Disusun Oleh :
2141312036
Kelompok Q
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrahmatullahiwabarrakatuh
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat nantinya.
Sebagai penyusun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Atas segala masukan tersebut penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Lampiran 1. Denver II
Lampiran 2. Status Nutrisi (WHO, NCHS/CDC)
Lampiran 3. SAP Aroma Therapy
Lampiran 4. SAP Terapi Bermain
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
gawat pernapasan, tachycardia, dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya
pneumothorax yang tegang (Arteaga, 2018).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An.M Dengan Diagnosa
Pneumothorax?”
2
5.3 Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. Pneumotoraks spontan sekunder (SP)
SP dihubungkan dengan penyakit respirasi yang merusak arsitektur
paru, paling sering bersifat (misalnya penyakit paru obstruktif
kronik/PPOK, asma), fibrotik atau infektif (misalnya pneumonia), dan
kadang-kadang gangguan langka atau herediter (misalnya sindrom
Marfan, fibrosis kistik). Insidensi SP meningkat seiring bertambahnya
usia dan memberatnya penyakit paru penyebab.
2. Pneumotoraks traumatik (iatrogenik)
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat trauma, baik trauma penetrasi
maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru. Pneumotoraks jenis ini juga dapat diklasifikasikan lagi
kedalam dua jenis, yaitu: Pneumotoraks traumatik non-iotrogenik: terjadi
karena jejas kecelakaan misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma
dan pneumotoraks traumatik iotrogenik: terjadi akibat komplikasi dari
tindakan medis.
7
c. Tindakan Bedah
Pembukaan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang tersebut dijahit.
2.7 WOC
8
2.8 Ringkasan Riwayat Keperawatan
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, kepercayaan, suku bangsa, bahasai\ yang
dipakai, status pendidikan, asuransi kesehatan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sesak nafas seringkali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Kaji apkah ada
riwayat trauma yang mengenai rongga dada.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyan pakah klien pernah menderita TB paru dimana
seringterjadi pada pneumothoraks spontan.
d. Rriwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang menyebabkan pneumothoraks, seperti asma, TB paru, dll.
e. Pengkajian psikososial
Perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya dan
perilaku pasien pada tindakan yang dilakukan.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pernapasan
Inpeksi: peningkatan usaha nafas serta penggunaan otot bantu
pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris,
iga melebar, rongga dada asimetris, batuk yang produktif dengan
sputum purulen. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
Palpasi: vokal fremitus menurun pada sisi yang sakit, pergerakan
dinding dada yang tertinggal pada sisi yang sakit, terjadinya
pelebaran ruang iga pada sisi yang sakit atau bisa saja normal.
Perkusi: pada sisi yang sakit; hipersonor sampai timpani dan
9
tidak bergetar, batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat
apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi: suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi
yang sakit, pada posisi duduk semakin ke atas letak cairan maka
akan semakin sempit sehingga suara nafas terdengar atmfosir.
2) Blood: perlu memonitor statu kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
3) Brain: kaji kesadaran, GCS.
4) Bladder: pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan. Monitor adanya oliguria yang merupakan tanda awal
shock.
5) Bowel: biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
akibat sesak nafas.
6) Bone: gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik akibat
kelemahan.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Data
2. Intranatal
3. Posnatal
Ny.M mengatakan setelah melahirkan kondisi anak baik namun ASI ibu
tidak keluar sehingga anak mendapatkan susu formula yang disarankan
oleh rumah sakit.
13
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang
14
VII. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
X : Meninggal
2. Motorik kasar :
Ny.M mengatakan anak sudah bisa berdiri dari duduk tanpa bantuan,
dapat berjalan dengan baik, terkadang anak juga berjalan mundur tanpa
terjatuh, menirukan gerakan seperti menari-nari saat mendengar musik dan
bermain bola di rumah bersama abang-abangnya.
3. Motorik halus :
X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Keadaan : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : 15 (E4M6V5)
d. BB / TB : 8,1 kg / 72 cm
e. Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
16
Nadi : 150 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
Tekanan darah : 107/48 mmHg
2. Kepala
a. Lingkar kepala : 46 cm
b. Rambut
- Kebersihan : Rambut terlihat bersih, tidak ada lesi maupun
benjolan dikulit kepala.
- Warna : Hitam
- Tekstur : Rambut halus
- Distribusi rambut : Rambut pendek, tipis dan lurus.
- Kuat / Mudah tercabut : Rambut kuat dan tidak mudah tercabut.
3. Mata
- Simetris : Mata simetris kiri dan kanan
- Sclera : Tidak ikterik
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Pupil : Isokor
- Palpebra : tidak ada udema
4. Telinga
- Simetris : Telinga simetris kiri dan kanan
- Serumen : Tidak ada
- Pendengaran : Baik
5. Hidung
- Septum simetris : Simetris kiri dan kanan
- Sekret : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Tidak tampak pernapasan cuping hidung
6. Mulut
- Kebersihan : Mulut dan gigi bersih
- Warna bibir : Tidak sianosis
17
- Kelembapan : Lembab
- Lidah : Bersih
- Gigi : Gigi susu (2 gigi seri bawah) dan tidak ada
caries gigi
7. Leher
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
8. Dada
9. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5
- Perkusi : pekak, batas jantung normal
- Auskultasi : BJ 1= BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
10. Abdomen
- Inspeksi : Perut simetris, tidak ada pembengkakan pada
abdomen, tidak membuncit
18
- Palpasi : Tidak ada oedema, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas
tidak ada, pembesaran hepar tidak ada
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : Bising usus normal (7x/menit).
11. Punggung : Tidak ada kelainan pada punggung, tidak ada luka dan
lesi.
12. Ekstremitas : tonus otot normal, akral teraba hangat, CRT < 2 detik,
jumlah jari lengkap, tidak ada lesi.
13. Genetalia : Tidak ada kelainan
14. Kulit
- Warna : kuning langsat
- Turgor : baik
- Integritas : terdapat bekas makula pada wajah, lengan dan leher.
- Termogulasi : kulit teraba hangat
- Tidak terdapat sianosis.
Usia : 14 bulan
BB saat ini : 8,1 kg
TB saat ini : 72 cm
BB standar usia: 9,05 kg
TB standar usia: 74 cm
20
2. Katergori : berat badan normal
Indeks TB menurut Umur (TB/U)
1. Ambang batas (Z score) : -3 SD sd <- 2 SD
2. Katergori : pendek
Indeks BB menurut TB (BB/TB)
1. Ambang batas (Z score) : -2 SD sd +1 SD
2. Katergori : gizi baik
= 75 %
= 72 cm / 73 cm x 100%
= 98,6 %
= 88,5 %
21
2) Pemeriksaan Cairan
- Intake cairan (tanggal 1-11-2021)
Infus : 33 cc (IVFD Kaen 1B)
Minum : 800 cc (MC 8x100cc)
Air metabolisme : 64,8 cc
Total : 897,8 cc
- Output (tanggal 1-11-2021)
Muntah :-
Urine : 640 cc (pampers)
IWL : 234,9 cc
Total : 874,9 cc
- Balance cairan : input cairan – output cairan
= 897,8 cc - 874,9 cc = + 22,9 cc
- BAK saat sakit:
Frekuensi 4-5x sehari, bewarna kuning pucat, bau khas urine dengan
banyaknya 640 cc.
- BAB saat sakit :
Frekuensi 1x sehari dengan konsistensi lunak, bewarna kuning pucat,
dengan banyaknya ±200 gr.
3) Pemeriksaan Spiritual
An.M belum bisa mengikuti gerakan sholat dan berdoa. Ibu mengatakan anak
sudah bisa mengucapkan bismillah ketika ingin makan walaupun pengucapannya
tidak terlalu jelas.
22
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : 26 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
APTT 26.6 Detik 20.5-27.7
PT 10.5 Detik 9.1-12.3
Hematologi
Hemoglobin 9.9 g/dL 10.4-16.0
Leukosit 10.88 10^3/mm^3 6.0-18.0
Eritrosit 3.81 10^6/µL 3.40-5.20
Trombosit 541 10^3/mm^3 150-450
Hematokrit 31 % 38.0-48.0
Retikulosit 2.17 % 0,5-1.5
MCV 81 fL 78.0-102.0
MCH 26 Pg 25.0-35.0
MCHC 32 % 32.0-36.0
CDW-CV 16,8 % 11.5-14.5
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-2
Eosinofil 0 % 1-4
Neutrofil Batang 0 % 0.0-5.0
Neutrofil Segmen 45 % 18.0-38.0
Limfosit 48 % 45-75
Monosit 7 % 2-11
Kimia Klinik
Total protein 7.3 g/dL 6.6-8.7
Albumin 4.0 g/dL 3.8-5.0
Globulin 3.3 g/dL 1.3-2.7
Kalsium 9.6 mg/dL 8.1-10.4
Ureum Darah 24 mg/dL 10-50
Kreatinin Darah 0.4 mg/dL 0.6-1.2
Elektrolit
Natrium 138 Mmol/L 136-145
Kalium 4.7 Mmol/L 3.5-5.1
Klorida 107 Mmol/L 97-111
Imunologi
Anti HIV (Rapid test) Non reaktif Non reaktif
23
b. Pemeriksaan diagnostic : foto thoraks
Hasil: tension pneumothorax
24
5) Kebutuhan Dasar
25
(Morinaga) = 124 kkal
Kebutuhan tidur pada anak Ny.M mengatakan An.M Ny.M mengatakan An.M
usia 1-3 tahun adalah 11-14 biasanya pada malam hari mulai sering rewel, gelisah dan sulit
jam per hari tidur jam jam 9 malam dan untuk tidur. Tidur malam ± 4
terbangun jam 5/6 pagi. Pola jam dan sering terbangun pada
3. Tidur tidur An.M 8-9 jam/malam. malam hari. Pada siang hari
An.M biasanya tidur siang ± 2 juga tampak anak jarang tidur
jam. dan lebih sering menangis.
26
Idealnya mandi pada usia Ny.M mengatakan An.M Ny.M mengatakan badan
toddler adalah sebanyak 2x dimandikan 2x/hari yaitu pagi An.M hanya di lap-lap saja
4. Mandi sehari dan sore menggunakan air biasa oleh ibu dengan kain basah.
(tidak menggunakan air hangat).
BAK: jumlah urine normal Ny.M mengatakan anaknya - BAK: frekuensi 4-5x sehari,
yaitu: 1 cc/ kgBB/ jam BAK kurang lebih 5-7 kali bewarna kuning pucat, bau
sehari. BAB An.M 1x/hari. khas urine dengan
Pada An.M dengan BB 8,1 Tidak ada kelainan pada BAK banyaknya 640 cc.
kg maka urine normal dalam dan BAB anak. - BAB: frekuensi 1x sehari
5. Eliminasi 24 jam yaitu 192,24 cc dengan konsistensi lunak,
BAB: pada usia toddler bewarna kuning pucat,
normalnya BAB sekitar 4x dengan banyaknya ±200 gr.
dalam seminggu
Anak usia toddler biasanya Ny.M mengatakan An.M aktif Ny.M mengatakan selama
lebih sering bermain di dalam kesehariannya. An.M dirawat di RS An.M tidak
rumah dengan mainannya sering bermain di rumah dengan dapat bermain dan hanya
6. Bermain seperti balok-balok, kubus, mainannya. berada diatas tempat tidur.
bola berwarna-warni.
27
6) Ringkasan Riwayat Keperawatan
Alasan masuk RS: Pasien masuk melalui IGD RSUP M.Djamil Padang
dengan keluhan sesak nafas sejak 10 hari yang lalu, sesak tidak berkurang dan
semakin meningkat sejak 4 hari sebelum dibawa ke RS.
Pasien terpasang NGT, nasal kanul 2L/menit, WSD (water sealer drainage)
pada ICS V dextra dengan undulasi (+), bublle (+), produksi (-).Tampak
adanya pengunaan otot bantu nafas dan retraksi epigastrium. Tampak gerakan
dinding dada sebelah kanan sedikit menurun dibanding dengan dada sebelah
kiri. Pada palpasi paru didapatkan hasil: vokal fremitus melemah pada dada
kanan dibandingkan dengan dada kiri. Pada perkusi paru didapatkan
hipersonor pada lapang paru kanan. Pada Auskultasi paru didapakan bunyi
nafas vesikuler dan suara nafas menurun pada ICS II dextra, ronki (-/-),
whezing (-/-).
Pola tidur anak terganggu, Ny.M mengatakan An.M sering rewel, gelisah dan
sulit untuk tidur. Tidur malam ± 4 jam dan sering terbangun pada malam hari.
Pada siang hari juga tampak anak jarang tidur dan lebih sering menangis.
7) Analisa Data
DO:
- An.M tampak menangis
- An.M tampak sering rewel,
gelisah dan menangis
- An.Y tampak sulit tidur
29
DS: Pneumothoraks Risiko infeksi
- Ny.M mengatakan anaknya
Udara di ruang pleura
sedikit sesak
8) Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
2. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman
3. Risiko infeksi b.d insersi pemasangan WSD
9) Asuhan Keperawatan
Hari, tgl SDKI SLKI SIKI
Senin/ Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan nafas
1-11-2021 Pola nafas Setelah dilakukan intervensi (I.01011):
tidak efektif 3x24 jam diharapkan: Aktivitas:
b.d - Penggunaan otot bantu Observasi
nafas cukup menurun - Monitor pernafasan
hambatan - Frekuensi nafas cukup - Monitor bunyi nafas
upaya nafas membaik - Monitor sputum
- Kedalaman nafas cukup Terapeutik
menurun - Pemberian terapi oksigen
Edukasi:
- Anjurkan ibu untuk sesekali
memposisikan anak pada posisi
semi fowler atau fowler
Senin/ Gangguan Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
1-11-2021 pola tidur Setelah dilakukan intervensi Aktivitas:
30
b.d 3x24 jam diharapkan: Observasi
gangguan - Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi pola aktivitas dan
rasa nyaman - Keluhan sering terjaga tidur
- Identifikasi faktor pengganggu
menurun
tidur
- Keluhan pola tidur berubah Terapeutik :
menurun - Moifikasi lingkungan
- Keluhan tidak puas tidur - Batasi waktu tidur siang
menurun - Terapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot auto
genik atau cara nonfarmakologi
lainnya.
31
10) Catatan Perkembangan
33
Selasa/
D.0005 2-11- - Memonitor pernafasan/ 3 jam S: Dwi
2021 15.00 : RR: 43x/i, nafas - Ibu mengatakan sesak anak sedikit
sedikit cepat berkurang
18.00 : RR: 43x/i, nafas - Ibu mengatakan kadang-kadang
sedikit cepat memposisikan anak pada posisi
21.00 : RR: 42x/i, nafas fowler
sedikit cepat
O:
- Memonitor bunyi nafas/ 3 jam - RR: 42x/menit
15.00 : vesikuler, tidak ada - Bunyi nafas: vesikuler, rhonki (-),
nafas tambahan wheezing (-)
18.00 : vesikuler, tidak ada - Tidak terdapat produksi sputum
suara nafas tamabahan - Anak masih terpasang nasal kanul
21.00 : vesikuler, rhonki (-), 2L/menit
wheezing (-)
A:
- Memonitor sputum - Gangguan pola nafas belum teratasi
20.40 : tidak ada produksi P:
sputum - Intervensi dilanjutkan
Evaluasi dilakukan pada jam 20.40
- Mengobservasi terapi oksigen
yang diberikan; nasal kanul
2L/menit
20.40, hasil: kepatenan
oksigen baik, tidak ada
sumbatan jalan nafas
Rabu/
D.0005 3-11- - Memonitor pernafasan/ 3 jam S: Dwi
2021 15.00 : RR: 42x/i, nafas - Ibu mengatakan sesak anak
sedikit cepat berkurang
18.00 : RR: 40x/i, nafas O:
sedikit cepat - RR: 39x/menit
21.00 : RR: 39x/i, tampak - Bunyi nafas: vesikuler, rhonki (-),
tidak sesak
wheezing (-)
- Memonitor bunyi nafas/ 3 jam - Tidak terdapat produksi sputum
15.00 : vesikuler, tidak ada - Anak masih terpasang nasal kanul
nafas tambahan 2L/menit
18.00 : vesikuler, tidak ada A :
suara nafas tamabahan - Gangguan pola nafas teratasi sebagian
21.00 : vesikuler, rhonki (-), P :
wheezing (-)
- Intervensi dilanjutkan
- Memonitor sputum Evaluasi dilakukan pada jam 20.40
35
20.40 : tidak ada produksi
sputum
37
BAB IV
PEMBAHASAN
38
ronki (-/-), whezing (-/-). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arteaga (2018), bahwa dampak fisik yang dialami penderita pneumothorax
bervariasi sesuai tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea,
sianosis, takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru
akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala gawat pernapasan,
tachycardia dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya pneumothorax yang
tegang.
Diagnosa yang kedua yaitu gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman.
Pada pasien anak dengan usia 14 bulan adanya alat-alat yang terpasang seperti
39
nasal kanul, selang NGT, infus yang terpasang dan selang WSD akan mengganggu
kenyamanan anak. Dari kasus ini tampak tidur An.M sangat kurang dimana dalam
sehari anak hanya tidur ± 4 jam. Padahal seharusnya kebutuhan tidur pada anak
usia toddler (1-3 tahun) yaitu 11-14 jam dalam sehari. Disini penulis meemberikan
intervensi dukungan tidur dimana setelah pengimplementasian selama 3x24 jam,
jam tidur pasien lebih lama dari sebelumnya yaitu ± 6 jam.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Penutup
5.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Air Langga University Pres. (2018). Gawat Darurat Medis Dan Bedah (1st ed.; A. N.
Hidayati, ed.). Surabaya: pusat penerbit dan percetakan Universitas Airlangga
(UAP).
Marques, M., & Beatriz, M. (2017). Relaxation Therapy with Guided Imagery for
Postoperative Pain Management. The American Society for Pain Management
Nursing, 1–10. https://doi.org/1524-9042/$36.00
Santoso, Imam Aji. (2015). Asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumothorax.
Banyumas: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
42
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) TERAPI BERMAIN
PADA ANAK M USIA 14 BULAN DI RUANG HCU ANAK
RSUP M.DJAMIL
Oleh:
PUTRI DWI RUSMAYANTI
NIM. 2141312036
KELOMPOK Q
A. Tujuan Instruksional
Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan edukasi diharapkan keluarga pasien dapat
mengetahui dan memahami tentang terapy massage dan aromaterapy
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan edukasi diharapkan keluarga pasien dapat
menjelaskan kembali:
1. Definisi
2. Teknik dasar massage dan mekanisme kerja aromaterapi
3. Teknik dasar massage dan manfaat aroma terapi
4. Tujuan massage dan jenis-jenis aromaterapy
5. Kontraindikasi massage dan bentuk-bentuk aromaterapi
6. Indikasi massage dan cara penggunaan aromaterapy
B. Sub Pokok Bahasan
1) Definisi
2) Teknik dasar massage dan mekanisme kerja aromaterapi
3) Teknik dasar massage dan manfaat aroma terapi
4) Tujuan massage dan jenis-jenis aromaterapy
5) Kontraindikasi massage dan Bentuk-bentuk aromaterapi
6) Indikasi massage dan cara penggunaan aromaterapy
7) Kegiatan Penyuluhan
Demonstrasi terapy
massage
Meminta peserta untuk
mendemonstrasikan
terapy massage
Memberi pujian atas
keberhasilan peserta
menyimpulkan materi
A. Terapy Massage
1. Definisi
Terapi pijat adalah manipulasi manual dari jaringan lunak tubuh untuk tujuan
membangun dan mempertahankan kesehatan yang baik dan meningkatkan
kesejahterahan.
3. Tujuan Massage
1) Tujuan Terapi
Massage dengan tujuan terapi dapat memberikan pengaruh yang baik tehadap
keadaan patologi dan postrauma.
2) Tujuan Kecantikan
Massage dengan tujuan kesehatan dapat menormalkan fungsi organ, serta berguna
dalam menghindari penyakit dan kelainan. Selain itu juga menyempurnakan
pembagian zat zat makanan keseluruh tubuh. Menyempurnakan proses pencernaan
dan pembuangan sisa sisa sampah tubuh.
3) Tujuan Kesehatan
Massage dengan tujuan kesehatan dapat menormalkan fungsi organ, serta berguna dalam
menghindari penyakit dan kelainan. Selain itu juga menyempurnakan pembagian zat zat
makanan keseluruh tubuh. Menyempurnakan proses pencernaan dan pembuangan sisa sisa
sampah tubuh.
4) Tujuan Olahraga
Massage dengan tujuan olahraga dapat mempertahankan tubuh, memperbaiki atau
menghilangkan akibat kelelahan olahraga.
4. Kontraindikasi Massage
1. Tumor (bengkak), colour (hematoma/ memar)
2. Dolor (suhu panas tubuh) dikarenakan demam tinggi/ infeksi.
3. Fraktur
4. Varises
5. Penyakit kulit
6. Penyakit jantung
7. Diabetes
8. Epilepsy (memerlukan nasehat dokter)
9. Massage sebaiknya dilakukan 1 jam setelah makan
10. Pasien yang menderita penyakit menular
5. Indikasi Massage
Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan manipiulasi
massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
tubuh. Indikasi massage adalah:
2. Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang kelewat
batas sehingga otot-otot menjadi kaku dan timbul rasa nyri pada area persendian
serta gangguan pada persarafan.
6. SOP massage
Pengertian :
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/ tulang. Tindakan
masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi
2. Meningkatkan relaksasi.
2. Handuk
2. Cuci tangan.
3. Manfaat Aromaterapi
1) Merelaksasi tubuh, menyegarkan pikiran dan memperbaiki mood
2) Sebagai placebo dalam penyembuhan penyakit/ mengurangi dampak dari penyakit
3) Antioksidan
4) Imunomodulator
5) Antiinflamasi dan analgesic
4. Jenis-jenis Aromaterapy
1) Citronella 13) Basil
2) Kayu putih (Eucalyptus) 14) Apel hijau (Green Apple)
3) Lavender 15) Lada hitam (Black Paper)
4) Teh hijau (Green tea) 16) Lemon
5) Cendana (Sandalwood) 17) Vanilla
6) Bunga Mawar (Rose) 18) Bunga Melati (Jasmine)
7) Bunga Kenanga (Ylang-ylang) 19) Strawberry
8) Chammomile 20) Peppermint
5. Bentuk-bentuk Aromaterapi
a) Minyak essensial aromaterapi
b) Dupa aromaterapi
c) Lilin aromaterapi
f) Sabun aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk
membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat,
menyegarkan serta menenangkan jiwa danraga.
2. Indikasi a) Digunakan untuk semua jenis usia dan hampir semua jenis
penyakit
b) Klien lansia dengan atritis yang mengalami nyeri dan
kecemasan
c) Klien lansia dengan insomnia dan depresi
d) Klien yang mengalami kegelisahan dan perasaan
keteganggan
Korek api
Air
Lilin
b. Persiapan Pasien
Pastikan identitas pasien yang akan dilakukan tindakan.
Kaji kondisi pasien.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan.
Tungku aromaterapi
6. Prosedur a. Prosedur Pelaksanaan
pelaksanaan
1. Mengucapkan salam terapeutik
6. Cuci tangan.
7. Dokumentasi
Sari, D & Leonard, D. 2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur
LansiaDi Wisma Cinta Kasih. Jurnal Endurance , Volume 3, No 1, Februari 2018; Hal
121-130. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/2433.
Diakses pada tanggal 31 januari 2020.
Tricintia dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap Tingkat Stress
Dalam Menjalai Osce Mahasiswa Semester VI Anggkatan VIII Stikes Suaka Insan
Banjarmasin. Artikel Text. Diakses pada tanggal 31 januari 2020.
Widyatuti, 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 53-57. https://adoc.tips/terapi-komplementer-
dalam-keperawatan.html. Diakses pada tanggal 31 januari 2020.
Sari, dian et al.2018. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur LansiaDi
Wisma Cinta Kasih.Jurnal endurance. 3:1
Setyoadi et al. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada
klienpsikogeriatrik.Jakarta.Salemba Medika.
http://www.rdash.nhs.uk/wp-content/uploads/2014/04/3-Comp-Meds-Policy-v3-Appx.
Diakses tanggal 31 januari 2020.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) TERAPI BERMAIN
PADA ANAK M USIA 14 BULAN DI RUANG HCU ANAK
RSUP M.DJAMIL
Oleh:
KELOMPOK Q
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
TERAPI BERMAIN PADA ANAK
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan
rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong (2009), bermain merupakan
kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk
mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi
untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain.
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak
menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan mendapatkan
kegembiraan dan kepuasan.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan
perilaku anak-anak karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam
dalam perkembangan mereka. Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang
dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata, mereka lebih alami
mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas. Menurut Vanfleet et
al., (2010) terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di
mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga
dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka.
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak
untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar
mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang
2
ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain (2008) dalam Homeyer
(2008), terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model
teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang
mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain
merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit.
Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi
stress.
Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi
anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tubuh-
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri (distraksi), dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian
kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak
di rumah sakit. Ruangan yang digunakan adalah di ruangan HCU anak RSUP
M.DJamil. Terapi bermain ini bertujun untuk mempraktikkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu
aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif
dan afektif.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal,
mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress.
1
2) Tujuan Khusus
a) Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas
mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui situasi hati
anak, memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak
yang belum dapat mengatakan secara verbal.
b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
c) Membantu anak untuk relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas,
sedih, tegang, dan nyeri dan Menggali kreatifitas anak dengan
mewarnai
d) Membantu anak untuk mengekspresikan perasaannya selama dirawat
di rumah sakit
C. Jenis Permainan
1. Menyusun Puzzle
2. Memasukan bola warna-warni ke dalam keranjang yang sesuai warna
D. Media
1) Bola warna-warni dan keranjang sesuai warna
2) Puzzle
E. Metode
Demonstrasi dan praktik
F. Peserta
1. Jumlah peserta 1 orang anak disertai orangtua: An. M (1 tahun 2 bulan)
2. Peserta kooperatif
3. Peserta dengan keadaan umum yang sudah mulai membaik
3
G. Settingan Tempat
Keterangan:
: Leader
: Co-leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
H. Waktu Pelaksanaan
a) Hari/ Tanggal : Sabtu, 6 November 2021
b) Waktu : 10.00 WIB - selesai
c) Tempat : Ruang HCU Anak RSUP M.DJamil
I. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Leader : Putri Dwi Rusmayanti
4
2) Uraian Tugas
a. Leader
- Menjelaskan tujuan bermain
- Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
- Menjelaskan aturan bermain pada anak
- Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Co.Leader
- Membantu leader dalam mengorganisasi anggota.
c. Fasilitator
- Menyiapkan alat-alat permainan
- Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
- Mempertahankan kehadiran anak
- Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
d. Observer
- Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal.
- Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku,
- Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
J. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Subjek Terapi
1. Persiapan (Prainteraksi) 5 menit Ruangan, alat-alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga sudah siap
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
2. Pembukaan 5 menit Anak dan keluarga
(Orientasi) menjawab salam, anak
5
a. Mengucapkan salam saling berkenalan, anak dan
b. Memperkenalkan diri keluarga memperhatikan
c. Anak yang akan bermain terapis
salingberkenalan
d. Menjelaskan kepada anak
dan keluarga maksud dan
tujuan terapi
bermain
6
K. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai
c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
2) Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
3) Evaluasi Hasil
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang
sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya
7
Lampiran materi
belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi Bermain, 2008,
dalam Homeyer, 2008, terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan
sistematis model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk
membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah
sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan
sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress.
A. Tujuan Terapi Bermain
Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-
anak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit
memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah
8
perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk
menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri
mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi
anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Menurut Santrock (2007), terapi bermain dapat membantu anak
menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegangan mengendor dalam
9
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak
juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain.
6. Bermain Sebagai Terapi Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan
seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi).
C. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih
singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih
sederhana.
b) Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
c) Sesuai dengan kelompok usia.
d) Tidak bertentangan dengan terapi. Terapi bermain harus
memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak
harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat
tidur.
e) Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang
mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut Wong (2009),
keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat si rumah sakit.
10
D. Tipe Permainan
Jika dilihat dari tipe permainan, permainan dapat dibagi menjadi 5 tipe
sebagai berikut:
1) Permainan pengamat Tipe dari permainan pengamat adalah anak
memperhatikan apa yang dilakukan anak lain, tetapi tidak berusaha
untuk terlibat dalam aktivitas dalam bermain tersebut.
11
televisi dan membaca buku.
F. Klasifikasi Permainan
1) Berdasarkan isinya
a) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orangtua dan orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa.
b) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
bendabenda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir
c) Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
d) Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang
dewasa. Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai
yang ingin ia tiru.
2) Berdasarkan jenis permainan
a) Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
12
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya seperti ular tangga,
congklak, puzzle dan lain-lain.
e) Onlooker play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f) Therapeutic play.
13
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan,
1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
G. Permainan Edukatif
Permainan edukatif adalah suatu kegiatan menggunakan teknik
bermain dengan tujuan mendidik atau memasukkan suatu pengertian atau
pemahaman kepada anak. Permainan edukatif sangat bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan anak dalam berbagai bidang, keterampilan
berbahasa, keterampilan motorik kasar dan halus serta keterampilan
personal sosial. Selain itu permainan edukatif juga bermanfaat untuk
mengembangkan kepribadian anak, mendekatkan hubungan orang
tua/keluarga terhadap anak serta menyalurkan bakat dan ekspresi anak.
14
kemudian ajak anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan
beberapa kali. Jika anak tidak mengetahui gambar yang dimaksud,
sebaiknya petugas memberitahu dan menanyakan kembali ke anak
setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak.
c. Menyusun Puzzle Permainan ini membutuhkan pendampingan
petugas dan diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah
menyusun dan memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak asing
bagi anak, sebelum gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak
gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak
untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara menyusun
puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping terlebih
dahulu. Hal yang perlu diperhatikan dalam puzzle ini adalah jumlah
puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Bratton, John, And Jeff Gold. (2012). “Human Resource Management: Theory
And Practice”. Palgrave Macmillan.
Moore, KL. Anne, MR. (2012). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates
16