Anda di halaman 1dari 13

PBL 3 BLOK 2

PERTEMUAN 1
12 NOVEMBER 2021

SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke departemen bedah mulut suatu
rumah sakit gigi dan mulut dengan keluhan adanya perdarahan gusi, rasa sakit pada
gigi-geliginya, gusi yang terasa membesar, dan gigi-geligi yang tampak memanjang.
Dari hasil pemeriksaan rongga mulut, pasien memiliki status kebersihan rongga
mulut yang buruk. Pada pemeriksaan lebih lanjut diketahui adanya keterkaitan
penyakit yang diderita pasien ini dengan abnormalitas proses pernafasan yang
ditandai dengan adanya perubahan penurunan kapasitas fosforilasi oksidatif, dimana
sel dengan aktivitas metabolik tinggi menjadi sangat terpengaruh oleh karena
adanya penurunan pernafasan aerobik ini. Pasien diketahui masih mengkonsumsi
phenytoin hingga saat ini oleh karena adanya riwayat kejang.
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Gigi geligi: gigi yang tersusun diatas tulang rahang diatas linggir tulang
rahang yang melekat pada jaringan pendukung gigi ( didalam rongga
mulut.
2. Phenytoin: obat untuk meredakan kejang
3. Aktivitas metabolik: rangkaian reaksi kimia untuk mempertahankan hidup
dalam setiap organisme
4. Pernafasan aerobik: merupakan proses menghasilkan energi dengan
oksidasi penuh nutrisi melalui siklus krebs dimana oksigen bergerak
sebagai akseptor elektron terakhir, sebuah reaksi pemecahan senyawa
glukosa yang memerluka bantuan oksigen. berlangsung di sitoplasma dan
mitokondria
5. Fosforilasi oksidatif: transpor elektron di mitokondria

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu mitokondria (struktur, letak, dan fungsi)
2. Penyebab disfungsi mitokondria
3. Apa penyebab abnormalitas pada pernapasan, Defenisi dan mekanisme
fosforilasi oksidatif
4. Apa yang dimaksud dengan penurunan fosforilasi oksidatif
5. Faktor penghambat dan faktor yang meningkatkan fosforilasi oksidatif
6. Perbedaan aerob dan anaerob
7. Bagaimana mekanisme pernapasan aerobik
8. Efek samping dan mekanisme kerja phenytoin
9. Apa hubungan penggunaan obat phenytoin dengan proses respirasi
aerobic
10. Mengapa sel dengan aktivitas metabolik tinggi sangat terpengaruh dengan
penurunan respirasi aerob?
C. ANALISIS MASALAH
1. - Mitokondria merupakan organel tempat berlanjutnya fungsi respirasi sel
makhluk hidup, selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam lemak,
biosintesis pirimidin, homeostasis kalsium, transduksi sinyal selular dan
penghasil energi[1] berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
-Struktur
Struktur umum suatu mitokondrion
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel
otot jantung. Jumlah dan wujud mitokondria bisa berbeda-beda untuk
setiap sel. Mitokondria berwujud elips dengan diameter 0,5 µm dan
panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat anggota
utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan
matriks yang terletak di anggota dalam membran[3].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang
sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini
bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000
Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria mirip membran luar
bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim
yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam babak
transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-
KoA.
- Fungsi mitokondria
Peran utama mitokondria merupakan sebagai pabrik energi sel yang
menghasilkan energi dalam wujud ATP. Metabolisme karbohidrat akan
habis di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬
menjadi CO2 dan cairan. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu lebih
kurang tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul
glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam babak glikolisis hanya
dihasilkan dua molekul ATP. Babak pembentukan energi atau dikenal
sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran anggota dalam
mitokondria. Babak pembentukan ATP melibatkan babak transpor elektron
dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I
(NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks
III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase),
dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide
Translocator (ANT) Letaknya tersebar acak di sitoplasma, atau menempati
lokasi tertentu di dalam sel, misalnya pada sel otot lurik.
-Sifat Mitokondria, Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal
sebagai mtDNA (mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan
tidak terlindungi membran (prokariotik). DNA mitokondria memiliki ciri-ciri
yang berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan
bentuk. Di antaranya adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu
sekitar 10-17 kali DNA inti.
2. Penyebab disfungsi mitokondria ada beberapa faktor yaitu mutasi mtDNA
yaitu gen nuklir pada mitokondria, adanya infeksi, signaling protein
tertentu, adanya senyawa-senyawa tertentu, asam lemak, etil ester,
alcohol, thimerosal, merkuri, dan beberapa senyawa radikal bebas lainnya
yang berasal dari konsumsi obat-obatan.

3. - penyebab abnormalitas pada pernapasan: adanya gangguan


mitokondria, dimana gangguan mitokondria atau mitochondria disfunction
merupakan keadaan dimana mitokondria mengalami kegagalan fungsi
dalam produksi energi untuk kehidupan sel karena kesalahan
signaling/mutase gen dalam DNA. hal ini mengganggu jalur/rantai kativitas
respirasi terputus dan terhambat yang menyebabkan oksidasi nitrat,
gangguan transport electron, terjaidnya stress oksidatif, peningkatan
produksi radikal bebas yang memicu terganggunya aliran electron pada
respirasi dan penurunan aktivitas oksidatif sehingga dapat menyebabkan
kerusakan yang berujung kematian sel (apoptosis)
- jadi pada scenario adanya keluhan pada gusi dan pendarah pada
gusi.hasil pemeriksaan terdapat kebersihan mulut yang buruk.kebersihan
mulut yang buruk dapat menyebabkan abnormalitas pada pernafasan
karena kebersihan mulut yang tidak terjaga dengan baik dapat
meningkatkan risiko kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular merupakan
masalah kesehatan yang berkenaan dengan pembuluh darah dan jantung.
Bakteri yang masuk dapat menyebabkan peradangan dan infeksi pada
area tertentu. Pada beberapa kasus, bakteri dari mulut dapat
menyebabkan penyumbatan arteri.

4. Yaitu ketika terjadi penurunan oksigen kebawah nilai normoxic ,penurunan


ini tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat penggunaan ATP . Pada
tekanan oksigen di bawah normal, fosforilasi oksidatif masih dapat
mensintesis ATP cukup cepat untuk mencocokkan tingkat penggunaan
tetapi hanya pada penurunan keadaan energi. Dengan penurunan
progresif tekanan oksigen, terjadi penurunan progresif dalam status energi
yang mengembangkan gangguan metabolik (stres metabolik) melalui
metabolisme sel

5. -faktor yang dibutuhkan dalam fosforilasi oksidatif adalah NAD, OKSIGEN,


FAD, ADP, DAN PROTEIN. kemudian faktor yang menghambat fosforilasi
oksidatif adalah kurangnya oksigen, respirasi anaerob, dan keadaan yang
tidak menguntungkan untuk kerja enzim untuk menghasilkan 34 ATP

6.  Respirasi aerob: respirasi yang membutuhkan oksigen


• Hasilnya 38 ATP
• Membebaskan CO2 dan H20 secara sempurna
• Hydrogen yang di bebaskan akan digabung dengan O2 menjadi H2O
• Lebih kompleks, contoh glikolisis, siklus krebs, transfer electron
• Terjadi di mitokondria
 Respirasi anaerob : respirasi yang tidak membutuhkan oksigen
• Menghasilkan 2 ATP dari tiap tahapan dan menghasilkan asam laktat
• Terjadi pada hewan dan menusia
• Bahan yang digunakan yaitu 2 asam piruvat
• Lebih sederhana, contoh glikolisis dan fermentasi
• Terjadi di sitoplasma

7. Respirasi aerob adalah proses penguraian senyawa organik


menggunakan oksigen bebas. Respirasi ini berlangsung di dalam
mitokondria.Tahapannya : 1. Glikolisis
Glikolisis merupakan tahap pertama respirasi aerob yang terjadi di dalam
sitoplasma atau sitosol.
Proses Dekarboksilasi Oksidatif berada pada mitokondria, tepatnya pada
matriks mitokondria. Tempat berlangsungnya tahapan Siklus Krebs adalah
di dalam matriks mitokondria.Tempat berlangsungnya tahapan transpor
elektron berada di bagian mitokondria, tepatnya di membran dalam (krista)
mitokondria.
-penyebab dan akibat
penyebab dan akibat Akibat penurunan respirasi aerobic akibat

-Bahan dari respirasi aerob nya kurang -Kalau oksigen nya terhambat,
akan mengakibatkan oksigen superoksida danhydrogen peroksida yang
menyebabkan pembentukan radikal bebas, merusaksel tubuh, dan
penuaan
Penyebab
Karena keadaan tubuh yang sakit, sehingga terjadi kematian beberapa sel

Adanya Beberapa sindrom


1. Sindrom Mitokondrial Myophaty : Serabut otot tidak dapat
berfungsikarena kelumpuhan, kram, atau tegang
2. Sindrom Encephalophaty : Fungsi dan struktur otak abnormal,
atauhilangnya aktivitas otak dari waktu ke waktu
3. Sindrom Lactoacidosis : Tingginya kadar asam laktat pada tubuh
jikakekurangan oksigen, contohnya ketika sedang berolahraga.
4. Sindrom MELAS : Gabungan dari Encephalophaty, Lactoacidosis,
danStoke-like Syndrom. Dapat diartikan sebagai disfungsi otak yang
disertaikejang serta penyakit otot.

8. -efek samping
• sakit kepala, pusing atau vertigo
• Rasa gugup
• Menyebabkan gusi menjadi berdarah
• Merubah suasana hati sampai depresi
• Secara khusus menyebabkan gusi bengkak
• Defisiensi/kekurangan vitamin D
• Pada kulit, dapat berupa ruam, dermatitis
• Hipotensi (tekanan dara rendah)
• Gangguan pada atrium dan ventrikel (bilik jantung)
• insomnia
-mekanisme penggunaan phenytoin
Secara farmakologi, phenytoin (fenitoin) bekerja sebagai antikonvulsan
dengan cara meningkatkan efluks atau menurunkan influks ion natrium di
membran neuron pada korteks motorik. Hal ini dapat menstabilisasi
neuron dan mencegah hipereksitabilitas.
Struktur kimia phenytoin terdiri dari cincin heterosiklik yang salah satu
cabangnya berikatan dengan derivat hidantoin. Dalam sediaan obat,
phenytoin biasanya berbentuk garam, yaitu phenytoin sodium.
Pada dosis terapeutik, phenytoin
Bioavailabilitas phenytoin adalah sekitar 95% (PO) tergantung pada
ukuran partikel dan zat tambahan yang terkandung dalam sediaan. Jika
diberikan secara peroral, onset phenytoin lambat dan bervariasi sesuai
formulasinya. Onset pada neonatus dilaporkan lebih lambat. Plasma peak
time phenytoin adalah 1,5–3 jam untuk sediaan lepas cepat dan 4–12 jam
untuk sediaan lepas lambat.

-Sistem Saraf Pusat


Efek samping phenytoin pada sistem saraf pusat dapat berupa
nystagmus, vertigo, disartria, gangguan koordinasi, konfusi, pusing, sakit
kepala, insomnia, kecemasan sementara, dan kedutan atau gerakan
repetitif tidak terkontrol pada lidah, bibir, muka, dan ekstremitas. Selain itu,
phenytoin juga dapat menyebabkan gangguan motorik seperti dyskinesia,
chorea, dystonia, tremor, dan asterixis.

Sistem Gastrointestinal
Efek samping phenytoin pada sistem gastrointestinal dapat berupa mual,
muntah, konstipasi, diare, dysgeusia (rasa metal/logam di lidah), hepatitis
toksik, dan kerusakan hepar.[2,5,7]

Sistem Hematopoietik
Efek samping phenytoin pada sistem hematopoietik adalah
trombositopenia, leukopenia granulositopenia, agranulositopenia,
pansitopenia, dan anemia tipe makrositik dan megaloblastik yang
merespons suplementasi asam folat. Selain itu, phenytoin juga dapat
menimbulkan limfadenopati, pseudolimfoma, dan limfoma.

Metabolik dan Endokrin


Efek samping metabolik phenytoin adalah defisiensi vitamin D dan
hiperglikemia jika digunakan secara kronik. Selain itu, obat ini juga dapat
menimbulkan hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hirsutisme.[2,5,7]
Kulit
Efek samping phenytoin pada kulit dapat berupa ruam, dermatitis (bulosa,
eksfoliatif, atau purpura), lupus eritematosa, sindrom Stevens-Johnson,
toxic epidermal necrolysis, dan nekrosis jaringan atau kulit pada
pemberian secara intravena.[2,5,7] Penggunaan phenytoin secara
intravena juga dapat menimbulkan efek samping lokal yang dikenal
dengan nama purple glove syndrome. Sindrom ini meliputi edema,
perubahan warna kulit, dan nyeri di area distal dari lokasi penyuntikan. Hal
ini mungkin disebabkan oleh ekstravasasi.

Jaringan Ikat
Efek samping phenytoin pada jaringan ikat adalah coarsening wajah,
pembesaran bibir, hiperplasia gusi, hipertrikosis, penurunan densitas
tulang (pada penggunaan kronik), dan Peyronie’s disease.[2,5,7]

Sistem Imun
Efek samping phenytoin pada sistem imun adalah reaksi hipersensitivitas,
anafilaksis, systemic lupus erythematosus (SLE), periarteritis nodosa,
abnormalitas imunoglobulin, dan drug reaction with eosinophilia and
systemic symptoms (sindrom DRESS).[2,5,7]

Sistem Kardiovaskular
Penggunaan phenytoin secara intravena dapat menimbulkan efek
samping bradikardi, aritmia, fibrilasi ventrikel, gangguan konduksi
atrium/ventrikel, syok, dan hipotensi.

9. Phenytoin adalah obat kejang dan punya efek samping, kalau ada
alergi atau efek samping akan mempengaruhi pernapasan, phenytoin
memperparah fosforilasi oksidatif menjadi menurun, Kondisi yang
dialami oleh Komponen penyelenggara fosforilasi oksidatif pada
pasien di scenario, terjadi sindrom MELAS, dimana respirasi Anaerob
menyebabkan penurunan asam laktat.

10. Sel dengan aktivitas metabolik tinggi adalah aktivitas yang


membutuhkan ATP yang tinggi dalam proses metabolismenya.
contohnya terjadi pada sel otot yang yang membutuhkan banyak
energi, terdapat banyak mitokondria disana.
Antara sel dengan aktivitas metabolic tinggi sangat berpengaruh
dengan penuruann respirasi aerob, karena jika respirasi aerob
terganggu menyebabkan oksigen akan berkurang sehingga aktivitas
metaboliknya akan ikut terganggu
D. MENETAPKAN TUJUAN BELAJAR
1. Mitokondria dalam fosforilasi oksidatif
2. Terkait penggunaan phenytoin dalam kondisi yang dialami pasien
(mekanisme,efek)
3. MELAS syndrom (gejala,penyebab,efek)
4. Faktor yang mempengaruhi fosforilasi oksidatif
5. Hubungan kejang yang dialami pasien terhadap fosforilasi oksidatif
PBL 3 BLOK 2
PERTEMUAN 2
16 NOVEMBER 2021

Hasil belajar mandiri

1. Mitokondria dalam fosforilasi oksidatif:


Fosforilasi oksidatif merupakan lintasan metabolisme untuk
menghasilkan energi berupa ATP, yaitu dengan menggunakan energi
yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien. Lintasan inimerupakan cara
yang paling efisien dalam menghasilkan energi dibandingkan dengan
proses fermentasi dan glikolisis anaerob. Proses ini terjadi di dalam
mitokondria tepatnya di membran cristae dimana NADH dan FADH2
hasil dari siklus asam sitrat merupakan bahan bakar utama dalam
proses fosforilasi oksidatif yang bekerja di mitokondria.
Dalam hal ini tiga molekul ATP dihasilkan untuk setiap pasang
elektronyang dibawa dari NADH ke Oksigen atau dua ATP untuk
pengangkutan elektron dari Ubikuinonke Oksigen. Sehingga tiap
substrat yang melepaskan elektronnya ke NADH akan
menghasilkantiga ATP dan mereduksi satu atom oksigen. Proses
fosforilasi oksidatif pada rantai pernafasan terdiri dari tiga mekanisme
yangmasing-masing berdiri sendiri, namun ketiganya terkoordinasi
sedemikian rupa sehinggamenghasilkan ATP dari ADP + Pi dan
reduksi O2 menjadi H2O.
Ketiga mekanisme itu adalah:
1) sintesis ATP dari ADP + Pi dikatalis oleh kompleks ATPaseyang
terdapat pada permukaandalam membran-membran mitokondria.
2) mekanisme pengangkutan elektron sepanjang rantai pernafasan,
yang juga terdapat dalammembran dalam mitokondira.
3) suatu mekanisme yang berperan dalam merangkaikan kedua
mekanisme tersebut diatas.
Proses yang terjadi adalah sebagai berikut : NADH dan FADH2
dioksidasi - melepaskan elektron ke RTE - melewati
serangkaiansenyawa pembawa elektron, - energi yang dilepaskan
digunakan untuk memompa ion H+ - terjadi gradien ion H+ - yang
menggerakkan pembentukan ATP oleh enzimsyntahse. Molekul O2
sbg penerima elektron terakhir - terbentuk H2O dengan menghasilkan
ATP

2. Terkait penggunaan phenytoin dalam kondisi yang dialami pasien


(mekanisme,efek):
- Cara kerja utama fentionin pada epilepsy adalah memblokade
pergerakan ion melalui kanal natrium dengan menurunkan aliran ion Na+
yang tersisa maupun aliran ion Na+ yang mengalir selama penyebaran
potensial aksi, selain itu fentionin memblokade dan mencegah potensiasi
pos tetanik, membatasi perkembangan aktivitas serangan yang maksimal
dan mengurangi penyebaran serangan. Fenitoin berefek sebagai
stabilisasi pada semua membrane neuronal, termasuk saraf perifer dan
mungkin bekerja pada membrane yang eksitabel (mudah terpacu) maupun
yang tidak ekstibel.
Fenitoin juga dapat menghambat kanal kalsium(Ca+) dan menunda
aktifasi aliran ion K keluar selama potensial aksi, sehingga menyebabkan
kenaikan periode refractory dan menurunnya cetusan ulangan.
-efek samping: sakit kepala, pusing, vertigo, mual, muntah, sembelit
kesulitan untuk tidur
-efek samping serius:
1.Ruam parah pada kulit yang menimbulkan rasa gatal, kemerahan,
melepuh, mengelupas, hingga luka.
2.Mengalami depresi dan kecemasan parah.
3.Muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
4.Perubahan mood atau perilaku yang tidak seperti biasanya.
5.Hipersensitivitas multiorgan yang mengakibatkan demam,
pembengkakan kelenjar getah bening, perdarahan, kelelahan parah,
infeksi, kulit atau bagian putih mata menguning.
6.Timbul reaksi alergi seperti ruam, gatal dan pembengkakan pada
beberapa anggota tubuh.
7.Kebingungan parah.
- Terdapat beberapa dampak atau efek dari penggunaan fenitoin terhadap
rongga mulut, salah satunya adalah pembesaran
gingiva yang disebabkan oleh drug induced enlargement. Pembesaran
gingiva
disebabkan oleh penggunaan antikonvulsan berupa fenitoin. Fenitoin
menginduksi Ca2+ sehingga
menghambat penyerapan asam folat, selain itu fenitoin meningkatkan
ekstraseluler seperti jaringan
ikat, kolagen dan fibroblast.
-SINDROM DRESS EFEK (akibat penggunaan fenitoin):
Reaksi obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik, atau sindrom DRESS,
telah dikaitkan dengan penggunaan fenitoin kronis.Onset biasanya dalam
waktu dua bulan setelah inisiasi terapi dan dipicu oleh metabolit masing-
masing agen yang menginduksi hipersensitivitas tipe-IV. Gejala biasanya
termasuk demam tinggi, ruam makula, dan faringitis, dan sering keliru di
awal perjalanan untuk faringitis streptokokus. Limfadenopati keterlibatan
sistem multi-organ, cedera hati, cedera ginjal akut (AKI), dan kadang-
kadang ensefalitis dapat terjadi. Apusan darah tepi menunjukkan
eosinofilia dan limfositosis atipikal, sering membingungkan diagnosis
dengan mononukleosis akut.Antikonvulsan pengganti, dari kelas non-
aromatik, harus digunakan sebagai pengganti fenitoin
- Fenitoin bekerja dengan memblokade saluran natrium membran yang
bergantung pada tegangan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan
potensial aksi. Melalui tindakan ini, ia menghalangi umpan balik positif
yang menopang penembakan berulang frekuensi tinggi, sehingga
mencegah penyebaran titik fokus kejang.

3. MELAS syndrom (gejala,penyebab,efek):


-penyebab: Melas syndrom dapat dihasilkan dari mutasi pada salah
satu dari beberapa gen, termasuk MT-ND1, MT-ND5, MT-TH, MT-TL1,
dan MT-TV. Gen-gen ini ditemukan dalam DNA struktur seluler yang
disebut mitokondria, yang mengubah energi dari makanan menjadi
bentuk yang dapat digunakan sel. Meskipun sebagian besar DNA
dikemas dalam kromosom di dalam nukleus, mitokondria juga memiliki
sejumlah kecil DNA mereka sendiri, yang dikenal sebagai DNA
mitokondria atau mtDNA.
Beberapa gen yang terkait dengan MELAS memberikan instruksi untuk
membuat protein yang terlibat dalam fungsi mitokondria normal.
Protein ini adalah bagian dari kompleks enzim besar di mitokondria
yang membantu mengubah oksigen, lemak, dan gula sederhana
menjadi energi. Gen lain yang terkait dengan kelainan ini memberikan
instruksi untuk membuat molekul yang disebut RNA transfer (tRNA),
yang merupakan sepupu kimiawi DNA. Molekul-molekul ini membantu
merakit blok pembangun protein yang disebut asam amino menjadi
protein yang berfungsi penuh di dalam mitokondria.
Mutasi pada gen RNA transfer tertentu, MT-TL1, menyebabkan lebih
dari 80 persen dari semua kasus Melas syndrome. Mutasi ini merusak
kemampuan mitokondria untuk membuat protein, menggunakan
oksigen, dan menghasilkan energi.
Kondisi ini diwariskan dalam pola mitokondria, yang juga dikenal
sebagai pewarisan ibu. Pola pewarisan ini berlaku untuk gen yang
terkandung dalam mtDNA. Karena sel telur, tetapi bukan sel sperma,
menyumbang mitokondria pada embrio yang sedang berkembang,
anak-anak hanya dapat mewarisi kelainan akibat mutasi mtDNA dari
ibu mereka. Gangguan ini dapat muncul di setiap generasi keluarga
dan dapat mempengaruhi pria dan wanita, tetapi ayah tidak
mewariskan sifat yang terkait dengan perubahan mtDNA kepada anak-
anak mereka.
Dalam kebanyakan kasus, orang dengan MELAS mewarisi gen
mitokondria yang diubah dari ibu mereka.

-gejala: tuli sensorineural


sensitivitas ekstrim terhadap peerubahan suhu. gejala lain yang kurang
umum, tetapi yang mungkin jg muncul selama perjapanan penyakit,
adalah hal hal yang berkaitan dengan kondisi mental dan psikologis
seseorang. gejala gejala ini bisa meliputi :
perlakuan agresif
perubahan kepribadian
gangguan obsesif kompulsif
gangguan cemas

- melase syndrome (ensefalopati mitokondria/ gangguan disfungsi


mitokondria, suatu kondisi yang mempengaruhi system tubuh terutama
otak dan otot) : diwariskan dalam pola mitokondria, yang dapat
mewariskan sifat mitokondria tersebut adalah ibu sehingga disebut
pewarisan ibu/heteroplasmi. gejala yang timbul dapat berupa gagal
tumbuh, retardasi pertumbuhan dan tuli progresif. selain itu gejala pada
Anak yang lebih besar dapat berupa: migrain, anoreksia, muntah, dan
kejang. penderira melas syndrome biasa ditemukan pendek. belum
ada pengobatan efektif hanya pengobatan yang mampu mengurangi
gejala yaitu koktail mitokondria dan perawatan simtomatik. penderita
melas syndrome juga mengalami penumpukan asam laktat yang dapat
menyebabkan muntah, kelelahan ekstrim, kehilangan control usus,
gangguan pernapasan dan gangguan koordinasi otot.

- salah satu dampak manifestasi klinis dari melas syndrome yaitu


gangguan ginjal. Gangguan ginjal dapat menyebabkan kelainan gigi
dan mulut pada penderitanya meliputi hiperplasia gingiva, karies gigi,
kalkulus gigi, disgeusia, halitosis, penurunan aliran saliva, uremik
stomatitis, serositis, hipoplasia email, infeksi rongga mulut dan
keganasan rongga mulut. Kebersihan mulut penderitanya terutama
yang menjalani hemodialisa cenderung buruk, sehingga rentan
terhadap infeksi gigi. Infeksi dapat menyebar sehingga menyebabkan
kemunduran kondisi sistemik penderita.

- salah satu dampak manifestasi klinis dari melas syndrome juga dapat
terjadi gangguan gastrointestinal, gangguan ini dapat menyebabkan
penderita mengalami ketidakmampuan mengunyah yang dapat
menurunkan asupan vitamin A dan serat, sehingga dapat memancing
gangguan pencernaan dan mempengaruhi kesehatan secara
keseluruhan.
4. Faktor yang mempengaruhi fosforilasi oksidatif:
- Faktor yang mempengaruhi:
oksigen
NAD
MODE
ADP
Protein
Faktor yang menghambat fosforilasi oksidatif:
Kurangnya oksigen
Respirasi anaerob
Keadaan yang tidak menguntungkan untuk kerja enzim
- Penurunan kapasitas fosforilasi oksidatif yaitu ketika terjadi
penurunan tekanan oksigen kebawah nilai normoxic ,penurunan ini
tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat penggunaan ATP . Pada
tekanan oksigen di bawah normal, fosforilasi oksidatif masih dapat
mensintesis ATP cukup cepat untuk mencocokkan tingkat penggunaan
tetapi hanya pada penurunan keadaan energi. Dengan penurunan
progresif tekanan oksigen, terjadi penurunan progresif dalam status
energi yang mengembangkan gangguan metabolik (stres metabolik)
melalui metabolisme sel

5. Hubungan kejang yang dialami pasien terhadap fosforilasi oksidatif:


- hubungan kejang yang dialami pasien terhadap fosforilasi oksidatif
karena oral hygine dari pasien ini buruk bisa menimbulkan
petumbuhan mikroba di dalam rongga mulut, pertumbuhan mikroba ini
dapat menghambat aktivitas fungsional sel dan juga mengakibatkan
penurunan fosforilasi oksidatif. Reaksi fosforilasi oksidasi dalam
mitokondria merupakan salah satu sistem yang paling mudah
mengalami gangguan oleh karena jejas toksik atau kematian sel.
Reaksi ini menghasilkan ATP. Jika fosforilasi oksidatif turun maka
produksi ATP mengalami penurunan. ATP merupakan sumber energi
untuk metabolisme sel. Tujuan aktifitas metabolisme yaitu untuk
menjaga homeostasis sel. Bila produksi ATP menurun maka akan
mengakibatkan penghambatan metabolisme, aktivitas fungsional sel
dan
Seperti yang kita ketahui ketika membicarakan mengenai respirasi
maka akan ada peran dari mitokondria dimana fungsi mitokondria itu
merupakan organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel
makhluk hidup. Selain fungsi seluler lain juga berfungsi dalam
memecah makanan untuk menghasilkan energi untuk sel.
Terganggunya fungsi dari mitokondria ini sendiri mengakibatkan
terjadinya kesalahan dalam DNA dan kemudian menyebabkan mutase
DNA pada mitokondria yang biasa disebut dengan MELAS. Hal yang
terjadi adalah kejang, lemah, letih, lesu, mual, jantung berdebar
kencang, nafasnya tidak teratur dan cepat, dan hipoperfusi jaringan
(kurang asupan nutrisi).
- Karena kekurangan oksigen, karena setelah dia kejang lalu
mengkonsumsi obat fenitoin
obat kejang yang mempunyai punya efek samping, mempengaruhi
pernapasan, fenitoin memperparah fosforilasioksidatif menjadi
menurun,Kondisi yang dialami oleh Komponen penyelenggara
fosforilasi oksidatif pada pasien di skenario, terjadi sindrom MELAS,
dimana pernafasan anaerob menyebabkan penurunan asam laktat
dan menjadi kesulitan benapas
- hubungan kejang dengan fosforilasi oksidatif: FO merupakan
lintasan metabolism dengan penggunaan energi yang dilepaskan
oleh oksidasi nutrient untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas
oksigen menjadi air. apabila terjasi penurunan kapasitas fosforilasi
oksidatif, maka produuksi ATP akan menurun, ATP sangat
berkaitan erat dengan respirasi. tubuh memproduksi oksigen
membutuhkan energi atau ATP. sehingga apabila terrjadi penurun
FO maka terjadi disfungsi mitokondria dan mengakibatkan
ketidaknormalan pada pernafasan atau kurang kadar oksigen
keotak yang mampu menyebabkan cacat pada gen mitokondria
berkode inti yg salah satunya adalah kejang.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai