Anda di halaman 1dari 65

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341641232

UU Jabatan Notaris Beserta Perubahannya dalam Satu Naskah Dan


Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional
Review, Judicial Review).

Method · March 2020

CITATIONS READS

0 1,919

1 author:

Iskandar Muda
Universitas YARSI
22 PUBLICATIONS   32 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Constitustional Law View project

All content following this page was uploaded by Iskandar Muda on 07 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Undang-Undang Jabatan Notaris
Beserta Perubahannya dalam Satu Naskah
dan Pengujiannya di Mahkamah Konstitusi
(Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS YARSI
2020
PENGANTAR

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disahkan pada


tanggal 6 Oktober 2004, seiring berjalannya waktu, di usianya yang belum genap
“10 tahun” undang-undang a quo telah mengalami perubahan. Perubahan tersebut
sebagaimana adanya Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 yang disahkan pada15
Januari 2014. Begitu pula undang-undang Jabatan Notaris baik sebelum maupun
setelah perubahan sering kali mengalami pengujiannya di Mahkamah Konstitusi
(uji konstitusional; constitutional review, judicial review), dalam hal ini
sebagaimana adanya sembilan putusan; yaitu: (i) Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 009-014/PUU-III/2005, (ii) No. 135/PUU-VII/2009, (iii) No. 52/PUU-
VIII/2010, (iv) No. 49/PUU-X/2012, (v) No. 63/PUU-XII/2014, (vi) No. 72/PUU-
XII/2014, (vii) No. 43/PUU-XV/2017, (viii) No. 22/PUU-XVII/2019, dan (ix) No.
16/PUU-XVIII/2020. Yang tentunya materi ini merupakan dalam upaya
pengembangan bahan pengajaran dengan mata kuliah “Undang-Undang Jabatan
Notaris” sebagaimana penyusun sebagai pengajarnya di Program Pascasarjana
Magister Kenotariatan Universitas YARSI. Sebagai catatan pula bahwa materi ini
merupakan perbaikan dari materi sebelumnya dan juga dengan mengikuti
perkembangan hukum terbaru.∗

Jakarta, September 2020

Penyusun

(Iskandar Muda)


Dalam materi ini terdapat kalimat ataupun kata-kata yang warnanya (theme colour)
berbeda ataupun dicetak tebal; dimana hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pemahaman
para pembaca.

i
DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR ........................................................................................... i

A. Tabel Undang-Undang Jabatan Notaris


Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah ..................... 1
1. Menimbang, Mengingat, Memutuskan ........................... 1
2. Bab I, Ketentuan Umum ................................................. 2
3. Bab II, Pengangkatan Dan Pemberhentian Notaris ........ 4
4. Bab III, Kewenangan, Kewajiban, Dan Larangan .......... 10
5. Bab IV, Tempat Kedudukan, Formasi,
Dan Wilayah Jabatan Notaris ......................................... 16
6. Bab V, Cuti Notaris Dan Notaris Pengganti ................... 18
7. Bab VI, Honorarium ....................................................... 23
8. Bab VII, Akta Notaris ..................................................... 25
9. Bab VIII, Pengambilan Minuta Akta
Dan Pemanggilan Notaris diganti menjadi
Pengambilan Fotocopi Minuta Akta
Dan Pemanggilan Notaris ............................................... 40
10. Bab IX, Pengawasan ....................................................... 41
11. Bab X, Organisasi Notaris .............................................. 48
12. Bab XI, Ketentuan Sanksi dihapus ................................. 49
13. Bab XII, Ketentuan Peralihan ......................................... 49
14. Bab XIII, Ketentuan Penutup ......................................... 50
B. Pemahaman Uji Konstitusional
(Constitutional Review, Judicial Review) ............................ 52
C. Tabel Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait
Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris ...... 54

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENYUSUN

ii
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
A. Tabel Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya dalam
Satu Naskah
UU No. 30 Tahun 2004 UU No. 2 Tahun 2014
Menimbang Menimbang
a. bahwa Negara Republik Indonesia a. bahwa Negara Republik Indonesia
sebagai negara hukum berdasarkan sebagai negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menjamin kepastian, ketertiban, 1945 menjamin kepastian, ketertiban,
dan perlindungan hukum, yang dan perlindungan hukum bagi setiap
berintikan kebenaran dan keadilan; warga negara;
b. bahwa untuk menjamin kepastian, b. bahwa untuk menjamin kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum ketertiban, dan perlindungan hukum
dibutuhkan alat bukti tertulis yang dibutuhkan alat bukti tertulis yang
bersifat otentik mengenai keadaan, bersifat autentik mengenai perbuatan,
peristiwa, atau perbuatan hukum yang perjanjian, penetapan, dan peristiwa
diselenggarakan melalui jabatan hukum yang dibuat di hadapan atau
tertentu; oleh pejabat yang berwenang;
c. bahwa notaris merupakan jabatan c. bahwa Notaris sebagai pejabat umum
tertentu yang menjalankan profesi yang menjalankan profesi dalam
dalam pelayanan hukum kepada memberikan jasa hukum kepada
masyarakat, perlu mendapatkan masyarakat, perlu mendapatkan
perlindungan dan jaminan demi perlindungan dan jaminan demi
tercapainya kepastian hukum; tercapainya kepastian hukum;
d. bahwa jasa notaris dalam proses d. bahwa beberapa ketentuan dalam
pembangunan makin meningkat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
sebagai salah satu kebutuhan hukum 2004 tentang Jabatan Notaris sudah
masyarakat; tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat sehingga perlu dilakukan
perubahan;
e. bahwa Reglement op Het Notaris e. bahwa berdasarkan pertimbangan
Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3) yang sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
mengatur mengenai jabatan notaris huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
tidak sesuai lagi dengan membentuk Undang-Undang tentang
perkembangan hukum dan kebutuhan Perubahan atas Undang-Undang
masyarakat; Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,
perlu membentuk Undang-Undang
tentang Jabatan Notaris;
Mengingat Mengingat
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) 1. Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Dasar Negara Republik Indonesia
Indonesia Tahun 1945; Tahun 1945;

1
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4432);

Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama


Dewan Perwakilan Rakyat Republik Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia Indonesia
dan dan
Presiden Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia

Memutuskan Memutuskan
Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris Undang-Undang Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
117, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4432)
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 2,
angka 5, angka 6, angka 7, angka 8,
angka 9, angka 10, angka 12, angka
13, dan angka 14 diubah, serta
angka 4 dihapus sehingga Pasal 1
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1 Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan: dimaksud dengan:
1. Notaris adalah pejabat umum yang 1. Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya autentik dan memiliki kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Undang-Undang ini atau berdasarkan
undang-undang lainnya.
2. Pejabat Sementara Notaris adalah 2. Pejabat Sementara Notaris adalah
seorang yang untuk sementara seorang yang untuk sementara
menjabat sebagai Notaris untuk menjabat sebagai Notaris untuk
menjalankan jabatan Notaris yang menjalankan jabatan dari Notaris yang
meninggal dunia, diberhentikan, atau meninggal dunia.
diberhentikan sementara.

2
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
3. Notaris Pengganti adalah seorang yang 3. Notaris Pengganti adalah seorang yang
untuk sementara diangkat sebagai untuk sementara diangkat sebagai
Notaris untuk menggantikan Notaris Notaris untuk menggantikan Notaris
yang sedang cuti, sakit, atau untuk yang sedang cuti, sakit, atau untuk
sementara berhalangan menjalankan sementara berhalangan menjalankan
jabatannya sebagai Notaris. jabatannya sebagai Notaris.
4. Notaris Pengganti Khusus adalah 4. Dihapus.
seorang yang diangkat sebagai Notaris
khusus untuk membuat akta tertentu
sebagaimana disebutkan dalam surat
penetapannya sebagai Notaris karena
di dalam satu daerah kabupaten atau
kota terdapat hanya seorang Notaris,
sedangkan Notaris yang bersangkutan
menurut ketentuan Undang-Undang
ini tidak boleh membuat akta
dimaksud.
5. Organisasi Notaris adalah organisasi 5. Organisasi Notaris adalah organisasi
profesi jabatan notaris yang berbentuk profesi jabatan Notaris yang berbentuk
perkumpulan yang berbadan hukum. perkumpulan berbadan hukum.
6. Majelis Pengawas adalah suatu badan 6. Majelis Pengawas Notaris yang
yang mempunyai kewenangan dan selanjutnya disebut Majelis Pengawas
kewajiban untuk melaksanakan adalah suatu badan yang mempunyai
pembinaan dan pengawasan terhadap kewenangan dan kewajiban untuk
Notaris. melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Notaris.
7. Akta Notaris adalah akta otentik yang 7. Akta Notaris yang selanjutnya disebut
dibuat oleh atau di hadapan Notaris Akta adalah akta autentik yang dibuat
menurut bentuk dan tata cara yang oleh atau di hadapan Notaris menurut
ditetapkan dalam Undang-Undang ini. bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini.
8. Minuta Akta adalah asli Akta Notaris. 8. Minuta Akta adalah asli Akta yang
mencantumkan tanda tangan para
penghadap, saksi, dan Notaris, yang
disimpan sebagai bagian dari Protokol
Notaris.
9. Salinan Akta adalah salinan kata demi 9. Salinan Akta adalah salinan kata demi
kata dari seluruh akta dan pada bagian kata dari seluruh Akta dan pada bagian
bawah salinan akta tercantum frasa bawah salinan Akta tercantum frasa
"diberikan sebagai salinan yang sama "diberikan sebagai SALINAN yang
bunyinya". sama bunyinya".
10. Kutipan Akta adalah kutipan kata 10. Kutipan Akta adalah kutipan kata
demi kata dari satu atau beberapa demi kata dari satu atau beberapa
bagian dari akta dan pada bagian bagian dari Akta dan pada bagian
bawah kutipan akta tercantum frasa bawah kutipan Akta tercantum frasa
"diberikan sebagai kutipan". "diberikan sebagai KUTIPAN".
11. Grosse Akta adalah salah satu salinan 11. Grosse Akta adalah salah satu salinan
akta untuk pengakuan utang dengan Akta untuk pengakuan utang dengan
kepala akta “DEMI KEADILAN kepala Akta "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN BERDASARKAN KETUHANAN

3
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
YANG MAHA ESA”, yang YANG MAHA ESA", yang
mempunyai kekuatan eksekutorial. mempunyai kekuatan eksekutorial.
12. Formasi Jabatan Notaris adalah 12. Formasi Jabatan Notaris adalah
penentuan jumlah Notaris yang penentuan jumlah Notaris yang
dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan dibutuhkan pada suatu
Notaris. Kabupaten/Kota.
13. Protokol Notaris adalah kumpulan 13. Protokol Notaris adalah kumpulan
dokumen yang merupakan arsip dokumen yang merupakan arsip
negara yang harus disimpan dan negara yang harus disimpan dan
dipelihara oleh Notaris. dipelihara oleh Notaris sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
14. Menteri adalah Menteri yang bidang 14. Menteri adalah menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya meliputi menyelenggarakan urusan
bidang kenotariatan. pemerintahan di bidang hukum.

BAB II
PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN NOTARIS
Bagian Pertama
Pengangkatan

Pasal 2
Notaris diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri.

2. Ketentuan Pasal 3 huruf d dan


huruf f diubah, serta ditambah 1
(satu) huruf, yakni huruf h sehingga
Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Syarat untuk dapat diangkat menjadi
Notaris sebagaimana dimaksud dalam Notaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 adalah: Pasal 2 adalah:
a. warga negara Indonesia; a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh
tujuh) tahun; tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani; d. sehat jasmani dan rohani yang
dinyatakan dengan surat keterangan
sehat dari dokter dan psikiater;
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan e. berijazah sarjana hukum dan lulusan
jenjang strata dua kenotariatan; jenjang strata dua kenotariatan;
f. telah menjalani magang atau nyata- f. telah menjalani magang atau nyata-
nyata telah bekerja sebagai karyawan nyata telah bekerja sebagai karyawan
Notaris dalam waktu 12 (dua belas) Notaris dalam waktu paling singkat 24
bulan berturut-turut pada kantor (dua puluh empat) bulan berturut-turut
Notaris atas prakarsa sendiri atau atas pada kantor Notaris atas prakarsa

4
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
rekomendasi Organisasi Notaris sendiri atau atas rekomendasi
setelah lulus strata dua kenotariatan; Organisasi Notaris setelah lulus strata
dan dua kenotariatan;
g. tidak berstatus sebagai pegawai g. tidak berstatus sebagai pegawai
negeri, pejabat negara, advokat, atau negeri, pejabat negara, advokat, atau
tidak sedang memangku jabatan lain tidak sedang memangku jabatan lain
yang oleh undang-undang dilarang yang oleh undang-undang dilarang
untuk dirangkap dengan jabatan untuk dirangkap dengan jabatan
Notaris. Notaris; dan
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.

Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan jabatannya,
Notaris wajib mengucapkan
sumpah/janji menurut agamanya di
hadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berbunyi sebagai
berikut: “Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia
kepada Negara Republik Indonesia,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Undang-Undang tentang Jabatan
Notaris serta peraturan perundang-
undangan lainnya.
bahwa saya akan menjalankan jabatan
saya dengan amanah, jujur, saksama,
mandiri, dan tidak berpihak.
bahwa saya akan menjaga sikap,
tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai
dengan kode etik profesi, kehormatan,
martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai Notaris.
bahwa saya akan merahasiakan isi
akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.
bahwa saya untuk dapat diangkat
dalam jabatan ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung,
dengan nama atau dalih apa pun, tidak
pernah dan tidak akan memberikan

5
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
atau menjanjikan sesuatu kepada siapa
pun.”

Pasal 5
Pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilakukan dalam waktu paling lambat 2
(dua) bulan terhitung sejak tanggal
keputusan pengangkatan sebagai Notaris.

Pasal 6
Dalam hal pengucapan sumpah/janji tidak
dilakukan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
keputusan pengangkatan Notaris dapat
dibatalkan oleh Menteri.

3. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7 Pasal 7
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari (1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam
terhitung sejak tanggal pengambilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
sumpah/janji jabatan Notaris, yang pengambilan sumpah/janji jabatan
bersangkutan wajib: Notaris, yang bersangkutan wajib:
a. menjalankan jabatannya dengan nyata; a. menjalankan jabatannya dengan
nyata;
b. menyampaikan berita acara b. menyampaikan berita acara
sumpah/janji jabatan Notaris kepada sumpah/janji jabatan Notaris
Menteri, Organisasi Notaris, dan kepada Menteri, Organisasi
Majelis Pengawas Daerah; dan Notaris, dan Majelis Pengawas
Daerah; dan
c. menyampaikan alamat kantor, contoh c. menyampaikan alamat kantor,
tanda tangan, dan paraf, serta teraan contoh tanda tangan, dan paraf,
cap/stempel jabatan Notaris berwarna serta teraan cap atau stempel
merah kepada Menteri dan pejabat lain jabatan Notaris berwarna merah
yang bertanggung jawab di bidang kepada Menteri dan pejabat lain
agraria/pertanahan, Organisasi yang bertanggung jawab di bidang
Notaris, ketua pengadilan negeri, pertanahan, Organisasi Notaris,
Majelis Pengawas Daerah, serta bupati Ketua Pengadilan Negeri, Majelis
atau walikota di tempat Notaris Pengawas Daerah, serta
diangkat. Bupati/Walikota di tempat Notaris
diangkat.

(2) Notaris yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:

6
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

Bagian Kedua
Pemberhentian

Pasal 8
(1) Notaris berhenti atau diberhentikan
dari jabatannya dengan hormat karena:
a. meninggal dunia;
b. telah berumur 65 (enam puluh
lima) tahun;
c. permintaan sendiri;
d. tidak mampu secara rohani
dan/atau jasmani untuk
melaksanakan tugas jabatan
Notaris secara terus menerus lebih
dari 3 (tiga) tahun; atau
e. merangkap jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf g.
(2) Ketentuan umur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
diperpanjang sampai berumur 67
(enam puluh tujuh) tahun dengan
mempertimbangkan kesehatan yang
bersangkutan.

4. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d


diubah dan ditambah 1 (satu)
huruf, yakni huruf e sehingga Pasal
9 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9 Pasal 9
(1) Notaris diberhentikan sementara dari (1) Notaris diberhentikan sementara dari
jabatannya karena: jabatannya karena:
a. dalam proses pailit atau penundaan a. dalam proses pailit atau penundaan
kewajiban pembayaran utang; kewajiban pembayaran utang;
b. berada di bawah pengampuan; b. berada di bawah pengampuan;
c. melakukan perbuatan tercela; atau c. melakukan perbuatan tercela;
d. melakukan pelanggaran terhadap d. melakukan pelanggaran terhadap
kewajiban dan larangan jabatan. kewajiban dan larangan jabatan

7
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
serta kode etik Notaris; atau
e. sedang menjalani masa penahanan.
(2) Sebelum pemberhentian sementara (2) Sebelum pemberhentian sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan, Notaris diberi kesempatan dilakukan, Notaris diberi kesempatan
untuk membela diri di hadapan untuk membela diri di hadapan
Majelis Pengawas secara berjenjang. Majelis Pengawas secara berjenjang.
(3) Pemberhentian sementara Notaris (3) Pemberhentian sementara Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Menteri atas usul dilakukan oleh Menteri atas usul
Majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas Pusat.

(4) Pemberhentian sementara berdasarkan (4) Pemberhentian sementara berdasarkan


alasan sebagaimana dimaksud pada alasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku
paling lama 6 (enam) bulan. paling lama 6 (enam) bulan.

Pasal 10
(1) Notaris yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a atau huruf b dapat
diangkat kembali menjadi Notaris oleh
Menteri setelah dipulihkan haknya.
(2) Notaris yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c atau huruf d dapat
diangkat kembali menjadi Notaris oleh
Menteri setelah masa pemberhentian
sementara berakhir.

5. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11 Pasal 11
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat (1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat
negara wajib mengambil cuti. negara wajib mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku selama Notaris memangku (1) berlaku selama Notaris memangku
jabatan sebagai pejabat negara. jabatan sebagai pejabat negara.
(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti
ayat (1) wajib menunjuk Notaris Notaris sebagaimana dimaksud pada
Pengganti. ayat (1) diatur dengan Peraturan
(4) Apabila Notaris tidak menunjuk Menteri.
Notaris Pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Majelis
Pengawas Daerah menunjuk Notaris
lain untuk menerima Protokol Notaris
yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Notaris yang

8
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
diangkat menjadi pejabat negara.
(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan
pemegang sementara Protokol Notaris.
(6) Notaris yang tidak lagi menjabat
sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kembali jabatan Notaris
dan Protokol Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diserahkan
kembali kepadanya.

Pasal 12
Notaris diberhentikan dengan tidak
hormat dari jabatannya oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Pusat apabila:
a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
b. berada di bawah pengampuan secara
terus-menerus lebih dari 3 (tiga)
tahun;
c. melakukan perbuatan yang
merendahkan kehormatan dan
martabat jabatan Notaris; atau
d. melakukan pelanggaran berat terhadap
kewajiban dan larangan jabatan.

Pasal 13
Notaris diberhentikan dengan tidak
hormat oleh Menteri karena dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat
dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 diatur
dalam Peraturan Menteri.

9
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
BAB III
KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN
LARANGAN
Bagian Pertama
Kewenangan

6. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 15 Pasal 15
(1) Notaris berwenang membuat akta (1) Notaris berwenang membuat Akta
otentik mengenai semua perbuatan, autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang perjanjian, dan penetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang- diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki undangan dan/atau yang dikehendaki
oleh yang berkepentingan untuk oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, pembuatan Akta, menyimpan Akta,
memberikan grosse, salinan dan memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang kutipan Akta, semuanya itu sepanjang
pembuatan akta-akta itu tidak juga pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang. ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Notaris berwenang pula: (2) Selain kewenangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Notaris
berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan a. mengesahkan tanda tangan dan
menetapkan kepastian tanggal surat menetapkan kepastian tanggal surat
di bawah tangan dengan mendaftar di bawah tangan dengan mendaftar
dalam buku khusus; dalam buku khusus;
b. membukukan surat-surat di bawah b. membukukan surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus; buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat c. membuat kopi dari asli surat di
di bawah tangan berupa salinan bawah tangan berupa salinan yang
yang memuat uraian sebagaimana memuat uraian sebagaimana ditulis
ditulis dan digambarkan dalam dan digambarkan dalam surat yang
surat yang bersangkutan; bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan d. melakukan pengesahan kecocokan
fotokopi dengan surat aslinya; fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum e. memberikan penyuluhan hukum
sehubungan dengan pembuatan sehubungan dengan pembuatan
akta; Akta;
f. membuat akta yang berkaitan f. membuat Akta yang berkaitan
dengan pertanahan; atau dengan pertanahan; atau

10
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
g. membuat akta risalah lelang. g. membuat Akta risalah lelang.

(3) Selain kewenangan sebagaimana (3) Selain kewenangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Notaris mempunyai kewenangan lain Notaris mempunyai kewenangan lain
yang diatur dalam peraturan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. perundang-undangan.

Bagian Pertama
Kewajiban

7. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16 Pasal 16
(1) Dalam menjalankan jabatannya, (1) Dalam menjalankan jabatannya,
Notaris berkewajiban: Notaris wajib:
a. bertindak jujur, saksama, mandiri, a. bertindak amanah, jujur, saksama,
tidak berpihak, dan menjaga mandiri, tidak berpihak, dan
kepentingan pihak yang terkait menjaga kepentingan pihak yang
dalam perbuatan hukum; terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat akta dalam bentuk b. membuat Akta dalam bentuk
Minuta Akta dan menyimpannya Minuta Akta dan menyimpannya
sebagai bagian dari Protokol sebagai bagian dari Protokol
Notaris; Notaris;
c. mengeluarkan Grosse Akta, c. melekatkan surat dan dokumen
Salinan Akta, atau Kutipan Akta serta sidik jari penghadap pada
berdasarkan Minuta Akta; Minuta Akta;
d. memberikan pelayanan sesuai d. mengeluarkan Grosse Akta,
dengan ketentuan dalam Undang- Salinan Akta, atau Kutipan Akta
Undang ini, kecuali ada alasan berdasarkan Minuta Akta;
untuk menolaknya;
e. merahasiakan segala sesuatu e. memberikan pelayanan sesuai
mengenai akta yang dibuatnya dan dengan ketentuan dalam Undang-
segala keterangan yang diperoleh Undang ini, kecuali ada alasan
guna pembuatan akta sesuai untuk menolaknya;
dengan sumpah/janji jabatan,
kecuali undang-undang
menentukan lain;
f. menjilid akta yang dibuatnya f. merahasiakan segala sesuatu
dalam 1 (satu) bulan menjadi buku mengenai Akta yang dibuatnya dan
yang memuat tidak lebih dari 50 segala keterangan yang diperoleh
(lima puluh) akta, dan jika jumlah guna pembuatan Akta sesuai
akta tidak dapat dimuat dalam satu dengan sumpah/janji jabatan,
buku, akta tersebut dapat dijilid kecuali undang-undang
menjadi lebih dari satu buku, dan menentukan lain;
mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya

11
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
pada sampul setiap buku;
g. membuat daftar dari akta protes g. menjilid Akta yang dibuatnya
terhadap tidak dibayar atau tidak dalam 1 (satu) bulan menjadi buku
diterimanya surat berharga; yang memuat tidak lebih dari 50
(lima puluh) Akta, dan jika jumlah
Akta tidak dapat dimuat dalam satu
buku, Akta tersebut dapat dijilid
menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya
pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar akta yang h. membuat daftar dari Akta protes
berkenaan dengan wasiat menurut terhadap tidak dibayar atau tidak
urutan waktu pembuatan akta diterimanya surat berharga;
setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta i. membuat daftar Akta yang
sebagaimana dimaksud dalam berkenaan dengan wasiat menurut
huruf h atau daftar nihil yang urutan waktu pembuatan Akta
berkenaan dengan wasiat ke Daftar setiap bulan;
Pusat Wasiat Departemen yang
tugas dan tanggung jawabnya di
bidang kenotariatan dalam waktu 5
(lima) hari pada minggu pertama
setiap bulan berikutnya;
j. mencatat dalam repertorium j. mengirimkan daftar Akta
tanggal pengiriman daftar wasiat sebagaimana dimaksud dalam
pada setiap akhir bulan; huruf i atau daftar nihil yang
berkenaan dengan wasiat ke pusat
daftar wasiat pada kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
dalam waktu 5 (lima) hari pada
minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
k. mempunyai cap/stempel yang k. mencatat dalam repertorium
memuat lambang negara Republik tanggal pengiriman daftar wasiat
Indonesia dan pada ruang yang pada setiap akhir bulan;
melingkarinya dituliskan nama,
jabatan, dan tempat kedudukan
yang bersangkutan;
l. membacakan akta di hadapan l. mempunyai cap atau stempel yang
penghadap dengan dihadiri oleh memuat lambang negara Republik
paling sedikit 2 (dua) orang saksi Indonesia dan pada ruang yang
dan ditandatangani pada saat itu melingkarinya dituliskan nama,
juga oleh penghadap, saksi, dan jabatan, dan tempat kedudukan
Notaris; yang bersangkutan;
m. menerima magang calon Notaris. m. membacakan Akta di hadapan
penghadap dengan dihadiri oleh
paling sedikit 2 (dua) orang saksi,
atau 4 (empat) orang saksi khusus

12
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
untuk pembuatan Akta wasiat di
bawah tangan, dan ditandatangani
pada saat itu juga oleh penghadap,
saksi, dan Notaris; dan
n. menerima magang calon Notaris.

(2) Menyimpan Minuta Akta sebagaimana (2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku, dalam hal Notaris huruf b tidak berlaku, dalam hal
mengeluarkan akta dalam bentuk Notaris mengeluarkan Akta in
originali. originali.
(3) Akta originali sebagaimana dimaksud (3) Akta in originali sebagaimana
pada ayat (2) adalah akta: dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. pembayaran uang sewa, bunga, dan a. Akta pembayaran uang sewa, bunga,
pensiun; dan pensiun;
b. penawaran pembayaran tunai; b. Akta penawaran pembayaran tunai;
c. protes terhadap tidak dibayarnya c. Akta protes terhadap tidak
atau tidak diterimanya surat dibayarnya atau tidak diterimanya
berharga; surat berharga;
d. akta kuasa; d. Akta kuasa;
e. keterangan kepemilikan; atau e. Akta keterangan kepemilikan; dan
f. akta lainnya berdasarkan peraturan f. Akta lainnya sesuai dengan
perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(4) Akta originali sebagaimana dimaksud (4) Akta in originali sebagaimana


pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1 dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat
(satu) rangkap, ditandatangani pada lebih dari 1 (satu) rangkap,
waktu, bentuk, dan isi yang sama, ditandatangani pada waktu, bentuk,
dengan ketentuan pada setiap akta dan isi yang sama, dengan ketentuan
tertulis kata-kata “berlaku sebagai satu pada setiap Akta tertulis kata-kata
dan satu berlaku untuk semua". “BERLAKU SEBAGAI SATU
DAN SATU BERLAKU UNTUK
SEMUA".
(5) Akta originali yang berisi kuasa yang (5) Akta in originali yang berisi kuasa
belum diisi nama penerima kuasa yang belum diisi nama penerima
hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) kuasa hanya dapat dibuat dalam 1
rangkap. (satu) rangkap.
(6) Bentuk dan ukuran cap/stempel (6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf k ditetapkan dengan Peraturan huruf l ditetapkan dengan Peraturan
Menteri. Menteri.
(7) Pembacaan akta sebagaimana (7) Pembacaan Akta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak dimaksud pada ayat (1) huruf m
wajib dilakukan, jika penghadap tidak wajib dilakukan, jika
menghendaki agar akta tidak penghadap menghendaki agar Akta
dibacakan karena penghadap telah tidak dibacakan karena penghadap
membaca sendiri, mengetahui, dan telah membaca sendiri, mengetahui,
memahami isinya, dengan ketentuan dan memahami isinya, dengan
bahwa hal tersebut dinyatakan dalam ketentuan bahwa hal tersebut

13
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
penutup akta serta pada setiap dinyatakan dalam penutup Akta serta
halaman Minuta Akta diparaf oleh pada setiap halaman Minuta Akta
penghadap, saksi, dan Notaris. diparaf oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(8) Jika salah satu syarat sebagaimana (8) Ketentuan sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) huruf l dan pada ayat (7) dikecualikan terhadap
ayat (7) tidak dipenuhi, akta yang pembacaan kepala Akta, komparasi,
bersangkutan hanya mempunyai penjelasan pokok Akta secara
kekuatan pembuktian sebagai akta di singkat dan jelas, serta penutup Akta.
bawah tangan.
(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud (9) Jika salah satu syarat sebagaimana
pada ayat (8) tidak berlaku untuk dimaksud pada ayat (1) huruf m dan
pembuatan akta wasiat. ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang
bersangkutan hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan.
(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (9) tidak berlaku untuk
pembuatan Akta wasiat.
(11) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf l dapat
dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.
(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (11),
pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat
menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada Notaris.
(13) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf n dapat dikenai sanksi berupa
peringatan tertulis.

8. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17


disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 16A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 16A
(1) Calon Notaris yang sedang melakukan
magang wajib melaksanakan

14
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a.
(2) Selain kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), calon Notaris
juga wajib merahasiakan segala
sesuatu mengenai Akta yang
dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuatan Akta.

Bagian Ketiga
Larangan

9. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 17 Pasal 17
Notaris dilarang: (1) Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah a. menjalankan jabatan di luar
jabatannya; wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya b. meninggalkan wilayah jabatannya
lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut- lebih dari 7 (tujuh) hari kerja
turut tanpa alasan yang sah; berturut-turut tanpa alasan yang
sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri; c. merangkap sebagai pegawai
negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat d. merangkap jabatan sebagai
negara; pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat; e. merangkap jabatan sebagai
advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin f. merangkap jabatan sebagai
atau pegawai badan usaha milik pemimpin atau pegawai badan
negara, badan usaha milik daerah atau usaha milik negara, badan usaha
badan usaha swasta; milik daerah atau badan usaha
swasta;
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat g. merangkap jabatan sebagai
Pembuat Akta Tanah di luar wilayah Pejabat Pembuat Akta Tanah
jabatan Notaris; dan/atau Pejabat Lelang Kelas II
di luar tempat kedudukan Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti; atau h. menjadi Notaris Pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang i. melakukan pekerjaan lain yang
bertentangan dengan norma agama, bertentangan dengan norma
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat agama, kesusilaan, atau kepatutan
mempengaruhi kehormatan dan yang dapat mempengaruhi
martabat jabatan Notaris. kehormatan dan martabat jabatan
Notaris.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;

15
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

BAB IV
TEMPAT KEDUDUKAN, FORMASI,
DAN WILAYAH JABATAN
NOTARIS

Bagian Pertama
Kedudukan

Pasal 18
(1) Notaris mempunyai tempat
kedudukan di daerah kabupaten atau
kota.
(2) Notaris mempunyai wilayah jabatan
meliputi seluruh wilayah provinsi
dari tempat kedudukannya.

10. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19 Pasal 19
(1) Notaris wajib mempunyai hanya satu (1) Notaris wajib mempunyai hanya satu
kantor, yaitu di tempat kantor, yaitu di tempat
kedudukannya. kedudukannya.
(2) Notaris tidak berwenang secara (2) Tempat kedudukan Notaris sebagai
teratur menjalankan jabatan di luar Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib
tempat kedudukannya. mengikuti tempat kedudukan Notaris.
(3) Notaris tidak berwenang secara
berturut-turut dengan tetap
menjalankan jabatan di luar tempat
kedudukannya.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

16
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)
Pasal 20 diubah serta ayat (3)
dihapus sehingga Pasal 20 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 20 Pasal 20
(1) Notaris dapat menjalankan (1) Notaris dapat menjalankan
jabatannya dalam bentuk perserikatan jabatannya dalam bentuk persekutuan
perdata dengan tetap memperhatikan perdata dengan tetap memperhatikan
kemandirian dan ketidakberpihakan kemandirian dan ketidakberpihakan
dalam menjalankan jabatannya. dalam menjalankan jabatannya.
(2) Bentuk perserikatan perdata (2) Bentuk persekutuan perdata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh para Notaris berdasarkan diatur oleh para Notaris berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan perundang-
undangan. undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (3) Dihapus.
persyaratan dalam menjalankan
jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Formasi Jabatan Notaris

Pasal 21
Menteri berwenang menentukan Formasi
Jabatan Notaris pada daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dengan
mempertimbangkan usul dari Organisasi
Notaris.

12. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22 Pasal 22
(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan (1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan
berdasarkan: berdasarkan:
a. kegiatan dunia usaha; a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah akta yang dibuat c. rata-rata jumlah Akta yang dibuat
oleh dan/atau di hadapan Notaris oleh dan/atau di hadapan Notaris
setiap bulan. setiap bulan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2) Formasi Jabatan Notaris sebagaimana
Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam pedoman untuk menentukan kategori
Peraturan Menteri. daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Formasi Jabatan Notaris dan

17
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
penentuan kategori daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri

Bagian Ketiga
Pindah Wilayah Jabatan Notaris

Pasal 23
(1) Notaris dapat mengajukan
permohonan pindah wilayah jabatan
Notaris secara tertulis kepada Menteri.
(2) Syarat pindah wilayah jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah setelah 3 (tiga) tahun berturut-
turut melaksanakan tugas jabatan pada
daerah kabupaten atau kota tertentu
tempat kedudukan Notaris.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan setelah
mendapat rekomendasi dari Organisasi
Notaris.
(4) Waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak termasuk cuti yang telah
dijalankan oleh Notaris yang
bersangkutan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara permohonan pindah wilayah
jabatan Notaris diatur dalam Peraturan
Menteri.

Pasal 24
Dalam keadaan tertentu atas permohonan
Notaris yang bersangkutan, Menteri dapat
memindahkan seorang Notaris dari satu
wilayah jabatan ke wilayah jabatan lain.

BAB V
CUTI NOTARIS DAN NOTARIS
PENGGANTI

Bagian Pertama
Cuti Notaris

Pasal 25
(1) Notaris mempunyai hak cuti.
(2) Hak cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diambil setelah Notaris
menjalankan jabatan selama 2 (dua)
tahun.

18
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
(3) Selama menjalankan cuti, Notaris
wajib menunjuk seorang Notaris
Pengganti.

Pasal 26
(1) Hak cuti sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (1) dapat diambil
setiap tahun atau sekaligus untuk
beberapa tahun.
(2) Setiap pengambilan cuti paling lama 5
(lima) tahun sudah termasuk
perpanjangannya.,
(3) Selama masa jabatan Notaris jumlah
waktu cuti keseluruhan paling lama 12
(dua belas) tahun.

Pasal 27
(1) Notaris mengajukan permohonan cuti
secara tertulis disertai usulan
penunjukan Notaris Pengganti.
(2) Permohonan cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada pejabat yang berwenang, yaitu:
a. Majelis Pengawas Daerah, dalam
hal jangka waktu cuti tidak lebih
dari 6 (enam) bulan;
b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam
hal jangka waktu cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai dengan 1
(satu) tahun; atau
c. Majelis Pengawas Pusat, dalam
jangka waktu cuti lebih dari 1
(satu) tahun.
(3) Permohonan cuti dapat diterima atau
ditolak oleh pejabat yang berwenang
memberikan izin cuti.
(4) Tembusan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b
disampaikan kepada Majelis
Pengawas Pusat.
(5) Tembusan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c
disampaikan kepada Majelis
Pengawas Daerah dan Majelis
Pengawas Wilayah.

19
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 28
Dalam keadaan mendesak, suami/istri
atau keluarga sedarah dalam garis lurus
dari Notaris dapat mengajukan
permohonan cuti kepada Majelis
Pengawas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2).

Pasal 29
(1) Surat keterangan izin cuti paling
sedikit memuat:
a. nama Notaris;
b. tanggal mulai dan berakhirnya cuti;
dan
c. nama Notaris Pengganti disertai
dokumen yang mendukung Notaris
Pengganti tersebut sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Tembusan surat keterangan izin cuti
dari Majelis Pengawas Daerah
disampaikan kepada Menteri, Majelis
Pengawas Pusat, dan Majelis
Pengawas Wilayah.
(3) Tembusan surat keterangan izin cuti
dari Majelis Pengawas Wilayah
disampaikan kepada Menteri dan
Majelis Pengawas Pusat.
(4) Tembusan surat keterangan izin cuti
dari Menteri disampaikan kepada
Majelis Pengawas Pusat, Majelis
Pengawas Wilayah, dan Majelis
Pengawas Daerah.

Pasal 30
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
berwenang mengeluarkan sertifikat
cuti.
(2) Sertifikat cuti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat data
pengambilan cuti.
(3) Data pengambilan cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicatat oleh
Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
(4) Pada setiap permohonan cuti
dilampirkan sertifikat cuti
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

20
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
(5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
dapat mengeluarkan duplikat sertifikat
cuti atas sertifikat cuti yang sudah
tidak dapat digunakan atau hilang,
dengan permohonan Notaris yang
bersangkutan.

Pasal 31
(1) Permohonan cuti dapat ditolak oleh
pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
(2) Penolakan permohonan cuti harus
disertai alasan penolakan.
(3) Penolakan permohonan cuti oleh
Majelis Pengawas Daerah dapat
diajukan banding kepada Majelis
Pengawas Wilayah.
(4) Penolakan permohonan cuti oleh
Majelis Pengawas Wilayah dapat
diajukan banding kepada Majelis
Pengawas Pusat.

13. Ketentuan Pasal 32 ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga
Pasal 32 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32 Pasal 32
(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib (1) Notaris yang menjalankan cuti wajib
menyerahkan Protokol Notaris kepada menyerahkan Protokol Notaris kepada
Notaris Pengganti. Notaris Pengganti.
(2) Notaris Pengganti menyerahkan (2) Notaris Pengganti menyerahkan
kembali Protokol Notaris kepada kembali Protokol Notaris kepada
Notaris setelah cuti berakhir. Notaris setelah cuti berakhir.
(3) Serah terima sebagaimana dimaksud (3) Serah terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan
berita acara dan disampaikan kepada berita acara dan disampaikan kepada
Majelis Pengawas Wilayah. Majelis Pengawas Wilayah.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dapat dikenai
sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

21
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
14. Judul Bagian Kedua BAB V diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua Bagian Kedua


Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Notaris Pengganti dan Pejabat
Khusus, dan Sementara Notaris
Pejabat Sementara Notaris

15. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33 Pasal 33
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi (1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi
Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Notaris Pengganti dan Pejabat
Khusus, dan Pejabat Sementara Sementara Notaris adalah warga
Notaris adalah warga negara Indonesia negara Indonesia yang berijazah
yang berijazah sarjana hukum dan sarjana hukum dan telah bekerja
telah bekerja sebagai karyawan kantor sebagai karyawan kantor Notaris
Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-
berturut-turut. turut.
(2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris (2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17
bagi Notaris Pengganti, Notaris berlaku bagi Notaris Pengganti dan
Pengganti Khusus, dan Pejabat Pejabat Sementara Notaris, kecuali
Sementara Notaris, kecuali Undang- Undang-Undang ini menentukan lain.
Undang ini menentukan lain.

Pasal 34 16. Pasal 34 dihapus.


(1) Apabila dalam satu wilayah jabatan
hanya terdapat 1 (satu) Notaris,
Majelis Pengawas Daerah dapat
menunjuk Notaris Pengganti Khusus
yang berwenang untuk membuat akta
untuk kepentingan pribadi Notaris
tersebut atau keluarganya.
(2) Penunjukan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak disertai
dengan serah terima Protokol Notaris.
(3) Notaris Pengganti Khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib diambil sumpah/janji jabatan
oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.

22
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
17. Ketentuan ayat (1) Pasal 35 diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35 Pasal 35
(1) Apabila Notaris meninggal dunia, (1) Apabila Notaris meninggal dunia,
suami/istri atau keluarga sedarah suami/istri atau keluarga sedarah
dalam garis lurus keturunan semenda dalam garis lurus keturunan semenda
dua wajib memberitahukan kepada sampai derajat kedua wajib
Majelis Pengawas Daerah. memberitahukan kepada Majelis
Pengawas Daerah.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan dalam pada ayat (1) disampaikan dalam
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Apabila Notaris meninggal dunia pada (3) Apabila Notaris meninggal dunia pada
saat menjalankan cuti, tugas jabatan saat menjalankan cuti, tugas jabatan
Notaris dijalankan oleh Notaris Notaris dijalankan oleh Notaris
Pengganti sebagai Pejabat Sementara Pengganti sebagai Pejabat Sementara
Notaris paling lama 30 (tiga puluh) Notaris paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal Notaris hari terhitung sejak tanggal Notaris
meninggal dunia. meninggal dunia.
(4) Pejabat Sementara Notaris (4) Pejabat Sementara Notaris
menyerahkan Protokol Notaris dari menyerahkan Protokol Notaris dari
Notaris yang meninggal dunia kepada Notaris yang meninggal dunia kepada
Majelis Pengawas Daerah paling lama Majelis Pengawas Daerah paling lama
60 (enam puluh) hari terhitung sejak 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal Notaris meninggal dunia. tanggal Notaris meninggal dunia.
(5) Pejabat Sementara Notaris (5) Pejabat Sementara Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dapat membuat akta atas dan ayat (4) dapat membuat Akta atas
namanya sendiri dan mempunyai namanya sendiri dan mempunyai
Protokol Notaris. Protokol Notaris.

BAB VI
HONORARIUM

Pasal 36
(1) Notaris berhak menerima honorarium
atas jasa hukum yang diberikan sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Besarnya honorarium yang diterima
oleh Notaris didasarkan pada nilai
ekonomis dan nilai sosiologis dari
setiap akta yang dibuatnya.
(3) Nilai ekonomis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditentukan
dari objek setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) atau ekuivalen
gram emas ketika itu, honorarium
yang diterima paling besar adalah

23
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
2,5% (dua koma lima persen);
b. di atas Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) honorarium yang diterima
paling besar 1,5 % (satu koma lima
persen); atau
c. di atas Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) honorarium yang
diterima didasarkan pada
kesepakatan antara Notaris dengan
para pihak, tetapi tidak melebihi
1% (satu persen) dari objek yang
dibuatkan aktanya.
(4) Nilai sosiologis ditentukan
berdasarkan fungsi sosial dari objek
setiap akta dengan honorarium yang
diterima paling besar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).

18. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 37 Pasal 37
Notaris wajib memberikan jasa hukum di (1) Notaris wajib memberikan jasa hukum
bidang kenotariatan secara cuma-cuma di bidang kenotariatan secara cuma-
kepada orang yang tidak mampu. cuma kepada orang yang tidak
mampu.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat;
atau
e. pemberhentian dengan tidak
hormat.

24
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
BAB VII
AKTA NOTARIS

Bagian Pertama
Bentuk dan Sifat Akta

19. Ketentuan ayat (1), ayat (4), dan


ayat (5) Pasal 38 diubah, sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38 Pasal 38
(1) Setiap akta Notaris terdiri atas: (1) Setiap Akta terdiri atas:
a. awal akta atau kepala akta; a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan akta; dan b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup akta. c. akhir atau penutup Akta.
(2) Awal akta atau kepala akta memuat: (2) Awal Akta atau kepala Akta memuat:
a. judul akta; a. judul Akta;
b. nomor akta; b. nomor Akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan c. jam, hari, tanggal, bulan, dan
tahun; dan
tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
kedudukan Notaris. (3) Badan Akta memuat:
(3) Badan akta memuat: a. nama lengkap, tempat dan tanggal
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang
para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;
yang mereka wakili; b. keterangan mengenai kedudukan
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
bertindak penghadap; c. isi Akta yang merupakan kehendak
c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan
berkepentingan; dan d. nama lengkap, tempat dan tanggal
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
tiap-tiap saksi pengenal. (4) Akhir atau penutup Akta memuat:
(4) Akhir atau penutup akta memuat: a. uraian tentang pembacaan Akta
a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau
Pasal 16 ayat (1) huruf l atau Pasal Pasal 16 ayat (7);
16 ayat (7); b. uraian tentang penandatanganan
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
dan tempat penandatanganan atau penerjemahan Akta jika ada;
penerjemahan akta apabila ada; c. nama lengkap, tempat dan tanggal
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta; dan
tiap-tiap saksi akta; dan d. uraian tentang tidak adanya
d. uraian tentang tidak adanya

25
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
perubahan yang terjadi dalam perubahan yang terjadi dalam
pembuatan akta atau uraian tentang pembuatan Akta atau uraian
adanya perubahan yang dapat tentang adanya perubahan yang
berupa penambahan, pencoretan, dapat berupa penambahan,
atau penggantian. pencoretan, atau penggantian serta
jumlah perubahannya.
(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris (5) Akta Notaris Pengganti dan Pejabat
Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat
Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan
memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang
pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya.
mengangkatnya.

20. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 39 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 39 Pasal 39
(1) Penghadap harus memenuhi syarat (1) Penghadap harus memenuhi syarat
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan a. paling rendah berumur 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah; belas) tahun atau telah menikah;
dan dan
b. cakap melakukan perbuatan b. cakap melakukan perbuatan
hukum. hukum.
(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris (2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris
atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 atau diperkenalkan kepadanya oleh 2
(dua) orang saksi pengenal yang (dua) orang saksi pengenal yang
berumur paling sedikit 18 (delapan berumur paling rendah 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah dan belas) tahun atau telah menikah dan
cakap melakukan perbuatan hukum cakap melakukan perbuatan hukum
atau diperkenalkan oleh 2 (dua) atau diperkenalkan oleh 2 (dua)
penghadap lainnya. penghadap lainnya.
(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud (3) Pengenalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dinyatakan secara tegas pada ayat (2) dinyatakan secara tegas
dalam akta. dalam Akta.

21. Ketentuan ayat (2) Pasal 40 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 40 Pasal 40
(1) Setiap akta yang dibacakan oleh (1) Setiap Akta yang dibacakan oleh
Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua)
orang saksi, kecuali peraturan orang saksi, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain. perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada (2) Saksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi syarat ayat (1) harus memenuhi syarat

26
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan a. paling rendah berumur 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah; belas) tahun atau sebelumnya telah
menikah;
b. cakap melakukan perbuatan b. cakap melakukan perbuatan
hukum; hukum;
c. mengerti bahasa yang digunakan c. mengerti bahasa yang digunakan
dalam akta; dalam Akta;
d. dapat membubuhkan tanda tangan d. dapat membubuhkan tanda tangan
dan paraf; dan dan paraf; dan
e. tidak mempunyai hubungan e. tidak mempunyai hubungan
perkawinan atau hubungan darah perkawinan atau hubungan darah
dalam garis lurus ke atas atau ke dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah tanpa pembatasan derajat bawah tanpa pembatasan derajat
dan garis ke samping sampai dan garis ke samping sampai
dengan derajat ketiga dengan dengan derajat ketiga dengan
Notaris atau para pihak. Notaris atau para pihak.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada (3) Saksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dikenal oleh Notaris ayat (1) harus dikenal oleh Notaris
atau diperkenalkan kepada Notaris atau diperkenalkan kepada Notaris
atau diterangkan tentang identitas dan atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh kewenangannya kepada Notaris oleh
penghadap. penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang (4) Pengenalan atau pernyataan tentang
identitas dan kewenangan saksi identitas dan kewenangan saksi
dinyatakan secara tegas dalam akta. dinyatakan secara tegas dalam Akta.

22. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 41 Pasal 41
Apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
hanya mempunyai kekuatan pembuktian Pasal 39, dan Pasal 40 mengakibatkan
sebagai akta di bawah tangan. Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

Pasal 42
(1) Akta Notaris dituliskan dengan jelas
dalam hubungan satu sama lain yang
tidak terputus-putus dan tidak
menggunakan singkatan.
(2) Ruang dan sela kosong dalam akta
digaris dengan jelas sebelum akta
ditandatangani, kecuali untuk akta
yang dicetak dalam bentuk formulir
berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

27
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
(3) Semua bilangan untuk menentukan
banyaknya atau jumlahnya sesuatu
yang disebut dalam akta, penyebutan
tanggal, bulan, dan tahun dinyatakan
dengan huruf dan harus didahului
dengan angka.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak berlaku bagi surat
kuasa yang belum menyebutkan nama
penerima kuasa.

23. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat


(4), dan ayat (5) Pasal 43 diubah
dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (6) sehingga Pasal 43 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 43 Pasal 43
(1) Akta dibuat dalam bahasa Indonesia. (1) Akta wajib dibuat dalam bahasa
Indonesia.
(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti (2) Dalam hal penghadap tidak mengerti
bahasa yang digunakan dalam akta, bahasa yang digunakan dalam Akta,
Notaris wajib menerjemahkan atau Notaris wajib menerjemahkan atau
menjelaskan isi akta itu dalam bahasa menjelaskan isi Akta itu dalam bahasa
yang dimengerti oleh penghadap. yang dimengerti oleh penghadap.
(3) Apabila Notaris tidak dapat (3) Jika para pihak menghendaki, Akta
menerjemahkan atau menjelaskannya, dapat dibuat dalam bahasa asing.
akta tersebut diterjemahkan atau
dijelaskan oleh seorang penerjemah
resmi.
(4) Akta dapat dibuat dalam bahasa lain (4) Dalam hal Akta dibuat sebagaimana
yang dipahami oleh Notaris dan saksi dimaksud pada ayat (3), Notaris wajib
apabila pihak yang berkepentingan menerjemahkannya ke dalam bahasa
menghendaki sepanjang undang- Indonesia.
undang tidak menentukan lain.
(5) Dalam hal akta dibuat sebagaimana (5) Apabila Notaris tidak dapat
dimaksud pada ayat (4), Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskannya,
menerjemahkannya ke dalam bahasa Akta tersebut diterjemahkan atau
Indonesia. dijelaskan oleh seorang penerjemah
resmi.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan
penafsiran terhadap isi Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka yang digunakan adalah Akta
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

28
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda

24. Ketentuan ayat (2) dan ayat (4)


Pasal 44 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44 Pasal 44
(1) Segera setelah akta dibacakan, akta (1) Segera setelah Akta dibacakan, Akta
tersebut ditandatangani oleh setiap tersebut ditandatangani oleh setiap
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali
apabila ada penghadap yang tidak apabila ada penghadap yang tidak
dapat membubuhkan tanda tangan dapat membubuhkan tanda tangan
dengan menyebutkan alasannya. dengan menyebutkan alasannya.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada (2) Alasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan secara tegas dalam ayat (1) dinyatakan secara tegas pada
akta. akhir Akta.
(3) Akta sebagaimana dimaksud dalam (3) Akta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh
penghadap, Notaris, saksi, dan penghadap, Notaris, saksi, dan
penerjemah resmi. penerjemah resmi.
(4) Pembacaan, penerjemahan atau (4) Pembacaan, penerjemahan atau
penjelasan, dan penandatanganan penjelasan, dan penandatanganan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) dan Pasal 43 ayat (2), ayat dan ayat (3) serta dalam Pasal 43 ayat
(3), dan ayat (5) dinyatakan secara (3) dinyatakan secara tegas pada akhir
tegas pada akhir akta. Akta.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
mengakibatkan suatu Akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan
dapat menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada Notaris.

Pasal 45
(1) Dalam hal penghadap mempunyai
kepentingan hanya pada bagian
tertentu dari akta, hanya bagian akta
tertentu tersebut yang dibacakan
kepadanya.
(2) Apabila bagian tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterjemahkan
atau dijelaskan, penghadap
membubuhkan paraf dan tanda tangan
pada bagian tersebut.

29
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
(3) Pembacaan, penerjemahan atau
penjelasan, dan penandatanganan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dinyatakan secara tegas
pada akhir akta.

Pasal 46
(1) Apabila pada pembuatan pencatatan
harta kekayaan atau berita acara
mengenai suatu perbuatan atau
peristiwa, terdapat penghadap yang:
a. menolak membubuhkan tanda
tangannya; atau
b. tidak hadir pada penutupan akta,
sedangkan penghadap belum
menandatangani akta tersebut, hal
tersebut harus dinyatakan dalam
akta dan akta tersebut tetap
merupakan akta otentik.
(2) Penolakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a harus dinyatakan
dalam akta dengan mengemukakan
alasannya.

Pasal 47
(1) Surat kuasa otentik atau surat lainnya
yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan akta yang dikeluarkan
dalam bentuk originali atau surat
kuasa di bawah tangan wajib
dilekatkan pada Minuta Akta.
(2) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam
bentuk Minuta Akta diuraikan dalam
akta.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak wajib dilakukan
apabila surat kuasa telah dilekatkan
pada akta yang dibuat di hadapan
Notaris yang sama dan hal tersebut
dinyatakan dalam akta.

25. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 48 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (3) sehingga
Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 48 Pasal 48
(1) Isi akta tidak boleh diubah atau (1) Isi Akta dilarang untuk diubah
ditambah, baik berupa penulisan dengan:
tindih, penyisipan, pencoretan, atau a. diganti;

30
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
penghapusan dan menggantinya b. ditambah;
dengan yang lain. c. dicoret;
d. disisipkan;
e. dihapus; dan/atau
f. ditulis tindih.
(2) Perubahan atas akta berupa (2) Perubahan isi Akta sebagaimana
penambahan, penggantian, atau dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
pencoretan dalam akta hanya sah b, huruf c, dan huruf d dapat dilakukan
apabila perubahan tersebut diparaf dan sah jika perubahan tersebut
atau diberi tanda pengesahan lain oleh diparaf atau diberi tanda pengesahan
penghadap, saksi, dan Notaris. lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) mengakibatkan suatu
Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.

26. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 49 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga
Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49 Pasal 49
(1) Setiap perubahan atas akta dibuat di (1) Setiap perubahan atas Akta
sisi kiri akta. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (2) dibuat di sisi kiri Akta.
(2) Apabila suatu perubahan tidak dapat (2) Dalam hal suatu perubahan tidak dapat
dibuat di sisi kiri akta, perubahan dibuat di sisi kiri Akta, perubahan
tersebut dibuat pada akhir akta, tersebut dibuat pada akhir Akta,
sebelum penutup akta, dengan sebelum penutup Akta, dengan
menunjuk bagian yang diubah atau menunjuk bagian yang diubah atau
dengan menyisipkan lembar dengan menyisipkan lembar
tambahan. tambahan.
(3) Perubahan yang dilakukan tanpa (3) Perubahan yang dilakukan tanpa
menunjuk bagian yang diubah menunjuk bagian yang diubah
mengakibatkan perubahan tersebut mengakibatkan perubahan tersebut
batal. batal.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) mengakibatkan suatu
Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk

31
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.

27. Ketentuan ayat (1), ayat (3), dan


ayat (4) Pasal 50 diubah dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat
(5) sehingga Pasal 50 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 50 Pasal 50
(1) Apabila dalam akta perlu dilakukan (1) Jika dalam Akta perlu dilakukan
pencoretan kata, huruf, atau angka, hal pencoretan kata, huruf, atau angka,
tersebut dilakukan demikian rupa pencoretan dilakukan sedemikian rupa
sehingga tetap dapat dibaca sesuai sehingga tetap dapat dibaca sesuai
dengan yang tercantum semula, dan dengan yang tercantum semula, dan
jumlah kata, huruf, atau angka yang jumlah kata, huruf, atau angka yang
dicoret dinyatakan pada sisi akta. dicoret dinyatakan pada sisi kiri Akta.
(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud (2) Pencoretan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dinyatakan sah setelah pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
diparaf atau diberi tanda pengesahan diparaf atau diberi tanda pengesahan
lain oleh penghadap, saksi, dan lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris. Notaris.
(3) Apabila terjadi perubahan lain (3) Dalam hal terjadi perubahan lain
terhadap perubahan sebagaimana terhadap pencoretan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), perubahan itu dimaksud pada ayat (2), perubahan itu
dilakukan pada sisi akta sesuai dengan dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai
ketentuan dalam Pasal 49. dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2).
(4) Pada penutup setiap akta dinyatakan (4) Pada penutup setiap Akta dinyatakan
jumlah perubahan, pencoretan, dan tentang ada atau tidak adanya
penambahan. perubahan atas pencoretan.
(5) Dalam hal ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), serta dalam Pasal 38
ayat (4) huruf d tidak dipenuhi, Akta
tersebut hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.

28. Ketentuan ayat (2) Pasal 51 diubah


dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4) sehingga Pasal 51 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 51 Pasal 51
(1) Notaris berwenang untuk (1) Notaris berwenang untuk
membetulkan kesalahan tulis dan/atau membetulkan kesalahan tulis dan/atau

32
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
kesalahan ketik yang terdapat pada kesalahan ketik yang terdapat pada
Minuta Akta yang telah Minuta Akta yang telah
ditandatangani. ditandatangani.
(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud (2) Pembetulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan pada ayat (1) dilakukan di hadapan
membuat berita acara dan memberikan penghadap, saksi, dan Notaris yang
catatan tentang hal tersebut pada dituangkan dalam berita acara dan
Minuta Akta asli dengan menyebutkan memberikan catatan tentang hal
tanggal dan nomor akta berita acara tersebut pada Minuta Akta asli dengan
pembetulan. menyebutkan tanggal dan nomor Akta
berita acara pembetulan.
(3) Salinan akta berita acara sebagaimana (3) Salinan Akta berita acara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib dimaksud pada ayat (2) wajib
disampaikan kepada para pihak. disampaikan kepada para pihak.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
mengakibatkan suatu Akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan
dapat menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada Notaris.

Pasal 52
(1) Notaris tidak diperkenankan membuat
akta untuk diri sendiri, istri/suami,
atau orang lain yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan
Notaris baik karena perkawinan
maupun hubungan darah dalam garis
keturunan lurus ke bawah dan/atau ke
atas tanpa pembatasan derajat, serta
dalam garis ke samping sampai
dengan derajat ketiga, serta menjadi
pihak untuk diri sendiri, maupun
dalam suatu kedudukan ataupun
dengan perantaraan kuasa.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku, apabila
orang tersebut pada ayat (1) kecuali
Notaris sendiri, menjadi penghadap
dalam penjualan di muka umum,
sepanjang penjualan itu dapat
dilakukan di hadapan Notaris,
persewaan umum, atau pemborongan
umum, atau menjadi anggota rapat
yang risalahnya dibuat oleh Notaris.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

33
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
berakibat akta hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan apabila akta itu
ditandatangani oleh penghadap, tanpa
mengurangi kewajiban Notaris yang
membuat akta itu untuk membayar
biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
yang bersangkutan.

Pasal 53
Akta Notaris tidak boleh memuat
penetapan atau ketentuan yang
memberikan sesuatu hak dan/atau
keuntungan bagi:
a. Notaris, istri atau suami Notaris;
b. saksi, istri atau suami saksi; atau
c. orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan Notaris atau
saksi, baik hubungan darah dalam
garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa
pembatasan derajat maupun hubungan
perkawinan sampai dengan derajat
ketiga.

Bagian Kedua
Grosse Akta, Salinan Akta, dan
Kutipan Akta

29. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 54 Pasal 54
Notaris hanya dapat memberikan, (1) Notaris hanya dapat memberikan,
memperlihatkan, atau memberitahukan isi memperlihatkan, atau
akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau memberitahukan isi Akta, Grosse
Kutipan Akta, kepada orang yang Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta,
berkepentingan langsung pada akta, ahli kepada orang yang berkepentingan
waris, atau orang yang memperoleh hak, langsung pada Akta, ahli waris, atau
kecuali ditentukan lain oleh peraturan orang yang memperoleh hak, kecuali
perundang-undangan. ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

34
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 55
(1) Notaris yang mengeluarkan Grosse
Akta membuat catatan pada minuta
akta mengenai penerima Grosse Akta
dan tanggal pengeluaran dan catatan
tersebut ditandatangani oleh Notaris.
(2) Grosse Akta pengakuan utang yang
dibuat di hadapan Notaris adalah
Salinan Akta yang mempunyai
kekuatan eksekutorial.
(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) pada bagian kepala akta
memuat frasa “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”, dan pada
bagian akhir atau penutup akta
memuat frasa “diberikan sebagai
grosse pertama”, dengan menyebutkan
nama orang yang memintanya dan
untuk siapa grosse dikeluarkan serta
tanggal pengeluarannya.
(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya
hanya dapat diberikan kepada orang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
berdasarkan penetapan pengadilan.

Pasal 56
(1) Akta originali, Grosse Akta, Salinan
Akta, atau Kutipan Akta yang
dikeluarkan oleh Notaris wajib
dibubuhi teraan cap/stempel.
(2) Teraan cap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus pula dibubuhkan
pada salinan surat yang dilekatkan
pada Minuta Akta.
(3) Surat di bawah tangan yang disahkan
atau dilegalisasi, surat di bawah
tangan yang didaftar dan pencocokan
fotokopi oleh Notaris wajib diberi
teraan cap/stempel serta paraf dan
tanda tangan Notaris.

Pasal 57
Grosse Akta, Salinan Akta, Kutipan Akta
Notaris, atau pengesahan surat di bawah
tangan yang dilekatkan pada akta yang
disimpan dalam Protokol Notaris, hanya
dapat dikeluarkan oleh Notaris yang
membuatnya, Notaris Pengganti, atau
pemegang Protokol Notaris yang sah.

35
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Bagian Ketiga
Pembuatan, Penyimpanan, dan
Penyerahan Protokol Notaris

Pasal 58
(1) Notaris membuat daftar akta, daftar
surat di bawah tangan yang disahkan,
daftar surat di bawah tangan yang
dibukukan, dan daftar surat lain yang
diwajibkan oleh Undang-Undang ini.
(2) Dalam daftar akta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Notaris setiap
hari mencatat semua akta yang dibuat
oleh atau di hadapannya, baik dalam
bentuk Minuta Akta maupun originali,
tanpa sela-sela kosong, masing-masing
dalam ruang yang ditutup dengan
garis-garis tinta, dengan
mencantumkan nomor urut, nomor
bulanan, tanggal, sifat akta, dan nama
semua orang yang bertindak baik
untuk dirinya sendiri maupun sebagai
kuasa orang lain.
(3) Akta yang dikeluarkan dalam bentuk
originali yang dibuat dalam rangkap 2
(dua) atau lebih pada saat yang sama,
dicatat dalam daftar dengan satu
nomor.
(4) Setiap halaman dalam daftar diberi
nomor urut dan diparaf oleh Majelis
Pengawas Daerah, kecuali pada
halaman pertama dan terakhir
ditandatangani oleh Majelis Pengawas
Daerah.
(5) Pada halaman sebelum halaman
pertama dicantumkan keterangan
tentang jumlah halaman daftar akta
yang ditandatangani oleh Majelis
Pengawas Daerah.
(6) Dalam daftar surat di bawah tangan
yang disahkan dan daftar surat di
bawah tangan yang dibukukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris setiap hari mencatat surat di
bawah tangan yang disahkan atau
dibukukan, tanpa sela-sela kosong,
masing-masing dalam ruang yang
ditutup dengan garis-garis tinta,
dengan mencantumkan nomor urut,
tanggal, sifat surat, dan nama semua

36
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
orang yang bertindak baik untuk
dirinya sendiri maupun sebagai kuasa
orang lain.

Pasal 59
(1) Notaris membuat daftar klapper untuk
daftar akta dan daftar surat di bawah
tangan yang disahkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1),
disusun menurut abjad dan dikerjakan
setiap bulan.
(2) Daftar klapper sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat nama semua
orang yang menghadap dengan
menyebutkan di belakang tiap-tiap
nama, sifat, dan nomor akta, atau surat
yang dicatat dalam daftar akta dan
daftar surat di bawah tangan.

30. Ketentuan ayat (1) Pasal 60 diubah


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 60 Pasal 60
(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan (1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris Pengganti atau Notaris Notaris Pengganti dicatat dalam daftar
Pengganti Khusus dicatat dalam daftar akta.
akta.
(2) Surat di bawah tangan yang disahkan (2) Surat di bawah tangan yang disahkan
dan surat di bawah tangan yang dan surat di bawah tangan yang
dibukukan, dicatat dalam daftar surat dibukukan, dicatat dalam daftar surat
di bawah tangan yang disahkan dan di bawah tangan yang disahkan dan
daftar surat di bawah tangan yang daftar surat di bawah tangan yang
dibukukan. dibukukan.

Pasal 61
(1) Notaris, secara sendiri atau melalui
kuasanya, menyampaikan secara
tertulis salinan yang telah disahkannya
dari daftar akta dan daftar lain yang
dibuat pada bulan sebelumnya paling
lama 15 (lima belas) hari pada bulan
berikutnya kepada Majelis Pengawas
Daerah.
(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan
Notaris tidak membuat akta, Notaris,
secara sendiri atau melalui kuasanya
menyampaikan hal tersebut secara
tertulis kepada Majelis Pengawas
Daerah dalam waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

37
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 62
Penyerahan Protokol Notaris dilakukan
dalam hal Notaris:
a. meninggal dunia;
b. telah berakhir masa jabatannya;
c. minta sendiri;
d. tidak mampu secara rohani dan/atau
jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan sebagai Notaris secara terus
menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
e. diangkat menjadi pejabat negara;
f. pindah wilayah jabatan;
g. diberhentikan sementara; atau
h. diberhentikan dengan tidak hormat.

31. Ketentuan Pasal 63 ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (6) sehingga
Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63 Pasal 63
(1) Penyerahan Protokol sebagaimana (1) Penyerahan Protokol sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan
paling lama 30 (tiga puluh) hari paling lama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembuatan berita acara dengan pembuatan berita acara
penyerahan Protokol Notaris yang penyerahan Protokol Notaris yang
ditandatangani oleh yang ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima menyerahkan dan yang menerima
Protokol Notaris. Protokol Notaris.
(2) Dalam hal terjadi sebagaimana (2) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf a, dimaksud dalam Pasal 62 huruf a,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh ahli waris Notaris dilakukan oleh ahli waris Notaris
kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh
Majelis Pengawas Daerah. Majelis Pengawas Daerah.
(3) Dalam hal terjadi sebagaimana (3) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf g, dimaksud dalam Pasal 62 huruf g,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh Notaris kepada Notaris dilakukan oleh Notaris kepada Notaris
lain yang ditunjuk oleh Majelis lain yang ditunjuk oleh Majelis
Pengawas Daerah jika pemberhentian Pengawas Daerah jika pemberhentian
sementara lebih dari 3 (tiga) bulan. sementara lebih dari 3 (tiga) bulan.
(4) Dalam hal terjadi sebagaimana (4) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf b, dimaksud dalam Pasal 62 huruf b,
huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf h, huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf h,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh Notaris kepada Notaris dilakukan oleh Notaris kepada Notaris
lain yang ditunjuk oleh Menteri atas lain yang ditunjuk oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Daerah. usul Majelis Pengawas Daerah.
(5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang (5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang
pada waktu penyerahannya berumur pada waktu penyerahannya berumur

38
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
25 (dua puluh lima) tahun atau lebih 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih
diserahkan oleh Notaris penerima diserahkan oleh Notaris penerima
Protokol Notaris kepada Majelis Protokol Notaris kepada Majelis
Pengawas Daerah. Pengawas Daerah.
(6) Dalam hal Protokol Notaris tidak
diserahkan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Majelis
Pengawas Daerah berwenang untuk
mengambil Protokol Notaris.

Pasal 64
(1) Protokol Notaris dari Notaris yang
diangkat menjadi pejabat negara
diserahkan kepada Notaris yang
ditunjuk oleh Majelis Pengawas
Daerah.
(2) Notaris pemegang Protokol Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang mengeluarkan Grosse
Akta, Salinan Akta, atau Kutipan
Akta.
32. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65
Pasal 65
Notaris, Notaris Pengganti, Notaris
Notaris, Notaris Pengganti, dan Pejabat
Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara
Sementara Notaris bertanggung jawab
Notaris bertanggung jawab atas setiap
atas setiap Akta yang dibuatnya meskipun
akta yang dibuatnya meskipun Protokol
Protokol Notaris telah diserahkan atau
Notaris telah diserahkan atau dipindahkan
dipindahkan kepada pihak penyimpan
kepada pihak penyimpan Protokol
Protokol Notaris.
Notaris.
33. Di antara Pasal 65 dan Pasal 66
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 65A yang berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 65A
Notaris yang melanggar ketentuan Pasal
58 dan Pasal 59 dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

39
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
34. Judul Bab VIII diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

BAB VIII
BAB VIII
PENGAMBILAN FOTOKOPI
PENGAMBILAN MINUTA AKTA
MINUTA AKTA DAN
DAN PEMANGGILAN NOTARIS
PEMANGGILAN NOTARIS

35. Ketentuan ayat (1) Pasal 66 diubah


dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni
ayat (3) dan ayat (4) sehingga Pasal
66 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66 Pasal 66
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, (1) Untuk kepentingan proses peradilan,
penyidik, penuntut umum, atau hakim penyidik, penuntut umum, atau hakim
dengan persetujuan Majelis dengan persetujuan majelis
Pengawas Daerah berwenang: kehormatan Notaris berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta a. mengambil fotokopi Minuta Akta
dan/atau surat-surat yang dan/atau surat-surat yang
dilekatkan pada Minuta Akta atau dilekatkan pada Minuta Akta atau
Protokol Notaris dalam Protokol Notaris dalam
penyimpanan Notaris; dan penyimpanan Notaris; dan
b. memanggil Notaris untuk hadir b. memanggil Notaris untuk hadir
dalam pemeriksaan yang berkaitan dalam pemeriksaan yang berkaitan
dengan akta yang dibuatnya atau dengan Akta atau Protokol Notaris
Protokol Notaris yang berada yang berada dalam penyimpanan
dalam penyimpanan Notaris. Notaris.
(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta (2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta
atau surat-surat sebagaimana atau surat-surat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat
berita acara penyerahan. berita acara penyerahan.
(3) Majelis kehormatan Notaris dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya surat
permintaan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib
memberikan jawaban menerima atau
menolak permintaan persetujuan.
(4) Dalam hal majelis kehormatan Notaris
tidak memberikan jawaban dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), majelis kehormatan
Notaris dianggap menerima
permintaan persetujuan.

40
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
36. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 66A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 66A
(1) Dalam melaksanakan pembinaan,
Menteri membentuk majelis
kehormatan Notaris.
(2) Majelis kehormatan Notaris berjumlah
7 (tujuh) orang, terdiri atas unsur:
a. Notaris sebanyak 3 (tiga) orang;
b. Pemerintah sebanyak 2 (dua)
orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 2
(dua) orang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas
dan fungsi, syarat dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian,
struktur organisasi, tata kerja, dan
anggaran majelis kehormatan Notaris
diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB IX
PENGAWASAN

Bagian Pertama
Umum

37. Ketentuan ayat (3) dan ayat (6)


Pasal 67 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 67 Pasal 67
(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan
oleh Menteri. oleh Menteri.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan (2) Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri membentuk Majelis Menteri membentuk Majelis
Pengawas. Pengawas.
(3) Majelis Pengawas sebagaimana (3) Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9
(sembilan) orang, terdiri atas unsur: (sembilan) orang, terdiri atas unsur:
a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga)
orang; orang;
b. organisasi Notaris sebanyak 3 b. Organisasi Notaris sebanyak 3
(tiga) orang; dan (tiga) orang; dan
c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) c. ahli atau akademisi sebanyak 3
orang. (tiga) orang.
(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat (4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat
unsur instansi pemerintah unsur instansi pemerintah

41
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, keanggotaan dalam Majelis huruf a, keanggotaan dalam Majelis
Pengawas diisi dari unsur lain yang Pengawas diisi dari unsur lain yang
ditunjuk oleh Menteri. ditunjuk oleh Menteri.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris
dan pelaksanaan jabatan Notaris. dan pelaksanaan jabatan Notaris.
(6) Ketentuan mengenai pengawasan (6) Ketentuan mengenai pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berlaku bagi Notaris Pengganti, berlaku bagi Notaris Pengganti dan
Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Pejabat Sementara Notaris.
Sementara Notaris.

Pasal 68
Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) terdiri atas:
a. Majelis Pengawas Daerah;
b. Majelis Pengawas Wilayah; dan
c. Majelis Pengawas Pusat.

Bagian Kedua
Majelis Pengawas Daerah

38. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 69 diubah dan di antara ayat
(2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (2a) sehingga Pasal
69 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 69 Pasal 69
(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di (1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di
kabupaten atau kota. Kabupaten/Kota.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas (2) Keanggotaan Majelis Pengawas
Daerah terdiri atas unsur-unsur Daerah terdiri atas unsur sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).
ayat (3).
(2a) Dalam hal di suatu Kabupaten/Kota,
jumlah Notaris tidak sebanding
dengan jumlah anggota Majelis
Pengawas Daerah, dapat dibentuk
Majelis Pengawas Daerah gabungan
untuk beberapa Kabupaten/Kota.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis (3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh
anggota sebagaimana dimaksud pada anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2). ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan (4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Daerah anggota Majelis Pengawas Daerah
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat

42
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
diangkat kembali. diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh (5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh
seorang sekretaris atau lebih yang seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Daerah. Pengawas Daerah.

Pasal 70
Majelis Pengawas Daerah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa adanya dugaan
pelanggaran Kode Etik Notaris atau
pelanggaran pelaksanaan jabatan
Notaris;
b. melakukan pemeriksaan terhadap
Protokol Notaris secara berkala 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau
setiap waktu yang dianggap perlu;
c. memberikan izin cuti untuk waktu
sampai dengan 6 (enam) bulan;
d. menetapkan Notaris Pengganti dengan
memperhatikan usul Notaris yang
bersangkutan;
e. menentukan tempat penyimpanan
Protokol Notaris yang pada saat serah
terima Protokol Notaris telah berumur
25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;
f. menunjuk Notaris yang akan bertindak
sebagai pemegang sementara Protokol
Notaris yang diangkat sebagai pejabat
negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (4);
g. menerima laporan dari masyarakat
mengenai adanya dugaan pelanggaran
Kode Etik Notaris atau pelanggaran
ketentuan dalam Undang-Undang ini;
dan
h. membuat dan menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
huruf f, dan huruf g kepada Majelis
Pengawas Wilayah.

Pasal 71
Majelis Pengawas Daerah berkewajiban:
a. mencatat pada buku daftar yang
termasuk dalam Protokol Notaris
dengan menyebutkan tanggal
pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah
surat di bawah tangan yang disahkan
dan yang dibuat sejak tanggal

43
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
pemeriksaan terakhir;
b. membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikannya kepada Majelis
Pengawas Wilayah setempat, dengan
tembusan kepada Notaris yang
bersangkutan, Organisasi Notaris, dan
Majelis Pengawas Pusat;
c. merahasiakan isi akta dan hasil
pemeriksaan;
d. menerima salinan yang telah disahkan
dari daftar akta dan daftar lain dari
Notaris dan merahasiakannya;
e. memeriksa laporan masyarakat
terhadap Notaris dan menyampaikan
hasil pemeriksaan tersebut kepada
Majelis Pengawas Wilayah dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan
tembusan kepada pihak yang
melaporkan, Notaris yang
bersangkutan, Majelis Pengawas
Pusat, dan Organisasi Notaris.
f. menyampaikan permohonan banding
terhadap keputusan penolakan cuti.

Bagian Ketiga
Majelis Pengawas Wilayah

Pasal 72
(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk
Majelis Pengawas Wilayah dibentuk
dan berkedudukan di ibukota provinsi.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas
Wilayah terdiri atas unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
ayat (3).
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Wilayah dipilih dari dan
oleh anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Wilayah
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Wilayah dibantu
oleh seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Wilayah.

44
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
39. Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a
dan huruf e diubah serta huruf g
dihapus sehingga Pasal 73 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 73 Pasal 73
(1) Majelis Pengawas Wilayah (1) Majelis Pengawas Wilayah
berwenang: berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk a. menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa dan mengambil memeriksa dan mengambil
keputusan atas laporan masyarakat keputusan atas laporan masyarakat
yang disampaikan melalui Majelis yang dapat disampaikan melalui
Pengawas Wilayah; Majelis Pengawas Daerah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk b. memanggil Notaris terlapor untuk
dilakukan pemeriksaan atas laporan dilakukan pemeriksaan atas laporan
sebagaimana dimaksud pada huruf sebagaimana dimaksud pada huruf
a; a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 c. memberikan izin cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai 1 (satu) (enam) bulan sampai 1 (satu)
tahun; tahun;
d. memeriksa dan memutus atas d. memeriksa dan memutus atas
keputusan Majelis Pengawas keputusan Majelis Pengawas
Daerah yang menolak cuti yang Daerah yang menolak cuti yang
diajukan oleh Notaris pelapor; diajukan oleh Notaris pelapor;
e. memberikan sanksi berupa teguran e. memberikan sanksi baik peringatan
lisan atau tertulis; lisan maupun peringatan tertulis;
f. mengusulkan pemberian sanksi f. mengusulkan pemberian sanksi
terhadap Notaris kepada Majelis terhadap Notaris kepada Majelis
Pengawas Pusat berupa: Pengawas Pusat berupa:
1) pemberhentian sementara 3 1) pemberhentian pemberhentian
(tiga) bulan sampai dengan 6 sementara 3 (tiga) bulan sampai
(enam) bulan; atau dengan 6 (enam) bulan; atau
2) pemberhentian dengan tidak 2) pemberhentian dengan tidak
hormat. hormat.
g. membuat berita acara atas setiap g. dihapus.
keputusan penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada huruf
e dan huruf f.
(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah (2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e bersifat final. huruf e bersifat final.
(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan (3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan
sanksi sebagaimana dimaksud pada sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan
berita acara. berita acara.

45
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 74
(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis
Pengawas Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
huruf a bersifat tertutup untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri
dalam pemeriksaan dalam sidang
Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 75
Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban:
a. menyampaikan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f kepada Notaris
yang bersangkutan dengan tembusan
kepada Majelis Pengawas Pusat, dan
Organisasi Notaris; dan
b. menyampaikan pengajuan banding
dari Notaris kepada Majelis Pengawas
Pusat terhadap penjatuhan sanksi dan
penolakan cuti.

Bagian Keempat
Majelis Pengawas Pusat

Pasal 76
(1) Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan
berkedudukan di ibukota negara.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Pusat
terdiri atas unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Pusat dipilih dari dan oleh
anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Pusat
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Pusat dibantu oleh
seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Pusat.

46
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 77
Majelis Pengawas Pusat berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa dan mengambil keputusan
dalam tingkat banding terhadap
penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;
b. memanggil Notaris terlapor untuk
dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
c. menjatuhkan sanksi pemberhentian
sementara; dan
d. mengusulkan pemberian sanksi berupa
pemberhentian dengan tidak hormat
kepada Menteri.

Pasal 78
(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis
Pengawas Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a
bersifat terbuka untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri
dalam pemeriksaan sidang Majelis
Pengawas Pusat.

Pasal 79
Majelis Pengawas Pusat berkewajiban
menyampaikan keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a kepada
Menteri dan Notaris yang bersangkutan
dengan tembusan kepada Majelis
Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas
Daerah yang bersangkutan serta
Organisasi Notaris.

Pasal 80
(1) Selama Notaris diberhentikan
sementara dari jabatannya, Majelis
Pengawas Pusat mengusulkan seorang
pejabat sementara Notaris kepada
Menteri.
(2) Menteri menunjuk Notaris yang akan
menerima Protokol Notaris dari
Notaris yang diberhentikan sementara.

47
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
40. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 81 Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengangkatan dan pemberhentian pengangkatan dan pemberhentian
anggota, susunan organisasi dan tata anggota, susunan organisasi dan tata
kerja, serta tata cara pemeriksaan Majelis kerja, anggaran serta tata cara
Pengawas diatur dengan Peraturan pemeriksaan Majelis Pengawas diatur
Menteri. dengan Peraturan Menteri.
BAB X
ORGANISASI NOTARIS
41. Ketentuan ayat (2) Pasal 82 diubah
dan ditambah 3 (tiga) ayat, yakni
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)
sehingga Pasal 82 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 82 Pasal 82
(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah (1) Notaris berhimpun dalam satu wadah
Organisasi Notaris. Organisasi Notaris.
(2) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, (2) Wadah Organisasi Notaris
wewenang, tata kerja, dan susunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
organisasi ditetapkan dalam Anggaran adalah Ikatan Notaris Indonesia.
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Organisasi Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan
satu-satunya wadah profesi Notaris
yang bebas dan mandiri yang dibentuk
dengan maksud dan tujuan untuk
meningkatkan kualitas profesi Notaris.
(4) Ketentuan mengenai tujuan, tugas,
wewenang, tata kerja, dan susunan
organisasi ditetapkan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Notaris.
(5) Ketentuan mengenai penetapan,
pembinaan, dan pengawasan
Organisasi Notaris diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 83
(1) Organisasi Notaris menetapkan dan
menegakkan Kode Etik Notaris.
(2) Organisasi Notaris memiliki buku
daftar anggota dan salinannya
disampaikan kepada Menteri dan
Majelis Pengawas.

48
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
BAB XI 42. Ketentuan Bab XI dihapus.
KETENTUAN SANKSI

Pasal 84
Tindakan pelanggaran yang dilakukan
oleh Notaris terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k,
Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49,
Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang
mengakibatkan suatu akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan atau suatu akta
menjadi batal demi hukum dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita
kerugian untuk menuntut penggantian
biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.

Pasal 85
Pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 16 ayat (1)
huruf a, Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal
16 ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf
d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16 ayat
(1) huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf g,
Pasal 16 ayat (1) huruf h, Pasal 16 ayat (1)
huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf j, Pasal 16
ayat (1) huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal
27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58,
Pasal 59, dan/atau Pasal 63, dapat dikenai
sanksi berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 86
Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan jabatan Notaris tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan atau
belum diganti berdasarkan Undang-
Undang ini.

49
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pasal 87
Notaris yang telah diangkat pada saat
Undang-Undang ini mulai berlaku,
dinyatakan sebagai Notaris sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.

43. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 88
Pasal 88 Pada saat Undang-Undang ini mulai
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
berlaku, permohonan untuk diangkat a. pengajuan permohonan sebagai
menjadi Notaris yang sudah memenuhi Notaris yang sedang diproses, tetap
persyaratan secara lengkap dan masih diproses berdasarkan Undang-Undang
dalam proses penyelesaian, tetap diproses Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
berdasarkan ketentuan peraturan Notaris.
perundang-undangan yang lama. b. masa magang yang telah dijalani
calon Notaris tetap diperhitungkan
berdasarkan persyaratan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.

Pasal 89
Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, Kode Etik Notaris yang sudah
ada tetap berlaku sampai ditetapkan Kode
Etik Notaris yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.

Pasal 90
Lulusan pendidikan Spesialis Notariat
yang belum diangkat sebagai Notaris pada
saat Undang-Undang ini mulai berlaku
tetap dapat diangkat menjadi Notaris
menurut Undang-Undang ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91
Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku:
1. Reglement op Het Notaris Ambt in
Indonesie (Stb 1860:3) sebagaimana
telah diubah terakhir dalam Lembaran
Negara Tahun 1945 Nomor 101;
2. Ordonantie 16 September 1931
tentang Honorarium Notaris;

50
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil
Notaris Sementara (Lembaran Negara
Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 700);
4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4379); dan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 1949 tentang Sumpah/Janji
Jabatan Notaris, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

44. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92


disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
91A dan Pasal 91B yang berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 91A
Ketentuan mengenai tata cara penjatuhan
sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), Pasal 16 ayat (11) dan
ayat (13), Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat
(4), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2),
Pasal 54 ayat (2), dan Pasal 65A diatur
dalam Peraturan Menteri.

Pasal 91B
Peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang ini harus ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

Pasal 92
Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

Disahkan di Jakarta Disahkan di Jakarta


pada tanggal 6 Oktober 2004 pada tanggal 15 Januari 2014

51
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
1
B. Pemahaman Uji Konstitusional (Constitutional Review, Judicial Review)

Lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman di Indonesia sebagaimana


diatur berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945, bahwa pelaku kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Salah-
satu kewenangan Mahkamah Agung adalah menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, sedangkan
Mahkamah Konstitusi berwenang menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar. Dalam hal ini artinya kewenangan Mahkamah Agung bisa disebut
“Judicial Review” sedangkan “Constitutional Review” merupakan kewenangan
Mahkamah Konstitusi.2
Terkadang membingungkan; sering terdengar penyebutan uji materi
(judicial review) baik ke-Mahkamah Konstitusi maupun ke-Mahkamah Agung.
Padahal, dalam sistem hukum (legal system) di Indonesia; kedua lembaga pelaku
kekuasaan kehakiman di Indonesia tersebut mempunyai kewenangan
konstitusional yang berbeda sebagaimana berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD NRI
1945, bahwa pelaku kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. Kewenangan Mahkamah Agung salah-satunya adalah
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang, sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dalam hal ini artinya kewenangan
Mahkamah Agung bisa disebut sebagai uji materi (judicial review) sedangkan uji
konstitusional (constitutional review) merupakan kewenangan Mahkamah
Konstitusi.3
Sementara di lain pihak ada pula yang memberikan pandangan lainnya
dengan maksud yang sama; menurut Jimly Asshiddiqie sebagaimana dikutip oleh

1
Pada bagian ini telah tertlulis juga dalam Iskandar Muda, “Perkembangan Kewenangan
Konstitusional Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Putusannya,” Disertasi, Jakarta: Program
Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti, 2019, h. 13-14.
2
Lihat (dalam footnote) Iskandar Muda, “The Legal Logic of the Collapse on Non-
Retroactive Doctrine in the Constitutional Court Decision,” Journal Constitutional Review, Vol. 3
No. 1, (May 2017), h. 99
3
Ibid.

52
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
I Dewa Gede Palguna:4 “pengujian konstitusional menjadi sama pengertiannya
dengan pengujian undang-undang, dalam arti pengujian konstitusionalitas undang-
undang (judicial review on the constitutionality of law), apabila pengujian itu
dilakukan (oleh pengadilan) terhadap undang-undang dengan menggunakan
konstitusi sebagai tolak ukurnya.”
Penyebutan kompetensi kewenangan tersebut di atas dalam rangka
memberikan pemahaman terhadap dua lembaga yang sama-sama dalam ranah
yudikatif. Beda halnya dalam konteks berbeda, misalkan saja terhadap dua
lembaga negara namun salah-satunya masuk dalam ranah legislatif (legislative),
oleh karena itu untuk mempermudah pemahaman penggunaan penyebutan
kewenangan berdasarkan kompetensinya; penyebutan judicial review
dipergunakan untuk kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam hal pengujian
Perppu. Sebagaimana diketahui yang berwenang menguji Perppu ada dua lembaga
negara yaitu Mahkamah Konstitusi dan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena
itu penyebutan masing-masing kewenangan yang dilakukan dua lembaga negara
tersebut adalah: judicial review Perppu dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
sedangkan legislative review Perppu dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.5
Oleh karena adanya berbagai pemahaman tersebut, pada pokoknya penggunaan
kalimat uji konstitusional (constitutional review) yang diutamakan, namun
demikian bisa pula menggunakan kalimat judicial review bilamana terjadi dalam
konteks yang berbeda sebagaimana maksud yang sudah dijelaskan sebelumnya.

4
I Dewa Gede Palguna, Pengaduan konstitusional (constitutional complaint): Upaya hukum
terhadap pelanggaran hak-hak konstitusional warga negara. Cetakan Pertama. (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 248.
5
Iskandar Muda, “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15
No. 2 (Juni 2018), h. 258-259. Lihat juga dalam Iskandar Muda, “Tidak Dinamis Namun Terjadi
Dinamika dalam Hal Uji Konstitusional Norma Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3 (Desember
2018), h. 294.

53
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
C. Tabel Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait
Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris

No Putusan Uji Konstitusional Pemohon Konklusi Amar Putusan


1 No. 009- • Pemohon Perkara No. 009 • Persatuan - Menyatakan
014/PUU- dan No. 014 sama–sama Notaris permohonan
III/2005. uji formil UU No. 30 Reformasi para Pemohon
Diucapkan Tahun 2004. Indonesia ditolak.
13 Pemohon Perkara No. 009: (PERNORI);
September • Pasal 1 angka 5, Pasal 3 Pemohon
2005. huruf d, Pasal 8 ayat (2), Perkara No.
Pasal 15 ayat (2) huruf f, 009.
Pasal 15 ayat (2) huruf g,
Pasal 67 ayat (1) sampai
• Himpunan
Notaris
dengan ayat (6) juncto
Indonesia
Pasal 25 ayat (2), Pasal 26
(HNI);
ayat (1) dan ayat (2), Pasal
Pemohon
78, dan Pasal 82 ayat (1)
Perkara No.
UU No. 30 Tahun 2004.
014.
Pemohon Perkara No. 014:
• Pasal 1 angka 5 juncto
Pasal 82 ayat (1) dan Pasal
16 ayat (1) huruf k UU No.
30 Tahun 2004.
2 No. • Pasal 73 ayat (2) UU No. Perorangan; • Mahkamah Menyatakan
135/PUU- 30 Tahun 2004. pekerjaan berwenang untuk permohonan
VII/2009. swasta. memeriksa, Pemohon
Diucapkan mengadili, dan tidak dapat
9 Februari memutus diterima.
2010. permohonan a quo;
• Pemohon tidak
memiliki kedudukan
hukum (legal
standing);
• Pokok permohonan
tidak
dipertimbangkan.
3 No. • Pasal 8 ayat (1) huruf b Perorangan; • Mahkamah Menyatakan
52/PUU- dan Pasal 8 ayat (2) UU menjabat berwenang menolak
VIII/2010. No. 30 Tahun 2004. sebagai Notaris. memeriksa, permohonan
Diucapkan mengadili, dan Pemohon
15 memutus perkara untuk
Oktober a quo; seluruhnya.
2010. • Pemohon memiliki
kedudukan hukum
(legal standing)
untuk bertindak
selaku Pemohon
dalam perkara a quo;
•Permohonan
Pemohon tidak
beralasan hukum.

54
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
4 No. • Pasal 66 ayat (1) UU No. Perorangan; • Mahkamah Mengabulkan
49/PUU- 30 Tahun 2004. pekerjaan berwenang untuk permohonan
X/2012. swasta. mengadili Pemohon
Diucapka permohonan a quo; untuk
n 28 Mei • Pemohon memiliki seluruhnya.
2013. kedudukan hukum
(legal standing)
untuk mengajukan
permohonan a quo
• Pokok permohonan
Pemohon beralasan
menurut hukum.
5 No. • Pasal 82 ayat (1), ayat (2), • Pemohon I dan • Mahkamah Menyatakan
63/PUU- dan ayat (3) UU No. 2 II; menjabat berwenang untuk menolak
XII/2014. Tahun 2014 tentang sebagai Notaris. mengadili permohonan
Diucapkan Perubahan UU No. 30 • Himpunan permohonan a quo; para Pemohon
3 Tahun 2004. Notaris • Para Pemohon untuk
Desember Indonesia memiliki kedudukan seluruhnya.
2014. (HNI). hukum (legal
standing) untuk
mengajukan
permohonan a quo
• Permohonan para
Pemohon tidak
beralasan menurut
hukum.
6 No. • Pasal 66 ayat (1), ayat (3), Perorangan; • Mahkamah Menyatakan
72/PUU- dan ayat (4) UU No. 2 pekerjaan berwenang untuk permohonan
XII/2014. Tahun 2014 tentang Advokat. mengadili Pemohon
Diucapka Perubahan UU No. 30 permohonan a quo; tidak dapat
n 26 Tahun 2004. • Pemohon tidak diterima.
Agustus memiliki kedudukan
2015. hukum (legal
standing) untuk
mengajukan
permohonan a quo
• Pokok permohonan
Pemohon tidak
dipertimbangkan.
7 No. • Pasal 17 ayat (1) huruf a Perorangan; • Mahkamah Menyatakan
43/PUU- UU No. 2 Tahun 2014 pekerjaan berwenang mengadili permohonan
XV/2017. tentang Perubahan UU No. swasta. permohonan a quo; Pemohon
Diucapkan 30 Tahun 2004. • Pemohon tidak tidak dapat
19 oktober memiliki kedudukan diterima.
2017. hukum untuk
mengajukan
permohonan a quo;
• Permohonan tidak
jelas (obsuur libel);
• Pokok permohonan
tidak
dipertimbangkan.

55
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
8 No. • Pasal 75 huruf a dan Pasal • Mahkamah
Perorangan;
22/PUU- 79 UU No. 30 Tahun pekerjaan berwenang mengadili
XVII/201 2004. wiraswasta.permohonan a quo;
9. • Pemohon memiliki
Diucapka • Pasal 66 ayat (1) dan Pasal kedudukan hukum
n 20 Met 66 ayat (4) UU No. 2 untuk mengajukan
2019. Tahun 2014 tentang permohonan a quo;
Perubahan UU No. 30 • Permohonan • Tidak dapat
Tahun 2004. Pemohon berkenaan diterima.
dengan UU
Kekuasaan
Kehakiman serta
Pasal 75 huruf a dan
Pasal 79 UU Jabatan
Notaris adalah kabur
(obscuur);
• Permohonan • Menolak
Pemohon berkenaan permohonan
dengan Pasal 66 ayat Pemohon
(1) dan ayat (4) UU untuk selain
Jabatan Notaris tidak dan
beralasan menurut selebihnya.
hukum.
9 No. • Pasal 66 ayat (1) UU No. 2 • Pemohon 1; • Mahkamah
16/PUU- Tahun 2014 tentang Persatuan Jaksa berwenang mengadili
XVIII/20 Perubahan UU No. 30 Indonesia (PJI). permohonan a quo;
20. Tahun 2004; sepanjang • Pemohon II, • Pemohon I, Pemohon • Menyatakan
Sidang frasa “dengan persetujuan Pemohon III, III, Pemohon IV, dan permohonan
Pemeriks Majelis Kehormatan Pemohon IV, Pemohon V tidak Pemohon I,
aan Notaris.” dan Pemohon memiliki kedudukan Pemohon III,
Pendahul V; perorangan hukum untuk Pemohon IV,
uan pada berprofesi mengajukan dan Pemohon
23 sebagai Jaksa. permohonan a quo; V tidak dapat
Februari diterima;
2020. • Pemohon II memiliki • Menolak
kedudukan hukum permohonan
sehingga dapat Pemohon II
mengajukan untuk selain
permohonan a quo; dan
selebihnya.

• Pertimbangan hukum
dalam Perkara
Nomor 22/PUU-
XVII/2019 mutatis
mutandis berlaku
bagi permohonan a
quo;
• Pokok permohonan
tidak beralasan
menurut hukum.
Sumber: diolah dari berbagai Putusan Mahkamah Konstitusi terkait uji konstitusional UU Jabatan
Notaris, dan lihat juga (serta bandingkan) dalam Iskandar Muda, “Logika Hukum
Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan
Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17 No. 2 Juni 2020.

56
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Daftar Pustaka
A. Buku, Jurnal, Disertasi
I Dewa Gede Palguna, Pengaduan konstitusional (constitutional complaint): Upaya
hukum terhadap pelanggaran hak-hak konstitusional warga negara. Cetakan
Pertama. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Iskandar Muda, “Logika Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji
Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17 No. 2
(Juni 2020).
Iskandar Muda, “Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi
Berdasarkan Putusannya,” Disertasi, Jakarta: Program Doktor Ilmu Hukum
Universitas Trisakti, 2019.
Iskandar Muda, “Tidak Dinamis Namun Terjadi Dinamika dalam Hal Uji Konstitusional
Norma Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3 (Desember 2018).
Iskandar Muda, “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15
No. 2 (Juni 2018).
Iskandar Muda, “The Legal Logic of the Collapse on Non-Retroactive Doctrine in the
Constitutional Court Decision,” Journal Constitutional Review, Vol. 3 No. 1, (May
2017).
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang No. 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris.
C. Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 009-014/PUU-III/2005.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 135/PUU-VII/2009.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-VIII/2010.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 63/PUU-XII/2014.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 72/PUU-XII/2014.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 43/PUU-XV/2017.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 22/PUU-XVII/2019.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 16/PUU-XVIII/2020.

Biodata Penyusun
Nama & Gelar : Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungkarang / 09 Maret 1974
NIDN : 0209037402
No. Sertifikat Dosen : 15102100902189
Jabatan Akademik : Lektor
Pangkat/Inpassing : Penata, Gol. III/c
Home Base : Universitas YARSI
Bidang Keahlian : Hukum Tata Negara (Constitutional Law)
N0. HP : 082281990787 / 081377723907
Alamat email : iskandarmudaaphamk@yahoo.co.id
iskandar.muda@yarsi.ac.id
ResearchGate, Scholar & SINTA ID :
https://www.researchgate.net/profile/Iskandar_Muda2
https://scholar.google.co.id/citations?user=oOwO8X4AAAAJ&hl=id
http://sinta.ristekbrin.go.id/authors/detail?id=6725590&view=overview

57
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
PENDIDIKAN FORMAL
• Sarjana Hukum Th. 2007 & Magister Hukum Th. 2010 Universitas Lampung; Predikat
Cum Laude.
• Doktor Hukum Tata Negara Th. 2019 Universitas Trisakti; Lulusan Tercepat angkatan
XIV (2016-2019) dengan Predikat Cum Laude (lulusan ke-125).
PENDIDIKAN PROFESIONAL
• 2011; Angkatan Pertama, Diklat “Hukum Acara MK bagi Pengajar Hukum Acara
MK,” Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
• 2012; Pelatihan “Jenjang Jabatan Akademik,” Kopertis II.
• 2014; Pelatihan “Penyusunan Beban Kewajiban Dosen dan Usaha Peningkatan
Profesional Dosen dalam Mengajar,” Kopertis II.
• 2015; Training of Trainers “4 Pilar MPR RI,” MPR RI.
• 2016; Pelatihan Penyusunan Beban Kerja Dosen Yang Sudah Disertifikasi, Kopertis
II.
AKTIFITAS MENGAJAR
Tahun 2007 bergabung dengan Universitas Malahayati, tahun 2010-2018 sebagai Dosen
Tetap di FE dan FH Univ Malahayati, selain itu sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) di Fak.
Syariah UIN Raden Intan Lampung. Selanjutnya tahun 2018-2019 sebagai DLB di FH
Univ. Singaperbangsa Karawang. Sejak 21 Agustus 2019 sebagai Dosen Tetap di
Magister Kenotariatan FH Univ. YARSI, selain itu pada saat ini juga sebagai DLB di FH
Univ. Buana Perjuangan. Adapun berbagai mata kuliah yang diajar adalah: Undang-
Undang Jabatan Notaris, Politik Hukum Kenotariatan, Hukum Tata Negara,
Perbandingan Hukum Tata Negara, Hukum Konstitusi, dan Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi.
REVIEWERS JURNAL HUKUM
Sebagai reviewers (mitra bestari) Diversi Jurnal Hukum terbitan Fak. Hukum
Universitas Islam Kadiri,
https://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/Diversi/about/editorialTeam
PRESTASI
1. Lulusan Tercepat pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti
Angkatan XIV (2016-2019) dengan Predikat Cum Laude (Lulusan ke-125).
2. Quattrick; empat tahun secara beruntun (2017-2020) sebagai Dosen
Pembina/Pembimbing Tim Debat Konstitusi di berbagai kampus; baik kampus
Negeri maupun Swasta di tiga Provinsi berbeda; sehingga kampus-kampus
tersebut untuk pertama kalinya berhasil lolos dari tahap eliminasi dan berhak
ke-Tingkat Regional pada kompetisi debat konstitusi antar Perguruan Tinggi
se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia. Yaitu sebagai berikut:
• Pembina; Th. 2020 Univ. YARSI - DKI Jakarta;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=NgRHUOCQyeM
• Pembimbing; Th. 2019 Univ. Singaperbangsa Karawang - Jawa Barat;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=cod-OMaeijU
• Pembimbing; Th. 2018 UIN Raden Intan - Lampung;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=ZhXYGwJdqzE
• Pembimbing; Th. 2017 UIN Raden Intan - Lampung;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=Px_BbW08sE4

58
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
3. Dengan Prestasi Juara II, sebagai Pembimbing Tim Debat Konstitusi UIN
Lampung dalam Kompetisi Debat Konstitusi MPR RI, Hotel Shearaton Bandar
Lampung, 6 Desember 2017.
4. Sebagai Ketua Kelompok 5 yang menjadi kelompok terbaik dalam acara ToT
Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, diselenggarakan oleh MPR RI di Palembang, 4-8
Juni 2015.
KARYA ILMIAH (jurnal, buku, makalah & artikel)
1. “Logika Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-
Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17 No. 2, Juni 2020. Jakarta:
Mahkamah Konstitusi, (h. 330-354). [ISSN: 1829-7706 (print) & 2548-
1657 (online)]; Terakreditasi. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1725
2. “Tidak Dinamis Namun Terjadi Dinamika Dalam Hal Uji Konstitusional Norma
Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3, Desember 2018, Jakarta: Komisi Yudisial, (h.
291-306). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)]; Terakreditasi. DOI:
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i3.316
3. “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15 No. 2, Juni
2018, Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 257-281). [ISSN: 1829-7706 (print) &
2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1522
4. “The Legal Logic of the Collapse on Non-Retroactive Doctrine in the Constitutional
Court Decision,” Constitutional Review Journal, Vol. 3, No. 1, May 2017, Jakarta:
The Constitutional Court of The Republic of Indonesia, (h. 98-118). [ISSN: 2460-
0016 (print) & 2548-3870 (online)]; Internasional. DOI:
https://doi.org/10.31078/consrev315
5. “Penafsiran Hukum Yang Membentuk Keadilan Legal Dalam Penyelesaian Sengketa
Perbankan Syariah,” Jurnal Yudisial, Vol. 9 No.1, April 2016, Jakarta: Komisi
Yudisial, (h. 37-50). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)];
Terakreditasi. DOI: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v9i1.30
6. “Pro-Kontra Dan Prospektif Kewenangan Uji Konstitusionalitas Perpu,” Jurnal
Konstitusi, Vol. 10 No. 1, Maret 2013, Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 69-88).
[ISSN: 1829-7706 (print) & 2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI:
https://doi.org/10.31078/jk%25x
7. “Penerapan Konsep Hukum Pembangunan Ekonomi Dalam Upaya Pencegahan
Eksploitasi Pekerja Alih Daya: Kajian Putusan MK No. 27/PUU-IX/2011,” Jurnal
Yudisial, Vol. 6 No.1, April 2013, Jakarta: Komisi Yudisial, (h. 17-32). [ISSN: 1978-
6506 (print) & 2579-4868 (online)]; Terakreditasi]. DOI:
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v6i1.116
8. “Konstitusionalitas Mengenai Kekuasaan Negara Dalam Kegiatan Penanaman
Modal (Analisis Putusan MK No. 21-22/PUU-V/2007),” Jurnal Konstitusi, Vol. 8
No. 6, Desember 2011, Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 881-908). [ISSN: 1829-
7706 (print) & 2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI:
https://doi.org/10.31078/jk%25x
9. Pokok-Pokok Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, 2012, Bandar Lampung: Seksi
Penerbitan Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung (ISBN 978-979-3161-70-9).
10. “Politik Hukum Pembentukan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia,” Jurnal Praevia,
Vol. 3 No. 1, Juni 2010, Bandar Lampung: Magister Hukum Univ. Lampung (ISSN
1907-8714).
11. “Constitutional Dialog Sebagai Solusi Ketatanegaraan: Suatu Solusi Pasca Putusan
MK Terkait Pencantuman Penganut Kepercayaan Pada Kolom Agama Di KTP,”
makalah disampaikan dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Percepatan
Pembangunan Bidang Agama Dalam Naskah GBHN Sebagai Pedoman Haluan

59
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
Pembangunan,” diselenggarakan atas Kerjasama MPR RI dengan UIN Lampung,
Hotel Novotel Bandar Lampung, 7 Desember 2017.
12. “Peradilan Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda,” Majalah Konstitusi, No.
60, Edisi Januari 2012.
13. “Pluralisme Hukum dalam Konstitusi Indonesia,” makalah disampaikan dalam
Seminar Hukum “Peluang dan Tantangan Hukum Islam di Indonesia” diselengarakan
oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 10
November 2013 di Aula Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
14. “Jurus 4B dalam Pembelajaran Ilmu Hukum,” makalah disampaikan dalam Seminar
Hukum “Kiat-kiat Menulis Jurnal Ilmu Hukum” diselengarakan oleh UKM-F
Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 14 Desember 2013 di
Gedung Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
15. “Pidana Mati Tidak Melanggar Konstitusi & UU HAM,” makalah disampaikan
dalam Seminar Hukum “Pro-Kontra Hukuman Mati Untuk Koruptor” diselengarakan
oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 13
Oktober 2012 di Gedung Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung.
16. “Pidana Mati : (in) Konstitusional,” harian Radar Lampung, 9 Oktober 2012.
17. “The Living Constitution,” harian Radar Lampung, 19 November 2012.
18. “Konstitusi Kesehatan,” harian Lampung Post, 6 Februari 2016.
PERTEMUAN ILMIAH (Pemateri/Penyaji/Juri/Narasumber)
1. Pemateri dalam acara Webinar Nasional dengan tema “Menganalisis Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XVIII/2020 dari Pelbagai Aspek,”
diselenggarakan oleh HIMA Magister Kenotariatan Universitas YARSI, 10
Juli 2020.
2. Pemateri dalam acara Seminar Nasional Konstitusi dengan tema
“Penyelesaian Sengketa Pemilu Di Indonesia Dalam Konstitusi Yang
Berupaya Menjaga Martabat Demokrasi” diselenggarakan oleh FH Unsika,
Gedung Singaperbangsa Kantor Bupati Pemkab Karawang, 14 Desember
2018.
3. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan
Khusus Profesi Advocat” angkatan ke-II, diselenggarakan atas kerjasama DPN
Peradi-FH Unsika, Brits Hotel Karawang 17 Desember 2017.
4. Narasumber dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Percepatan
Pembangunan Bidang Agama Dalam Naskah GBHN Sebagai Pedoman
Haluan Pembangunan,” diselenggarakan atas Kerjasama MPR RI dengan UIN
Lampung, Hotel Novotel Bandar Lampung, 7 Desember 2017.
5. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan
Khusus Profesi Advocat” angkatan Ke-I, diselenggarakan atas kerjasama DPN
Peradi-FH Unsika, Brits Hotel Karawang 29 Oktober 2017.
6. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Advocat Angkatan II” diselenggarakan oleh DPW-APSI
Provinsi Lampung tanggal 10 Juni 2017.
7. Juri Kompetisi Debat Konstitusi, diselenggarakan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Raden Intan Lampung tanggal 30 Maret & 7 April 2017.
8. Pemateri dalam Seminar “Konstitusionalitas Peran Tenaga Teknis
Kefarmasian” diselenggarakan oleh HIMAFARMA Putra Indonesia Lampung
tanggal 30 April 2016 di Gedung Tax Center Universitas Malahayati.

60
Undang-Undang Jabatan Notaris Beserta Perubahannya Dalam Satu Naskah
Dan Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional Review, Judicial Review)

(Revisi)

Disusun oleh:
Iskandar Muda
9. Pemateri dalam Seminar “Remaja dan Masa Depan” diselenggarakan oleh
Univ. Malahayati pada tanggal 14 April 2016 di Gedung Graha Bintang Univ.
Malahayati Bandar Lampung.
10. Pemateri dalam “Seminar dan Pelatihan Peningkatan Mutu dan Kualitas Pada
Mahasiswa Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
diselenggarakan oleh Malahayati Career Centre pada tanggal 19 Maret 2016 di
Gedung MCC Bandar Lampung.
11. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh STIKES Aisyah Pringsewu pada tanggal 3 September 2016.
12. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh Akbid Adila Bandar Lampung pada tanggal 6 September 2016.
13. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh Akbid Nadila Bandar Lampung pada tanggal 7 September 2016.
14. Pemateri dalam Seminar Hukum “Konstitusionalitas Peradilan Agama dalam
Penanganan Sengketa Perbankan Syariah” diselengarakan oleh HMJ-MU
Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 8 November 2015
di Auditorium Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
15. Penyaji Materi dalam Simulasi “Training of Trainers Sosialisasi 4Pilar MPR
RI” diselenggarakan oleh MPR RI pada tanggal 4-8 Juni 2015 di Palembang.
16. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh STIKES Aisyah Pringsewu pada tanggal 7 September 2015.
17. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh Akbid Adila Bandar Lampung pada tanggal 2 September 2015.
18. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan
oleh Akbid Nadila Bandar Lampung pada tanggal 3 September 2015.
19. Pemateri dalam Seminar Hukum “Peluang dan Tantangan Hukum Islam di
Indonesia” diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden
Intan Lampung pada tanggal 10 November 2013 di Aula Fak.Syari’ah IAIN
Raden Intan Lampung.
20. Pemateri dalam Seminar Hukum “Kiat-kiat Menulis Jurnal Ilmu Hukum”
diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan
Lampung pada tanggal 14 Desember 2013 di Gedung Fak.Syari’ah IAIN
Raden Intan Lampung.
21. Pemateri dalam Seminar Hukum “Pro-Kontra Hukuman Mati Untuk
Koruptor” diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden
Intan Lampung pada tanggal 13 Oktober 2012 di Gedung Perpustakaan IAIN
Raden Intan Lampung.
ORGANISASI PROFESI
Anggota Asosiasi Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (APHAMK:
KTA No. 2011000194).

61

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai