PERTEMUAN 1
12 NOVEMBER 2021
SKENARIO
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke departemen bedah mulut suatu
rumah sakit gigi dan mulut dengan keluhan adanya perdarahan gusi, rasa sakit pada
gigi-geliginya, gusi yang terasa membesar, dan gigi-geligi yang tampak memanjang.
Dari hasil pemeriksaan rongga mulut, pasien memiliki status kebersihan rongga
mulut yang buruk. Pada pemeriksaan lebih lanjut diketahui adanya keterkaitan
penyakit yang diderita pasien ini dengan abnormalitas proses pernafasan yang
ditandai dengan adanya perubahan penurunan kapasitas fosforilasi oksidatif, dimana
sel dengan aktivitas metabolik tinggi menjadi sangat terpengaruh oleh karena
adanya penurunan pernafasan aerobik ini. Pasien diketahui masih mengkonsumsi
phenytoin hingga saat ini oleh karena adanya riwayat kejang.
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Gigi geligi: gigi yang tersusun diatas tulang rahang diatas linggir tulang
rahang yang melekat pada jaringan pendukung gigi ( didalam rongga
mulut.
2. Phenytoin: obat untuk meredakan kejang
3. Aktivitas metabolik: rangkaian reaksi kimia untuk mempertahankan hidup
dalam setiap organisme
4. Pernafasan aerobik: merupakan proses menghasilkan energi dengan
oksidasi penuh nutrisi melalui siklus krebs dimana oksigen bergerak
sebagai akseptor elektron terakhir, sebuah reaksi pemecahan senyawa
glukosa yang memerluka bantuan oksigen. berlangsung di sitoplasma dan
mitokondria
5. Fosforilasi oksidatif: transpor elektron di mitokondria
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu mitokondria (struktur, letak, dan fungsi)
2. Penyebab disfungsi mitokondria
3. Apa penyebab abnormalitas pada pernapasan, Defenisi dan mekanisme
fosforilasi oksidatif
4. Apa yang dimaksud dengan penurunan fosforilasi oksidatif
5. Faktor penghambat dan faktor yang meningkatkan fosforilasi oksidatif
6. Perbedaan aerob dan anaerob
7. Bagaimana mekanisme pernapasan aerobik
8. Efek samping dan mekanisme kerja phenytoin
9. Apa hubungan penggunaan obat phenytoin dengan proses respirasi
aerobic
10. Mengapa sel dengan aktivitas metabolik tinggi sangat terpengaruh dengan
penurunan respirasi aerob?
C. ANALISIS MASALAH
1. - Mitokondria merupakan organel tempat berlanjutnya fungsi respirasi sel
makhluk hidup, selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam lemak,
biosintesis pirimidin, homeostasis kalsium, transduksi sinyal selular dan
penghasil energi[1] berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
-Struktur
Struktur umum suatu mitokondrion
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel
otot jantung. Jumlah dan wujud mitokondria bisa berbeda-beda untuk
setiap sel. Mitokondria berwujud elips dengan diameter 0,5 µm dan
panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat anggota
utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan
matriks yang terletak di anggota dalam membran[3].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang
sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini
bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000
Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria mirip membran luar
bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim
yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam babak
transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-
KoA.
- Fungsi mitokondria
Peran utama mitokondria merupakan sebagai pabrik energi sel yang
menghasilkan energi dalam wujud ATP. Metabolisme karbohidrat akan
habis di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬
menjadi CO2 dan cairan. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu lebih
kurang tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul
glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam babak glikolisis hanya
dihasilkan dua molekul ATP. Babak pembentukan energi atau dikenal
sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran anggota dalam
mitokondria. Babak pembentukan ATP melibatkan babak transpor elektron
dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I
(NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks
III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase),
dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide
Translocator (ANT) Letaknya tersebar acak di sitoplasma, atau menempati
lokasi tertentu di dalam sel, misalnya pada sel otot lurik.
-Sifat Mitokondria, Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal
sebagai mtDNA (mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan
tidak terlindungi membran (prokariotik). DNA mitokondria memiliki ciri-ciri
yang berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan
bentuk. Di antaranya adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu
sekitar 10-17 kali DNA inti.
2. Penyebab disfungsi mitokondria ada beberapa faktor yaitu mutasi mtDNA
yaitu gen nuklir pada mitokondria, adanya infeksi, signaling protein
tertentu, adanya senyawa-senyawa tertentu, asam lemak, etil ester,
alcohol, thimerosal, merkuri, dan beberapa senyawa radikal bebas lainnya
yang berasal dari konsumsi obat-obatan.
-Bahan dari respirasi aerob nya kurang -Kalau oksigen nya terhambat,
akan mengakibatkan oksigen superoksida danhydrogen peroksida yang
menyebabkan pembentukan radikal bebas, merusaksel tubuh, dan
penuaan
Penyebab
Karena keadaan tubuh yang sakit, sehingga terjadi kematian beberapa sel
8. -efek samping
• sakit kepala, pusing atau vertigo
• Rasa gugup
• Menyebabkan gusi menjadi berdarah
• Merubah suasana hati sampai depresi
• Secara khusus menyebabkan gusi bengkak
• Defisiensi/kekurangan vitamin D
• Pada kulit, dapat berupa ruam, dermatitis
• Hipotensi (tekanan dara rendah)
• Gangguan pada atrium dan ventrikel (bilik jantung)
• insomnia
-mekanisme penggunaan phenytoin
Secara farmakologi, phenytoin (fenitoin) bekerja sebagai antikonvulsan
dengan cara meningkatkan efluks atau menurunkan influks ion natrium di
membran neuron pada korteks motorik. Hal ini dapat menstabilisasi
neuron dan mencegah hipereksitabilitas.
Struktur kimia phenytoin terdiri dari cincin heterosiklik yang salah satu
cabangnya berikatan dengan derivat hidantoin. Dalam sediaan obat,
phenytoin biasanya berbentuk garam, yaitu phenytoin sodium.
Pada dosis terapeutik, phenytoin
Bioavailabilitas phenytoin adalah sekitar 95% (PO) tergantung pada
ukuran partikel dan zat tambahan yang terkandung dalam sediaan. Jika
diberikan secara peroral, onset phenytoin lambat dan bervariasi sesuai
formulasinya. Onset pada neonatus dilaporkan lebih lambat. Plasma peak
time phenytoin adalah 1,5–3 jam untuk sediaan lepas cepat dan 4–12 jam
untuk sediaan lepas lambat.
Sistem Gastrointestinal
Efek samping phenytoin pada sistem gastrointestinal dapat berupa mual,
muntah, konstipasi, diare, dysgeusia (rasa metal/logam di lidah), hepatitis
toksik, dan kerusakan hepar.[2,5,7]
Sistem Hematopoietik
Efek samping phenytoin pada sistem hematopoietik adalah
trombositopenia, leukopenia granulositopenia, agranulositopenia,
pansitopenia, dan anemia tipe makrositik dan megaloblastik yang
merespons suplementasi asam folat. Selain itu, phenytoin juga dapat
menimbulkan limfadenopati, pseudolimfoma, dan limfoma.
Jaringan Ikat
Efek samping phenytoin pada jaringan ikat adalah coarsening wajah,
pembesaran bibir, hiperplasia gusi, hipertrikosis, penurunan densitas
tulang (pada penggunaan kronik), dan Peyronie’s disease.[2,5,7]
Sistem Imun
Efek samping phenytoin pada sistem imun adalah reaksi hipersensitivitas,
anafilaksis, systemic lupus erythematosus (SLE), periarteritis nodosa,
abnormalitas imunoglobulin, dan drug reaction with eosinophilia and
systemic symptoms (sindrom DRESS).[2,5,7]
Sistem Kardiovaskular
Penggunaan phenytoin secara intravena dapat menimbulkan efek
samping bradikardi, aritmia, fibrilasi ventrikel, gangguan konduksi
atrium/ventrikel, syok, dan hipotensi.
9. Phenytoin adalah obat kejang dan punya efek samping, kalau ada
alergi atau efek samping akan mempengaruhi pernapasan, phenytoin
memperparah fosforilasi oksidatif menjadi menurun, Kondisi yang
dialami oleh Komponen penyelenggara fosforilasi oksidatif pada
pasien di scenario, terjadi sindrom MELAS, dimana respirasi Anaerob
menyebabkan penurunan asam laktat.
- salah satu dampak manifestasi klinis dari melas syndrome juga dapat
terjadi gangguan gastrointestinal, gangguan ini dapat menyebabkan
penderita mengalami ketidakmampuan mengunyah yang dapat
menurunkan asupan vitamin A dan serat, sehingga dapat memancing
gangguan pencernaan dan mempengaruhi kesehatan secara
keseluruhan.
4. Faktor yang mempengaruhi fosforilasi oksidatif:
- Faktor yang mempengaruhi:
oksigen
NAD
MODE
ADP
Protein
Faktor yang menghambat fosforilasi oksidatif:
Kurangnya oksigen
Respirasi anaerob
Keadaan yang tidak menguntungkan untuk kerja enzim
- Penurunan kapasitas fosforilasi oksidatif yaitu ketika terjadi
penurunan tekanan oksigen kebawah nilai normoxic ,penurunan ini
tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat penggunaan ATP . Pada
tekanan oksigen di bawah normal, fosforilasi oksidatif masih dapat
mensintesis ATP cukup cepat untuk mencocokkan tingkat penggunaan
tetapi hanya pada penurunan keadaan energi. Dengan penurunan
progresif tekanan oksigen, terjadi penurunan progresif dalam status
energi yang mengembangkan gangguan metabolik (stres metabolik)
melalui metabolisme sel
Kesimpulan