1) Citronella 13) Basil
2) Kayu putih (Eucalyptus) 14) Apel hijau (Green Apple)
3) Lavender 15) Lada hitam (Black Paper)
4) Teh hijau (Green tea) 16) Lemon
5) Cendana (Sandalwood) 17) Vanilla
6) Bunga Mawar (Rose) 18) Bunga Melati (Jasmine)
7) Bunga Kenanga (Ylang-ylang) 19) Strawberry
8) Chammomile 20) Peppermint

9) Dandellion 21) Rosemary

10) Thyme 22) Geranium

11) Bunga Teratai (Lotus) 23) Pohon Teh

12) Patchoulli 24) Juniper

5. Bentuk-bentuk Aromaterapi
a) Minyak essensial aromaterapi

b) Dupa aromaterapi

c) Lilin aromaterapi

d) Minyak pijit aromaterapi


e) Garam aromaterapi

f) Sabun aromaterapi

6. Cara Penggunaan Aromaterapy


1) Inhalasi
2) Pijat
3) Kompres
4) Berendam
SOP Aromaterapy

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk
membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat,
menyegarkan serta menenangkan jiwa danraga.

1. Tujuan Tujuan dari aromaterapi adalah untuk meningkatkan kesehatan


dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa .Sekarang ini, semakin
banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan kesehatan dan
kecantikan, dari mulai perawatan hingga penyembuhan
(Goel et al, 2015)

2. Indikasi a) Digunakan untuk semua jenis usia dan hampir semua jenis
penyakit
b) Klien lansia dengan atritis yang mengalami nyeri dan
kecemasan
c) Klien lansia dengan insomnia dan depresi
d) Klien yang mengalami kegelisahan dan perasaan
keteganggan

3. Kontraindikasi a) Klien yang menderita penyakit kanker

b) Klien dengan gangguan sirkulasi

c) Klien dengan gangguan jantung

d) Beberapa keadaan yang fatal kecuali orang tersebut telah


lebih dahulu ditanggani oleh seseorang aromaterapis atau
aromatologis
e) Tidak mengunakan minyak lavender atau minyak esensial
lainnya pada seseorang yang menderita migraine dan jangan
digunakan pada mata. Kelainan atau penyakit kulit seperti
infeksi, peradangan akibat gigitan serangga, varises, patah
tulang atau jaringan parut yang baru, luka memar,
peradangan akut, atau dalam keadaan demam merupakan
kontraindikasi pemakaian minyak essensial terutama dalam
upaya pemijatan.
f) Klien dengan hipertensi sebaiknya tidak mengunakan
minyak esesnsial seperti rosemary dan spike lavender
g) Klien yang sedang hamil terutama dengan riwayat serangan
harus menghindari emmenogogic seperti pada minyak hisop.
Secara umum, semua minyak harus dihindari selama
trimester pertama kehamilan.
h) Klien dengan asma parah atau riwayat berbagai alergi

i) Klien dengan tumor yang tergantung dengan esterogen


seharusnya tidak mengunakan minyak dengan senyawa
menyerupai esterogen seperti adas, adas manis, bijaksana dan
clary-bijaksana.

5. Persiapan a. Persiapan Alat


Pelaksanaan
 Minyak lavender

 Korek api
 Air

 Lilin

b. Persiapan Pasien
Pastikan identitas pasien yang akan dilakukan tindakan.
Kaji kondisi pasien.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan.
Tungku aromaterapi
6. Prosedur a. Prosedur Pelaksanaan
pelaksanaan
1. Mengucapkan salam terapeutik

2. Menanyakan perasaan pasien hari ini


3. Menjelaskan tujuan kegiatan

4. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya sebelum


kegiatan dimulai.
5. Pertahankan privasi pasien selama tindakan dilakukan

6. Bawa peralatan ke dekat pasien

7. Tuangkan air ke dalam mangkok secukupnya

8. Hidupkan lilin dengan korek api

9. Taruh lilin yang menyala di bawah mangkok, usahakan


jarak antara lilin dan mangkok sekitar 2 inchi
10. Tuangkan minyak lavender ke dalam air hangat di dalam

11. mangkok sebanyak 5-10 tetes

12. Anjurkan pasien untuk menghirup uap minyak lavender


pada mangkok selama 5-10 menit
13. Setelah terapi selesai bersihkan alat dan atur posisi
nyaman untuk klien
b. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi respon pasien.

2. Simpulkan hasil kegiatan.

3. Berikan reinforcement positif.

4. Menganjurkan kepada pasien untuk menggunakan


aromaterapi saat mengalami kecemasan
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.

6. Cuci tangan.

7. Dokumentasi

8. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan


pelaksanaan.
9. Catat respon pasien terhadap tindakan.
10. Dokumentasikan evaluasi tindakan berupa SOAP serta
nama dan paraf perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Afdaleli et al.2017.Pengaruh Kompres Hangat Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Pasien Rematik (Osteoartritis) Pada Lansia Di Panti Kasih Sayang Ibu
Batusangkar Tahun 2016.Jurnal kesehatan.8:1
Goel, N., Kim, H., & Lao, R. P. (2005). An Olfactory Stimulus Modifies Nighttime Sleep In
Young Men And Women..

Judha, Mohammad et al.2018.Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap


Kecemasan Pada Lansia Di Unit Pelayanan Lanjut Usia Budi Dharma, Umbulharjo
Yogyakarta.Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta.
Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan
Aromaterapi. Jakarta :Andi Publisher

Mariza,Ana et al.2017. Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar TerhadapPenurunan Tekanan


Darah Pada Wanita Lanjut Usia Di UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha
Natar lampung Selatan.Jurnal Kesehatan.8:1.

Sari, D & Leonard, D. 2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur
LansiaDi Wisma Cinta Kasih. Jurnal Endurance , Volume 3, No 1, Februari 2018; Hal
121-130. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/2433.
Diakses pada tanggal 31 januari 2020.

Tricintia dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap Tingkat Stress
Dalam Menjalai Osce Mahasiswa Semester VI Anggkatan VIII Stikes Suaka Insan
Banjarmasin. Artikel Text. Diakses pada tanggal 31 januari 2020.
Widyatuti, 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 53-57. https://adoc.tips/terapi-komplementer-
dalam-keperawatan.html. Diakses pada tanggal 31 januari 2020.
Sari, dian et al.2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur LansiaDi
Wisma Cinta Kasih.Jurnal endurance. 3:1
Setyoadi et al. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada
klienpsikogeriatrik.Jakarta.Salemba Medika.

http://www.rdash.nhs.uk/wp-content/uploads/2014/04/3-Comp-Meds-Policy-v3-Appx.
Diakses tanggal 31 januari 2020.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) TERAPI BERMAIN
PADA ANAK M USIA 14 BULAN DI RUANG HCU ANAK
RSUP M.DJAMIL

Oleh:

PUTRI DWI RUSMAYANTI


NIM. 2141312036

KELOMPOK Q

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021

1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
TERAPI BERMAIN PADA ANAK

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan
rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong (2009), bermain merupakan
kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk
mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi
untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain.
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak
menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan mendapatkan
kegembiraan dan kepuasan.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan
perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam
dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang
dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka lebih alami
mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas. Menurut Vanfleet et
al., (2010) terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di
mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga
dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak
untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar
mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang

2
ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain (2008) dalam Homeyer
(2008), terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model
teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang
mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain
merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit.
Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi
stress.
Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi
anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tubuh-
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri (distraksi), dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian
kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak
di rumah sakit. Ruangan yang digunakan adalah di ruangan HCU anak RSUP
M.DJamil. Terapi bermain ini bertujun untuk mempraktikkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu
aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif
dan afektif.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal,
mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress.

1
2) Tujuan Khusus
a) Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas
mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui situasi hati
anak, memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak
yang belum dapat mengatakan secara verbal.
b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
c) Membantu anak untuk relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas,
sedih, tegang, dan nyeri dan Menggali kreatifitas anak dengan
mewarnai
d) Membantu anak untuk mengekspresikan perasaannya selama dirawat
di rumah sakit
C. Jenis Permainan
1. Menyusun Puzzle
2. Memasukan bola warna-warni ke dalam keranjang yang sesuai warna
D. Media
1) Bola warna-warni dan keranjang sesuai warna
2) Puzzle
E. Metode
Demonstrasi dan praktik
F. Peserta
1. Jumlah peserta 1 orang anak disertai orangtua: An. M (1 tahun 2 bulan)
2. Peserta kooperatif
3. Peserta dengan keadaan umum yang sudah mulai membaik

3
G. Settingan Tempat

Keterangan:
: Leader

: Co-leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

H. Waktu Pelaksanaan
a) Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 November 2021
b) Waktu : 10.00 WIB - selesai
c) Tempat : Ruang HCU Anak RSUP M.DJamil
I. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Leader : Putri Dwi Rusmayanti

Co-Leader : Velia Atika Areny


Fasililator : Miftahurrahmi
Observer : Aldia Yulam Tanjung

4
2) Uraian Tugas
a. Leader
- Menjelaskan tujuan bermain
- Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
- Menjelaskan aturan bermain pada anak
- Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Co.Leader
- Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.
c. Fasilitator
- Menyiapkan alat-alat permainan
- Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
- Mempertahankan kehadiran anak
- Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
d. Observer
- Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.
- Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku,
- Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
J. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Subjek Terapi
1. Persiapan (Prainteraksi) 5 menit Ruangan, alat-alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga sudah siap
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
2. Pembukaan 5 menit Anak dan keluarga
(Orientasi) menjawab salam, anak

5
a. Mengucapkan salam saling berkenalan, anak dan
b. Memperkenalkan diri keluarga memperhatikan
c. Anak yang akan bermain terapis
salingberkenalan
d. Menjelaskan kepada anak
dan keluarga maksud dan
tujuan terapi
bermain

3. Kegiatan (Kerja) 20 menit Anak dan keluarga


a. Menjelaskan kepada anak memperhatikan penjelasan
dan keluarga tujuan, manfaat terapis, anak melakukan
bermain selama perawatan, kegiatan yang diberikan
dan cara permainan yang oleh terapis, anak dan
akan dilakukan keluarga memberikan
b. Mengajak anak respon yang baik
untuk mengikuti
kegiatan bermain yaitu
memasukkan bola
berwarna ke tempat yang
sudah disediakan
c. Mengajak anak untuk
bermain puzzle
4. Penutup (Terminasi) 5 menit Anak dan keluarga tampak
a. Memberikan reward pada senang, menjawab salam
anak atas kemamuan
mengikuti kegiatan bermain
sampai selesai, serta
memberikan reward pada
anak turut aktif dalam
kegiatan
b. Mengucapkanterimakasih
c. Mengucapkan salam

6
K. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
2) Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
3) Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang
sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya

4) Daftar Hadir (Terlampir)

7
Lampiran materi

MATERI TERAPI BERMAIN

Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan


dengan tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat
melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009, bermain
merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya
sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta
berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan
anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan,

belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008,
dalam Homeyer, 2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan
sistematis model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk
membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah
sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan
sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress.
A. Tujuan Terapi Bermain
Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-
anak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit
memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah

8
perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk
menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri
mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi
anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Menurut Santrock (2007), terapi bermain dapat membantu anak
menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegangan mengendor dalam

permaianan, anak dapat menghadapi masalah kehidupan, memungkinkan


anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang
tertahan.
B. Fungsi Bermain
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkan
dengan bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar
dapat berkembang secara optimal. Adapun fungsi bermain pada anak yaitu:

1. Perkembangan sensoris-motorik: aktivitas sensoris-motorik merupakan


komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat
penting untuk perkembanga fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan
kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan
atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan

9
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak
juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain.
6. Bermain Sebagai Terapi Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan
seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi).
C. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih
singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih
sederhana.
b) Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
c) Sesuai dengan kelompok usia.
d) Tidak bertentangan dengan terapi. Terapi bermain harus
memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak
harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat
tidur.
e) Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang
mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut Wong (2009),
keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat si rumah sakit.
10
D. Tipe Permainan
Jika dilihat dari tipe permainan, permainan dapat dibagi menjadi 5 tipe
sebagai berikut:
1) Permainan pengamat Tipe dari permainan pengamat adalah anak
memperhatikan apa yang dilakukan anak lain, tetapi tidak berusaha
untuk terlibat dalam aktivitas dalam bermain tersebut.

2) Permainan tunggal Tipe permainan tunggal adalah anak bermain


sendiri dengan mainan yang berbeda dengan mainan yang digunakan
oleh anak lain di tempat yang sama.
3) Permainan paralel Tipe permainan paralel adalah anak bermain secara
mandiri tetapi diantara anak-anak lain. Mereka bermain dengan
mainan yang sama seperti mainan yang digunakan anak lain
disekitarnya, tetapi ketika anak tampak berinterkasi, mereka tidak
saling mempengaruhi.
4) Permainan asosiatif Tipe permainan asosiatif adalah bermain bersama
dan mengerjakan aktivitas serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada
organisasi, pembagian kerja, penetapan kepemimpinan atau tujuan
bersama.
5) Permainan kooperatif Tipe permainan kooperatif (kerjasama) adalah
permainan bersifat teratur dan anak bermain dalam kelompok dengan
anak lain. Anak akan berdiskusi dan merencanakan aktivitas untuk
tujuan pencapaian akhir. Kelompok terbentuk secara renggang, tetapi
terdapat rasa memiliki atau tidak memiliki yang nyata.
E. Kategori Bermain
1) Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar.
2) Bermain Pasif Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan
diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit
energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton

11
televisi dan membaca buku.
F. Klasifikasi Permainan
1) Berdasarkan isinya
a) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orangtua dan orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa.
b) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
bendabenda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir
c) Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
d) Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang
dewasa. Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai
yang ingin ia tiru.
2) Berdasarkan jenis permainan
a) Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
12
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya seperti ular tangga,
congklak, puzzle dan lain-lain.

b) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied


behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja,
atau 30 apa saja yang ada di sekelilingnya.
3) Berdasarkan karakteristik sosial
a) Solitary play.
Dimulai dari bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri
atau independen walaupun ada orang lain disekitarnya. Hal ini
karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
b) Paralel play
Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang
masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan
karakteristik khusus pada usia toddler.
c) Associative play.
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai
dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum teroganisir secara formal.
d) Cooperative play
Suatu permainan yang teroganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia pra sekolah.

e) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f) Therapeutic play.
13
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan,
1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
G. Permainan Edukatif
Permainan edukatif adalah suatu kegiatan menggunakan teknik
bermain dengan tujuan mendidik atau memasukkan suatu pengertian atau
pemahaman kepada anak. Permainan edukatif sangat bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan anak dalam berbagai bidang, keterampilan
berbahasa, keterampilan motorik kasar dan halus serta keterampilan
personal sosial. Selain itu permainan edukatif juga bermanfaat untuk
mengembangkan kepribadian anak, mendekatkan hubungan orang
tua/keluarga terhadap anak serta menyalurkan bakat dan ekspresi anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permainan edukatif


pada anak meliputi:
1) Mainan tersebut sesuai dengan usia anak tersebut. Memampuan
kognitif dan memahami masing-masing usia anak berbeda-beda, jadi
sebaiknya pilih dan tentukan permainan yang sesuai dengan usia anak
saat itu.
H. Pelaksanaan Terapi Bermain
1. PERMAINAN ANAK USIA 1-3 TAHUN
a. Arsitek Menara Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus yang
berwarna-warni dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta
untuk menyusun kotak atau kubus ke atas. Penyusunan kubus/kotak
diupayakan yang sama warnanya. Selalu beri pujian setiap kegiatan
anak.
b. Tebak Gambar Permainan ini membutuhkan gambar yang sudah
tidak asing bagi anak seperti binatang, buah-buahan, jenis
kendaraan atau gambar profesi/pekerjaan. Permainan dimulai
dengan menunjukkan gambar yang telah ditentukan sebelumnya

14
kemudian ajak anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan
beberapa kali. Jika anak tidak mengetahui gambar yang dimaksud,
sebaiknya petugas memberitahu dan menanyakan kembali ke anak
setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak.
c. Menyusun Puzzle Permainan ini membutuhkan pendampingan
petugas dan diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah
menyusun dan memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak asing
bagi anak, sebelum gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak
gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak
untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara menyusun
puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping terlebih
dahulu. Hal yang perlu diperhatikan dalam puzzle ini adalah jumlah
puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak.
Jakarta: Salemba Medika.

Bratton, John, And Jeff Gold. (2012). “Human Resource Management: Theory
And Practice”. Palgrave Macmillan.

Homeyer, L. & Morrison, M. O. (2008). Play Therapy Practice, Issues, and


Trends. Diakses tanggal 09 Juli 2018. dari
www.journalofplay.org/...journal of Practiceplay.../1-2-article-
playtherapy.pdf
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/jks20130802_92-
104.pdf.

Moore, KL. Anne, MR. (2012). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 1. Jakarta: Erlangga


Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC
Wong, D.L. Eaton, H.B. wilson, W. Winkelstein, M.L. dan Schwartz, P. (2009).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti dan
Juniarti, H.Y Kuncara; editor bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha et al.
Vol 1 Ed. 6. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai