Anda di halaman 1dari 121

PENGUJIAN dan

PEMBAYARAN TAGIHAN

Pelatihan
Bendahara Pengeluaran

2020
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
Hak Cipta

©Pusdiklat Anggaran dan


Perbendaharaan

Dilarang memperjualbelikan modul ini dengan harga melebihi


biaya cetak

Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis


dari pemegang hak cipta untuk proses pembelajaran tanpa
mengambil keuntungan ekonomi
PELATIHAN BENDAHARA
PENGELUARAN

MODUL

Pengujian dan
Pembayaran Tagihan

Oleh:
Noor Cholis Madjid
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran dapat
diselesaikan dengan baik. Modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan
merupakan salah satu modul yang digunakan dalam Pelatihan Bendahara
Pengeluaran. Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang telah
membantu proses penyusunan modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim penyusunan perbaikan
modul sesuai dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Pusdiklat
Anggaran dan Perbendaharaan Nomor: KEP-261/PP.3/2019 tentang
Pembentukan Tim Penyusun Pelatihan Bendahara Pengeluaran Tahun
Anggaran 2020, terutama kepada Bapak Noor Cholis Madjid yang telah menulis
ulang dan memperbaiki modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan. Modul
Pengujian dan Pembayaran Tagihan berisi tentang bagaimana bendahara
pengeluaran melakukan pengujian dan pembayaran terhadap tagihan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan telah diseminarkan


sebagaimana ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, kami nyatakan bahwa
modul Pengujian dan Pembayaran Tagihan telah sah dan layak digunakan pada
Pelatihan Bendahara Pengeluaran.

Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada
semua pihak kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan
saran guna perbaikan modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,

Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN ii


Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. .vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ............................................................. viii
PETA KONSEP .................................................................................................ix
PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat ................................................................................................. 2


Prasyarat Kompetensi ......................................................................................... 2
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ....................................... 3
Relevansi Modul .................................................................................................. 3

KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP PENGUJIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN
Lingkup Bahasan Pengujian dan Pembayaran Tagihan.................................. 5
Konsep Pengujian atas Tagihan Terhadap APBN ........................................10
Latihan .........................................................................................................14
Rangkuman ..................................................................................................15

KEGIATAN BELAJAR 2
PENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN KLASIFIKASI ANGGARAN

Lingkup Bahasa Pengujian dan Pembayaran Tagihan................................. 25


Pengujian Akun Belanja (Mata Anggaran Pengeluaran Akun 6 Digit) ...........72
Latihan .........................................................................................................76
Rangkuman ..................................................................................................52

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN iii


KEGIATAN BELAJAR 3
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA NEGARA
Pengujian Tagihan Berdasarkan Mekanisme Pembayaran ...........................63
Pengujian Kelengkapan Dokumen Tagihan Kepada Negara ........................72
Latihan .........................................................................................................76
Rangkuman ..................................................................................................77

KEGIATAN BELAJAR 4
PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI BELANJA NON
PEGAWAI
Pengujian Pembayaran Belanja Barang Dengan
Mekanisme Uang Persediaan (UP)...............................................................86
Pengujian Belanja Modal Yang Dibayar Dengan
Mekanisme Uang Persediaan ..................................................................... 100
Pengujian Belanja Lain-Lain ....................................................................... 101
Tanda Bukti Perjanjian................................................................................ 102
Latihan ...................................................................................................... 112
Rangkuman ............................................................................................... 113

KEGIATAN BELAJAR 5
PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN
BELANJA PNBP DAN BLU

Pembayaran Pencairan Dana Bersumber PNBP ........................................ 123


Mekanisme Pencairan PNBP dan Formulir-Formulir Terkait Pembayaran
PNBP ......................................................................................................... 125
Pengujian Tagihan Badan Layanan Umum................................................. 127
Latihan ....................................................................................................... 130
Rangkuman ................................................................................................ 131

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN iv


KEGIATAN BELAJAR 6
PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN PHLN
Tata Cara Pencairan Pinjaman Luar Negeri ..............................................139
Prosedur Penarikan Pinjaman Melalui Rekening Khusus
dan Replenishment.................................................................................... 142
Pengujian Dokumen oleh Bendahara ........................................................ 144
Latihan ...................................................................................................... 147
Rangkuman ............................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 174

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN v


Daftar Gambar

Gambar 3.1 Mekanisme Pembayaran Secara Konvensional .............................66

Gambar 3.2 Mekanisme Pembayaran dengan Internet Banking ........................68

Gambar 3.3 Mekanisme Penarikan Uang Tunai dengan Kartu Debit .................68

Gambar 3.4 Mekanisme Pendebitan Rekening dengan Kartu Debit ..................69

Gambar 4.1 Format dan Tata Cara Penulisan Kuitansi .................................... 103

Gambar 4.2 Format Surat Perintah Bayar (SPBy)............................................ 109

Gambar 5.1 Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan Dana (MP) ...... 126

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN vi


Daftar Tabel

Tabel 2.1 Tabel Kode Akun Mata Anggaran Pengeluaran Yang Umumnya
Terdapat Pada Satuan Kerja..............................................................39

Tabel 3.1 Ilustrasi Perbedaan Mekanisme Pembayaran Metode UP dan LS .....71

Tabel 4.1 Kodifikasi Belanja Barang ..................................................................86

Tabel 4.2 Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas Kota
(Dalam Kota Lebih 8 Jam) .................................................................................96

Tabel 4.3 Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota Kurang

8 Jam ................................................................................................96

Tabel 4.4 Pengujian terkait dengan Pelaksanaan Perjalanan Dinas ..................97

Tabel 4.5 Pengujian terkait Penghasilan PPNPN ...............................................99

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN vii


Petunjuk Penggunaan Modul
Agar setelah mengikuti diklat ini para peserta memperoleh pemahaman
yang komprehensif pada mata pelajaran Pembukuan dan Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran, maka disarankan agar:

1. Membaca peta konsep


Peta konsep menggambarkan langka-langkah mencapai tujuan yang
ingin dicapai setelah mempelajari modul. Pemahaman atas peta konsep
akan menuntun peserta untuk memahami keseluruhan isi modul.
2. Membaca materi
Mempelajari materi sebelum proses pembelajaran akan
mempermudah menerima materi di kelas.
3. Aktif dalam proses pembelajaran di kelas
Ikuti proses pembelajaran di kelas secara aktif, mintalah penjelasan
kepada widyaiswara jika ada hal-hal yang belum dimengerti.
4. Mengerjakan latihan yang ada pada setiap bab
Untuk menguji tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul,
cobalah berlatih mengerjakan latihan yang telah tersedia di setiap bab.
5. Kepada pengajar agar mempedomani GBPP dan SAP serta senantiasa
memotivasi peserta agar tetap semangat mengerjakan tugas dan latihan
Widyaiswara/pengajar dapat memberikan bimbingan dan motivasi
serta pengalaman praktik dalam pekerjaan sehari-hari dalam mempelajari
materi ini.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN viii


Peta Konsep

1.Konsep Dasar
Pengujian
Tagihan Atas
Beban Apbn

6. Pengujian
2. Pengujian
Dokumen
Terhadap
Persyaratan
Ketepatan
Pembayaran
Klasifikasi
Pinjaman Luar
Anggaran
Negeri

Pengujian
Dan
Pembayaran
Tagihan
5. Pengujian
Dokumen
Persyaratan
3. Pengujian
Administrasi
Atas Tagihan
Pembayaran
Belanja Pnbp
Dan Blu
4. Pengujian
Dokumen
Persyaratan
Administrasi
Belanja Non
Pegawai

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN ix


PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
D. Relevansi Modul
A. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini membahas dan menguraikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pengujian dan pembayaran tagihan atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pada kantor/satuan kerja instansi
pemerintah. Mata pelajaran ini diberikan kepada peserta Diklat Bendahara
Pengeluaran APBN, dengan maksud agar peserta diklat mampu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan tugas
yang menjadi kewenangan dan kewajiban Bendahara dalam pelaksanaan
dan pengelolaan dana APBN.
Mekanisme pengujian dan pembayaran tagihan dalam pengelolaan
keuangan negara, antara lain meliputi pengujian dan pemeriksaan terkait
kesesuaian dokumen anggaran, ketersediaan dana, ketepatan
pembebanan akun, kuitansi, pemeriksaan serah terima barang/jasa,
pemeriksaan daftar gaji, pemeriksaan daftar gaji lainnya, penyiapan SPP
GUP, penyiapan SPP gaji, penyiapan SPP gaji lainnya dan pengawasan
pagu anggaran.
Salah satu tugas Bendahara Pengeluaran adalah menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD. Bendahara
Pengeluaran melakukan Pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah:
1. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
2. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
3. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

B. Prasyarat Kompetensi
Untuk dapat memahami modul ini dengan optimal, peserta diklat
harus sudah memahami konsep sistem penerimaan dan pengeluaran
Negara serta perpajakan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 2


C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Secara ringkas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh Bendahara terkait dengan pengujian dan pembayaran tagihan
atas beban APBN, yaitu:
1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep pengujian dan pelaksanaan pembayaran tagihan
atas beban APBN yang dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran.
2. Kompetensi Dasar:
a. menjelaskan dasar hukum dan ruang lingkup pengujian tagihan
dan pembayaran tagihan;
b. menjelaskan landasan hukum pengujian tagihan;
c. menguasai tata cara pengujian tagihan belanja melalui
mekanisme uang persediaan;
d. mengidentifikasi dokumen-dokumen terkait pembayaran tagihan;
e. mengidentifikasi akun belanja pegawai dan belanja non pegawai;
f. mengidentifikasi kebenaran bukti pembelian/kuiitansi;
g. mengidentifikasi kelengkapan dokumen pembayaran melalui
mekanisme UP atau LS Bendahara;
h. menguasai tata cara pengujian tagihan terkait ketepatan
klasifikasi anggaran;
i. melaksanakan pengujian tagihan belanja negara;
j. menguasai tata cara pengujian pembayaran belanja pegawai ;
k. melaksanakan pengujian belanja non pegawai;
l. melaksanakan pengujian dokumen persyaratan administrasi
belanja non pegawai;
m. melaksanakan pengujian belanja bersumber PNBP;
n. melaksanakan pengujian belanja bersumber PHLN.

D. Relevansi Modul
Modul ini bermanfaat bagi peserta untuk memahami konsep
pengujian dan pembayaran tagihan dalam menjalankan tugas Bendahara
Pengeluaran.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 3


KEGIATAN BELAJAR 1

KONSEP PENGUJIAN TAGIHAN


ATAS BEBAN APBN

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan lingkup bahasan pengujian dan
pembayaran tagihan
B. Menjelaskan konsep pengujian atas tagihan terhadap
APBN
Uraian dan Contoh

A. Lingkup Bahasan Pengujian dan Pembayaran Tagihan


1. Landasan Pelaksanaan Pengujian Tagihan Atas Beban
APBN

Lingkup pengujian tagihan atas beban APBN tercantum dalam


UU Keuangan Negara. UU No.1 tahun 2004 merupakan landasan
utama terkait dengan pengujian dan pembayaran tagihan karena
pada hakekatnya pelaksanaan pengujian dan pembayaran tagihan
atas beban APBN adalah ranah Perbendaharaan Negara. Dalam UU
No. 1 Tahun 2004 aturan terkait pengujian dan pembayaran atas
beban APBN termuat di dalam bagian keempat tentang Pelaksanaan
Anggaran Belanja. Dalam bagian ini disebutkan antara lain:

Pasal 18
1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk
menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah
disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan atas
beban APBN/APBD.
2) Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pada ayat (1),
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang:
a) Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai
hak pihak penagih;
b) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
c) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
d) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata
anggaran pengeluaran yang bersangkutan;
e) Memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 5


Pasal 21
1) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan
sebelum barang dan/atau jasa diterima.
2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat
diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
3) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari
uang persediaan yang dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila
persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.
5) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi
atas pembayaran yang dilaksanakannya.
6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

Selain aturan perundang-undangan dalam pelaksanaan


pengujian dan pembayaran tagihan Bendahara juga harus
mempedomani peraturan terkait pelaksanaan dari UU tersebut antara
lain:
a) Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2018;
b) Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 6


c) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178
/PMK.05/2018 tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;
d) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan Tanggung
Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola APBN;
e) Peraturan Menteri Keuangan No. 214 /PMK.05/2013 tentang
BAS sebagaimana dirinci lebih lanjut dengan Keputusan
Dirjen Perbendaharaan No. KEP-211/PB/2018 tentang
Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar serta
Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. KEP 531/PB/2018
tentang Pemutakhiran Kodefikasi Segemen Akun Pada
Bagan Akun Standar;
f) Peraturan-peraturan lain yang terkait seperti: Standar Biaya,
Penyusunan RKA KL, DIPA dll.

Berdasarkan UU No. 1/2004 pelaksanaan pengujian dan


pembayaran tagihan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaku Pengujian dan Pembayaran Tagihan. Pelaku dalam
proses pengujian dan pembayaran tagihan atas belanja Negara
melibatkan para pejabat perbendaharaan seperti: PA/KPA,
Bendahara Umum Negara, Bendahara, Pejabat Pembuat
Komitmen, Pejabat Penguji dan Penerbit SPM;
2) Dokumen dasar pengujian. Dokumen terkait dengan pengujian
adalah semua dokumen yang harus dilengkapi selama prosedur
pembayaran tagihan seperti: DIPA, POK, Kontrak, Kuitansi, Bukti
Pembelian/Pembayaran, SPK, Berita Acara Pembayaran, Berita
Acara Serah Terima Barang dll;
3) Materi atau obyek pengujian dan pembayaran tagihan. Obyek
penelitian pada prinsipnya adalah untuk memastikan dana yang
dikeluarkan dari kas Negara mencapai sasaran. Setiap Rupiah
yang keluar dari APBN harus dapat dipertanggungjawabkan baik

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 7


secara formal maupun material. Dengan kata lain prinsip
akuntabilitas berorientasi pada hasil benar-benar dapat tercapai
dalam pelaksanaan belanja negara;
4) Sistem atau tata cara pengujian dan pembayaran tagihan. Hal ini
terkait dengan mekanisme penyaluran dana APBN. Bagaimana
prosedur APBN keluar dari Kas Negara sampai pada akhirnya
sampai pada pihak ketiga atau yang berhak untuk menerima
pembayaran.

2. Peran Bendahara dalam Pengujian dan Pembayaran


Tagihan

Berdasarkan PP 45 Tahun 2013 dan PP 50 Tahun 2018


tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan PMK 190/PMK.05/2012 sebagaimana telah diubah
dengan PMK No. 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK No.
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka
Pelaksanaan APBN. Pejabat Perbendaharaan memiliki kewenangan
dan kewajiban untuk memastikan bahwa belanja yang bersumber dari
APBN telah dilaksanakan dengan benar baik secara substantif
maupun administratif.

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk


menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan anggaran belanja
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja
Kementerian Negara/Lembaga. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004
seharusnya Bendahara adalah merupakan jabatan fungsional
sehingga dengan posisi tersebut Bendahara lebih mempunyai
kewenangan untuk melakukan check and balance.

Berdasarkan PP 50 Tahun 2018 tentang Perubahan atas


Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan PMK
190/PMK.05/2012 sebagaimana telah diubah dengan PMK No.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 8


178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK No.
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka
Pelaksanaan APBN. Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara
Pengeluaran meliputi:
a. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
d. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya;
e. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara
ke kas negara;
f. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP;
g. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada badan
pemeriksa keuangan dan KPPN selaku kuasa BUN.

Pengujian yang dilaksanakan oleh Bendahara atas perintah


pembayaran dari Pejabat Pembuat Komitmen meliputi:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
PPK;
2) Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:
a) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b) Nilai tagihan yang harus dibayar;
c) Jadwal waktu pembayaran.
3) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
4) Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan
spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian
/kontrak;
5) Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 9


Contoh

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan diminta untuk


membayar tagihan belanja barang berupa pembelian alat tulis kantor.
KPA/PPK memutuskan pembayaran dilaksanakan dengan
mekanisme Uang Persediaan. Terhadap tagihan tersebut karena
pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan maka pembayaran
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran. Sebelum melakukan
pembayaran atas tagihan tersebut Bendahara Pengeluaran harus
melakukan pengujian terkait dengan: memastikan tagihan tersebut
dapat dibayarkan melalui mekanisme Uang Persediaan, Terdapat
Anggaran untuk pembayaran tagihan tersebut, dokumen-dokumen
persyaratan pembayaran (mis: kuitansi, SPK) telah lengkap dan
benar, persyaratan perpajakan dipenuhi, dan penggunaan akun telah
tepat.

B. Konsep Pengujian atas Tagihan Terhadap APBN


Pengujian tagihan pada prinsipnya bertujuan untuk memastikan
tagihan yang dibayarkan atas beban APBN adalah benar dan telah sesuai
dengan prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan negara baik secara
substansif maupun formal. Secara substansif pembayaran tagihan sesuai
dan sejalan dengan paradigma dan prinsip pengelolaan keuangan negara,
secara formal pengujian sesuai dengan aturan formal yang berlaku.

1. Paradigma dan Prinsip Pengelolaan Keuangan

Paradigma dan Prinsip Pengelolaan Keuangan negara


merupakan ruh dari pelaksanaan APBN sehingga harus menjadi
dasar pelaksanaan pengujian terhadap tagihan terhadap negara.

Paradigma baru dalam paket Undang-Undang Keuangan


Negara memberikan dasar pemikiran baru dalam pengelolaan
Keuangan negara. Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan
negara tersebut adalah:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 10


a. Perubahan mendasar dalam konsep pengelolaan dalam unit
organisasi pengelola keuangan yaitu dari financial administration
menjadi financial management;
b. Semangat yang melandasi pengelolaan keuangan negara adalah
let the managers manage; dan
c. Adalah konsep pengendalian keuangan negara yaitu check and
balance mechanism.

Dengan dilaksanakannya reformasi di bidang keuangan


negara, maka para pengelola keuangan negara termasuk Bendahara
Pengeluaran harus memahami prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
negara yang baik. Penerapan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
ini harus diterapkan untuk mewujudkan terciptanya good governance
and clean government.

Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baru sebagai


cerminan Kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam
pengelolaan keuangan negara adalah:
a. Akuntabilitas berorientasi pada hasil;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterbukaan/transparansi;
e. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri;
f. tahunan (berkala);
g. universalitas;
h. kesatuan;
i. spesialitas.

Dengan penerapan prinsip-prinsip tersebut diharapkan


pengelolaan APBN dapat dilaksanakan secara baik untuk mendukung
tercapainya good governance and clean government.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 11


2. Prinsip Pengujian Tagihan

Terhadap tagihan kepada Negara semua pihak terkait harus


melakukan pengujian terhadap tagihan kepada Negara. Secara umum
pengujian tersebut meliputi tiga hal pokok yaitu:
a. Pengujian Terhadap Kesesuaian Tagihan dengan UU atau
pengujian (Wetmatigheid)
Pengujian Wetmatigheid dilakukan untuk mencari tahu
terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah tagihan atas beban
anggaran belanja negara itu sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku atau tidak, dan apakah dana yang
digunakan untuk membayar tagihan atas beban anggaran belanja
negara itu tersedia dalam DIPA atau tidak.

b. Pengujian Pengujian Terhadap Kesesuaian Tagihan dengan


aturan pelaksanaan UU atau pengujian (Rechmatigheid)
Pengujian Rechmatigheid dilakukan untuk mencari tahu
terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah para pihak yang
mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja negara itu
secara formal adalah sah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Untuk keperluan pengujian Rechmatigheid ini, maka kepada para
pihak penagih diminta untuk menunjukkan adanya surat-surat
bukti, sehingga tagihan dapat dipertanggungjawabkan. Surat-surat
bukti ini antara lain meliputi Surat Perintah Kerja, Surat
Perjanjian/Kontrak, Kuitansi, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
dan lain sebagainya.

c. Pengujian Terhadap Kesesuaian Tagihan dengan


output/materi/hasil atau pengujian (Doelmatigheid)
Pengujian Doelmatigheid dilakukan untuk mencari tahu
terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah maksud/tujuan
(output) dari suatu pekerjaan sebagai pelaksanaan kegiatan/sub
kegiatan itu sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan
indikator keluaran sub kegiatan yang tertuang dalam DIPA atau
tidak. Sebagai contoh, apabila ada pekerjaan pengadaan
barang/jasa, maka hasil pengadaan berupa sejumlah (satuan)

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 12


barang/jasa memang nyata-nyata ada sesuai dengan spesifikasi
yang diminta dalam SPK/Kontrak. Termasuk juga pengujian
adanya pemborosan atau tidak, sebagai contoh untuk perjalanan
dinas yang tidak terlalu prioritas, dan atau pembelian/penggantian
ban kendaraan yang masih bagus dan layak pakai.

Contoh

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan membayar tagihan


belanja barang berupa pembelian alat tulis kantor. KPA/PPK
memutuskan pembayaran dilaksanakan dengan mekanisme Uang
Persediaan. Karena pembayaran dengan mekanisme Uang
Persediaan maka pembayaran dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran. Terhadap pembayaran tagihan tersebut harus
dipastikan bahwa pembayaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan negara seperti:
a. Akuntabilitas berorientasi pada hasil: Terdapat kesesuaian antara
bukti fisik dan bukti administratif atas pembayaran transaksi
tersebut;
b. Profesional: Belanja tersebut dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
c. Proporsional: Belanja tersebut sesuai dengan tusi Pusdiklat, dan
dilaksanakan oleh masing-masing pejabat sesuai dengan tusinya;
d. Transparan: Pengadaan dilakukan dengan cara terbuka dan jelas
pertanggungjawabannya;
e. Tahunan: Dilaksanakan pada tahun anggaran sesuai ketersediaan
dana dalam DIPA;
f. Wetmatigheid: Anggaran tersedia dalam DIPA/POK;
g. Rechmatigheid: Pembayaran dilakukan kepada yang berhak;
h. Doelmatigheid: Barang yang dibeli sesuai pesanan dan sesuai
dengan pembayaran.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 13


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 1 tentang Konsep


Pengujian Tagihan atas Beban APBN maka kepada peserta diminta untuk
mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan
menemukan hambatan, peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait
dengan latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut atau menghubungi
widyaiswara.

1. Sebutkan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembayaran atas


beban APBN, dan bagaimana proses pembayaran kepada yang berhak itu
dilaksanakan!
2. Jelaskan paradigma dalam pengelolaan keuangan negara!
3. Jelaskan prinsip-prinsip baru pengelolaan keuangan negara!
4. Jelaskan yang dimaksud pengujian Rechmatigheid!
5. Jelaskan yang dimaksud pengujian Rechmatigheid!
6. Jelaskan pula yang dimaksud dengan pengujian Doelmatigheid!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 14


Rangkuman
1. Landasan Pelaksanaan Pengujian Tagihan Atas Beban APBN
a. Lingkup pengujian tagihan atas beban APBN tecantum dalam UU
Keuangan Negara. UU No.1 tahun 2004 merupakan landasan utama
terkait dengan pengujian dan pembayaran tagihan karena pada
hakekatnya pelaksanaan pengujian dan pembayaran tagihan atas
beban APBN adalah ranah Perbendaharaan Negara. Dalam UU No. 1
Tahun 2004 aturan terkait pengujian dan pembayaran atas beban
APBN termuat di dalam Bagian Keempat tentang Pelaksanaan
Anggaran Belanja dalam pasal 18, pasal 21.
b. Berdasarkan UU No. 1/2004 pelaksanaan pengujian dan
pembayaran tagihan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaku pengujian dan pembayaran tagihan.
2) Dokumen dasar pengujian.
3) Materi atau obyek pengujian dan pembayaran tagihan.
4) Sistem atau tata cara pengujian dan pembayaran tagihan.

2. Peran Bendahara Dalam Pengujian Dan Pembayaran Tagihan


a. Berdasarkan PP 45 Tahun 2013 dan PP 50 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan PMK 190/PMK.05/2012 sebagaimana telah diubah dengan PMK
No. 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK No.
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka
Pelaksanaan APBN. Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara
Pengeluaran meliputi:
1) menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
2) melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah
PPK;
3) menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 15


4) melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya;
5) menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada
negara ke kas negara;
6) mengelola rekening tempat penyimpanan UP;
7) menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada
Badan Pemeriksa Keuangan dan KPPN selaku kuasa BUN.
b. Pengujian yang dilaksanakan oleh Bendahara atas perintah
pembayaran dari Pejabat Pembuat Komitmen meliputi:
1) meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
PPK;
2) pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:
a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b) nilai tagihan yang harus dibayar;
c) jadwal waktu pembayaran.
3) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
4) pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi
teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan
spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian/kontrak;
5) pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
c. Pengujian tagihan pada prinsipnya bertujuan untuk memastikan
tagihan yang dibayarkan atas beban APBN adalah benar dan telah
sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan Keuangan negara baik
secara substansif maupun formal. Secara substansif pembayaran
tagihan sesuai dan sejalan dengan paradigma dan prinsip
pengelolaan keuangan negara, secara formal pengujian sesuai
dengan aturan formal yang berlaku.
d. Dengan penerapan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pengelolaan
APBN dapat dilaksanakan secara baik untuk mendukung tercapainya
good governance and clean government.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 16


e. Terhadap tagihan kepada Negara semua pihak terkait harus
melakukan pengujian terhadap tagihan kepada Negara. Secara umum
pengujian tersebut meliputi tiga hal pokok yaitu:
1) pengujian terhadap kesesuaian tagihan dengan UU atau
pengujian (Wetmatigheid);
2) pengujian pengujian terhadap kesesuaian tagihan dengan aturan
pelaksanaan UU atau pengujian (Rechmatigheid); dan
3) pengujian terhadap kesesuaian tagihan dengan
output/materi/hasil atau pengujian (Doelmatigheid).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 17


KEGIATAN BELAJAR 2

PENGUJIAN TERHADAP
KETEPATAN KLASIFIKASI
ANGGARAN

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan lingkup bahasa pengujian klasifikasi
anggaran dan pembayaran tagihan
B. Melaksanakan pengujian akun belanja
Uraian dan Contoh
Dalam melaksanakan pembayaran, Bendahara harus memperhatikan
apakah tagihan yang dimintakan sesuai dengan klasifikasi anggaran atau akun
yang ada, apakah dana dalam akun tersebut masih tersedia dan apakah akun
tersebut boleh dibayarkan oleh Bendahara. Pembayaran dengan mekanisme
Uang Persediaan dapat diberikan dalam batas-batas jenis belanja sebagai
berikut.
1. Belanja Barang (Akun Belanja: 52).

2. Belanja Modal (Akun Belanja: 53).

3. Belanja Lain-lain (Akun Belanja: 58).


4. Di luar ketentuan pada butir di atas, dapat diberikan pengecualian oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk DIPA Pusat dan untuk DIPA
Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah. Sedangkan DIPA yang
ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil
Ditjen Perbendaharaan setempat.

A. Lingkup Bahasan Pengujian dan Pembayaran Tagihan


Dalam praktik pelaksanaan anggaran alokasi anggaran
dikelompokkan ke dalam berbagai jenis klasifikasi Anggaran. Penggunaan
klasifikasi anggaran ini dipergunakan agar tertib administrasi, memudahkan
menelusri anggaran, memudahkan penyusunan laporan dan
pertanggungjawaban serta menghindari terjadinya duplikasi anggaran.
Dalam praktiknya klasifikasi (pengelompokkan) anggaran terdiri dari:

1. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi


Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun
berdasarkan susunan kementerian negara/lembaga sebagai
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Klasifikasi ini tidak
bersifat permanen dan akan disesuaikan dengan susunan
kementerian negara/lembaga pemerintah pusat yang ada. Klasifikasi
menurut organisasi ini terinci di dalam Bagian Anggaran, Eselon I dan
Satuan Kerja.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 25


2. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional. Klasifikasi belanja berdasarkan fungsi diatur
dalam penjelasan pasal 11 ayat (5) UU 17 tahun 2003, terdiri dari 11
fungsi utama yaitu: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan
perlindungan sosial. Penjelasan atas fungsi-fungsi tersebut
selanjutnya mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 102/PMK.02/2018 tentang Klasifikasi Anggaran.

3. Klasifikasi Berdasarkan Sub Fungsi


Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Dari
11 (sebelas) fungsi utama dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan)
sub fungsi. Klasifikasi belanja berdasarkan subfungsi mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
102/PMK.02/2018 tentang Klasifikasi Anggaran. Penggunaan Fungsi
dan Sub Fungsi disesuaikan dengan tugas masing-masing
kementerian negara/lembaga/SKPD. Klasifikasi Fungsi dan Sub
Fungsi sebagai berikut:

Kode Fungsi dan Subfungsi


01 PELAYANAN UMUM
LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN
01.01
DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI
01.02 BANTUAN LUAR NEGERI
01.03 PELAYAN UMUM
01.04 PENELITIAN DASAR DAN PENGEMBANGAN IPTEK
01.05 PINJAMAN PEMERINTAH
01.06 PEMBANGUNAN DAERAH
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
01.07
UMUM PEMERINTAHAN
01.90 PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA

02 PERTAHANAN
02.01 PERTAHANAN NEGARA

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 26


Kode Fungsi dan Subfungsi
02.02 DUKUNGAN PERTAHANAN
02.03 BANTUAN MILITER LUAR NEGERI
02.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTAHANAN
02.90 PERTAHANAN LAINNYA

03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN


03.01 KEPOLISIAN
03.02 PENANGGULANGAN BENCANA
03.03 PEMBINAAN HUKUM
03.04 PERADILAN
03.05 LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETERTIBAN,
03.06
KEAMANAN DAN HUKUM
03.90 KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM LAINNYA

04 EKONOMI
PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA,
04.01
KOPERASI, DAN UKM
04.02 TENAGA KERJA
PERTANIAN, KEHUTANAN, PERIKANAN DAN
04.03
KELAUTAN
04.04 PENGAIRAN
04.05 BAHAN BAKAR DAN ENERGI
04.06 PERTAMBANGAN
04.07 INDUSTRI DAN KONSTRUKSI
04.08 TRANSPORTASI
04.09 TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
04.10 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
04.90 EKONOMI LAINNYA

05 LINGKUNGAN HIDUP
05.01 MANAJEMEN LIMBAH
05.02 MANAJEMEN AIR LIMBAH
05.03 PENANGGULANGAN POLUSI
05.04 KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
05.05 TATA RUANG DAN PERTANAHAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN
05.06
LINGKUNGAN HIDUP
05.90 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 27


Kode Fungsi dan Subfungsi

06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM


06.01 PENGEMBANGAN PERUMAHAN
06.02 PEMBERDAYAAN KOMUNITAS PEMUKIMAN
06.03 PENYEDIAAN AIR MINUM
06.04 PENERANGAN JALAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
06.05
PEMUKIMAN
06.90 PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN LAINNYA

07 KESEHATAN
07.01 OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
07.02 PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
07.03 PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
07.04 KELUARGA BERENCANA
07.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
07.90 KESEHATAN LAINNYA

08 PARIWISATA DAN BUDAYA


08.01 PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA
08.02 PEMBINAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
08.03 PEMBINAAN PENERBITAN DAN PENYIARAN
LITBANG PARIWISATA, BUDAYA, KEPEMUDAAN DAN
08.04
OLAHRAGA
08.90 PARIWISATA DAN BUDAYA LAINNYA

09 AGAMA
09.01 PENINGKATAN KEHIDUPAN BERAGAMA
09.02 KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA
09.03 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA
09.90 PELAYANAN KEAGAMAAN LAINNYA

10 PENDIDIKAN
10.01 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
10.02 PENDIDIKAN DASAR
10.03 PENDIDIKAN MENENGAH
10.04 PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
10.05 PENDIDIKAN KEDINASAN
10.06 PENDIDIKAN TINGGI

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 28


Kode Fungsi dan Subfungsi
10.07 PELAYANAN BANTUAN TERHADAP PENDIDIKAN
10.08 PENDIDIKAN KEAGAMAAN
10.09 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
10.90 PENDIDIKAN LAINNYA

11 PERLINDUNGAN SOSIAL
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN ORANG SAKIT DAN
11.01
CACAT
11.02 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN LANSIA
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL KELUARGA
11.03 PAHLAWAN, PERINTIS
KEMERDEKAAN DAN PEJUANG
PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL ANAK-
11.04
ANAK DAN KELUARGA
11.05 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
11.06 PENYULUHAN DAN BIMBINGAN SOSIAL
11.07 BANTUAN PERUMAHAN
11.08 BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN
11.09
SOSIAL
11.90 PERLINDUNGAN SOSIAL LAINNYA
4. Klasifikasi Berdasarkan Program
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian
negara/lembaga dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa
kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi kementerian
negara/lembaga. Rumusan program harus jelas menunjukkan
keterkaitan dengan kebijakan yang mendasarinya dan memiliki
sasaran kinerja yang jelas dan terukur untuk mendukung upaya
pencapaian tujuan kebijakan yang bersangkutan.

5. Klasifikasi Berdasarkan Kegiatan


Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh
satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengesahan sumber daya baik yang berupa sumber daya
manusia, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 29


kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.

6. Penggunaan Akun (Akun Operasional)


a. Klasifikasi Pendapatan
1) Penerimaan Perpajakan
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang
bersumber dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang
bersumber dari penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam penerimaan pajak yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
3) Hibah
Penerimaan yang diterima pemerintah baik berupa uang
maupun barang modal yang sumbernya berasal dari dalam
dan luar negeri atau dari hibah lainnya.

b. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Belanja (Klasifikasi Ekonomi)


Secara rinci klasifikasi berdasarkan jenis belanja sebagai berikut :
1) Belanja Penyelenggaraan Pemerintah Pusat
a) Belanja Pegawai (51)
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap
pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus
dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun
luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri
Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 30


b) Belanja Barang (52)
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan
jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.
Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja
pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas. Dalam
praktiknya didalam pelaksanaan anggaran dikenal istilah
belanja barang operasional dan belanja barang non
operasional. Yang dimaksud dengan belanja barang
operasional adalah belanja yang meliputi:

 Keperluan sehari-hari perkantoran;


 Pengadaan/penggantian inventaris kantor yang
nilainya dibawah kapitalisasi;
 Pengadaan bahan makanan;
 Penambah daya tahan tubuh;
 Belanja barang lainnya yang secara langsung
menunjang operasional Kementerian Negara
/Lembaga;
 Pengadaan pakaian seragam dinas;
 Honorarium yang terkait dengan operasional satker.

Adapun yang dimaksud dengan belanja non operasional


adalah: Pengeluaran yang digunakan untuk membiayai
kegiatan non-operasional dalam rangka pelaksanaan suatu
kegiatan satker. Pengeluaran-pengeluaran yang termasuk
dalam kriteria ini, antara lain:

 Belanja Bahan;
 Belanja Barang transito;
 Vakasi, adalah penyediaan dana untuk imbalan bagi
penguji atau pemeriksa kertas/jawaban Ujian.
Pengeluaran ini dibebankan pada belanja barang non-

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 31


operasional dan merupakan input dari output
berkenaan. Alokasi anggarannya merupakan batas
tertinggi dalam satu tahun anggaran.
 Honor yang terkait dengan output; Penggunaan Akun
Honor Yang Terkait dengan output Kegiatan dimaksud
harus benar-benar selektif dan dapat dialokasikan
untuk kegiatan sepanjang:
o pelaksanaannya memerlukan pembentukan
panitia/tim/kelompok kerja;
o mempunyai output jelas dan terukur;
o sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan
satker/organisasi lain;
o sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu
diprioritaskan atau diluar jam kerja;
o merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu
kepada PNS disamping tugas pokoknya sehari-
hari;
o bukan operasional yang dapat diselesaikan secara
internal satker.
 Belanja barang lainnya yang secara langsung
menunjang kegiatan non-operasional.
 Belanja Jasa
Pengeluaran-pengeluaran untuk langganan daya dan
jasa (listrik, telepon, gas, dan air), jasa pos dan giro,
jasa konsultan, sewa, jasa profesi dan jasa lainnya.
 Belanja Pemeliharaan
Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang
dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau
aset tetap lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi
normal yang nilainya tidak memenuhi nilai kapitalisasi
sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Belanja Pemeliharaan
meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan
gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 32


bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana
gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan
lain-lain sarana yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintahan. Pengeluaran-
pengeluaran untuk pemeliharaan gedung kantor,
rumah dinas/jabatan, kendaraan bermotor, dan lain-lain
yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan termasuk perbaikan peralatan dan
sarana gedung (sesuai standar biaya umum), yang
nilainya dibawah kapitalisasi.
 Belanja Perjalanan Dinas
Pengeluaran-pengeluaran untuk perjalanan dinas.
Belanja perjalanan terdiri dari Belanja Perjalanan
Biasa, Belanja Perjalanan Tetap dan Belanja
Perjalanan Lainnya. Pengalokasian anggaran di
dokumen penganggaran untuk keperluan Belanja
Perjalanan, besarannya mengikuti ketentuan

c) Belanja Modal (53)


Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-
hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.

d) Belanja Pembayaran Bunga Utang (54)


Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga
(interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan
pokok utang (principal outstanding) baik utang dalam
maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi
pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 33


e) Belanja Subsidi (55)
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan
pemerintah kepada perusahaan negara, lembaga
pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi,
menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa
untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga
jualnya dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain
digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat
melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

f) Belanja Hibah (56)


Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk
uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat
serta tidak terus menerus kepada pemerintahan negara
lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan serta organisasi internasional.

g) Belanja Bantuan Sosial (57)


Transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan
kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan
keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/barang
atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus
menerus dan selektif.

h) Belanja Lain-lain (58)

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 34


Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat
pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-
pos pengeluaran diatas. Pengeluaran ini bersifat tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.

Dalam Penyusunan RKA-K/L dan RDP BUN penggunaan Jenis belanja


yang menjadi kewenangan Kementerian/Lembaga atau BUN, yang terdiri atas:

a. Jenis belanja pada Kementerian/Lembaga berupa:


i. belanja pegawai;
ii. belanja barang dan jasa;
iii. belanja modal; dan
iv. bantuan sosial.
b. Jenis belanja pada Bagian Anggaran BUN (Pemerintah Pusat) berupa:
i. belanja pegawai;
ii. belanja barang dan jasa;
iii. belanja pembayaran kewajiban utang;
iv. belanja subsidi;
v. belanja hibah;
vi. belanja bantuan sosial; dan
vii. belanjaa lain -lain.
2) Transfer Ke Daerah
a) Dana Bagi Hasil (61)
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah
berupa dana bagi hasil Pajak, Sumber Daya Alam dan
Dana Bagi Hasil Cukai.

b) Dana Alokasi Umum (62)


Pengeluaran/alokasi anggaran untuk Pemerintah daeah
berupa Dana Aloaksi Umum.

c) Dana Alokasi Khusus Fisik (63)

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 35


Pengeluaran/alokasi anggaran untuk Pemerintah daeah
berupa Dana Aloaksi Khusus Fisik.
d) Dana Otonomi Khusus, Dana Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, Dan Dana Insentif Daerah (64)
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk Pemerintah daeah
berupa Dana Otonomi Khusus, Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yogyakarta, Dan Dana Insentif Daerah
e) Dana Alokasi Khusus Non Fisik
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah
berupa dana alokasi khusus non fisik.
f) Dana Desa
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah
berupa dana desa.
7. Perbedaan Belanja Barang dan Belanja Modal
Salah satu permasalahan terkait pengujian klasifikasi
anggaran adalah kesalahan pengelompokan anggaran ke dalam jenis
belanja pada kelompok belanja barang dan belanja modal. Bendahara
Pengeluaran harus mampu memastikan jenis belanja dari
pembayaran yang dilakukan. Bendahara harus mampu
menginterpretasikan penggunaan akun untuk belanja barang atau
belanja modal. Kerancuan dalam menetapkan apakah suatu jenis
belanja termasuk belanja barang (akun 52xxxx) ataukah belanja
modal (53xxxx) harus dapat dihindari. Dalam istilah akuntansi suatu
belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila:

a. Untuk peralatan dan mesin


1) Nilai barang per unit Rp1.000.000 atau lebih untuk peralatan
dan mesin;
2) Berumur lebih satu tahun;
3) Memerlukan biaya perawatan.
b. Untuk bangunan dan gedung
Pengeluaran untuk perawatan/perbaikan bangunan dan gedung
dikelompokkan dalam belanja modal apabila:
1) Nilai pengeluaran Rp25.000.000 atau lebih;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 36


2) Menambah masa manfaat;
3) Menambah kapasitas, kualitas, peningkatan standar kinerja
atau volume aset.

Apabila suatu belanja tidak memenuhi kriteria atau kategori


belanja modal maka dapat dipastikan belanja tersebut dapat
dikategorikan sebagai belanja barang
Contoh pengeluaran yang masuk kategori belanja barang

No. Uraian Klasifikasi


1. Pengisian Freon AC, service AC Belanja Barang
2. Pembelian ban, oli, bensin, service /tune up Belanja Barang
3. Pengecatan, pembuatan partisi non permanen, Belanja Barang
pembelian gordyn
4. Perbaikan jalan berlubang/ pemeliharaan berkala Belanja Barang
5. Biaya Pengurusan STNK/BPKB Belanja Barang
6. Rumah yang akan diserahkan ke masyarakat Belanja Barang
7. Peralatan dan mesin yang akan diserahkan ke pihak Belanja Barang
III
8. Pembayaran satpam dan cleaning service Belanja Barang
9. Pembelian accu mobil dinas Belanja Barang
10. Pembelian lampu ruangan kantor Belanja Barang
11. Perbaikan atap gedung kantor Belanja Barang
12. Penggantian kompresor Belanja Barang
13. Suku cadang alat laboratorium,bahan cairan Belanja Barang
kimia,tempat alat suntik
14. Pekerjaan infrastruktur penanganan luapan lumpur Belanja Barang
15. Pengadaan anti virus Belanja Barang

Contoh pengeluaran yang masuk kategori belanja modal:

No Uraian Klasifikasi

1. Pembelian memori PC, upgrade PC Belanja Modal


2. Pembelian meubelair, dispenser Belanja Modal

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 37


3. Pembuatan jalan, irigasi dan jaringan Belanja Modal
4. Overhaul kendaraan dinas Belanja Modal
5. Biaya lelang pengadaan aset Belanja Modal
6. Perbaikan jalan kerikil ke hotmix Belanja Modal
7. Pembelian tape mobil dinas Belanja Modal
8. Penambahan jaringan dan pesawat telpon Belanja Modal
9. Penambahan jaringan listrik Belanja Modal
10. Perjalanan dinas pengadaaan aset Belanja Modal
11. Pembayaran konsultan perencanaan Belanja Modal
pembangunan/gedung dan bangunan
12. Perbaikan atap dari seng ke multiroof Belanja Modal
13. Pengadaan: peta,jaringan,software,lambang Belanja Modal
instansi,alat kesehatan
14. Pembuatan film Belanja Modal
15. Pekerjaan interpretasi citra satelit Belanja Modal
Sumber: PMK 112/2012

Studi Kasus

Bagaimana Alokasi anggaran 2018 pada Satuan kerja Kanwil DJKN Jakarta
diklasifikasikan?
Dana APBN yang akan dikelola Kanwil DJKN Jakarta untuk tahun Anggaran
2018 diklasifikasikan sebagai berikut:
Fungsi : 01 Pelayanan Umum
Sub Fungsi : 01.01 Lembaga Eksekutif Dan Legislatif, Masalah
Keuangan dan Fiskal serta Urusan Luar Negeri
Organisasi : 015 Kementerian Keuangan
015.09 Ditjen Kekayaan Negara
01. DKI Jakarta
Kode Satker : 411852 Kanwil DJKN Jakarta
Program : 01.01.015.09.10 Program Kekayaan Negara yang
optimal, penyelesaian pengurusan piutang Negara dan
pelayanan lelang yang profesional
Kegiatan : 01.01.015.09.10.1715 Pengelolaam Kekayaan,

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 38


penyelesaian pengurusan piutang negara dan
pelayanan lelang di wilayah kerja Kanwil DJKN
Output : 1715.0118 Surat Rekomendasi di Bidang Pengelolaan
Kekayaan Negara, Piutang Negara dan Lelang
1715.019 Dokumen Pengelolaan Kekayaan Negara
1715.020 Layanan Penilaian
dst.
Jenis Belanja : 51 Pegawai
52 Barang
53 Modal

B. Pengujian Akun Belanja (Mata Anggaran Pengeluaran


Akun 6 Digit)
Salah satu tugas pokok Bendahara terkait dengan pengujian tagihan
adalah memastikan kebenaran penggunaan akun belanja. Pengujian yang
dilaksanakan oleh Bendahara atas perintah pembayaran dari Pejabat
Pembuat Komitmen antara lain meliputi: pemeriksaan dan pengujian
ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
Adapun kode mata anggaran pengeluaran akun yang sering terdapat dalam
pelaksanaan anggaran pada satuan kerja terdapat dalam table 3.1,
sedangkan untuk detil akun agar melihat Peraturan Dirjen Perbendaharaan
Nomor KEP-211/PB/2018 Tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan
Akun Standar

1. Klasifikasi Akun 6 Digit


Tabel 2.1. Tabel Kode Akun Mata Anggaran Pengeluaran Yang
Umumnya Terdapat Pada Satuan Kerja

Kode Akun Penjelasan


51 Belanja Pegawai
51111 Belanja Gaji PNS
511111 Belanja Gaji Pokok PNS
Pengeluaran untuk pembayaran gaji pokok
Pegawai Negeri Sipil.
511119 Belanja Pembulatan Gaji PNS
Pengeluaran untuk pembayaran pembulatan gaji

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 39


Kode Akun Penjelasan
pokok Pegawai Negeri Sipil.
51112 Belanja Tunjangan-tunjangan I PNS
511121 Belanja Tunj. Suami/Istri PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan
suami/istri PNS
511122 Belanja Tunj. Anak PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan anak
PNS.
511123 Belanja Tunj. Struktural PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan
struktural PNS
511124 Belanja Tunj. Fungsional PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan
fungsional PNS.
511125 Belanja Tunj. PPh PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan PPh
PNS.
511126 Belanja Tunj. Beras PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan beras
berbentuk uang maupun natura
511127 Belanja Tunj. Kemahalan PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan
kemahalan PNS
511128 Belanja Tunj. Lauk pauk PNS
Pengeluaran untuk pembayaran dana lauk pauk
yang diberikan kepada para pegawai negeri
sehubungan dengan sifat tugas yang
dilaksanakannya (organik dan non organik).
511129 Belanja Uang Makan PNS
Pengeluaran untuk pembayaran tunjangan uang
makan PNS.
52 BELANJA BARANG
521 BELANJA BARANG
5211 Belanja Barang Operasional
52111 Belanja Barang Operasional
521111 Belanja Keperluan Perkantoran
Pengeluaran untuk membiayai keperluan sehari-
hari perkantoran yang secara langsung
menunjang kegiatan operasional Kementerian
Negara/lembaga terdiri dari:
 Satuan biaya yang dikaitkan dengan
jumlah pegawai yaitu pengadaan barang
yang habis dipakai antara lain pembelian

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 40


Kode Akun Penjelasan
alat-alat tulis, barang cetak, alat-alat rumah
tangga, langganan surat
kabar/berita/majalah, biaya
minum/makanan kecil untuk rapat, biaya
penerimaan tamu.
 Satuan biaya yang tidak dikaitkan dengan
jumlah pegawai antara lain biaya
satpam/pengaman kantor, cleaning
service, sopir, tenaga lepas (yang
dipekerjakan secara kontraktual), telex,
internet, komunikasi khusus diplomat,
pengurusan penggantian sertifikat tanah
yang hilang, pembayaran PBB
 Pengeluaran untuk membiayai
pengadaan/penggantian inventaris yang
berhubungan dengan penyelenggaraan
administrasi kantor/satker di bawah nilai
kapitalisasi.
 Pembelian buku cek/buku giro bilyet.
 Pembelian materai.
521112 Belanja Pengadaan Bahan Makanan
Pengeluaran untuk pengadaan bahan makanan.
521113 Belanja Penambah Daya Tahan Tubuh
Pengeluaran untuk membiayai pengadaan bahan
makanan/minuman/obat-obatan yang diperlukan
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
operasional kepada pegawai
521114 Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat
Pengeluaran untuk membiayai Pengiriman surat
menyurat dalam rangka kedinasan yang
dibayarkan oleh Kementerian Negara/lembaga
521115 Belanja Honor Operasional Satuan Kerja
Honor tidak tetap yang digunakan untuk kegiatan
yang terkait dengan operasional kegiatan satuan
kerja seperti honor pejabat kuasa pengguna
anggaran, honor pejabat pembuat komitmen,
honor pejabat penguji SPP dan penanda tangan
SPM, Honor Bendahara Pengeluaran/Pemegang
Uang Muka, Honor Staf Pengelola Keuangan,
Honor Pengelola PNBP (honor atasan langsung,
bendahara dan sekretariat), honor pengelola
satuan kerja (yang mengelola gaji pada
Kementerian Pertahanan), honor Tim SAI
(Pengelola SAK dan SIMAKBMN). Honor
Operasional Satuan Kerja merupakan honor yang

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 41


Kode Akun Penjelasan
menunjang kegiatan operasional yang
bersangkutan dan pembayaran honornya
dilakukan secara terus menerus dari awal sampai
dengan akhir tahun anggaran
521119 Belanja Barang Operasional Lainnya
Pengeluaran untuk membiayai pengadaan barang
yang tidak dapat ditampung dalam mata anggaran
521111, 521112, 521113, 521114, 521115 dalam
rangka kegiatan operasional. Belanja Barang
Operasional Lainnya dapat digunakan untuk
belanja bantuan transport dalam kota, dalam,
rangka kegiatan operasional satker.
5212 Belanja Barang Non Operasional
52121 Belanja Barang Non Operasional
521211 Belanja Bahan
Pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran
biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis
dipakai) seperti:
- Alat tulis kantor (ATK);
- Konsumsi/bahan makanan;
- Bahan cetakan;
- Dokumentasi;
- Spanduk;
- Biaya fotokopi.
yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non
operasional seperti dies natalis, pameran,
seminar,
sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain lain yang
terkait langsung dengan output suatu kegiatan.
521212 Belanja Barang Transito
Digunakan untuk pengeluaran pembiayaan
belanja barang pada satuan kerja-satuan kerja
yang baru dibentuk/UPT termasuk di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga yang dilikuidasi
atau satker yang tidak melekatpada Bagian
Anggaran/Kementerian Negara/Lembaga serta
bisa digunakan oleh satker lain yang telah
diberikan persetujuan oleh Menkeu.
521213 Belanja Honor Output Kegiatan
Honor tidak tetap yang dibayarkan kepada
pegawai yang melaksanakan kegiatan dan terkait
dengan output seperti: honor untuk Pelaksana
Kegiatan Penelitian, honor penyuluh non PNS,
Honor Tim Pelaksana Kegiatan
(pengarah, penanggung jawab, koordinator, ketua,

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 42


Kode Akun Penjelasan
sekretaris, anggota dan staf sekretariat), Honor
Pejabat Pengadaan Barang/Jasa, Honor Panitia
Pengadaan Barang/Jasa, Honor Panitia
Pemeriksa Penerima Barang/Jasa, untuk
pengadaan yang tidak menghasilkan Aset
Tetap/Aset Lainnya.
Honor Output Kegiatan dapat digunakan untuk
biaya honor yang timbul sehubungan
dengan/dalam rangkapenyerahan barang kepada
masyarakat.
Honor Output Kegiatan merupakan honor yang
dibayarkan atas pelaksanaan kegiatan yang
insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus
menerus dalam satu tahun.
521214 Belanja Karena Rugi Selisih Kurs Uang
Persediaan Satker Perwakilan RI/Atase Teknis
Digunakan untuk mencatat kerugian selisih kurs
Uang Persediaan pada Satker Perwakilan RI di
Luar Negeri
dan Atase Teknis
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat
ditampung dalam akun 521211, 521212, 521213,
dan 521214.
Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat
digunakan untuk belanja bantuan transport dalam
kota dalam rangka kegiatan non operasional
satker termasuk uang saku dan paket meeting
(kontraktual).
Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat
digunakan untuk biaya-biaya Crash Program.
Belanja Barang Non Operasional Lainnya dapat
digunakan untuk pemberian beasiswa kepada
pegawai di lingkup K/L atau di luar lingkup satker.
522 Belanja Jasa
5221 Belanja Jasa
52211 Belanja Langganan Daya dan Jasa
522111 Belanja Langganan Listrik
Belanja langganan listrik, termasuk belanja
apabila terjadi denda atas keterlambatan
pembayaran tagihan langganan listrik.
522112 Belanja Langganan Telepon
Belanja langganan telepon, termasuk belanja
apabila terjadi denda atas keterlambatan
pembayaran tagihan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 43


Kode Akun Penjelasan
langganan telepon.
522113 Belanja Langganan Air
Belanja langganan air, termasuk belanja apabila
terjadi denda atas keterlambatan pembayaran
tagihan langganan air.
522119 Belanja Langganan Daya dan Jasa Lainnya
Belanja langganan daya dan jasa lainnya,
termasuk belanja apabila terjadi denda atas
keterlambatan pembayaran tagihan langganan
daya dan jasa lainnya.
52212 Belanja Jasa Pos dan Giro
522121 Belanja Jasa Pos dan Giro
Digunakan untuk pembayaran jasa
perbendaharaan yang telah dilaksanakan oleh
kantor pos diseluruh Indonesia.
52213 Belanja Jasa Konsultan
522131 Belanja Jasa Konsultan
Digunakan untuk pembayaran jasa konsultan
secara kontraktual termasuk jasa pengacara yang
outputnya tidak
52214 Belanja Sewa
522141 Belanja Sewa
Digunakan untuk pembayaran sewa (misalnya
sewa kantor/gedung/ruangan, atau sewa lainnya).
52215 Belanja Jasa Profesi
522151 Belanja Jasa Profesi
Belanja untuk pembayaran honorarium
narasumber yang diberikan kepada pegawai
negeri/non-pegawai negeri
sebagai narasumber, pembicara, praktisi, pakar
yang memberikan informasi/pengetahuan kepada
pegawai negeri lainnya/masyarakat.
Honorarium narasumber pegawai negeri dapat
diberikan dengan ketentuan:
- berasal dari luar lingkup unit eselon I
penyelenggara;
- berasal dari lingkup unit eselon I penyelenggara
sepanjang peserta yang menjadi sasaran utama
kegiatan
berasal dari luar lingkup unit eselon I
berkenaan/masyarakat.
52219 Belanja Jasa Lainnya
522191 Belanja Jasa Lainnya
Digunakan untuk pembayaran jasa yang tidak bisa
ditampung pada kelompok akun 52211, 52212,
52213, 52214, dan 52215.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 44


Kode Akun Penjelasan
523 Belanja Pemeliharaan
5231 Belanja Pemeliharaan
52311 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan
523111 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan
- Pengeluaran pemelharaan/perbaikan yang
dilaksanakan sesuai dengan Standar Biaya
Umum. Dalam rangka mempertahankan gedung
dan bangunan kantor dengan tingkat kerusakan
kurang dari atau sampai dengan 2%; dan
- pemeliharaan/perawatan halaman/taman
gedung/kantor agar berada dalam kondisi normal
(tidak memenuhi syarat kapitalisasi aset tetap
gedung dan bangunan).
523119 Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan Lainnya
Pengeluaran untuk membiayai pemeliharaan
rumah dinas dan rumah jabatan yang erat
kaitannya dengan pelaksanaan tugas para pejabat
seperti istana negara, rumah Jabatan Menteri
/Gubernur/Bupati/Walikota/Mahkamah
Agung/Ketua Pengadilan Negeri/Pengadilan
Tinggi/Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi
/Kejaksaan Negeri/Pimpinan/Ketua Lembaga Non
Kementerian /TNI/Polri/asrama yang terdapat di
semua Kementerian/Lembaga Non Kementerian,
termasuk TNI, Polri/Aula yang pisah dengan
Gedung Kantor/Gedung Kesenian, Art
Center/Gedung Museum beserta isinya termasuk
taman, pagar agar berada dalam kondisi normal.
52312 Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
523121 Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
Pengeluaran untuk pemeliharaan/perbaikan untuk
mempertahankan peralatan dan mesin agar
berada dalam
kondisi normal yang tidak memenuhi syarat
kriteria kapitalisasi aset tetap peralatan dan mesin.
523129 Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
Lainnya
Pengeluaran lainnya untuk
pemeliharaan/perbaikan untuk mempertahankan
peralatan dan mesin agar berada
dalam kondisi normal yang tidak memenuhi syarat
kriteria kapitalisasi aset tetap peralatan dan mesin

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 45


Kode Akun Penjelasan
52313 Belanja Biaya Pemeliharaan Jalan, Irigasi dan
Jaringan
523131 Belanja Biaya Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Pengeluaran untuk pemeliharaan/perbaikan untuk
mempertahankan jalan dan jembatan agar berada
dalam
kondisi normal yang nilainya tidak memenuhi
kriteria kapitalisasi jalan dan jembatan.
523132 Belanja Biaya Pemeliharaan Irigasi
Pengeluaran untuk pemeliharaan/perbaikan untuk
mempertahankan irigasi agar berada dalam
kondisi normal
yang nilainya tidak memenuhi kriteria kapitalisasi.
523133 Belanja Biaya Pemeliharaan Jaringan
Pengeluaran untuk pemeliharaan/perbaikan untuk
mempertahankan jaringan agar berada dalam
kondisi normal
yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi jaringan
52319 Belanja Biaya Pemeliharaan Lainnya
523199 Belanja Biaya Pemeliharaan Lainnya
Pengeluaran untuk pemeliharaan aset tetap selain
gedung dan bangunan, peralatan dan mesin serta
jalan,
irigasi dan jaringan agar berada dalam kondisi
normal termasuk pemeliharaan tempat ibadah,
bangunan
bersejarah seperti candi, bangunan peninggalan
Belanda, Jepang yang belum diubah posisinya,
kondisi
bangunan/Bangunan Keraton/Puri bekas kerajaan,
bangunan cagar alam, cagar budaya, makam
yang memilki
52411 Belanja Perjalanan Dalam Negeri
524111 Belanja Perjalanan Biasa
Pengeluaran untuk perjalanan dinas seperti
perjalanan dinas dalam rangka
pembinaan/konsultasi, perjalanan dinas dalam
rangka pengawasan/pemeriksaan, mutasi
pegawai, mutasi pensiun, pengiriman jenasah.
524112 Belanja Perjalanan Tetap
Pengeluaran untuk perjalanan dinas tetap yang
dihitung dengan memperhatikan jumlah pejabat
yang melaksanakan perjalanan dinas.
Pengeluaran oleh Kementerian Negara/Lembaga
untuk kegiatan pelayanan masyarakat. Contoh :

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 46


Kode Akun Penjelasan
perjalanan dinas oleh tenaga penyuluh pertanian,
juru penerang, penyuluh agama dan lainnya.
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
Pengeluaran untuk perjalanan dinas yang
dilaksanakan di dalam kota sesuai dengan
peraturan menteri keuangan yang mengatur
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi
pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai
tidak tetap
524114 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam
Kota
Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang
dilaksanakan di dalam kota satker penyelenggara
dan di biayai seluruhnya oleh satker
penyelenggara, serta yang di laksanakan di dalam
kota satker peserta dengan biaya perjalanan dinas
yang ditanggung oleh satker peserta, meliputi: a)
Biaya transportasi peserta, panitia/moderator,
dan/atau narasumber baik yang berasal dari
dalam kota maupun luar kota; b) Biaya paket
meeting (halfday/fullday/fullboard); c) Uang saku
peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber
baik yang berasal dari dalam kota maupun luar
kota termasuk uang saku rapat dalam kantor di
luar jam kerja; d) Uang harian dan/atau biaya
penginapan peserta, panitia/moderator, dan/atau
narasumber yang mengalami kesulitan
transportasi. Besaran nilai biaya paket meeting,
uang transpor, uang saku, dan uang harian
mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai
standar biaya tahun berkenaan.
524113 Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota
Pengeluaran untuk perjalanan dinas yang
dilaksanakan di dalam kota sesuai dengan
peraturan menteri keuangan yang mengatur
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi
pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai
tidak tetap
524119 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar
Kota
Pengeluaran untuk perjalanan dinas dalam rangka
kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang
dilaksanakan di luar kota satker penyelenggara
dan di biayai seluruhnya oleh satker
penyelenggara, serta yang dilaksanakan di luar
kota satker peserta di biayai perjalanan dinas

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 47


Kode Akun Penjelasan
yang di tanggung oleh satker peserta meliputi: a)
Biaya transportasi peserta, panitia/moderator,
dan/atau narasumber baik yang berasal dari
dalam kota maupun luar kota; b) Biaya paket
meeting (fullboard) c) Uang saku peserta,
panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang
berasal dari dalam kota maupun luar kota; d)
Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta,
panitia/moderator, dan/atau narasumber yang
mengalami kesulitan transportasi. Besaran nilai
biaya paket meeting, uang transpor, uang saku,
dan uang harian mengikuti ketentuan yang
mengatur mengenai standar biaya tahun
berkenaan
524211 Belanja Perjalanan Biasa - Luar Negeri
53 Belanja Modal
Pengeluaran untuk perjalanan dinas seperti
perjalanan dinas dalam rangka
pembinaan/konsultasi, perjalanan dinas dalam
rangka pengawasan/pemeriksaan, mutasi
pegawai, mutasi pensiun, pengiriman jenasah
untuk kepentingan dinas di / ke luar negeri
531111 Belanja Modal Tanah
Seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk
pengadaan/ pembelian/ pembebasan
penyelesaian, balik nama, pengosongan,
penimbunan, perataan, pematangan tanah,
pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaran -
pengeluaran lain yang bersifat administratif
sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban
atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran
ganti rugi sampai tanah tersebut siap digunakan/
pakai (swakelola/kontraktual).
532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan
mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin
tersebut siap digunaka
533111 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan
bangunan secara kontraktual sampai dengan
gedung dan bangunan siap digunakan meliputi

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 48


Kode Akun Penjelasan
biaya pembelian atau biaya kontruksi, termasuk
biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak
(kontraktual).
534111 Belanja Modal Jalan dan Jembatan
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan
jembatan sampai siap pakai meliputi biaya
perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya
lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan
tersebut siap pakai
536111 Belanja Modal Lainnya
Pengeluaran untuk memperoleh Aset Tetap
Lainnya dan Aset Lainnya yang tidak dapat
diklasifikasikan dalam belanja modal tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan. Pengeluaran untuk
memperoleh Aset Tetap Lainnya dan Aset Lainnya
sampai dengan siap digunakan. Belanja Modal
Lainnya dapat digunakan untuk pengadaan
software, pengembangan website, pengadaan
lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu
tahun baik secara swakelola maupun dikontrakkan
kepada Pihak Ketiga. Belanja Modal Lainnya
dapat digunakan untuk pembangunan aset tetap
renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain
dan masih di lingkungan pemerintah pusat. Untuk
Aset Tetap Renovasi yang nantinya akan
diserahkan kepada entitas lain berupa Gedung
dan Bangunan mengikuti ketentuan batasan
minimal kapitalisasi. Termasuk dalam belanja
modal lainnya : pengadaan/pembelian barang-
barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.
*= Untuk Penjelasan dan penggunaan akun secara lengkap agar mempelajari

Kep. Dirjen Perbendaharaan No.211/PB/2018tentang Kodefikasi akun dalam


Bagan Akun Standar.

Studi Kasus

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 49


Kanwil DJKN pada tahun Anggaran 2018 melakukan belanja:
1) Belanja keperluan sehari-hari perkantoran;
2) Belanja bahan;
3) Pemeliharaan peralatan dan mesin;
4) Langganan listrik;
5) Pembangunan gedung 533111;
6) Pemeliharaan gedung dan Bangunan;
7) Belanja perjalanan dinas biasa.

Terkait dengan belanja-belanja tersebut, tentukan akun yang tepat.

Detil Belanja/kegiatan Akun


1. Belanja keperluan sehari-hari 521111
perkantoran
2. Belanja bahan 521211
3. Pemeliharaan peralatan dan mesin; 523121
4. Langganan listrik; 522111
5. Pembangunan gedung 533111
6. Pemeliharaan gedung dan Bangunan 523111
7. Belanja perjalanan dinas biasa 524111

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 50


Latihan
Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 2 tentang
Pengujian Terhadap Ketepatan Klasifikasi Anggaran maka kepada peserta
diminta untuk mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam
mengerjakan menemukan hambatan, peserta dapat membuka kembali
pembahasan terkait dengan latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut
atau menghubungi widyaiswara.

1. Jelaskan kode akun yang dapat dibayar dengan mekanisme uang


persediaan!
2. Sebutkan klasifikasi akun standar secara umum!
3. Berikan contoh klasifikasi akun berdasarkan organisasi!
4. Berikan contoh klasifikasi akun berdasarkan fungsi!
5. Jelaskan perbedaan antara belanja barang dengan belanja modal!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 51


Rangkuman
1. Bendahara wajib memastikan UP yang dibayarkan untuk melakukan
pembayaran dengan batas-batas akun sebagai berikut.
a. Belanja Barang (Akun Belanja: 52).
b. Belanja Modal (Akun Belanja: 53).
c. Belanja Lain-lain (Akun Belanja: 58).
d. Di luar ketentuan pada butir di atas, dapat diberikan pengecualian
untuk DIPA Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan untuk
DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah serta DIPA yang
ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala
Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.

2. Klasifikasi Anggaran
a. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun berdasarkan
susunan kementerian negara/lembaga sebagai Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
Terdiri dari 11 fungsi utama yaitu: pelayanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan
dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama,
pendidikan, dan perlindungan sosial.
c. Klasifikasi Berdasarkan Sub Fungsi
Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Dari 11
(sebelas) fungsi utama dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan) sub
fungsi.
d. Klasifikasi Berdasarkan Program
Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga
dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil
yang terukur sesuai dengan misi Kementerian Negara/Lembaga.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 52


e. Klasifikasi Berdasarkan Kegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu program. Kegiatan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengesahan sumber daya baik yang berupa sumber daya
manusia, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau
kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
f. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Belanja (Ekonomi)
Klasifikasi berdasarkan jenis belanja menurut Penjelasan Pasal 11
UU 17 tahun 2003 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang,
Belanja Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja lain-
lain dan Belanja Daerah.
Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari:
1) belanja pegawai;
2) belanja barang;
3) belanja modal;
4) pembayaran bunga utang;
5) subsidi;
6) hibah;
7) bantuan sosial;
8) belanja lain-lain.
3. Belanja Barang (52)
Di dalam pelaksanaan anggaran dikenal istilah belanja barang operasional
dan belanja barang non operasional.
a. Akun 5211: Belanja barang operasional akun belanja meliputi:
1) keperluan sehari-hari perkantoran;
2) pengadaan/penggantian inventaris kantor yang nilainya dibawah
kapitalisasi;
3) pengadaan bahan makanan;
4) penambah daya tahan tubuh;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 53


5) belanja barang lainnya yang secara langsung menunjang
operasional Kementerian Negara/Lembaga;
6) pengadaan pakaian seragam dinas;
7) honorarium yang terkait dengan operasional satker.
b. Akun 5212 (Belanja Barang Non Operasional) Pengeluaran yang
digunakan untuk membiayai kegiatan non-operasional dalam rangka
pelaksanaan suatu kegiatan satker. Pengeluaran-pengeluaran yang
termasuk dalam kriteria ini, antara lain:
1) belanja bahan;
2) belanja barang transito;
3) vakasi;
4) honor yang terkait dengan output;
5) belanja barang lainnya yang secara langsung menunjang
kegiatan non-operasional;
6) belanja jasa;
7) belanja pemeliharaan;
8) belanja perjalanan dinas.
c. Belanja Jasa (5221)
d. Belanja Pemeliharaan (5231)
e. Belanja Perjalanan (5241)
4. Belanja Modal (53)
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja
bukan untuk dijual. Belanja Modal terdiri dari kelompok:
a. belanja modal tanah (5311);
b. peralatan dan mesin (5321);
c. gedung dan bangunan (5331);
d. irigasi dan jaringan (5341).
5. Perbedaan Belanja Barang dan Belanja Modal
Dalam istilah akuntansi suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal
apabila:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 54


a. Untuk peralatan dan mesin
1) nilai barang per unit rp1.000.000 atau lebih untuk peralatan dan
mesin;
2) berumur lebih satu tahun;
3) memerlukan biaya perawatan;
b. Untuk bangunan dan gedung.
Pengeluaran untuk perawatan/perbaikan bangunan dan gedung
dikelompokkan dalam belanja modal apabila
a. nilai pengeluaran Rp25.000.000 atau lebih;
b. menambah masa manfaat;
c. menambah kapasitas, kualitas,peningkatan standar kinerja atau
volume aset.
Apabila suatu belanja tidak memenuhi kriteria atau kategori belanja
modal maka dapat dipastikan belanja tersebut dapat dikategorikan
sebagai belanja barang.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 55


KEGIATAN BELAJAR 3

PENGUJIAN TAGIHAN
BELANJA NEGARA

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Melaksanakan pengujian tagihan terkait mekanisme
pembayaran
B. Melaksanakan pengujian tagihan terkait kelengkapan
dokumen
Uraian dan Contoh

A. Pengujian Tagihan Berdasarkan Mekanisme


Pembayaran
Pengujian terkait pembayaran tagihan yang harus dilakukan oleh
Bendahara antara lain terkait ketepatan penggunaan mekanisme
pembayaran. Apabila dalam rangka pelaksanaan APBN terdapat kesalahan
dalam mekanisme pembayaran maka Bendahara harus menolak untuk
melakukan pembayaran. Secara garis besar terdapat dua mekanisme
pembayaran dalam rangka pembayaran atas beban APBN yaitu Mekanisme
Uang Persediaan (UP) dan mekanisme Langsung (LS).
1. Mekanisme Uang Persediaan
Mekanisme pembayaran tagihan atas beban APBN dapat
dilakukan dengan dua cara utama yaitu melalui mekanisme Uang
Persediaan (UP) dan mekanisme langsung (LS). Mekanisme UP
dilakukan dengan cara pembayaran kepada rekanan/pihak yang berhak
dibayar dengan cara pembebanan dari rekening kas Negara melalui
rekenig Bendahara. Sedangkan dalam mekanisme LS pembayaran
kepada rekanan dibayarkan langsung dari rekening kas Negara kepada
rekening rekanan tanpa melalui rekening bendahara.
Adanya pilihan mekanisme pembayaran diharapkan dapat
mempermudah dan mempercepat pelaksanaan tagihan atas beban
APBN tanpa mengurangi akuntabilitas. Satker diharapakan dapat
menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan dana APBN dengan cara memilih dan melakukan
mekanisme pembayaran dengan cara yang tepat, cepat dan akurat
sehingga pelaksanaan APBN memenuhi prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan.
Strategi perencanaan pengeluaran menjadi hal yang harus
diperhatikan mengingat hanya ada dua mekanisme pencairan dana.
Pengeluaran-pengeluaran sejak awal harus disusun dan direncanakan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 63


akan menggunakan mekanisme uang persediaan (UP) atau langsung
(LS) mengingat kedua mekanisme pencairan ini mempunyai aturan-
aturan tertentu yang bisa menjadi penentu kelancaran pelaksanaan
pembayaran. Dari kedua mekanisme tersebut mekanisme yang utama
adalah dengan mekanisme LS dan pada prinsipnya pembayaran
dengan mekanisme LS dapat dilaksanakan untuk semua pelaksanaan
kegiatan dan semua jenis belanja berapa pun besarnya sepanjang
telah terpenuhi syarat untuk dilakukan pembayaran. Syarat utama
dalam mekanisme LS adalah: jumlah pengeluaran telah pasti, penerima
pembayaran telah pasti dan pembebanan pembayaran juga telah dapat
dipastikan.
Diantara kedua mekanisme tersebut terdapat mekanisme
pembayaran yang bersifat diantara keduanya, mekanisme ini dikenal
dengan istilah LS Bendahara. Pada prinsipnya pembayaran yang
dilakukan telah pasti jumlah, penerima dan akun pembebanan, namun
dalam pelaksanaannya dana tidak langsung ditransfer kepada yang
berhak tetapi ditransfer melalui rekening Bendahara dan selanjutnya
Bendahara membayarkan kepada yang berhak.
Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka
kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving),
diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai
kegiatan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Apabila Uang Persediaan yang diterima oleh satker tersebut kurang,
maka satker dapat mengajukan Tambahan Uang Persediaan.
Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP adalah
uang yang diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat
mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, tentang
Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara menjelaskan ketentuan mengenai
Uang Persediaan diatur sebagai berikut:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 64


UP dapat diberikan dalam batas-batas untuk pengeluaran-
pengeluaran:
a. Belanja Barang (52)
b. Belanja Modal (53)
c. Belanja lain-lain (58)
Ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengujian terhadap tagihan belanja kepada negara adalah:
Pembayaran kepada satu rekanan melalui mekanisme Uang
Persediaan hanya boleh dipergunakan untuk nilai maksimal
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) per transaksi/rekanan, kecuali
untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.
Satuan kerja dapat menggunakan UP untuk belanja pada akun
diluar ketentuan tersebut diatas tetapi satuan kerja hanya dapat
melakukannnya setelah mendapat dispensasi. Dispensasi diberikan
untuk DIPA Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan untuk
DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah ditetapkan oleh
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.
Mengenai prosedur uang persediaan diatur sebagai berikut:
PA/kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA atas permintaan
Bendahara pengeluaran yang dibebankan pada MAK transito kode
kegiatan untuk rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luar negeri
9999.9999.825112, dan PNBP 0000.0000.825113.
Berdasarkan SPM-UP, KPPN menerbitkan SP2D untuk rekening
Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk dalam SPM-UP. Penggunaan
Uang Persediaan menjadi tanggungjawab Bendahara Pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali Uang
Persediaan setelah Uang Persediaan digunakan (revolving) sepanjang
masih tersedia pagu dana dalam DIPA. Bagi Bendahara Pengeluaran
yang dibantu oleh beberapa PUM, dalam pengajuan SPM-UP
diwajibkan melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang
yang dikelola oleh masing-masing PUM. Sisa uang persediaan yang
ada di Bendahara Pengeluaran pada akhir tahun anggaran harus
disetorkan kembali ke rekening kas Negara selambat-lambatnya
tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan. Setoran sisa uang

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 65


persediaan dimaksud, oleh KPPN dibukukan sebagai pengembalian
uang persediaan sesuai mata anggaran yang ditetapkan. Tata cara
Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dari Bendhara
kepada yang berhak menerima dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. Mekanisme Pembayaran Secara Konvensional.
Sarana pendebetan rekening Bendahara dengan
mekanisme konvensional adalah dengan cek/Bilyet Giro.
Mekanisme pembayaran yang dipergunakan oleh Bendahara
Pengeluaran untuk membayar kepada penerima uang secara
konvensional adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Mekanisme Pembayaran Secara Konvensional

Sumber: Sosialisasi PMK Nomor 230/PMK.05/2016

Berdasarkan SPBy Bendahara dapat melakukan penarikan


uang ke bank dan selanjutnya membayar secara tunai kepada
penerima pembayaran. Apabila di brankas Bendahara telah
tersedia uang tunai, berdasarkan SPBy Bendahara dapat secara
langsung membayar kepada penerima hak secara tunai.
Bendahara juga dapat melakukan pembayaran dengan cara
mempergunakan bilyet giro untuk dibayarkan melalui rekening
penerima pembayaran. Bilyet giro setelah ditandatangani oleh
Bendahara dan Kuasa Pengguna Anggaran diserahkan kepada

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 66


penerima hak untuk selanjutnya diuangkan oleh penerima hak
pada bank yang ditunjuk.

b. Mekanisme Pembayaran Secara Non Konvensional


Mekanisme pembayaran secara non konvensional mulai
diperkenalkan dengan berlakunya PMK Nomor 230/PMK.05/2016
tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada
Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Sarana pendebetan rekening Bendahara dengan
mekanisme non konvensional adalah dengan menggunakan
Internet Banking dan Kartu Debit. Dengan adanya teknologi
internet dimungkinkan Bendahara melakukan pembayaran
dengan internet banking dan kartu debit. Biaya yang timbul akibat
penggunaan internet banking dan kartu debit dibebankan kepad
DIPA kantor/Satker berkenaan baik dengan cara didebet
langsung maupun ditagihkan tersendiri.
Untuk dapat menggunakan fasilitas internet banking Satuan
kerja harus melakukan pendaftaran dengan cara mengisi formuir
pendaftaran ke Bank Umum tempat rekening dibuka dengan
melengkapi data-data antara lain:
1) Data pemohon (KPA/Kepala Satker) terdiri dari nama,
alamat, nomor telepon seluler dan alamat email;
2) Data rekening yang akan didaftarkan, antara lain: nomor
rekening, nama rekening dan jenis rekening;
Selanjutnya setelah pendaftaran selesai Bendahar dapat
melakukan pembayaran melalui internet banking dengan
mekanisme sebagai berikut:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 67


Gambar 3.2. Mekanisme Pembayaran dengan Internet Banking

Sumber: Sosialisasi PMK Nomor 230/PMK.05/2016

Dengan dimungkinkannya penggunaan kartu debit


Bendahara juga dimungkinkan untuk menarik uang tunai dengan
menggunakan kartu debit dan selanjutnya dipergunakan untuk
mengisi brankas atau membayar secara tunai. Mekanisme
penarikan tunai dengan kartu debit dapat dijelaskan dalam
Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Mekanisme Penarikan Uang Tunai dengan Kartu


Debit

Sumber: Sosialisasi PMK Nomor 230/PMK.05/2016

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 68


Selain dapat dipergunakan untuk melakukan Tarik tunai
Kartu Debit juga dapat dipergunkan untuk melakukan
pembayaran kepada penerima yang berhak. Mekanisme
pembayaran dengan menggunakan kartu debit dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Gambar 3.4 Mekanisme Pendebitan Rekening dengan Kartu
Debit

Sumber: Sosialisasi PMK Nomor 230/PMK.05/2016

b. Mekanisme Pembayaran Dengan Kartu Kredit


Penggunaan kartu kredit dalam rangka pelaksanaan APBN adalah
inovasi terbaru dari Kementerian Keuangan sebagai upaya untuk
memperbanyak payment channel (saluran pembayaran) dan meminimalisir
penggunaan uang tunai untuk meningkatkan kualitas perencanaan kas
pemerintah.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 69


Mekanisme tahapan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah secara ringkas
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Perjanjian Kerja Sama antara Bank dengan Satker;


b) Penerbitan Kartu Kredit oleh Bank;
c) Transaksi dengan Kartu Kredit oleh Pemegang Kartu Kredit (dapat
dipergunakan untuk melakukan belanja barang operasional dan
belanja modal serta keperluan belanja Perjalanan Dinas;’
d) Pengujian pembayaran oleh PPK dan penerbitan SPBy’;
e) Pengujian/verifikasi oleh Bendahara;
f) Pembuatan SPP dan Penerbitan SPM GUP;
g) Penerbitan SP2D oleh KPPN;
h) Pendebetan Rekening oleh Bendahar;
i) Pembayaran ke Bank

2. Mekanisme Langsung (LS)


Pembayaran dengan menggunakan mekanisme LS artinya
pelaksanaan pembayaran melalui transfer dari rekening kas Negara ke
rekening bank penerima (rekening rekanan yang berhak menerima
pembayaran) setelah memenuhi persyaratan yg diharuskan.
Pembayaran dengan menggunakan mekanisme LS dilakukan untuk
pembayaran selain yang dilakukan melalui mekanisme UP. Pada
prinsipnya semua pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan
dengan mekanisme LS namun harus tetap memenuhi persyaratan

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 70


kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karena
Mekanisme LS tidak melalui rekening Bendahara, maka Bendahara
tidak berkewajiban untuk melakukan pengujian kebenaran terkait
mekanisme pembayaran dengan mekanisme LS.

Dalam mekanisme LS dikenal istilah LS Bendahara. Mekanisme


pembayaran LS Bendahara ini pada prinsipnya dapat dilakukan dengan
mekanisme LS kepada yang berhak. Pembayaran tersebut sudah
dapat dipastikan siapa penerima, jumlah uang, barang/jasa telah
diterima negara, dan pasti pembebanan atau mata anggarannya.
Mekanisme LS Bendahara umumnya digunakan untuk pembayaran
belanja barang dimana penerima pembayaran adalah pegawai pada
satuan kerja yang bersangkutan.

Tabel 3.1. Ilustrasi Perbedaan Mekanisme Pembayaran Metode UP


dan LS
Uang Persediaan (UP) Langsung (LS)
Sifat Bukan merupakan Merupakan mekanisme
mekanisme pembayaran pembayaran utama.
utama. Hanya diperbolehkan Diperbolehkan untuk
untuk pembayaran akun pembayaran semua
tertentu dan dengan akun dengan
persyaratan tertentu persyaratan tertentu
Metode Pembayaran dilakukan dari Pembayaran langsung
rekening kas Negara melalui dari rekening kas
rekening Bendahara Negara ke rekening
rekanan/pihak ketiga
Barang/ja Pada saat dana dikeluarkan Pada saat dana
sa yang dari kas Negara pembayaran dikeluarkan dari kas
dibeli belum dapat dipastikan Negara pembayaran
detilnya (jumlah/jenis barang, telah dapat dipastikan
penerima, akun) detilnya (jumlah/jenis
barang, penerima,
akun)
Cara Pembayaran dari Bendahara Rekanan menerima
rekanan/pi kepada rekanan dapat dana langsung dari kas
hak ketiga dilakukan oleh Bendahara Negara lewat rekening
menerima secara tunai maupun dengan (murni melalui
uang cek (mekanisme perbankan) mekanisme perbankan)
Catatan: Ilustrasi Penulis

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 71


Studi Kasus
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan akan melakukan pembayaran atas
beban APBN dengan rincian sebagai berikut:
a) Pembayaran pengadaan ATK sebesar Rp40.000.000,00
b) Pembayaran Listrik sebesar Rp55.000.000,00
c) Pembayaran pengadaan obat-obatan sebesar Rp54.000.000,00
d) Perjalanan Dinas sebesar Rp60.000.000,00 untuk 10 pegawai
e) Pemabayaran rapel gaji sebesar Rp120.000.000,00 untuk 75 pegawai

PPK memerintahkan pembayaran kepada Bendahara Pengeluaran.


Mekanisme pembayaran apa yang tepat untuk melakukan pembayaran
tersebut? Pembayaran mana saja yang dapat dilakukan oleh Bendahara?

B. Pengujian Kelengkapan Dokumen Tagihan Kepada


Negara
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
190/ PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam
Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara serta PMK 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara dokumen yang harus dilengkapi sebagai dasar pengujian
kebenaran tagihan atas beban APBN antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dokumen Dasar Pembayaran:


Dalam melaksanakan Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan
Bendahara harus memperhatikan dokumen dasar yang dipergunakan
untuk melaksanakan pembayaran antara lain:

a. DIPA;
b. POK;
c. Dokumen Terkait Pengadaan Barang/Jasa Seperti:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 72


1) Kontrak/SPK/Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia
barang/jasa dan PPK serta bukti penerimaan dan pembayaran;
2) Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;
3) Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk
perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri
sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman
atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
d. Dokumen Penetapan Keputusan Seperti:
1) Surat Keputusan;
2) Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
3) Daftar penerima pembayaran; dan/atau
4) Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

2. Kelengkapan Dokumen Dengan Mekanisme UP


Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi dalam mekanisme Uang
Persedian antara lain adalah:

a. Uang Persediaan (UP)


Uang persediaan pada hakekatnya adalah uang muka kerja.
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun Bendahara
Pengeluaran menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK. PPK
mengajukan SPP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP
sesuai pengajuan dari Bendahara Pengeluaran. Selain itu
dokumen yang juga harus dilampirkan adalah Surat Pernyataan
dari KPA yg menyatakan bahwa UP yg dimaksud tidak untuk
pengeluaran yg menurut ketentuan harus dengan LS.

b. Tambahan Uang Persediaan


Tambahan Uang Persediaan pada hakekatnya diberikan/diminta
apabila UP yang ada pada pengelolaan Bendahara tidak
mencukupi untuk melakukan kegiatan yang penting dan mendesak
untuk dilaksanakan. Dokumen yang harus dilengkapi terkait
pengajuan dana TUP adalah:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 73


1) Rincian Rencana Penggunaan Dana TUP
2) Surat Pernyataan dari KPA bahwa:
a) TUP digunakan dan di pertanggungjawabkan paling lama 1
(satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan;
b) tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan
dengan pembayaran LS.

Terkait dengan permintaan TUP Bendahara harus memastikan:


1) pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan
merupakan pengeluaran yang harus dilakukan dengan
pembayaran LS;
2) pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP
masih/cukup tersedia dananya dalam DIPA;
3) TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya;
4) TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas
Negara.

c. Ganti Uang Persediaan (GUP)


Ganti UP adalah dana yang diberikan apabila UP yang ada pada
kas bendahara telah dipakai untuk melakukan transaksi-transaksi
sesuai kebutuhan. Apabila dana UP telah terpakai maka sesuai
dengan prinsip revolving fund dana tersebut dapat diganti oleh
Kuasa BUN sebesar dana yang telah terpakai dengan antara Lain:

1) Surat Perintah Bayar (SPBy)


Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2
pengeluaran yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
a) rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b) rincian kebutuhan dana; dan
c) batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka
kerja;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 74


Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara
Pengeluaran/BPP melakukan:
a) pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
b) pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan
dalam SPBy yang diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan,
Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang
diajukan oleh PPK. Apabila sampai batas waktu
pertanggungjawaban, penerima uang muka kerja belum
menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar
penerima uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan
uang muka kerja.
a) Kwitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
faktur pajak dan SSP;
b) Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK.

Studi Kasus

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan akan melakukan pembayaran atas


beban APBN dengan rincian sebagai berikut:
a) Pengajuan TUP sebesar Rp175.000.000,00
b) Pembayaran pengadaan ATK sebesar Rp40.000.000,00
c) Pembayaran Listrik sebesar Rp55.000.000,00
d) Pembayaran pengadaan obat-obatan sebesar Rp54.000.000,00
e) Perjalanan Dinas sebesar Rp60.000.000,00 untuk 10 pegawai
f) Pembayaran rapel gaji sebesar Rp120.000.000,00 untuk 75 pegawai

PPK memerintahkan pembayaran kepada Bendahara Pengeluaran.


Sebutkan dokumen-dokumen kelengkapan untuk pembayaran masing-
masing transaksi tersebut.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 75


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 3 tentang Mekanisme


Pencairan APBN dan Syarat Administrasi Pembebanan maka kepada peserta
diminta untuk mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam
mengerjakan menemukan hambatan, peserta dapat membuka kembali
pembahasan terkait dengan latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut
atau menghubungi widyaiswara.

1. Jelaskan mekanisme pembayaran tagihan atas beban APBN!


2. Jelaskan pengujian tagihan dan pembayaran dengan mekanisme UP!
3. Jelaskan pengujian tagihan dan pembayaran dengan mekanisme TUP!
4. Jelaskan pengujian tagihan dan pembayaran dengan mekanisme LS!
5. Sebutkan lampiran SPP UP Belanja Barang!
6. Sebutkan lampiran SPP UP belanja Modal!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 76


Rangkuman
1. Secara garis besar terdapat dua mekanisme pembayaran dalam rangka
pembayaran atas beban APBN yaitu Mekanisme UP dan mekanisme LS.
2. Mekanisme UP dilakukan dengan cara pembayaran kepada rekanan/pihak
yang berhak dibayar dengan cara pembebanan dari rekening kas Negara
melalui rekening Bendahara. Sedangkan dalam mekanisme LS pembayaran
kepada rekanan dibayarkan langsung dari rekening kas Negara kepada
rekening rekanan tanpa melalui rekening bendahara.
3. Diantara kedua mekanisme tersebut terdapat mekanisme pembayaran yang
bersifat diantara keduanya, mekanisme ini dikenal dengan istilah LS
Bendahara. UP dapat diberikan dalam batas-batas untuk pengeluaran-
pengeluaran: Belanja Barang (52), Belanja Modal (53), dan Belanja lain-lain
(58).
4. Pembayaran dengan menggunakan mekanisme LS artinya pelaksanaan
pembayaran melalui transfer dari rekening kas Negara ke rekening bank
penerima (rekening rekanan yang berhak menerima pembayaran) setelah
memenuhi persyaratan yg diharuskan.
5. Pembayaran dengan menggunakan mekanisme LS dilakukan untuk
pembayaran yang telah pasti jumlahnya, penerimanya, barang/jasa sudah
diterima negara, pembebanan pada mata anggaran. Pada prinsipnya semua
pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan dengan mekanisme LS
namun harus tetap memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
6. Dalam melaksanakan Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan
Bendahara harus memperhatikan dokumen dasar yang dipergunakan untuk
melaksanakan pembayaran antara lain: DIPA, POK, dan dokumen terkait
pengadaan barang dan jasa, serta dokumen penetapan keputusan.
7. Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi dalam mekanisme Uang
Persediaan berbeda antara: Uang Persediaan (UP), Tambahan Uang
Persediaan, Ganti Uang Persediaan (GUP).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 77


KEGIATAN BELAJAR 4

PENGUJIAN DOKUMEN
PERSYARATAN ADMINISTRASI
BELANJA NON PEGAWAI

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Melaksanakan pengujian belanja barang dengan
mekanisme Uang Persediaan (UP)
B. Melaksanakan pengujian belanja modal yang dibayar
dengan mekanisme Uang Persediaan (UP)
C. Melaksanakan pengujian belanja lain-lain
D. Menjelaskan tanda bukti perjanjian
Uraian dan Contoh
Belanja non pegawai yang dapat dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran
adalah belanja non pegawai yang dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan.
Belanja yang dapat dibayarkan dengan mekanisme Uang Persediaan dibatasi hanya
belanja dengan jumlah maksimal Rp50.000.000 (lima puluh juta) setiap transaksi bagi
satu rekanan. Pengujian yang dilakukan Bendahara Pengeluaran dilakukan untuk
memastikan belanja atas beban APBN telah sesuai dengan ketentuan baik secara
ketentuan per undang-undangan, ketepatan pihak yang menerima dan ketepatan
output. Dalam pasal 24 ayat 4 PMK 190/PMK.05/2012 dan perubahannya (PMK
178/PMK.05/2018) disebutkan pengujian yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
meliputi :
1. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk
menerima pembayaran; nilai tagihan yang harus dibayar; jadwal waktu
pembayaran; dan menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
3. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam dokumen perjanjian /kontrak; dan
4. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).

Pengeluaran yang membebani APBN harus dilengkapi dengan dokumen-


dokumen bukti pengeluaran. Dalam prakteknya ada perbedaan lampiran dokumen
yang diperlukan untuk jenis belanja yang berbeda. Namun secara umum bukti
perjanjian harus ada yang dimaksud dengan belanja non pegawai adalah belanja-
belanja dengan kode akun diluar akun 51xxxx, sehingga dengan demikian yang
termasuk akun belanja non pegawai adalah: belanja barang, belanja modal, belanja
pembayaran bunga utang, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan
belanja lain-lain.
Dalam pelaksanaan belanja Negara hal mendasar yang harus dipatuhi
Bendahara adalah Bendahara hanya diperkenankan melakukan pembayaran dari
uang persediaan atas akun belanja 52, 53 dan 58 untuk transaksi maksimal Rp. 50
juta per transaksi per rekanan. Diluar ketentuan tersebut harus ada dispensasi atau

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 85


aturan tersendiri. Pada umumnya akun belanja non pegawai yang terdapat pada
satuan kerja hanyalah akun 52 dan 53. Akun selain 52 dan 53 hanya terdapat pada
satker tertentu.

A. Pengujian Pembayaran Belanja Barang Dengan


Mekanisme Uang Persediaan (UP)
1. Perincian Akun Belanja Barang
Untuk dapat melakukan pengujian terhadap kebenaran belanja
yang dibebankan pada belanja barang, maka penguji tagihan harus
mampu mengidentifikasi akun dan kelompok akun yang termasuk kedalam
belanja barang. Berdasarkan Permenkeu No.214 /PMK.05/2013 ttg BAS
sebagaimana dirinci lebih lanjut dg Kep Dirjen Perbendaharaan No. KEP-
311/PB/2014 ttg Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar
tentang Bagan Akun Standar maka perincian akun belanja barang dapat
dijelaskan sebagai berikut (lihat juga KB terkait Bagan Akun Standar):

Tabel 4.1. Kodifikasi Belanja Barang

Akun Jenis Belanja


52 Belanja Barang
5211 Belanja Barang Operasional
5212 Belanja Barang Non Operasional
5221 Belanja Jasa
5231 Belanja Pemeliharaan
5241 Belanja Perjalanan Dalam Negeri
5242 Belanja Perjalanan Luar Negeri
Sumber: KEP-311/PB/2014
Permasalahan yang sering terjadi terkait pengujian akun belanja
barang adalah ketika suatu jenis belanja yang seharusnya termasuk jenis
belanja modal dimasukkan kedalam akun belanja barang. Misalnya:
pembelian laptop, printer, AC dll. Belanja atas barang-barang tersebut
seharusnya termasuk jenis belanja modal namun karena harga barang
tersebut tidak terlalu besar maka sering dalam POK dan DIPA dimasukkan
dalam kategori belanja barang. Apabila terjadi kesalahan dalam
penempatan akun dalam POK maka harus dilakukan revisi terlebih
dahulu sebelum dilaksanakan.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 86


2. Pembayaran Belanja Barang/jasa dengan mekanisme UP
Belanja barang dapat diperuntukkan bagi: Badan hukum/pihak
ketiga atau Perorangan (Pegawai Negeri Sipil/non PNS). Pengujian yang
dilakukan terkait pembayaran belanja barang kepada badan
hukum/rekanan/pihak ketiga pada prinsipnya meliputi:

Jenis Belanja dan


Mekanisme Kelengkapan Dokumen yang Harus Diuji
Pembayaran
Dipastikan kebenaran terkait ketersediaan
pagu, ketepatan penggunaan kode
klasifikasi anggaran, akun, kebenaran
jumlah perhitungan dll
Kelengkapan bukti pengeluaran beserta
Surat perintah bayar (SPBy) yang disetujui
Belanja Barang/jasa dan ditandatangani oleh PPK atas nama
dengan mekanisme KPA. SPBy tersebut dilampiri dengan bukti
Uang Persediaan pengeluaran:
kuitansi/bukti pembelian yang telah
disahkan PPK; nota/bukti penerimaan
barang/jasa atau dokumen pendukung
lainnya yang diperlukan yang telah
disahkan PPK
Faktur pajak dan Surat Setoran Pajak

3. Pembayaran Belanja Barang Kepada PNS


Belanja barang untuk PNS umumnya terdiri atas:

a. Pembayaran Honor
Untuk pembayaran honor pada prinsipnya pengujian yang
harus dilakukan adalah:
1) ketersediaan dana dalam DIPA dan rincian dalam POK;
2) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang
timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan
pada DIPA;
3) daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh
KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 87


4) Akun Belanja honor unutk PNS adalah Belanja Honor
Operasional Satuan Kerja 521115 atau Belanja Honor Output
Kegiatan 521213;
5) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.
Sedangkan pembayaran honor untuk non PNS ditampung
dalam Belanja Jasa Profesi (akun 522151) yaitu Belanja untuk
pembayaran jasa atas keahlian yang dimiliki dan diberikan kepada
Pegawai PNS dan non PNS sebagai nara sumber,
pembicara,praktisi, pakar dalam kegiatan di luar Direktorat atau
Eselon I pegawai yang bersangkutan untuk kepentingan dinas.

b. Perjalanan dinas
Perjalanan dinas dapat dibayarkan melalui Uang Persediaan
atau dengan LS (lewat rekening Bendahara). Dalam melaksankan
pengujian terkait perjalanan dinas maka Bendhara Pengeluaran
harus memastikan apakah dokumen-dokumen telah lengkap dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perjalanan dinas diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 113/PMK.05/2012 (untuk
melihat detil aturan disarankan membaca PMK tersebut.
Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang selanjutnya disebut
Perjalanan Dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang
dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan
negara. Terdapat beberapa ketentuan terkait perjalanan dinas yaitu:
1) Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati
batas Kota dan/atau dalam Kota dari tempat kedudukan ke
tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke
tempat kedudukan semula di dalam negeri.
2) Perjalanan Dinas Pindah adalah Perjalanan Dinas dari tempat
kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru
berdasarkan surat keputusan pindah.
3) Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 88


Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak
Lain.
4) Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.
Adapun prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Perjalanan Dinas
antara lain adalah:
1) selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan
prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan;
2) ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian
kinerja Kementerian Negara/Lembaga;
3) efisiensi penggunaan belanja negara;
4) akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan
Dinas dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.

c. Perjalanan Dinas Jabatan


Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi dua yaitu
Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota dan Perjalanan
Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota. Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota terdiri atas: Perjalanan
Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam; dan
Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8
(delapan) jam. Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan dalam rangka:
1) pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
2) mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya;
3) Pengumandahan (Detasering);
4) menempuh ujian dinas/ujian jabatan;
5) menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk,
untuk mendapatkan surat keterangan dokter tentang
kesehatannya guna kepentingan jabatan;
6) memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter
karena mendapat cedera pada waktu/karena melakukan tugas;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 89


7) mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis
Penguji Kesehatan Pegawai Negeri;
8) mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
9) mengikuti pendidikan dan pelatihan;
10) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah
Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dalam
melakukan Perjalanan Dinas; atau
11) menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah
Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dari
Tempat Kedudukan yang terakhir ke Kota tempat pemakaman.
Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan
sesuai perintah atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat
Tugas. Surat Tugas diterbitkan oleh:
1) Kepala Satuan Kerja untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh Pelaksana SPD pada satuan kerja berkenaan;
2) atasan langsung kepala satuan kerja untuk Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan oleh kepala satuan kerja;
3) Pejabat Eselon II untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang
dilakukan oleh Pelaksana SPD dalam lingkup unit eselon
II/setingkat unit eselon II berkenaan; atau
4) Menteri/Pimpinan Lembaga/Pejabat Eselon I untuk Perjalanan
Dinas Jabatan yang dilakukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Pejabat Eselon I/ Pejabat Eselon II.
Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan
kepada pejabat yang ditunjuk. Surat Tugas sebagaimana paling
sedikit mencantumkan:
1) pemberi tugas;
2) pelaksana tugas;
3) waktu pelaksanaan tugas; dan
4) tempat pelaksanaan tugas.
Surat Tugas menjadi dasar Dalam penerbitan SPD bagi PPK
untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; atau
Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih
dari 8 (delapan) jam. PPK berwenang untuk menetapkan tingkat

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 90


biaya Perjalanan Dinas dan alat transpor yang digunakan untuk
melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.
Surat Perjalanan dinas pada prinsipnya adalah dokumen bukti
pengeluaran belanja Negara sehingga dalam pembuatan tidak boleh
diketik tindih maupun di tipe x. Terkait dengan penggunaan akun
untuk perjalanan dinas dapat dilihat dalam Kegiatan Belajar III terkait
Bagan Akun Standar. Contoh Surat Perjalanan Dinas.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 91


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN Lembar Ke : 1
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN Kode No :
Nomor :
SURAT PERJALANAN DINAS (SPD)

1 Pejabat Pembuat Komitmen : Pusdiklat XXXXX

Nama/NIP Pegawai yang melaksanakan : xxxx


2
perjalanan dinas
198812061984031001
3 a. Pangkat dan Golongan : Pembina Utama Muda (IV/c)

b. Jabatan/Instansi : Kepala Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

c. Tingkat Biaya Perjalanan Dinas : C


4 Maksud Perjalanan Dinas : Koordinasi Kerja dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Jawa Timur dan Ceramah Kebijakan Keuangan
Negara pada Diklat Pengadaan Barang/Jasa Angkatan II
di BDK Malang
5 Alat angkutan yang dipergunakan : Pesawat

6 a. Tempat Berangkat : Gadog, Bogor

b. Tempat Tujuan : Surabaya dan Malang

7 a. Lamanya Perjalanan Dinas : 3 hari

b. Tanggal berangkat : 17 Juli 2017

c. Tanggal harus kembali/ tiba di tempat


: 19 Juli 2017
baru

8 Pengikut : Nama Tanggal Lahir Keterangan


1.

9 PEMBEBANAN ANGGARAN

a. Instansi a. PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN

b. Akun b.

10 KETERANGAN LAIN-LAIN : ST-58/PP/2017 tanggal 14 Juli 2017

Dikeluarkan di : Bogor
Tanggal : 14 Juli 2017

Pejabat Pembuat Komitmen


Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

xxx
NIP 19690319 199603 1 001

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 92


I. Berangkat dari : Bogor
(Tempat Kedudukan)

Ke : Cimahi
Pada Tanggal :

Kasubbag Tata Usaha, Kepegawaian dan Humas


Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Eko Prasetyo
NIP 198003282001121003

II. Tiba di : Cimahi Berangkat dari : Cimahi


Februari
Pada Tanggal : 2017 Ke : Bogor
Februari
Pada Tanggal : 2017

III. Tiba di : Berangkat dari :

Pada Tanggal : Ke :

Pada Tanggal :

V. Tiba di : Bogor Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalanan

(Tempat Kedudukan) tersebut atas perintahnya dan semata-mata untuk


Februari
Pada Tanggal : 2017 kepentingan jabatan dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

Kasubbag Tata Usaha, Kepegawaian dan Pejabat Pembuat Komitmen


Humas Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Eko Prasetyo Fariz Wazdi

NIP 198003282001121003 NIP 196903191996031001

VI. Catatan Lain-Lain

VII. PERHATIAN:
PPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal
berangkat/tiba, serta bendahara pengeluaran bertanggung jawab berdasarkan peraturan-peraturan Keuangan
Negara apabila negara menderita rugi akibat kesalahan, kelalaian, dan kealpaannya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 93


DAFTAR PENGELUARAN RIIL
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agung Yuniarto


19710703 199203 1
NIP : 002
Kabid Perencanaan dan
Jabatan : Pengembangan Diklat

berdasarkan Surat Perjalanan Dinas (SPD) tanggal42930 Nomor SPD- /PPK/PP.3/2017,


dengan ini kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Biaya transpor pegawai dan/atau biaya penginapan di bawah ini yang tidak dapat diperoleh
bukti-bukti pengeluarannya, meliputi :

No. Uraian Jumlah

1. Uang Transport
Transport Bogor - Jakarta (PP) Rp 200,000.00

Jumlah Rp 200,000.00

Terbilang : Dua ratus ribu rupiah

2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan
perjalanan dinas dimaksud dan apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran,
kami bersedia untuk menyetorkan kelebihan tersebut ke Kas Negara.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Mengetahui/Menyetujui Bogor, April 2017


Pejabat Pembuat Komitmen, Pelaksana SPD,

Fazza Hari
NIP NIP

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 94


d. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan

Biaya perjalanan dinas jabatan merupakan biaya perjalanan


dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke
tempat kedudukan semula, terdiri dari komponen-komponen sebagai
berikut:
1) Uang harian besarnya ditetapkan dengan tarif tertentu
(ditetapkan secara lumpsum) dan meliputi uang makan, uang
saku dan transport lokal;
2) Biaya transport pegawai adalah biaya perjalanan dinas dari
Tempat Kedudukan sampai Tempat Tujuan keberangkatan dan
kepulangan termasuk biaya ke terminal
bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan serta retribusi
yang dipungut di terminal bus/ stasiun/ bandara/ pelabuhan
keberangkatan dan kepulangan.
3) Biaya penginapan adalah biaya yang diperlukan untuk
menginap di Hotel atau Tempat menginap lainnya, dalam hal
tidak terdapat hotel. Dalam hal pelaksanaan Surat Perjalanan
Dinas tidak menggunakan biaya penginapan berlaku
ketentuan:
a) Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30%
(tiga puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Standar Biaya;
b) Biaya penginapan dibayarkan secara lumpsum
4) Uang representasi dapat diberikan kepada Pejabat Negara,
Pejabat Eselon I, dan Pejabat Eselon II selama melakukan
Perjalanan Dinas.
5) Sewa kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada Pejabat
Negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan.
Sewa kendaraan sudah termasuk biaya untuk pengemudi,
bahan bakar minyak, dan pajak.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 95


6) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya bagi
penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan
jenazah.
Tabel 4.2. Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas
Kota (Dalam Kota Lebih 8 Jam)
Uang Jumlah
Jenis Perjalanan Dinas Penginapan Transpor
Harian Hari

Dalam rangka Tusi V V V Sesuai ST


Rapat, Seminar dan
V1) V1) V1)
sejenis

Detasering V V V Max 30 hari

Ujian Dinas/ujian
V V V 2 hari
jabatan

Uji Kesehatan V V V Sesuai ST

Pengobatan karena
V V V Sesuai ST
cedera dlm tugas
Mengikuti Diklat V1) V1) V1) Sesuai ST
Pendidikan S1,S2, S3 V V V Max 2 hari
1)
Harus memperhatikan apakah pembiayaan (makan, penginapan, transpor)
ditanggung penyelenggaran. Kalau ditanggung penyelenggara hanya diberikan
komponen uang harian untuk uang saku

Tabel 4.3. Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota Kurang
8 Jam
Biaya
Jenis Perjalanan Dinas Jumlah Hari
Transpor
Dalam rangka Tusi V Sesuai ST

Rapat, Seminar dan sejenis V Sesuai ST


Keberangkatan
Ujian Dinas/ujian jabatan V
kepulangan
Uji Kesehatan V Sesuai ST

Pengobatan karena cedera dlm tugas V Sesuai ST

Mengikuti Diklat V Sesuai ST


Pendidikan S1,S2, S3 V Sesuai ST

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 96


Sedangkan khusus untuk perjalanan dinas Luar Negeri
berrpedoman pada: PMK 164/PMK.05/2015 tentang Tata cara
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri (Untuk melihat detil
aturan disarankan membaca PMK terkait).
1) Dokumen yang harus Dilampirkan
Pengujian terkait dengan pelaksanaan Perjalanan Dinas dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.4. Pengujian terkait dengan Pelaksanaan Perjalanan


Dinas
Jenis Belanja dan
Kelengkapan Dokumen yang Harus Diuji
Mekanisme Pembayaran
Perjalanan Dinas Yang Surat Permintaan Pembayaran beserta Daftar
belum dilaksanakan Rincian Permintaan Pembayaran. Dipastikan
dengan mekanisme kebenaran terkait ketersediaan pagu, ketepatan
Langsung penggunaan kode klasifikasi anggaran, akun,
kebenaran jumlah perhitungan dan ADK
Daftar Nominatif Perjalanan Dinas
Jenis Belanja dan
Kelengkapan Dokumen yang Harus Diuji
Mekanisme Pembayaran
Perjalanan dinas yang Surat Permintaan Pembayaran beserta Daftar
sudah dilaksanakan Rincian Permintaan Pembayaran. Dipastikan
dengan mekanisme uang kebenaran terkait ketersediaan pagu, ketepatan
persediaan maupun LS penggunaan kode klasifikasi anggaran, akun,
kebenaran jumlah perhitungan, dan ADK
Kelengkapan bukti pengeluaran dokumen tersebut:
a) Surat tugas;
b) SPD;
c) Daftar Rincian biaya perjalanan dinas;
d) Kuitansi;
e) Bukti transport (Tiket pesawat dilampiri
boarding pass + airport tax/Tiket kapal
laut/Tiket bis/Tiket kereta api/Bukti pembayaran
untuk moda transportasi lainnya;
f) Daftar pengeluaran riil untuk biaya transportasi
yang disetujui oleh PPK;
g) bukti biaya penginapan (kwitansi hotel),
h) Dalam hal bukti pengeluaran untuk biaya
transportasi atau di tempat menginap lainnya
tidak dapat mengeluarkan kuitansi, dibuat
daftar pengeluaran riil yang disetujui oleh PPK
disertai dengan pernyataan tanggung jawab
sepenuhnya atas pengeluaran dimaksud
i) Perhitungan SPD Rampung;
j) Surat perintah bayar (SPBy) untuk mekanisme
UP

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 97


Sedangkan untuk perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan
Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri,
dan pegawai tidak tetap.
4. Pembayaran Penghasilan Bagi Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri yang Dibebankan Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor


PER-31/PB/2016 Yang termasuk PPNPN adalah:
a) PPPK/staf khusus/staf ahli non pegawai negeri pada Kementerian
Negara/Lembaga;
b) Komisioner/pegawai non pegawai negeri pada lembaga
nonstruktural;
c) Dokter/Bidan PTT;
d) Dosen/Guru Tidak Tetap;
e) Satpam, Pengemudi, Petugas Kebersihan, dan Pramubakti pada
Satker yang membuat perjanjian kerja/kontrak dengan KPA/PPK
untuk melaksanakan kegiatan operasional kantor; dan
f) Pegawai non pegawai negeri lainnya yang penghasilannya
bersumber dari APBN.

Dalam rangka pembayaran penghasilan PPNPN: PPK menerbitkan


dan menyampaikan SPP kepada PPSPM dilengkapi dengan:

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 98


Tabel 4.5. Pengujian terkait Penghasilan PPNPN

Jenis Belanja dan


Kelengkapan Dokumen Yang Harus Diuji
Mekanisme Pembayaran
Pembayaran penghasilan Surat Permintaan Pembayaran beserta Daftar
PPNPN dengan Rincian Permintaan Pembayaran. Dipastikan
mekanisme UP/LS kebenaran terkait ketersediaan pagu, ketepatan
penggunaan kode klasifikasi anggaran, akun,
kebenaran jumlah perhitungan dll; ADK
a) Daftar Pembayaran Penghasilan PPNPN;
b) Dokumen pendukung berupa surat
keputusan/perjanjian kerja/kontrak
PPNPN/dokumen pendukung lainnya sesuai
dengan ketentuan;
c) SSP (dalam hal terdapat potongan Pajak
Penghasilan Pasal 21).

5. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan


Air)
Pengujian yang dilakukan terhadap pembayaran terutama terkait
kelengkapan dokumen yaitu:
1) Bukti tagihan daya dan jasa;
2) No. rekening pihak ketiga (PLN, Telkom, PDAM,dll).

Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat


dilakukan secara langsung, satker/SKS ybs dapat melakukan pembayaran
dengan UP. Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran
sebelumnya dapat dibayarkan oleh satker/SKS setelah mendapat
dispensasi/persetujuan terlebih dahulu dari Kanwil Ditjen PBN sepanjang
dananya tersedia dalam DIPA berkenaan.

Contoh Studi Kasus

Pada tanggal 20 Juli 2017 Bendahara diminta membayar kuitansi atas belanja
ATK sebesar Rp. 45.000.000. Terkait permintaan pembayaran tersebut apa
saja yang harus diuji Bendahara?
Jawab:
1) Bendahara harus mengecek apakah alokasi belanja tersebut tersedia di
DIPA/POK;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 99


2) Bendahara mengecek kelengkapan kuitansi;
3) Melakukan pengujian kebenaran SPBy.

B. Pengujian Belanja Modal yang Dibayar dengan Mekanisme


Uang Persediaan
Bagan Akun Standar belanja modal dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. 5321 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
2. 5331 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
3. 5341 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
4. 5361 Belanja Penambahan Nilai Fisik Lainnya
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara, belanja modal yang dapat dibayarkan dengan
mekanisme UP adalah:
1. Belanja Modal (53) untuk jumlah maksimal 50 juta per transaksi per rekanan;
2. Pembayaran Tanah: Pembayaran tanah melalui UP/TUP harus terlebih
dahulu mendapat ijin dispensasi dari kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan/
Kanwil Ditjen Perbendaharaan sedangkan besaran uangnya harus
mendapat dispensasi UP/TUP.
1. Pengadaan Tanah Dengan Mekanisme Uang Persediaan
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS), apabila
tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS, maka dapat dilakukan
melalui UP/TUP. Apabila pengadaan tanah dilakukan dengan mekanisme
UP maka menjadi kewajiban Bendahara untuk menguji kebenaran tagihan
yang dilakukan. Persyaratan yang harus dipenuhi terkait dengan
pengadaan tanah adalah:
a. persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya
lebih dari satu hektar di kabupaten/kota;
b. fotokopi bukti kepemilikan tanah;
c. kuitansi;
d. SPPT PBB tahun transaksi;
e. Surat persetujuan harga;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 100


f. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa
dan tidak sedang dalam anggunan;
g. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli di hadapan
PPAT;
h. SSP PPH final atas pelepasan hak;
i. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
2. Pengadaan Belanja Modal Lainnya Dengan Mekanisme Uang
Persediaan
Dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka pengadaan barang
modal selain tanah yang dibayarkan melalui mekanisme Uang Persediaan
pada prinsipnya sama dengan kelengkapan dokumen belanja barang,
dokumen tersebut adalah:
a. Surat Perintah Bayar (SPBy);
b. Kwitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur
pajak dan SSP;
c. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung
lainnya yang diperlukan yang telah disahkan PPK.

Studi Kasus
Pada tanggal 20 Juli 2017 Bendahara diminta membayar kuitansi atas belanja
AC sebesar Rp4.000.000,00 Terkait permintaan pembayaran tersebut apa saja
yang harus diuji Bendahara?
Jawab:
1) Bendahara harus mengecek apakah alokasi belanja tersebut tersedia di
DIPA/POK;
2) Bendahara mengecek kelengkapan kuitansi;
3) Melakukan pengujian kebenaran SPBy.

C. Pengujian Belanja Lain-Lain

Belanja lain-lain tidak terdapat pada semua Kementerian/Lembaga.


Rincian lebih lanjut belanja lain-lain dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Digunakan untuk pengeluaran atau belanja pemerintah pusat yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis belanja pegawai, belanja barang, belanja

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 101


modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, belanja sosial dan
dana cadangan umum. Belanja untuk Rekonstruksi Aceh, Belanja Kerjasama
Teknis Internasional, Digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga dan
tidak tertampung di dalam pos-pos pengeluaran yang lain dan lain-lain.
Pada prinsipnya pengujian belanja lain-lain dengan metode Uang
Persediaan adalah kelengkapan dokumen bukti pengeluaran sebagaimana
pengujian dokumen dalam rangka pelaksanaan anggaran pada belanja
barang/modal dengan mekanisme UP.

D. Tanda Bukti Perjanjian

Pengeluaran yang membebani APBN harus dilengkapi dengan dokumen-


dokumen bukti pengeluaran. Dalam prakteknya ada perbedaan lampiran
dokumen yang diperlukan untuk jenis belanja yang berbeda. Sebelum
Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran terhadap tagihan yang
diterimanya, Bendahara harus melakukan pengujian terhadap keabsahan tanda
bukti perjanjian. Peraturan terkait dengan tanda bukti perjanjian tersebut dimuat
dalam pasal 55 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahan. Berdasarkan
Pasal 55 tersebut Tanda bukti perjanjian terdiri atas:
1. bukti pembelian;
2. kuitansi;
3. Surat Perintah Kerja (SPK); dan
4. surat perjanjian.

1. Bukti Pembelian
Dokumen terkait tanda bukti perjanjian berupa bukti pembelian baru
diperkenalkan dalam Perpres 54 tahun 2010. Sebelum PP ini berlaku
dokumen bukti pembelian tidak dianggap sebagai bukti pengeluaran yang
sah. Berdasarkan Pasal 55 Perpres 54 tahun 2010 jo PP 70/2012 dan
Perpres 16 Tahun 2018 Bukti pembelian digunakan untuk pengadaan
barang/jasa yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,00 (Sepuluh juta
rupiah).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 102


2. Kuitansi
Berdasarkan Pasal 55 PERPRES 54 tahun 2010 jo PP 70/2012
kuitansi adalah bukti perjanjian untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya
sampai dengan Rp50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah). Format
penulisan kuitansi diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/
PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam prakteknya kuitansi
yang dipergunakan sebagai bukti perjanjian dalam pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ada dua macam yaitu kuitansi UP (Uang Persediaan) dan
Kuitansi LS (Langsung). Karena tugas Bendahara dalam mekanisme
pembayaran pengadaan Barang/Jasa Pemerintah hanya terkait dengan
mekanisme Uang Persediaan maka tata cara pembuatan/pengujian kuitansi
UP harus benar-benar dipahami oleh Bendahara Pengeluaran. Contoh
format dan tata cara penulisan kuitansi sebagaimana Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Format dan Tata Cara Penulisan Kuitansi

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 103


Dalam praktiknya hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
pembuatan dan pengujian kuitansi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama
jabatan.
Contoh : Sudah terima dari Kuasa Pengguna Anggaran …………
b. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah
nama dan jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan. Untuk Badan Hukum (perusahaan) diberikan pula
stempel perusahaan. Apabila yang menerima adalah kuasa penerima,
maka harus didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak
kepada yang dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp.6.000,00
c. Setuju Dibayar a/n Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
Komitmen...
d. Tanda tangan lunas oleh Bendahara Pengeluaran dan tanda tangan
setuju dibayar oleh KPA/PPK.
e. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek
kegiatan/pekerjaan yang dilaksanakan.
f. Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan
angka dan huruf.
g. Tahun anggaran dan mata anggaran atau Akun keluaran yang tertulis
dalam kuitansi adalah tahun anggaran berjalan dan mata
anggaran/akun sesuai dengan pembebanan anggaran.
h. Bea materai tempel Rp6.000,00. Untuk kuitansi diatas
Rp1.000.000,00

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 104


i. NPWP pihak rekanan harus dicantumkan dalam kuitansi pembayaran
j. Dalam redaksi penulisan pada kuitansi tidak dibenarkan adanya
coretan/hapusan/tindasan khususnya penulisan jumlah uang dengan
angka dan jumlah uang dengan huruf.

3. Surat Perintah Kerja (SPK)


Berdasarkan Perpres 54/2010 Jo Perpres 70/2012 SPK adalah tanda
bukti perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai sampai dengan Rp200.000.000,00
(Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Dengan berlakunya
Perpres 70 Tahun 2012 maka Bendahara Pengeluaran pada umumnya
tidak lagi melakukan pengujian terhadap Surat Perintah Kerja. Hal tersebut
dikarenakan Bendahara Pengeluaran hanya melakukan pembayaran
dengan mekanisme Uang Persediaan (UP). Mekanisme pembayaran
dengan UP hanya memungkinkan dilakukan untuk pembayaran maksimal
sebesar Rp50.000.000,00 per transaksi per rekanan.
Namun, juga harus diingat aturan pada Perpres tersebut menyebutkan
SPK Surat perintah kerja (SPK) adalah tanda bukti perjanjian yang
digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah)
dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah). Dalam pembuatan Surat Perintah Kerja sekurang-
kurangnya harus memuat ketentuan:
a. pejabat yang memerintahkan mempunyai kewenangan;
b. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang
menerima perintah;
c. pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
disepakati oleh kedua belah pihak;
d. harga yang pasti serta syarat pembayaran;
e. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
f. sanksi dalam hal yang menerima perintah tidak memenuhi
kewajibannya; dan
g. diberi materai tempel Rp6.000.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 105


Hal utama yang membedakan Surat Perintah Kerja dengan Surat
perjanjian/Kontrak adalah SPK umumnya untuk pekerjaan yang sederhana
sedangkan kontrak untuk pekerjaan yang lebih kompleks. Dalam Surat
Perjanjian Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan seperti pada
SPK ditambah dengan:
a. jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan;
b. penyelesaian perselisihan;
c. hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian yang
bersangkutan;
d. penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan
terinci;
e. rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak (price adjustment);
f. Ketentuan mengenai pemberian uang muka.

4. Surat Perjanjian
Berdasarkan Perpres 54/2010 jo Perpres 70/2012 Surat Perjanjian
adalah tanda bukti perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi
dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Karena Surat
Perjanjian atau umumnya disebut juga kontrak digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi
dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) maka
seharusnya Bendahara Pengeluaran tidak melakukan pengujian terhadap
Surat Perjanjian/Kontrak karena berbeda dengan SPK, Surat Perjanjian
digunakan untuk (nilai diatas…..), sedangkan tugas Bendahara
Pengeluaran melakukan pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan
(UP) yang dibatasi maksimal sebesar Rp50.000.000,00 per transaksi dan
per rekanan.

5. Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan


Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan adalah merupakan
dokumen pelengkap atas pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan bukti

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 106


perjanjian dengan dokumen SPK atau Surat Perjanjian. Berita acara
penyerahan barang sering pula disebut Berita Acara Serah Terima (BAST)
barang. Atas pekerjaan yang termuat dalam SPK dan Kontrak secara formal
dalam pelaksanaan Penyerahan hasil pekerjaan (Penyelesaian pekerjaan),
harus dilampirkan Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan sekurang-
kurangnya memuat hal-hal
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak;
b. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan;
c. Hari dan tanggal pembuatan berita acara;
d. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan;
e. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan;
dan
f. Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.

6. Berita Acara Pembayaran


Dokumen Berita Acara Pembayaran pada umumnya juga digunakan
sebagai pelengkap bukti perjanjian dengan dokumen Surat Perintah Kerja
dan Surat Perjanjian. Untuk pelaksaaan pembayaran terhadap pekerjaan
yang telah diselesaikan dan diserahkan harus dibuatkan Berita Acara
Pembayaran yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak;
b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara ;
c. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan;
d. Harga kontrak;
e. Perhitungan pembayaran meliputi:
1) Jumlah yang telah dibayarkan sampai dengan angsuran yang lalu;
2) Jumlah angsuran dalam berita acara;
3) Perhitungan Uang muka dan potongan lainnya; dan
4) Jumlah yang berhak diterima dengan berita acara pembayaran ini.

7. Surat Perintah Bayar (SPBy)


Dalam PMK 190/PMK.05/2012 dikenalkan dokumen yang perlu
dilampirkan dalam pelaksanaan anggaran yang disebut dengan Surat
Perintah Bayar (SPBy). SPBy sebagai bukti otorisasi PPK atas belanja
adalah dokumen yang menjadi dasar bagi Bendahara Pengeluaran untuk

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 107


melakukan pembayaran dari Uang Persediaan. SPBy disetujui dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri dengan bukti pengeluaran:
a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP;
b. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang diperlukan yang telah disahkan PPK.
c. dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti
pembelian Bendahara Pengeluaran/BPP membuat kuitansi.
Berdasarkan SPBy Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
a. pengujian atas SPBy yang meliputi pengujian sebagaimana
kewenangan Bendahara;
b. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy
yang diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
a. Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan dana; dan
c. Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari
penerima uang muka kerja.

Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian. Dalam hal


pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan,
Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan. Terkait
uang muka penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan
uang muka kerja sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada berupa
bukti pengeluaran sebagaimana. Atas dasar pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian bukti pengeluaran.

Adapun contoh format Surat Perintah Bayar dapat disampaikan


sebagai berikut.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 108


Gambar 4.2. Format Surat Perintah Bayar (SPBy)

KEMENTERIAN XXXX REPUBLIK INDONESIA

PUSDIKLAT XXXXX

SURAT PERINTAH BAYAR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan
kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan pembayaran sejumlah :
Rp840,000

Kepada : ………………………………………..
Untuk Pembayaran : Pembayaran SPD Kegiatan Sosialisasi Peraturan Akuntansi
dan update Aplikasi Pelaporan Tahun 2017 di Bandung

Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian : ………………………………………..
2. Nota/bukti penerimaan
barang/jasa/ : ………………………………………..
(bukti lainnya)

Dibebankan pada :
Kegiatan, output, MAK : xxxx

Kode : …………..

Setuju/lunas dibayar,
tanggal………………… Diterima tanggal………………….. Bogor,…………………………
a.n. Kuasa Penguna
Anggaran
Bendahara Pengeluaran Penerima Uang/Uang Muka Kerja Pejabat Pembuat Komitmen

Rangga Perdana Dewantoro Aji Prasetyo Rizqyaji Ilham Fajri


NIP 198806162008121001 NIP 199001102008121002 NIP 198003191996031001

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 109


8. Pajak yang Dipungut Bendahara
Dalam pelaksanaan pembayaran yang dananya bersumber dari APBN
Bendahara senantiasa harus memperhatikan ketentuan mengenai
perpajakan. Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang
membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan wajib melakukan
pemungutan pajak penghasilan dan PPN. Pembahasan dan perhitungan
pajak secara detail dimuat dalam modul Perpajakan Bendahara
Pengeluaran.

Studi Kasus

Terkait dengan pembelian ATK Rp45.000.000 dari CV Sumber ATK,


dilampirkan kuitansi sebagai dasar permintaan pembayaran kepada Bendahara.
Terkait dokumen tersebut apa saja yang harus diuji?
1. Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama jabatan.
Contoh : Sudah terima dari Kuasa Pengguna Anggaran …………
2. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama
dan jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan. Untuk Badan Hukum (perusahaan) diberikan pula stempel
perusahaan. Apabila yang menerima adalah kuasa penerima, maka harus
didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak kepada yang
dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp6.000,-
3. Setuju Dibayar a/n Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
Komitmen...
4. Tanda tangan lunas oleh Bendahara Pengeluaran dan tanda tangan
setuju dibayar oleh KPA/PPK.
5. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/ pekerjaan
yang dilaksanakan.
6. Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan angka
dan huruf.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 110


7. Tahun anggaran dan mata anggaran atau akun keluaran yang tertulis
dalam kuitansi adalah yang sesuai dengan pembebanan anggaran.
8. Bea materai tempel Rp6.000,00. Untuk kuitansi diatas Rp1.000.000,00
9. NPWP pihak rekanan harus dicantumkan dalam kuitansi pembayaran
10. Dalam redaksi penulisan pada kuitansi tidak dibenarkan adanya
coretan/hapusan/tindasan khususnya penulisan jumlah uang dengan
angka dan jumlah uang dengan huruf.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 111


Latihan

Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 4 tentang Pengujian


Dokumen Persyaratan Administrasi Belanja Non Pegawai maka kepada peserta
diminta untuk mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta dalam mengerjakan
menemukan hambatan, peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan
latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut atau menghubungi widyaiswara.

1. Jelaskan tata cara pelaksanaan pengujian belanja barang!


2. Jelaskan tata cara dalam pelaksanaan pengujian belanja modal!
3. Sebutkan tanda bukti pembelian/pembayaran dan apasaja yang harus diuji dari
dokumen-dokumen tersebut!
4. Jelaskan pengujian terkait dengan Surat Perintah Bayar (SPBy)!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 112


Rangkuman
1. Salah satu tugas Bendahara adalah melakukan pengujian terhadap belanja
barang yang dibayarkan melalui Uang Persediaan. Bendahara harus
memastikan kebenaran jumlah, kelengkapan dokumen, ketepatan Akun,
kebenaran penerima, dll.
2. Belanja barang yang dapat dibayar dengan mekanisme UP maksimal
Rp50.000.000,- per transaksi per rekanan.
3. Jenis belanja barang antara lain: belanja barang operasional dan non
operasional, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dalam
negeri, belanja perjalanan luar negeri, dan belanja barang BLU.
4. Bendahara juga bertugas untuk melakukan pengujian atas belanja modal yang
dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan. Bendahara harus memastikan
kebenaran jumlah, kelengkapan dokumen, ketepatan Akun, kebenaran
penerima dll.
5. Adapun jenis Belanja Modal adalah sebagai berikut:
a. 5321 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
b. 5331 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
c. 5341 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
d. Belanja Penambahan Nilai Fisik Lainnya
6. Belanja modal yang dapat dibayarkan dengan mekanisme UP adalah Belanja
Modal (53) untuk jumlah maksimal 50 juta per transaksi per rekanan
7. Tanda bukti pembelian/pembayaran dan apa saja yang harus diuji dari
dokumen-berikut, bukti pembelian, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), dan
surat perjanjian.
8. SPBy sebagai bukti otorisasi PPK atas belanja adalah dokumen yang menjadi
dasar bagi Bendahara Pengeluaran untuk melakukan pembayaran dari Uang
Persediaan.
9. SPBy disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA. SPBy dilampiri
dengan bukti pengeluaran:
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak
dan SSP.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 113


b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya
yang diperlukan yang telah disahkan PPK.
c. Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti
pembelian Bendahara Pengeluaran/BPP membuat kuitansi.
d. Berdasarkan SPBy BPP melakukan pengujian atas spby yang meliputi
pengujian sebagaimana kewenangan bendahara dan pemungutan/
pemotongan pajak/ bukan pajak atas tagihan dalam spby yang diajukan
dan menyetorkan ke kas negara.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 114


KEGIATAN BELAJAR 5

PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN


ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA
PNBP DAN BLU

INDIKATOR PEMBELAJARAN
A. Menjelaskan pembayaran pencairan dana bersumber
PNBP
B. Mekanisme pencairan PNBP dan formulir-formulir
terkait pembayaran PNBP
C. Menjelaskan pencairan dana pada Badan Layanan
Umum
Uraian dan Contoh
Anggaran yang bersumber pada PNBP adalah penerimaan PNBP pada
satuan kerja yang dapat dipakai/digunakan untuk membiayai kegiatan pada
satuan kerja tersebut. Sumber penerimaan PNBP yang dapa dipergunakan
tersebut adalah PNBP yang bersifat fungsional. Dana yang dapat dicairkan harus
atas persetujuan menteri keuangan dan ditampung dalam DIPA satker yang
bersangkutan. PNBP fungsional adalah PNBP yang ada pada satuan kerja
karena adanya pelaksanaan fungsi dari satuan kerja tersebut, misalnya: Biaya
Talak, Nikah, Rujuk di Departemen Agama.
Pada prinsipnya pengujian terhadap pencairan anggaran yang bersumber
dari PNBP tidak jauh berbeda dengan yang bersumber dari APBN (Rupiah
Murni). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencairan anggaran yang
bersumber dari PNBP adalah sebagai berikut:
1. Instansi Pengguna yang terpusat: adalah instansi pengguna PNBP dimana
penyetoran penerimaan negara yang diterima oleh satker yang
bersangkutan dilaksanakan secara terpusat. Bendahara Penerima atau juru
pungut PNBP satuan kerja yang bersangkutan menyetorkan terlebih dahulu
ke Bendahara Penerima Pusat baru Bendahara pusat tersebut menyetor
PNBP ke kantor kas negara.
2. Instansi Pengguna PNBP yang tidak terpusat. Bendahara Penerima satuan
kerja yang bersangkutan secara langsung menyetrokan penerimaan PNBP
langsung ke kas negara.
Pembedaan instansi pengguna PNBP tersebut akan menyebabkan
perbedaan dalam pola pencairan dana PNBP oleh satuan kerja yang
bersangkutan. Pada Instansi Pengguna terpusat maka batas pencairan anggaran
(maksimal pencairan) ditentukan oleh pagu dalam DIPA dan pagu sesuai dengan
edaran dari Ditjen Perbendaharaan sedangkan pada Instansi Pengguna tidak
terpusat maksimal pencairan dana ditentukan oleh pagu dalam DIPA dan bukti
Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 122


A. Pembayaran Pencairan Dana Bersumber PNBP
Bendahara Pengeluaran melaksanakan pencairan anggaran yang
bersumber PNBP khusus yang dibayarkan melalui Uang Persediaan.
Secara umum langkah-langkah pengujian dan dokumen yang diuji tidak
jauh berbeda dengan pembayaran UP yang bersumber Rupiah Murni.
Beberapa hal yang membedakan antara lain terkait dengan penentuan
besarnya UP yang dapat dicairkan oleh Satker PNBP dan ketentuan saat
pelaksanaan GUP.
Ketentuan mengenai Uang Muka untuk dana yang bersumber dari
PNBP diatur sebagai berikut:
1. UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya.
2. UP dapat diberikan kepada Satker pengguna sebesar 20% dari pagu
dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar Rp500 juta, dengan
melampirkan Daftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana
DIPA (PNBP) tahun anggaran sebelumnya. Apabila UP tidak
mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil satu bulan
dengan memperhatikan maksimum pencairan (MP). Dalam pencairan
UP dana PNBP untuk instansi Pengguna pengajuan UP sebaiknya
dilakukan setelah penerimaan PNBP telah diterima oleh satker yang
bersangkutan. Hal ini mengingat:
a. Apabila ternyata penerimaan PNBP jauh dibawah target maka
UP yang terlanjur dicairkan harus dikembalikan ke kas Negara;
b. GUP baru dapat dicairkan setelah penerimaan PNBP tercapai.
Sehingga apabila PNBP tidak segera tercapai UP yang terlanjur
dicairkan tidak dapat dinihilkan maupun di GUP kan. Apabila
terjadi dalam jangka waktu yang panjang hal tersebut dapat
menjadi obyek temuan pemeriksaan.
3. Batas Pencairan UP PNBP
Dalam hal pembayaran tagihan terhadap APBN yang bersumber
PNBP harus diperhatikan sumber dana yang tersedia. Pada
prinsipnya kegiatan dapat dilaksanakan apabila PNBP telah masuk ke
kas Negara (telah disetor ke rekening kas Negara). Untuk itu setiap
pembayaran yang bersumber PNBP harus memperhatikan batas

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 123


maksimal pencairan dana. Adapun ketentuan mengenai batas
maksimal pencairan dana dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimum sesuai
formula sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) = JPS
MP = Maksimum Pencairan Dana
PPP = Proporsi Pagu Pengeluran terhadap Pendapatan
JS = Jumlah setoran
JPS = Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan
SPM terakhir yang diterbitkan
b. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN, Satker
pengguna harus melampirkan Daftar perhitungan Jumlah MP;
c. Untuk satker pengguna yang setorannya dilakukan secara
terpusat, pencairan dana diatur secara khusus dengan surat
edaran Dirjen PBN tanpa melampirkan SSBP;
d. Untuk satker pengguna yang menyetorkan pada masing-masing
unit (tidak terpusat), pencairan dana harus melampirkan bukti
setoran (SSBP) yang telah dikonfirmasi olah KPPN;
e. Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna diatur
berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan yang berlaku;
f. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP satker yang bersangkutan dalam DIPA;
g. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP oleh
kuasa PA, dilakukan dengan mengajukan SPM setempat cukup
dengan melampirkan SPTB;
h. Khusus perguruan tinggi negeri selaku pengguna PNBP (non
BHMN), sisa dana PNBP yang disetorkan pada akhir tahun
anggaran ke rekening kas negara dapat dicairkan kembali
maksimal sebesar jumlah yang sama pada awal tahun anggaran
berikutnya mendahului diterimanya DIPA dan merupakan bagian
dari target PNBP yang tercantum dalam DIPA tahun anggaran
berikutnya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 124


4. Ketentuan mengenai sisa Dana PNBP
a. Sisa dana PNBP dari satker pengguna PNBP yang merupakan
lembaga pendidikan yang disetorkan ke rekening kas Negara
pada akhir tahun anggaran merupakan bagian realisasi
penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya dan dapat
dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan setelah
diterimanya DIPA. Sedangkan bagi Instansi non lembaga
pendidikan harus disetor ke kas Negara dan bukan merupakan
bagian dari target penerimaan tahun berikutnya.
b. Sisa UP/TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran yang
tidak disetorkan ke rekening kas Negara, akan diperhitungkan
pada saat pengajuan pencairan dana UP tahun anggaran
berikutnya. Untuk keseragaman dalam pembukuan sistem
akuntansi, maka penyetoran PNBP agar menggunakan formulir
SSBP.

B. Mekanisme Pencairan PNBP dan Formulir-Formulir


Terkait Pembayaran PNBP
Mekanisme pencairan PNBP pada prinsipnya sama dengan yang
bersumber dari Rupiah Murni. Pencairan dapat dilaksanakan dengan
menggunakan metode UP atau LS. Dokumen yang dipergunakan pada
prinsipnya juga sama dengan tatacara pencairan dengan mekanisme UP
dan LS pada Rupiah Murni dengan sedikit tambahan seperti formulir SSBP
dan formulir Maksimal Pencairan (MP) untuk Instansi Pengguna yang tidak
terpusat. Adapun untuk Instansi Pengguna PNBP yang terpusat pencairan
harus menunggu ketentuan Surat Edaran terkait Maksimal Pencairan dari
Ditjen Perbendaharaan.
1. Formulir Pencairan Dana PNBP
Formulir Maksimal Pencairan dana bagi Instansi Pengguna
PNBP yang tidak terpusat dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat
lampiran PMK-190/PMK.05/2012):

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 125


Gambar 5.1. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan Dana
(MP)

2. Pengujian yang Dilakukan Bendahara


Pengujian yang dilakukan Bendahara Pengeluaran pada
prinsipnya sama dengan pengujian untuk pencairan dana yang
bersumber dari Rupiah Murni. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
bendahara pengeluaran adalah:
a. kesesuaian penerimaan PNBP dengan ketentuan maksimal
pencairan dana;
b. pengisian formulir Maksimal Pencairan;
c. jumlah SSBP untuk Instansi pengguna yang tidak terpusat;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 126


d. maksimal Pencairan dalam Surat Edaran untuk Instansi
Pengguna yang terpusat;
e. mekanisme Pencairan dana dapat dilakukan dengan UP atau
dengan LS;
f. Akun Belanja;
g. bukti-bukti pembelian/kuitansi yang benar;
h. dokumen lampiran yang harus disertakan (sama dengan
pencairan dana yang bersumber dari Rupiah Murni).

C. Pengujian Tagihan Badan Layanan Umum

Pelaksanaan Belanja Satuan kerja yang berstatus Badan Layanan


Umum mengacu prinsip-prinsip pengelolaan APBN. Untuk pelaksanaan
belanja operasional, satker BLU mempunyai dua rekening belanja
operasional yaitu: rekening pengeluaran sumber dana Rupiah Murni dan
Rekening operasional pengeluaran sumber dana PNBP. Prosedur pengujian
yang harus dilakukan terhadap pelaksanaan belanja operasional pada satker
BLU dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rekening Pengeluaran Sumber Dana Rupiah Murni
Terkait dengan belanja yang bersumber dari Rupiah murni BLU harus
menerapkan aturan dan governance yang sesuai atau sama dengan
satuan kerja lain. Dalam mencairkan dana dari Kas Negara BLU harus
melengkapi persyaratan sebagaimana satuan kerja pada umumnya.
Pencairan harus dimulai dari adanya tagihan, pembuatan SPP,
pembuatan SPM dan selanjutnya penerbitan SP2D oleh KPPN. Pejabat
dokumen dan pihak yang terkait dalam proses pencairan tersebut sama
sebagaimana satuan kerja pada umumnya.
2. Rekening Operasional Pengeluaran Sumber Dana PNBP
Dana yang berada dalam rekening ini bersumber dari PNBP yang
diperoleh BLU. PNBP tersebut tidak disetorkan ke kas negara namun
langsung dikelola oleh BLU bersangkutan. Dalam menggunakan dana
yang bersumber dari PNBP Badan Layanan umum dapat membuat
mekanisme tersendiri untuk proses yang berjalan di internal satker BLU.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 127


Namun mekanisme tersebut harus tetap sesuai dengan Prinsip-Prinsip
Pengelolaan APBN.
Selanjutnya untuk proses yang terkait dengan Bendahara Umum Negara
terdapat beberapa dokumen yang harus dilengkapi oleh satker BLU.
Pembeda utama dari mekanisme pencairan dana yang bersumber dari
rekening operasional pengeluaran sumber dana PNBP adalah terkait
dengan penerbitan SP2D oleh KPPN. KPPN tidak menerbitkan SP2D
karena dana dalam rekening operasional tersebut dapat lagsung
dicairkan oleh BLU.
Dokumen-dokumen yang dipergunakan terkait penggunaan dan
pertanggungjawaban dana yang bersumber dari Rekening Operasional
Pengeluaran Sumber Dana PNBP adalah:

1. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU yang


selanjutnya disebut SP3B BLU adalah surat perintah yang diterbitkan
oleh PP-SPM untuk dan atas nama Kuasa PA kepada Kuasa Bendahara
Umum Negara untuk mengesahkan pendapatan dan atau belanja BLU
yang sumber dananya berasal dari PNBP yang digunakan langsung.
2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang selanjutnya disingkat SPTJ
adalah pemyataan tanggung jawab yang dibuat oleh Kuasa
PA/Pemimpin BLU atas pendapatan dan/atau belanja BLU yang sumber
dananya berasal dari PNBP yang digunakan langsung.
3. Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU yang selanjutnya
disebut SP2B BLU adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk mengesahkan pendapatan dan/atau belanja BLU
berdasarkan SP3B BLU.

Studi Kasus
Satuan Kerja X sebagai Instansi Pengguna PNBP pada tahun Anggaran
2018 mempunyai target PNBP sebesar Rp100.000.000,00 Pagu
Pengeluaran Satuan Kerja tersebut sebesar Rp80.000.000,00 Tentukan:
1. Besarnya UP yang dapat diajukan oleh satker tersebut pada awal
tahun anggaran;

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 128


2. Pada bulan April 2018 Satker tersebut telah menyetorkan PNBP ke
Kas Negara sebesar Rp40.000.000. Tentukan besarnya maksimal
pencairan dana yang dapat dilakukan oleh satuan kerja tersebut.
Jawab:
1. Besarnya UP yang dapat diajukan sebesar 20% X Rp80.000.000=
Rp16.000.000;
2. Maksimal Pencaiaran dana (GUP dan LS) sebesar 80% X
Rp40.000.000= Rp32.000.000

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 129


Latihan
Agar peserta dapat memahami materi Kegiatan Belajar 5 tentang Pengujian
Dokumen Persyaratan Administrasi Pembayaran Belanja PNBP dan BLU maka
kepada peserta diminta untuk mengerjakan latihan di bawah ini. Apabila peserta
dalam mengerjakan menemukan hambatan, peserta dapat membuka kembali
pembahasan terkait dengan latihan pada kegiatan belajar dari latihan tersebut
atau menghubungi widyaiswara.
1. Jelaskan pencairan dana yang bersumber dari PNBP melalui mekanisme
UP!
2. Jelaskan ketentuan TUP dalam pencairan dana PNBP!
3. Apa yang dimaksud dengan proporsi pengeluaran terhadap pagu
pendapatan!
4. Kapan kegiatan yang bersumber PNBP dapat dapat direalisasikan!
5. Sebutkan variabel yang mempengaruhi besaran pencairan dana yang
berasal dari PNBP!

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 130


Rangkuman
1. Anggaran yang bersumber pada PNBP adalah anggaran yang dapat
dipakai/digunakan oleh sebuah satuan kerja karena pada satuan kerja
tersebut terdapat penerimaan PNBP fungsional. Ketentuan mengenai Uang
Muka untuk dana yang bersumber dari PNBP diatur sebagai berikut:
UP/TUP untk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya, UP dapat
diberikan kepada Satker pengguna sebesar 20% dari pagu dana PNBP
pada DIPA maksimal sebesar Rp500 juta, dengan melampirkan Daftar
Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA (PNBP) tahun
anggaran sebelumnya. Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan
TUP sebesar kebutuhan riil satu bulan dengan memperhatikan maksimum
pencairan (MP).
2. Dalam hal pembayaran tagihan terhadap APBN yang bersumber PNBP
harus diperhatikan sumber dana yang tersedia. Pada prinsipnya kegiatan
dapat dilaksanakan apabila PNBP telah masuk ke kas Negara (telah disetor
ke rekening kas Negara). Untuk itu setiap pembayaran yang bersumber
PNBP harus memperhatikan batas maksimal pencairan dana. Sisa dana
PNBP dari satker pengguna diluar butir I, yang disetorkan ke rekening kas
Negara pada akhir tahun anggaran merupakan bagian realisasi penerimaan
PNBP tahun anggaran berikutnya dan dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan setelah diterimanya DIPA.
3. Sisa UP/TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran yang tidak
disetorkan ke rekening kas Negara, akan diperhitungkan pada saat
pengajuan pencairan dana UP tahun anggaran berikutnya.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 131


Daftar Pustaka

Sumber Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran.

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan


Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum (BLU).
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2018.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178/PMK.05/2018 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang


Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara

Peraturan Menteri Keuangan No.214 /PMK.05/2013 ttg BAS sebagaimana dirinci lebih
lanjut dg Kep Dirjen Perbendaharaan No. KEP-311/PB/2014 dan Kep-
211/PB/2018 ttg Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar beserta
penyempurnaannya;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.02/2016 Tentang Standar Biaya Keluaran


Tahun 2017.

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 174


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018 Tahun 2018 Tentang
Perubahan atas PMK Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018 Tentang Kodefikasi Segmen
Akun Pada Bagan Akun Standar

Link Video Pembelajaran


Ashari, Hasan. Pengujian Belanja Negara bagi Bendahara Pengeluaran. Pusdiklat Anggaran
dan Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. https://klc.kemenkeu.go.id/pusap-
pengujian-belanja-negara-bagi-bendahara-pengeluaran/ (diakses 16 Oktober 2018).

Ashari, Hasan. Pengujian Perjalanan Dinas. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan,


Kementerian Keuangan. https://klc.kemenkeu.go.id/pusap-hasanashari2-pengujian-
perjalanan-dinas/ (diakses 27 Juli 2018).

Madjid, Noor C. Konsep Pengujian dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.
https://klc.kemenkeu.go.id/pusap-konsep-pengujian-dalam-pelaksanaan-anggaran-
pendapatan-dan-belanja-negara/ (diakses 30 Juli 2018).

Sijabat, Heryanto. Tips Pengujian Kelengkapan SPBy yang Benar. Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. https://klc.kemenkeu.go.id/pusap-tips-
pengujian-kelengkapan-spby-yang-benar/ (diakses 28 September 2018).

Subekan, Achmat. Pengujian Tagihan oleh Bendahara Pengeluaran. Direktorat Jenderal


Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. https://klc.kemenkeu.go.id/pengujian-
tagihan-oleh-bendahara-pengeluaran/ (diakses 19 Juli 2018).

Wibawa, Dwi A. Siapa yang Harus Menguji Tagihan Belanja. Pusdiklat Anggaran dan
Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. https://klc.kemenkeu.go.id/pusap-siapa-
yang-harus-menguji-tagihan-belanja/ (diakses 23 Maret 2018).

PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN 175


©2020
Hak Cipta
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai