MODUL 1
TEKNIK PENGOLAHAN KUALITAS AIR
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tahun 2014
i|Halaman
ii | P a g e
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Daftar Tabel................................................................................................................iv
Daftar Gambar.............................................................................................................v
Daftar Tabel................................................................................................................vi
I. Tujuan Instruksional Umum.....................................................................................1
II. Pendahuluan............................................................................................................1
Pokok Bahasan I..........................................................................................................2
A. Tujuan Instruksional Khusus...................................................................................2
B. Pengantar.................................................................................................................2
C. Materi......................................................................................................................2
1 Parameter mutu air.........................................................................................2
1.1 Standar mutu air secara fisik................................................................3
1.2 Standar mutu air secara kimia .............................................................5
1.3 Standar mutu air secara biologi .........................................................10
2 Penggolongan air sesuai peruntukannya.......................................................10
3 Metode pengukuran untuk menentukan status mutu air...............................11
3.1 Metode Storet.....................................................................................11
3.2 Metode Indeks Pencemaran...............................................................13
4 Pengolahan kualitas air................................................................................17
5 Tahapan pengolahan air bersih.....................................................................25
6 Pengolahan air minum.................................................................................30
7 Pengambilan sampel....................................................................................32
Lampiran A........................................................................................................47
Lampiran B........................................................................................................48
D. Latihan Soal..........................................................................................................50
E. Test formatif..........................................................................................................51
F. Daftar pustaka........................................................................................................51
III Penutup.................................................................................................................51
iii | P a g e
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iv | P a g e
Gambar 1. Skema pembagian zat padat pada air limbah 10
Gambar 2. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j) 15
Gambar 3. Instalasi Pengolahan Air Sebagaian 18
Gambar 4. Instalasi Pengolahan Air Lengkap 19
Gambar 5. Broncaptering 20
Gambar 6. Bangunan Intake 21
Gambar 7. Reservoir intake 22
Gambar 8. River intake 23
Gambar 9. Lake intake 24
Gambar 10. Lake intake 24
Gambar 11. Bangunan Pengaduk Cepat 26
Gambar 12. Bangunan Flokulasi 27
Gambar 13. Bangunan Pengendap Kedua 29
Gambar 14. Contoh alat pengambil contoh gayung bertangkai panjang 32
Gambar 15. Contoh botol biasa secara langsung 33
Gambar 16. Contoh alat pengambil air Bbotol biasa dengan pemberat 33
Gambar 17. Alat pengambil contoh air otomatis 34
Gambar 18. Contoh lokasi pengambilan contoh sebelum dan setelah IPAL 38
Gambar 19. Alat pengambil contoh untuk parameter VOC Tipe Bailer 42
v|Page
PENGOLAHAN KUALITAS
AIR
II. Pendahuluan
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, semua makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Akan tetapi tidak semua air yang ada
dapat dimanfaatkan dengan baik, bahkan sebagian besar air yang ada di muka bumi ini tidak dapat
dimanfaatkan oleh manusia secara optimal. Demikian pentingnya air untuk kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya perlu adanya upaya untuk mempertahankan dan mengelola sumber air dengan
baik, karena ketersediaan air terutama air bersih saat ini telah dirasakan sangat kurang. Tidak hanya
kuantitas, tetapi kualitas air juga harus diperhatikan. Dengan adanya Peraturan Pemerintah PP RI No.
82 Tahun 2001 Pasal 8 Ayat 1, dimana pembagian kelas air sesuai dengan baku mutunya diharapkan
penyediaan air bersih disesuaikan antara baku mutu dengan pemanfaatannya.
1|Halaman
Pokok Bahasan I :
PENGOLAHAN KUALITAS
AIR
B. Pengantar
Pengelolaan kualitas air pada dasarnya merupakan upaya pemeliharaan air sehingga tercapai
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam
kondisi alamiahnya.
C. Materi
1. Parameter Mutu Air
Parameter pencemar air merupakan indikator yang memberi petunjuk terjadinya pencemar air.
Dengan adanya indikator ini pencemar dapat diatasi sedini mungkin atau paling tidak sedikit
dikurangi. Pada studi ini akan digunakan acuan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemar Air sebagai standar baku
mutu air. Sedangkan Baku Mutu Air Limbah menggunakan acuan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Kawasan
Industri.
2|Page
a) Warna
Zat terlarut dalam air limbah dapat menimbulkan warna air limbah. Berdasarkan sifat-
sifat penyebabnya, warna dalam air dibagi menjadi 2 jenis, yaitu warna sejati dan warna
semu. Warna sejati disebabkan oleh koloida-koloida organik atau zat-zat terlarut. Sedang
warna semu disebabkan oleh suspensi partikel-partikel penyebab kekeruhan.
Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan,
dianggap tidak mernpunyai sifat-sifat mernbahayakan atau toksik. Meskipun demikian,
adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada air yang kurang
disukai oleh manusia.
Warna juga digunakan untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat
muda berarti umur air limbah kurang dari 6 jam. Warna abu-abu muda sampai abu-abu
setengah tua menandakan air limbah mengalami pembusukan oleh bakteri dan warna
abu-abu tua sampai hitam, berarti air limbah sudah busuk akibat bakteri.
b) Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang
tersuspensi sehingga memberikan wama dan rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-
bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan
organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya.
Kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya bahan yang tidak larut
seperti debu, tanah liat, bahan organik, anorganik dan mikroorganisme air. Kekeruhan
berakibat air menjadi tidak jenih dan kotor. Kekeruhan mengganggu penetrasi sinar
matahari, yaitu mengakibatkan terbatasnya cahaya yang masuk ke dalam air, sehingga
mengganggu fotosintesa tanaman. Hal ini terjadi karena adanya bahan terapung, lumpur
yang melayang dan lain sebagainya.
c) Temperatur
Temperatur air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim. Temperatur air limbah
lebih tinggi dari temperatur air normal karena adanya penambahan panas dari aktifitas di
sumber. Temperatur merupakan parameter penting karena efeknya terhadap reaksi kimia,
kecepatan reaksi, kehidupan aquatik dan kesesuaian air untuk kepentingan tertentu.
Dampak negatifnya antara lain menyebabkan konsentrasi oksigen di badan air penerima
turun. Perubahan temperatur secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian organisme
perairan.
Tidak semua standar persyaratan mutu air mencantumkan temperatur sebagai salah satu
pedoman. Meski demikian, beberapa peraturan memasukkan temperatur sebagai salah
satu standar yang berfungsi untuk :
1) Menjaga penerimaan masyarakat terhadap kualitas air minum (10C - 15C).
2) Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan pencemar yang terdapat dalam air
sekecil mungkin.
3) Menjaga temperatur air agar sebisa mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme dan virus dalam air.
3|Page
d) Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan disebabkan oleh adanya bahan-bahan
organik yang membusuk. Karena pengukuran bau dan rasa itu tergantung pada reaksi
individual maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.
Air limbah yang mengalami proses degradasi akan menghasilkan bau. Hal ini disebabkan
karena adanya zat organik terurai secara tak sempurna dalam air limbah. Selain itu juga
bau timbul karena adanya zat-zat organik yang telah berurai dalam limbah mengeluarkan
gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan bau karena adanya campuran dari
nitrogen, sulfur dan fospor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah.
Bau menunjukkan apakah air limbah masih baru atau sudah membusuk. Bau biasanya
timbul pada limbah yang sudah lama, tetapi ada juga yang muncul pada limbah baru. Hal
ini dikarenakan sumber pencemar yang berbeda.
5. Kromium
Kromium (Cr) termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kadar
maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mg/liter. Garam-
garam kromium yang masuk ke dalam tubuh manusia akan segera dikeluarkan oleh tubuh.
Akan tetapi, jika kadar kromium tersebut cukup besar akan mengakibatkan kerusakan
pada sistem pencernaan.
6. Ammonia
Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam
nitrat, ammonium, fosfat, ammonium nitrat, dan ammonium sulfat), serta industri bubur
kertas dan kertas (pulp dan paper). Kadar ammonia pada perairan alami biasanya kurang
dari 0,1 mg/liter. Kadar ammonia bebas yang tidak terionisasi (NH 3), pada perairan tawar
sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/liter. Jika kadar ammonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter,
perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.
7. Sianida
Sianida merupakan senyawa yang sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah
yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati
(Sugiharto, 1987 : 47).
8. Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit,
lebih sedikit dari nitrat. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi
menjadi nitrat. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara ammonia dan
nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi
berlangsung pada kondisi anaerob (Effendi, 2003).
Nitrit beracun terhadap udang dan ikan karena mengoksidasi Fe 2+ di dalam hemoglobin.
Dalam bentuk ini, kemampuan darah untuk mengikat oksigen sangat merosot. Mekanisme
toksisitas dari nitrit adalah pengaruhnya terhadap transport oksigen dalam darah dan
kerusakan jaringan (Kordi dan Tancung, 2007).
9. Nitrat
5|Page
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient
utama bagi pertumbuhan tanaman dan alage. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang berlangsung pada kondisi aerob.
Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan
oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter (Effendi, 2003).
Tinja hewan merupakan faktor penyumbag besar dalam meningkatnya nitrat (Effendi,
2003).
Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Namun, jika kadarnya terlalu
tinggi, dapat menyebabkan tumbuhnya alga yang berlebih atau biasa disebut algae bloom
(Effendi, 2003).
Apabila tidak tersedia cukup oksigen terlarut dalam air, maka nitrit tidak dapat berubah
menjadi nitrat. Sehingga, akan terjadi kelimpahan Nitrit dalam badan air (Djokosetiyanto
et.al, 2006). Sementara menurut Kawai et al. (1965) dalam Spotte (1970), proses
nitrifikasi lebih efisien pada kondisi tegangan oksigen tinggi. Namun, pengubahan
ammonia dan nitrit masih berlangsung meskipun pada kondisi kandungan oksigen rendah.
Setiap industri memiliki parameter kunci yang dapat menunjukkan terjadinya pencemaran atau
tidak. Parameter yang menunjukkan mutu air secara fisika adalah sebagai berikut:
7|Page
Gambar 1. Skema pembagian zat padat pada air limbah
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data mutu air dan debit air secara periodik sehingga membentuk data dari
waktu ke waktu (time series data).
2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air derman nilai baku
mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran<baku mutu) maka
diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu),
maka diberi skor seperti yang ditampilkan pada table berikut ini :
9|Page
Jumlah Parameter
Nilai
Contoh Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -2 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
> 10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Slumber : Canter (1977)
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah
skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Apabila Lij menyatakan konsentrasi parameter mutu air yang dicantumkan dalam Baku
Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter mutu air (i) yang diperoleh dari
hasil analisis sampel air pada suatu lokasi pengambilan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah
Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.
Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter mutu air.
Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai ini
diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij >1,0 untuk suatu
parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air
digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi
peruntukan, maka pengolahan mutlak hares dilakukan bagi air itu.
Pada model PI digunakan berbagai parameter mutu air, maka pada penggunaannya dibutuhkan
nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolak-ukur pencemaran, tetapi nilai ini
tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1 . Jadi indeks ini
harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum
Pij = {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M)
Dengan :
10 | P a g e
(Ci/Lij)R : nilai ,Ci/Lij rata-rata
(Ci/Lij)M : nilai ,Ci/Lij maksimum
Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis maka Pij merupakan titik
potong dan (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi oleh kedua sumbu tersebut,
seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij )R dan atau
(Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata
Ci/Lij semakin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan semakin besar juga. Jadi
panjang garis dari titik asal hingga titik Pij diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna
untuk menyatakan tingkat pencemaran.
Dengan:
m = faktor penyeimbang
PIj R = Indekss Pencemaran bagi peruntukan rata-rata
(Ci/Lij)M = nilai,Ci/Lij maksimum
Dengan:
m = faktor penyeimbang
PIj = Indekss Pencemaran bagi peruntukan
(Ci/Lij)R = nilai,Ci/Lij rata-rata
(Ci/Lij)M = nilai,Ci/Lij maksimum
11 | P a g e
Metode ini dapat langsung menghubungkan tingkat pencemaran dengan dapat atau tidaknya
sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter- parameter tertentu.
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter mutu air yang dicantumkan dalam Baku Mutu
suatu Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter mutu air (i) yang
diperoleh dari hasil analisis sampel air pada suatu lokasi pengambilan dari suatu alur sungai,
maka Plj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.
(Ci−Lj rata−rata)
(Ci /Lij)baru =
{ ( Lj ) min−( Lj ) rata−rata}
12 | P a g e
c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal
Cl/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0
dan C4/1,4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan.
Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah:
1) Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dan 1,0.
2) Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari
1,0. (Ci/Lij)baru = 1,0 + P. Log(Ci/Lij) hasil pengukuran P adalah konstanta dan
nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan
lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan
(biasanya digunakan nilai 5).
5. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Li) R dan
(Ci/Lij)M).
13 | P a g e
1. Pengolahan fisik : suatu tingkatan pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan
pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.
2. Pengolahan kimiawi : suatu tingkatan pengolahan yang dengan zat-zat kimia
bertujuan untuk membantu proses pengolahan selanjutnya, misalnya dengan
penambahan kapur
3. Pengolahan bakteriologis : suatu tingkat pengolahan untuk membunuh/memusnahkan
bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara membubuhkan
kaporit/zat desinfektan.
Sebelum dialirkan ke bangunan instalasi pengolahan air minum (WTP), air baku yang ada di
alam tentunya harus ditampung dahulu atau diarahkan pada suatu tempat yang diarahkan pada
suatu tempat yang dinamakan bangunan penangkap air baku. Macam dan jenis bangunan
penangkap air baku :
14 | P a g e
Broncaptering
Merupakan bangunan penangkap air artesis yang muncul ke permukaan tanah secara alami.
Airnya ditampung sedemikian rupa dengan konstruksi bangunan yang tidak mengganggu
system pengalirannya, kemudian airnya dialirkan dengan system perpipaan/tanpa dialirkan
untuk dimanfaatkan masyarakat sebagai air minum. Fungsinya sangat penting untuk menjaga
kontinuitas pengaliran (mengontrol fluktuasi debit yg masuk) dan kualitas (menjaga dari
pencemaran). Kualitas mata air relative baik, dibandingkan dengan sumber air dari
permukaan, dan secara kuantitas jmlahnya sangat terbatas pada beberapa daerah tertentu saja.
Pengumpulan air dari sumber mata air harus menjaga kondisi tanah di sekitarnya. Air
permukaan tidak boleh meresapdan bercampur dengan mata air. Suatu dinding dibangun di
kedalaman dimana air meresap ke dalam ruang pengumpul air. Ruang pengumpul dilengkapi
dengan pipa, katup, dan manhole sesuai kebutuhan. Tangki dapat dikosongkan dengan adanya
saluran dan pipa overflow.
Gambar 5. Broncaptering
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di
permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau, atau kanal. Konstruksi intake disesuaikan
menurut konstruksi bangunan air, dan umumnya secara kuantitas airnya cukup banyak. Lokasi
intake harus memperhatikan beberapa factor di bawah ini :
1) Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intake
2) Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake
3) sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan
4) pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan
5) Angina yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari
6) Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat dengan tempat pengolahan sehingga
meminimalkan biaya perpipaan
7) Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan
8) Tanah harus stabil
15 | P a g e
9) Bangunan intake harus kedap air
10) Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran
11) Pipa inlet ditempatkan di bawah permkaan sungai atau danau untuk mencegah benda-
benda yang mengapung
2) River intake
River intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3-6 m yang dilengkapi 2 atau lebih pipa
besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup sehingga
16 | P a g e
memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul dalam sumur
kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River intake terletak pada
bagian hulu kota untuk menghindari pencemaran oleh air buangan.
3) Lake intake
Lake intake terdiri atas satu atau lebih ipa bell mouthed yang dipasang di dasar danau. Bell
mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa dibuat jembatan yang
menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan.
17 | P a g e
4) Canal intake
Canal intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthe yang terpasang
menghadapke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk mencegah masuknya ikan-
ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga dilapisi dengan saringan dari kerikil.
Jenis bengunan intake sangat tergantung dari lokasi sumber air bakunya, juga factor biaya baik
konstruksi, operasional, maupun pemeliharaannya. Selain itu juga tergantung dengan tingkat
sedimentasi dari lokasi sumber air baku. Factor estetis juga bisa menjadi pertimbangan,
18 | P a g e
kombinasi dari beberapa tipe bangunan intake juga bisa dilakukan untuk mengakomodir
kondisi lapangan.
Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan (filtrasi) adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan
dengan melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring. Proses filtarsi
banyak dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-kristal
garam dari cairan induknya, pabrik-kertas dan lain-lain. Untuk semua proses filtrasi, umpan
mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh adalah akibat
gravitasi atau tenaga putar. Secara umum filtrasi dilakukan bila jumlah padatan dalamsuspensi
relatif lebih kecil dibandingkan zat cairnya.
Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan atas beberapa cara, yaitu:
Pressure Filtration : Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan.
Gravity Filtration : Filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya berat.
Vacum Filtration : Filtrasi dengan cairan yang mengalir karena prinsip hampa udara
(penghisapan).
Pengendapan (Sedimentasi)
Pengendapan (sedimentasi) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel pada dari sungai
dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat kimia. Proses pengendapan
bertujuan untuk menjaga aliran air yang masuk supaya tenang (laminer), sehingga
pengendapan dapat terjadi secara gravitasi.
Hasil pengendapan pada unit ini adalah terbentuknya lumpur endapan pada dasar bak, yang
harus dikeluarkan/digelontor pada setiap oeriode agar tidak terjadi pembusukan
19 | P a g e
Gambar 11. Bangunan Pengaduk Cepat
c) Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-koloid dalam
air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan terjadi dengan baik jika di
tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai) kemudian dilakukan pengadukan lambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk floc adalah :
Kekeruhan pada baku air
Tipe dari padatan (suspended solid)
pH
Alkalinity
Bahan koagulan yang digunakan
Lama pengadukan
20 | P a g e
Gambar 12. Bangunan Flokulasi
21 | P a g e
Gambar 13. Bangunan Pengendap Kedua
Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua. Butiran
gumpalan kotoran kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan
yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air
yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan
mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan
pasir silika.
e) Desinfeksi
Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan agar dapat mereduksi
konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri pathogen (bakteri penyebeb
penyakit). Proses disinfeksi ini adalah bertujuan untuk membunuh bakteri / virus yang masih
terdapat pada air bersih ini. Adapun yang termasuk macam proses disinfeksi adalah sebagai
berikut :
Pembubuhan gas chlor
Pembubuhan kaporit
Ozonisasi
Penyinaran ultra violet
Memasak hingga mendidih
Kimia
Kimia Organik
Air Raksa * (Hg) Mg/lt 0,001 0,001
Alumunium (Al) Mg/lt 0,2 -
Arsen * (As) Mg/lt 0,05 0,05
Barium (Ba) Mg/lt 1 -
Besi (Fe) Mg/lt 0,3 1
Fluorida (F) Mg/lt 1,5 1,5
Kadmium *(Cd) Mg/lt 0,005 0,005
Kesadahan sebagai CaCO3 Mg/lt 500 500
Khlorida (Cl) Mg/lt 250 600
Kromium, Valensi 6 * (Cr) Mg/lt 0,05 0,05
Mangan (Mn) Mg/lt 0,1 0,5
Natrium (Na) Mg/lt 200 -
Nitrat sebagai NO3 Mg/lt 10 10
Nitrat sebagai NO2 Mg/lt 1 1
Perak * (Ag) 0,05 -
PH 6,5 - 8,5 6,5 - 9,0
Selenium * (Se) Mg/lt 0,01 0,01
Seng (Zn) Mg/lt 5 15
Sianida * (Cn) Mg/lt 0,1 0,1
23 | P a g e
Sulfat (SO4) Mg/lt 400 400
Sulfida (H2S) Mg/lt 0,05 -
Tembaga (Cu) Mg/lt 1 -
Timbal * (Pb) Mg/lt 0,05 0,05
Sisa Khlor Mg/lt 0,20 - 0,50 -
Kimia Organik
Zat Organik (KMnO4) Mg/lt 10 10
Ditergent Mg/lt 0,05 0,5
Mikrobiologi
Per 100
Koliform Tinja ml 0 -
Per 100
Total Koliform ml 0 10
Sumber : PDAM Kota Malang
7. Pengambilan Sample
a. Persyaratan alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;
mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya;
contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di
dalamnya;
mudah dan aman di bawa;
kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
CATATAN : Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai
untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.
24 | P a g e
Gambar 15. Contoh botol biasa secara langsung
botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu.
Gambar 16. Contoh alat pengambil air Bbotol biasa dengan pemberat
25 | P a g e
Gambar 17. Alat pengambil contoh air otomatis
d. Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4°C ± 2°C, digunakan untuk menyimpan contoh untuk
pengujian sifat fisika dan kimia.
f. Alat penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan saringan
yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm.
i. Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang mudah menguap (Volatile
Organic Compound, VOC)
Siapkan wadah contoh untuk senyawa organik yang mudah menguap, dengan langkah kerja
sebagai berikut:
cuci gelas vial, tutup dan septum dengan deterjen. Bilas dengan air biasa dan kemudian
bilas dengan air bebas analit;
bilas dengan metanol berkualitas analisis dan dikeringkan selama 1 jam;
keluarkan vial dan biarkan mendingin dalam posisi terbalik di atas lembaran aluminium
foil;
setelah vial dingin, putar tutup dan septum untuk menutup vial tersebut.
CATATAN : Untuk mencegah kontaminasi saat pencucian wadah contoh yang akan
digunakan untuk analisa organik, harus dihindari penggunaan sarung tangan plastik atau karet
dan sikat.
o. Volume contoh
Volume contoh yang diambil untuk keperluan pengujian di lapangan dan laboratorium
bergantung dari jenis pengujian yang diperlukan (lihat Lampiran B).
p. Tipe contoh
Beberapa tipe contoh air limbah:
contoh sesaat (grab sample);
contoh gabungan waktu (composite samples);
contoh gabungan tempat (integrated samples);
contoh gabungan waktu dan tempat.
28 | P a g e
Gambar 18. Contoh lokasi pengambilan contoh sebelum dan setelah IPAL
Air limbah industri dengan proses kontinyu berasal dari beberapa saluran pembuangan
Air limbah industri dengan proses batch berasal dari beberapa saluran pembuangan
Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air
siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;
bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung
sementara, kemudian homogenkan;
masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH
dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
30 | P a g e
hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan
seperti pada Lampiran B.
CATATAN Untuk contoh yang akan di uji kandungan senyawa organiknya dan logam,
hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan contoh air, tetapi digunakan wadah yang bersih
dan siap pakai.
31 | P a g e
bila terlihat gelembung dalam vial, contoh harus diganti dan ambil contoh yang baru.
CATATAN Contoh VOC biasanya dibuat dalam dua atau tiga buah contoh, tergantung
kebutuhan laboratorium; ulangi pengambilan contoh bila diperlukan.
Gambar 19. Alat pengambil contoh untuk parameter VOC Tipe Bailer
d) seluruh vial diberi label yang jelas, bila menggunakan vial bening bungkus dengan
aluminium foil dan simpan dalam tempat pendingin;
e) bila air limbah mengandung residual klorin tambahkan 80 mg Na2SO3 ke dalam 1 L
contoh;
f) contoh VOC karena sifatnya yang volatil, maka pengambila contoh dilakukan secara sesaat
(grab contoh), bukan komposit.
q. Penyaringan contoh
Bila analisis tidak dapat segera dilakukan, maka perlu dilakukan penyaringan di lapangan
untuk pemeriksaan parameter yang terlarut. Cara penyaringan dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) contoh yang akan disaring diambil sesuai keperluannya;
b) masukkan contoh tersebut ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi saringan yang
mempunyai ukuran pori 0,45 μm dan saring sampai selesai;
c) air saringan ditampung dalam wadah yang telah disiapkan sesuai keperluannya.
r. Pengawetan contoh
Pengawetan contoh dilakukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung dilakukan setelah
pengambilan contoh (lihat Lampiran B).
Pengendalian mutu
Untuk menjamin kelayakan pengambilan contoh maka kemampuan melacak seluruh kejadian
selama pelaksanaan pengambilan contoh harus dijamin. Kontrol akurasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara berikut ini:
Contoh split
a) Contoh terbelah diambil dari satu titik dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.
33 | P a g e
b) Contoh dicampur sehomogen mungkin serta dipisahkan ke dalam dua wadah yang telah
disiapkan.
c) Kedua contoh tersebut diawetkan dan mendapatkan perlakuan yang sama selama
perjalanan dan preparasi serta analisa laboratorium.
Contoh duplikat
a) Contoh diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.
b) Bila contoh kurang dari lima, contoh duplikat tidak diperlukan.
c) Bila contoh diambil 5 contoh sampai dengan 10 contoh, satu contoh duplikat harus
diambil.
d) Bila contoh diambil lebih dari 10 contoh, contoh duplikat adalah 10% per kelompok
e) parameter matrik yang diambil.
Contoh blanko
a) Blanko media
Digunakan untuk medeteksi kontaminasi pada media yang digunakan dalam pengambilan
contoh (peralatan pengambilan atau wadah).
Peralatan pengambilan, sedikitnya satu blanko peralatan harus tersedia untuk setiap
dua puluh) contoh per kelompok parameter untuk matrik yang sama.
Wadah, salah satu wadah yang akan digunakan diambil secara acak kemudian diisi
dengan media bebas analit dan dibawa ke lokasi pengambilan contoh. Blanko tersebut
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
b) Blanko perjalanan
Blanko digunakan apabila contoh yang diambil bersifat mudah menguap.
Sekurang-kurangnya satu blanko perjalanan disiapkan untuk setiap jenis contoh yang
mudah menguap.
Berupa media bebas analit yang disiapkan di laboratorium.
Blanko dibawa ke lokasi pengambilan, ditutup selama pengambilan contoh dan dibawa
kembali ke laboratorium.
34 | P a g e
LAMPIRAN A
(normatif)
Pelaporan
Catat pada lembar data jaminan mutu untuk setiap parameter yang diukur dan contoh yang diambil,
lembar data parameter yang diukur di lapangan harus memiliki informasi sekurang-kurangnya sebagai
berikut:
a) Identifikasi contoh.
b) Tanggal.
c) Waktu.
d) Nama Petugas Pengambil Contoh (PPC).
e) Nilai parameter yang diukur di lapangan.
f) Analisa yang diperlukan.
g) Jenis contoh (misalnya contoh, contoh split, duplikat atau blanko).
h) Komentar dan pengamatan.
35 | P a g e
LAMPIRAN B
(normatif)
Tabel pengawetan dan penyimpanan contoh air limbah
36 | P a g e
Tabel B.1 (Lanjutan)
37 | P a g e
Tabel B.1 (Lanjutan)
D.Latihan Soal
2. Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan atas beberapa cara, yaitu pressure filtration,
gravity filtration dan vacuum viltration, jelaskan perbedaannya!
Jawab
Pressure Filtration : Filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan.
Gravity Filtration : Filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya berat.
Vacum Filtration : Filtrasi dengan cairan yang mengalir karena prinsip hampa udara
(penghisapan).
E. Test Formatif
Jawab pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas.
1. Apa yang dimaksud dengan status mutu air dan bagaimana metode pengukurannya?
1. Jelaskan tahapan pengolahan air bersih !
2. Jelaskan pengolaha air sebagian dan pengolahan air lengkap, dimana letak
perbedaannya ?
38 | P a g e
3. Apa perbedaan flokulasi dan koagulasi?
4. Mengapa perlu diberikan bak equalisasi [ada pengolahan air limbah?
F. Daftar Pustaka
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010. Pedoman
Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air. Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Jakarta.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu
Air Limbah bagi Kawasan Industri
7. PP RI No. 82 Tahun 2001 Pasal 8 Ayat 1
8. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
III. Penutup
Modul I merupakan dasar-dasar yang harus dipahami peserta kuliah sebelum melanjutkan ke
modul II. Peserta kuliah diharapkan sudah menyelesaikan rangkaian test formatif yang tersedia
disetiap akhir sub pokok bahasan.
39 | P a g e